teugh69
Suka Semprot
- Daftar
- 6 Sep 2015
- Post
- 5
- Like diterima
- 2
Namaku Trimin Anwar, aku bekerja sebagai sopir sekaligus tukang kebun dikeluarga Chinese yang tergolong kaya raya, kerjaku tergolong mudah yaitu mengantar putri tunggal mereka, Morine, ke sekolah. Morine memiliki wajah yang cantik, agak nakal, genit dan galak, ia mempunyai dua orang teman akrab yang satu bernama Nia, ia bertubuh langsing dan pemalu dan yang satunya bernama Sandy yang sifatnya periang dan suka bercanda. Mereka juga cantik-cantik, putih dan mulus. Tadinya aku bersikap acuh terhadap kegiatan mereka bertiga namun lama kelamaan aku menjadi penasaran apa saja yang mereka bertiga lakukan di halaman belakang yang dengan kerasnya dilarang dimasuki olehku, rasa penasaran setiap hari semakin membesar dan aku berniat mengintip apa saja yang mereka bertiga lakukan.
Pada Tanggal 2 Februari Nia dan Sandy bermain kerumah dan seperti biasanya mereka bermain dihalaman belakang rumah. Dengan hati-hati aku membuka pintu menuju halaman belakang dan melihat sesuatu yang menggetarkan seluruh jiwaku.
Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat Morine, Nia dan Sandy sedang asik saling meraba dan berciuman satu sama lain, pakaian renang melekat ditubuh mereka. Otakku langsung menyala membara dengan nafsu yang bergejolak, rupanya ini yang selalu disembunyikan oleh mereka bertiga, entah sudah berapa lama mereka berdua menyimpan rahasia besar dihadapanku, namun dilihat dari cara mereka berciuman dan meraba sepertinya masih amatiran, pikiran kotorku langsung bekerja.
“Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku muncul dan mengagetkan mereka bertiga.
“Awwww!!” ketiganya sangat terkejut,
“Mang Trimin ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk!” Morine tampak kesal dan cemberut.
“Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai menghampiri mereka.
Morine sepertinya akan membentakku lagi namun Sandy tiba-tiba menarik Morine dan berbisik sesuatu ditelinga Morine,
“ihhhhhh ngakkk ahhh…” Morine sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Sandy berbisik sesuatu lagi ditelinga Morine. Kemarahan Morine tiba-tiba seperti menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang nakal.
“Iya juga…. Hmmmm” Morine seperti menimbang-nimbang sesuatu, kemudian ia mengangguk pada Sandy yang tersenyum dengan ceria. Sandy menghampiriku dan kemudian ia berkata
“Karena mang Trimin sudah mengintip maka mang Trimin harus dihukum…” Sandy terkekeh-kekeh.
“Dihukumm ?” Aku bertanya tidak mengerti.
“Iya.. mulai sekarang Mang Trimin harus mau jadi boneka.. buat kami…”jawab Morine.
Aku memandang tidak mengerti namun dengan memberanikan diri, Sandy menjelaskan kepadaku tentang keingintahuan mereka terhadap anatomi laki-laki, sekata demi sekata diucapkan dengan terbata-bata.
“Hmmm maksudnya ingin lihat kemaluan pria begitu…?”Aku tersenyum , melihat wajah ketiga gadis Chinese dihadapanku merona merah.
Tanpa banyak berkata-kata aku segera mebuka baju dan celanaku dan terakhir kulepaskan celana dalamku dan kata-kata seperti
“Wahh…..,Uhhhhh….dan Ihhhh” terdengar dari mulut ketia gadis Chinese dihadapanku yang memandangi kemaluanku sambil melotot. Oh iya aku lupa menyebutkan jati diriku , aku asli orang Sunda, Usiaku 54 tahun, tinggi tubuhku 1,87 meter dan tubuhku gemuk dan besar, kulitku hitam legam dan rambutku ikal dan beruban, wajahku tadinya rada ganteng namun menjadi rusak tidak karuan karena terbakar demikian juga bagian tubuhku yang lain penuh dengan bekas luka bakar, Untungnya kemaluanku tidak ikut terbakar. Panjang kemaluanku 19.4 cm dengan dihiasi oleh otot-otot yang melingkar, makanya para amoy dihadapanku melotot melihat kemaluanku yang besar dan panjang.
“Mmmhhh Mang Trimin sekarang harus duduk disono…” Morine mundur dan tampak gugup ketika kuhampiri.
Aku tersenyum , aku menuruti kemauannya dan duduk dikursi sofa.
“Nahhh… sekarang terserah kalian ingin ngapain saya terima”Aku mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar. Sandy mendorong Morine sambil berkata
“Morine maju gihhhh !! kan sopir kamu tuh….”, Morine bertahan tidak mau maju sambil memandangi risih kemaluanku
“Ehhh ngakkk ahhh kamu dulu gihhh….” Morine malah mandorong tubuh Sandy. Kedua gadis itu sibuk saling mendorong sambil tertawa-tawa kecil, namun kemudian mereka terdiam sambil memandangi Nia.
“Kalo gitu si nia aja duluan… serbuuuuuuu” Morine memberikan perintah dan mereka berdua mendorong Nia yang tampak gugup dan terkejut.
“Ehhhhh lohhhh ??? ngakkk akkhhhh duhhhh Morine… Sandy” Nia Protes, ia tampak ketakutan dan menghindar dari kedua temannnya. Kini Aku mengocok-ngocok kemaluanku sambil memandangi wilayah terpenting Sandy.
“Ngapain sihhhh….” Sandy memandangiku dengan curiga, aku hanya tersenyum-senyum.
“Yang ini lebih enak ketimbang ciuman.. he he he” Aku terus mengocok-ngocok kemaluanku. Morine kini berusaha mendekatiku dan ia duduk bersujud sambil memperhatikanku yang sedang asik mengocok-ngocok kemaluanku. Sandy ikut bersujud didekat Morine sedangkan Nia dengan malu-malu hanya berdiri disamping kedua temannya.
“Emangnya dikocok-kocok gitu kayak apa enaknya sih?” Morine bertanya sambil memperhatikan tanganku yang sedang mengocok-ngocok kemaluanku.
“Wah yang pasti asik banget non… pokoknya sulit deh ngejelasinnya tapi kalo Non Morine mau nyoba ngocok-ngocok penis pasti ketagihan….soalnya asik berat deh”Aku mulai memasang jaring beracunku agar ketiga gadis dihadapanku mau mencoba memainkan kemaluanku.
“Nihhhh cobainn….”Aku menggeser tubuhku sambil menyodorkan kemaluanku.
“Eehhhh ngak… ngakkkk……” Morine malah mundur, aku jadi kecewa namun…
“Ehhh……”Aku sempat tersentak ternyata Nia yang tadinya pendiam kini ikut bersujud dan tanpa ragu-ragu berani mengelus batang kemaluanku bahkan ia berani menggenggamnya. Ternyata….hmmm…entah apa yang dikatakan Nia, tapi yang pasti ia meremas-remas batang kemaluanku.
“Efuhh…. Niaaaaa….”Sandy tampak kaget dengan keberanian Nia, sedangkan Morine malah bertanya penuh selidik
“Gimana ??”tampaknya Morine penasaran.
“Hangat…. Trusss kadang-kadang berdenyut-denyut… kayak hidup….” Nia menjelaskan.
Kini Sandy mulai mengelus-ngelus batang kemaluanku
“Besar amattttt…. Ihh urat-uratnya gede…” Sandy mengomentari kemaluanku. Jari telunjuk Morine kini menekan-nekan mulut kemaluanku sehingga kemaluanku berdenyut kencang, terlebih ketika Morine menarik-narik kepala kemaluanku sambil berkata
“hehehe kayak helm, cuma yang ini gak bisa dilepas”. Aku semakin mengangkangkan kedua kakiku agar tiga gadis Chinese yang bersujud dihadapanku dapat lebih leluasa memainkan kemaluanku. Hampir selama dua jam mereka bertiga mempermainkan kemaluanku , dan aku mulai merasakan tekanan yang besar di kepala kemaluanku dan
‘Crettt… Croottt’. Sesuatu tiba-tiba menyembur dengan kuat dari kepala kemaluanku.
“Aww…. Ikkkh…aduhhhhh apaaan nihhhh” Morine yang berada ditengah-tengah memekik karena bahunya tersemprot air maniku.
“Uhhh…. Lengkettt……bauuu” Tangannya berusaha membasuh air maniku yang sangat banyak berceceran dibahunya.
Sementara Sandy cekikikan mentertawakan Morine, Nia tersenyum-senyum kemudian menyusul tertawa terbahak-bahak. Semenjak hari itu aku memasuki sebuah masa yang sangat menyenangkan, aku menjadi mainan tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus.
########################
Pada hari itu seperti biasa aku menunggu Morine dan teman-temannya ditempat parkir sekolah yang sepi, mataku sudah lima watt karena mengantuk tiba-tiba….
“Tok-tok-tokkkk…”Aku mendengar suara kaca mobil diketuk seseorang. Segera kubuka kunci pintu mobil dan Morine segera masuk kedalam.
“Mang buka cepet!” ia menyuruhku membuka celanaku.
“Hahhhh… nanti gimana kalau ketauan?” aku agak tidak leluasa bermain didalam mobil kijang.
“Ngak akan…. yang laen kan lagi jam isitirahat…ayo manggg buruan!” Morine tidak sabaran mengulurkan tangannya dan memaksa membuka resleting celanaku.
Aku membiarkannya melakukan keinginannya dan mengeluarkan kemaluanku.
“Ayooo manggg keluarin yang putihnya….aku pengen liat lagi” tangan Morine mengocok-ngocok kemaluanku, aku mengerti rupanya ia ingin agar aku mengeluarkan air maniku, otakku berpikir dengan cepat.
“Aduh… susahh Non, kecuali kalau mau membantu dengan….”aku tidak melanjutkan kata-kataku
“Dengan apa mang?” Morine tidak mengerti dengan maksudku.
“Diisep Nonn… pake mulut.” aku memandanginya dengan tatapan meyakinkan.
Morine menghentikan kegiatan mengocok-ngocok kemaluanku wajahnya merah padam namun bukan marah tapi malu. Aku mencoba mengambil inisiatif, tanganku bergerak kebelakang kepalanya dan aku menarik dan menekan kepala Morine kearah kemaluanku,
“buka mulutnya Non!” aku memerintahkan Morine, entah kenapa Morine yang biasanya agak nakal dan galak ini tiba-tiba berubah menjadi penurut.
“Hhmmmm…” Morine hendak menarik mulutnya ketika kepala kemaluanku mulai masuk kedalam mulutnya tapi aku menekan kepalanya lebih keras sehingga kemaluanku masuk lebih dalam kedalam mulut Morine.
“Sedot Non… Ayoooo!” aku membujuk Morine agar mau menyedot kemaluanku.
“Mmmmmmhhh… Mmmmmmmm” Morine mulai melakukan sedotan-sedotannya. Aku membelai-belai rambutnya kemudian belaianku turun kepundaknya Morine dan perlahan-lahan turun mengelus-ngelus pinggul Morine, gelorabirahi.com aku tersenyum senang karena biasanya Morine tidak mengizinkan Aku untuk menyentuh tubuhnya namun kini tanganku merayap perlahan-lahan ditubuhnya. Morine mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya, matanya memandangi kepala kemaluanku dan
“Ihhhh asinnn…”namun kemudian dengan lahapnya Morine mengemut kepala kemaluanku, dikeluarkan dan kemudian diemutnya lagi berkali-kali.
“Tenggg… tenggg… tenggg!!” tiba-tiba bel berdentang sangat keras tanda jam istirahat sudah usai. Morine mendesah panjang sepertinya ia kecewa
“Sudah nanti kita lanjutkan di rumah…. Pasti lebih asoyyy… dan kalau mau nanti mang ajarkan yang lebih seru.”Aku menarik pinggangnya dan
“Hmmmm… mhhh” Morine sedikit berontak ketika aku tiba-tiba mengulum bibirnya namun perlawanannya perlahan-lahan sirna dan
“Auffff…. Sudah manggg aku sudah terlambatt…” Morine mendorong bahuku kuat-kuat, kemudian ia keluar dari mobil dan berlari kecil menuju kelasnya. Aku tersenyum senang , dengan bersemangat aku menunggu Morine dan teman-temannya sampai mereka selesai sekolah dan kemudian dengan mengebut aku menuju rumah Morine.
Para gadis itu masuk kedalam, sedangkan aku buru-buru memarkir mobil kemudian menyusul masuk kedalam rumah dan menuju halaman belakang tempat dimana ketiganya sudah menungguku. Tanpa basa-basi aku melepaskan pakaian dan celana panjangku, kemudian duduk dibangku favoritku sedangkan mereka duduk bersujud dihadapanku, seperti biasa mereka berebutan mengelus-ngelus dan mengocok-ngocok kemaluanku.
“Morine mau ngemut lagi kayak di lapangan parkir tadi nggak?” aku mulai memasang siasat baru.
“Ehhhh…. ” Morine tampak terkejut dan terpaku diam sedangkan Sandy malah bertanya dengan polos, “Ngemut apaan Fei?” sedangkan Nia memandangi temannya, sepertinya ia masih tidak mengerti.
“Tadi Non Morine di lapangan parkir ngemutin penis Mang Trimin” aku menjelaskan.pada kedua temannya apa yang terjadi tadi sewaktu jam istirahat dilapangan parkirr.
“Haaahhh!” suara itu keluar hampir bersamaan dari mulut Nia dan Sandy. “Gilaaaa… lo Feii…. Ehhh rasanya gimana…..” Sandy bertanya pada temannya. “Ehhhh… it-ituu….” Morine kesulitan menjawab.
Aku langsung memanas-manasi, “Kata Morine siang tadi sih, rasanya enak bangett… trusss katanya mau dilanjutkan dirumah, malahan minta diajari berciuman dll…dan juga minta dijilati dirumah, terus diremas dan dielus juga teteknya” kusebutkan semua jenis pelajaran ngeres yang ada diotakku.
Morine hanya menatapku, dia tidak tahu harus berkata apa tapi dia juga tidak membantah perkataanku.
“Ihhhh…Mang Trimin curang!” Sandy tiba-tiba ngambek.
“Lohhhh curang bagaimana Non?” aku tidak mengerti.
“Iyalah curang masak Morine doang yang diajarin?” Nia yang agak pemalu membuka suara.
“Jadi…. Non Sandy dan Non Nia juga mau diajari sama mang Trimin?” aku tersenyum lebar.
“Tapi apa beneran enak?” Nia bertanya dengan ragu-ragu.
“Sini…. Huppppp!” kuraih tubuh Nia dan mendudukkannya dipahaku.
Nia berontak namun kutahan, kupeluk pinggangnya dan kusergap buah dadanya. “Ahhhh… ehhhhhh….. Mangggg” Nia merapatkan kedua kakinya ketika tanganku menyusup masuk kebalik rok seragam sekolahnya, namun itu semua tidak menjadi halangan bagiku untuk dapat menikmati kehalusan paha Nia. Ciuman-ciumanku mendarat dilehernya, pipinya dan juga dibibirnya yang lembut.
“Hmm…mhhh” kukulum bibir Nia sedangkan kedua tanganku kini dengan aktif meremas-remas lembut kedua buah dadanya yang masih ketakutan bersembunyi dibalik baju seragam sekolahnya.
“Whowwwww……. Wahhhh” Sandy memandangi temannya yang merem melek karena kuremas-remas buah dadanya.
“Jangannn ahhhh….” Nia mencegah tanganku yang hendak membuka kancing baju seragamnya
“Nggak apa-apa Non, lagian Non Morine juga tadi kubuka baju seragamnya…..betul nggak Non Morine? hehehe” aku berusaha menenangkan Nia.
Nia memandangi Morine seolah-olah menanti jawaban, namun Morine malah memandangi dengan tatapan kebingungan, pada saat itulah aku mengambil kesempatan emas, dengan cekatan aku membukai kancing baju seragam Nia kemudian bra putihnya juga aku lepaskan.
“Mang Trimin….aahhh!” Nia agak protes ketika aku dengan kasar meloloskan bra putihnya.
Kedua tangan Nia berusaha menutupi kedua buah dadanya dari tatapan mataku, ambil mengelus-ngelus pahanya aku melanjutkan permainanku, kujilati lehernya yang jenjang. Aku menarik tubuh Nia sehingga buah dadanya sejajar dengan mulutku kemudian kusibakkan rok seragamnya, jari tanganku mulai berkeliaran didaerah seputar selangkangannya.
“Uhhhh……” ia tersentak secara reflek kedua tangannya memegangi tangan kananku yang menyusup masuk kedalam celana dalamnya.
“Sssshhh…aahh….” Nia mendesah ketika tanganku menggesek-gesek bibir vaginanya.
Perlahan-halan kedua kakinya semakin mengangkang ketika aku semakin aktif menggesek-gesek bibir vaginanya dengan lembut.
“Aowww…akhh…Mang Trimin!” mata Nia sampai terpejam-pejam ketika aku memadukan seranganku dengan jilatan dan emutan dibuah dadanya yang ranum.
“Achhhh Crrrt…cccrrrttt!” tubuh Nia mengejang, kemudian tanganku yang masih asik menggesek-gesek bibir vaginanya merasakan ada sesuatu yang meleleh dan terasa sangat hangat membasahi tanganku.
“Basahhh non… dibuka aja yahh….”Aku berusaha menarik celana dalam itu agar terlepas namun kedua tangan Nia mempertahankan celana dalamnya, wajahnya seperti ketakutan, kukecup bibirnya yang setengah terbuka.
“Gimana Nia enak?” Morine bertanya pada temannya, sedangkan Sandy yang tadinya ceria kini tertegun memandangiku.
Aku bangkit berdiri dan kemudian menarik tubuh Morine agar duduk diatas sofa disebelah Nia dan berkata
“lebih baik Non Morine merasakannya sendiri daripada harus bertanya-tanya” Akupun berjongkok dihadapan nona majikanku itu.
Tanganku berusaha menyentuh bagian dada Morine yang masih tertutup rapi oleh seragam sekolahnya namun kedua tangannya berkali-kali menepiskan kedua tanganku. Aku tersenyum kini wajahku yang mendekat kewajah Morine.
“Kalau ciuman kayak tadi siang boleh kan Non?” aku berusaha mengingatkan Morine pada kejadian tadi dilapangan parkir.
Dari tatapan matanya sepertinya ia sedang bimbang, dalam kamusku kebimbangan berarti kesempatan emas. Aku langsung mengulum bibirnya yang tipis itu.
“Hmmmm… Mmmmm” suara erangan tertahan Morine, kedua tangannya kini melingkar ke leherku.
Tanganku bergerak perlahan-lahan, menyusup mengelus paha mulusnya, perlahan-lahan sambil terus berciuman aku menyibakkan seragam sekolahnya keatas sehingga kini kedua tanganku dapat bergerak lebih leluasa menikmati kemulusan dan kehangatan pahanya. Kedua tanganku bergerak dan kini sedikit demi sedikit celana dalam Morine kutarik turun, dengan sekali sentakan kutarik celana dalam itu sampai merosot turun.
“Ihhhh!” kedua tangannya serentak mendorong bahuku sehingga ciuman kami lepas.
Morine hendak mempertahankan celana dalamnya namun nafsuku sudah meledak-ledak, dengan kasar kutekan bahunya sedangkan tangan yang satunya menyentakkan celana dalam Morine sampai robek
“Brtttt…. Owww…. Plak!” Morine kaget setengah mati ketika celana dalamnya kurengut dengan paksa sehingga ia menamparku dengan keras.
Aku hanya tertawa kecil, kedua tanganku kini menangkap kaki kanan dan kaki kirinya, kuangkat dan kudorong kedua kaki mulus itu sampai tertekuk mengangkang, kemudian mulutku segera menciumi selangkangannya.
“Uhhhhh… heiiii Mang akkkhhh! ” Morine menjambak rambutku dan mencakar-cakar namun itu semua tidak kupedulikan, lidahku bergerak liar menjilati bibir vagina yang merekah itu. Kedua temannya seperti terhipnotis hanya melihat saja, mereka tertegun kaget.
“Rida… Nia…to…tolong…aww!” Morine memekik kecil ketika aku mengecup-necup kasar bibir vaginanya.
Kedua temannya seperti tersadar kemudian mereka berdua berusaha membantunya.
“Manggg Trimin sadarrr…mangggg! ” Sandy berusaha menarik bahuku.
“Morinennn… aduhhhhh….. gimana ini?” Nia kebingungan karena keganasanku.
Pada Tanggal 2 Februari Nia dan Sandy bermain kerumah dan seperti biasanya mereka bermain dihalaman belakang rumah. Dengan hati-hati aku membuka pintu menuju halaman belakang dan melihat sesuatu yang menggetarkan seluruh jiwaku.
Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat Morine, Nia dan Sandy sedang asik saling meraba dan berciuman satu sama lain, pakaian renang melekat ditubuh mereka. Otakku langsung menyala membara dengan nafsu yang bergejolak, rupanya ini yang selalu disembunyikan oleh mereka bertiga, entah sudah berapa lama mereka berdua menyimpan rahasia besar dihadapanku, namun dilihat dari cara mereka berciuman dan meraba sepertinya masih amatiran, pikiran kotorku langsung bekerja.
“Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku muncul dan mengagetkan mereka bertiga.
“Awwww!!” ketiganya sangat terkejut,
“Mang Trimin ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk!” Morine tampak kesal dan cemberut.
“Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai menghampiri mereka.
Morine sepertinya akan membentakku lagi namun Sandy tiba-tiba menarik Morine dan berbisik sesuatu ditelinga Morine,
“ihhhhhh ngakkk ahhh…” Morine sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Sandy berbisik sesuatu lagi ditelinga Morine. Kemarahan Morine tiba-tiba seperti menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang nakal.
“Iya juga…. Hmmmm” Morine seperti menimbang-nimbang sesuatu, kemudian ia mengangguk pada Sandy yang tersenyum dengan ceria. Sandy menghampiriku dan kemudian ia berkata
“Karena mang Trimin sudah mengintip maka mang Trimin harus dihukum…” Sandy terkekeh-kekeh.
“Dihukumm ?” Aku bertanya tidak mengerti.
“Iya.. mulai sekarang Mang Trimin harus mau jadi boneka.. buat kami…”jawab Morine.
Aku memandang tidak mengerti namun dengan memberanikan diri, Sandy menjelaskan kepadaku tentang keingintahuan mereka terhadap anatomi laki-laki, sekata demi sekata diucapkan dengan terbata-bata.
“Hmmm maksudnya ingin lihat kemaluan pria begitu…?”Aku tersenyum , melihat wajah ketiga gadis Chinese dihadapanku merona merah.
Tanpa banyak berkata-kata aku segera mebuka baju dan celanaku dan terakhir kulepaskan celana dalamku dan kata-kata seperti
“Wahh…..,Uhhhhh….dan Ihhhh” terdengar dari mulut ketia gadis Chinese dihadapanku yang memandangi kemaluanku sambil melotot. Oh iya aku lupa menyebutkan jati diriku , aku asli orang Sunda, Usiaku 54 tahun, tinggi tubuhku 1,87 meter dan tubuhku gemuk dan besar, kulitku hitam legam dan rambutku ikal dan beruban, wajahku tadinya rada ganteng namun menjadi rusak tidak karuan karena terbakar demikian juga bagian tubuhku yang lain penuh dengan bekas luka bakar, Untungnya kemaluanku tidak ikut terbakar. Panjang kemaluanku 19.4 cm dengan dihiasi oleh otot-otot yang melingkar, makanya para amoy dihadapanku melotot melihat kemaluanku yang besar dan panjang.
“Mmmhhh Mang Trimin sekarang harus duduk disono…” Morine mundur dan tampak gugup ketika kuhampiri.
Aku tersenyum , aku menuruti kemauannya dan duduk dikursi sofa.
“Nahhh… sekarang terserah kalian ingin ngapain saya terima”Aku mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar. Sandy mendorong Morine sambil berkata
“Morine maju gihhhh !! kan sopir kamu tuh….”, Morine bertahan tidak mau maju sambil memandangi risih kemaluanku
“Ehhh ngakkk ahhh kamu dulu gihhh….” Morine malah mandorong tubuh Sandy. Kedua gadis itu sibuk saling mendorong sambil tertawa-tawa kecil, namun kemudian mereka terdiam sambil memandangi Nia.
“Kalo gitu si nia aja duluan… serbuuuuuuu” Morine memberikan perintah dan mereka berdua mendorong Nia yang tampak gugup dan terkejut.
“Ehhhhh lohhhh ??? ngakkk akkhhhh duhhhh Morine… Sandy” Nia Protes, ia tampak ketakutan dan menghindar dari kedua temannnya. Kini Aku mengocok-ngocok kemaluanku sambil memandangi wilayah terpenting Sandy.
“Ngapain sihhhh….” Sandy memandangiku dengan curiga, aku hanya tersenyum-senyum.
“Yang ini lebih enak ketimbang ciuman.. he he he” Aku terus mengocok-ngocok kemaluanku. Morine kini berusaha mendekatiku dan ia duduk bersujud sambil memperhatikanku yang sedang asik mengocok-ngocok kemaluanku. Sandy ikut bersujud didekat Morine sedangkan Nia dengan malu-malu hanya berdiri disamping kedua temannya.
“Emangnya dikocok-kocok gitu kayak apa enaknya sih?” Morine bertanya sambil memperhatikan tanganku yang sedang mengocok-ngocok kemaluanku.
“Wah yang pasti asik banget non… pokoknya sulit deh ngejelasinnya tapi kalo Non Morine mau nyoba ngocok-ngocok penis pasti ketagihan….soalnya asik berat deh”Aku mulai memasang jaring beracunku agar ketiga gadis dihadapanku mau mencoba memainkan kemaluanku.
“Nihhhh cobainn….”Aku menggeser tubuhku sambil menyodorkan kemaluanku.
“Eehhhh ngak… ngakkkk……” Morine malah mundur, aku jadi kecewa namun…
“Ehhh……”Aku sempat tersentak ternyata Nia yang tadinya pendiam kini ikut bersujud dan tanpa ragu-ragu berani mengelus batang kemaluanku bahkan ia berani menggenggamnya. Ternyata….hmmm…entah apa yang dikatakan Nia, tapi yang pasti ia meremas-remas batang kemaluanku.
“Efuhh…. Niaaaaa….”Sandy tampak kaget dengan keberanian Nia, sedangkan Morine malah bertanya penuh selidik
“Gimana ??”tampaknya Morine penasaran.
“Hangat…. Trusss kadang-kadang berdenyut-denyut… kayak hidup….” Nia menjelaskan.
Kini Sandy mulai mengelus-ngelus batang kemaluanku
“Besar amattttt…. Ihh urat-uratnya gede…” Sandy mengomentari kemaluanku. Jari telunjuk Morine kini menekan-nekan mulut kemaluanku sehingga kemaluanku berdenyut kencang, terlebih ketika Morine menarik-narik kepala kemaluanku sambil berkata
“hehehe kayak helm, cuma yang ini gak bisa dilepas”. Aku semakin mengangkangkan kedua kakiku agar tiga gadis Chinese yang bersujud dihadapanku dapat lebih leluasa memainkan kemaluanku. Hampir selama dua jam mereka bertiga mempermainkan kemaluanku , dan aku mulai merasakan tekanan yang besar di kepala kemaluanku dan
‘Crettt… Croottt’. Sesuatu tiba-tiba menyembur dengan kuat dari kepala kemaluanku.
“Aww…. Ikkkh…aduhhhhh apaaan nihhhh” Morine yang berada ditengah-tengah memekik karena bahunya tersemprot air maniku.
“Uhhh…. Lengkettt……bauuu” Tangannya berusaha membasuh air maniku yang sangat banyak berceceran dibahunya.
Sementara Sandy cekikikan mentertawakan Morine, Nia tersenyum-senyum kemudian menyusul tertawa terbahak-bahak. Semenjak hari itu aku memasuki sebuah masa yang sangat menyenangkan, aku menjadi mainan tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus.
########################
Pada hari itu seperti biasa aku menunggu Morine dan teman-temannya ditempat parkir sekolah yang sepi, mataku sudah lima watt karena mengantuk tiba-tiba….
“Tok-tok-tokkkk…”Aku mendengar suara kaca mobil diketuk seseorang. Segera kubuka kunci pintu mobil dan Morine segera masuk kedalam.
“Mang buka cepet!” ia menyuruhku membuka celanaku.
“Hahhhh… nanti gimana kalau ketauan?” aku agak tidak leluasa bermain didalam mobil kijang.
“Ngak akan…. yang laen kan lagi jam isitirahat…ayo manggg buruan!” Morine tidak sabaran mengulurkan tangannya dan memaksa membuka resleting celanaku.
Aku membiarkannya melakukan keinginannya dan mengeluarkan kemaluanku.
“Ayooo manggg keluarin yang putihnya….aku pengen liat lagi” tangan Morine mengocok-ngocok kemaluanku, aku mengerti rupanya ia ingin agar aku mengeluarkan air maniku, otakku berpikir dengan cepat.
“Aduh… susahh Non, kecuali kalau mau membantu dengan….”aku tidak melanjutkan kata-kataku
“Dengan apa mang?” Morine tidak mengerti dengan maksudku.
“Diisep Nonn… pake mulut.” aku memandanginya dengan tatapan meyakinkan.
Morine menghentikan kegiatan mengocok-ngocok kemaluanku wajahnya merah padam namun bukan marah tapi malu. Aku mencoba mengambil inisiatif, tanganku bergerak kebelakang kepalanya dan aku menarik dan menekan kepala Morine kearah kemaluanku,
“buka mulutnya Non!” aku memerintahkan Morine, entah kenapa Morine yang biasanya agak nakal dan galak ini tiba-tiba berubah menjadi penurut.
“Hhmmmm…” Morine hendak menarik mulutnya ketika kepala kemaluanku mulai masuk kedalam mulutnya tapi aku menekan kepalanya lebih keras sehingga kemaluanku masuk lebih dalam kedalam mulut Morine.
“Sedot Non… Ayoooo!” aku membujuk Morine agar mau menyedot kemaluanku.
“Mmmmmmhhh… Mmmmmmmm” Morine mulai melakukan sedotan-sedotannya. Aku membelai-belai rambutnya kemudian belaianku turun kepundaknya Morine dan perlahan-lahan turun mengelus-ngelus pinggul Morine, gelorabirahi.com aku tersenyum senang karena biasanya Morine tidak mengizinkan Aku untuk menyentuh tubuhnya namun kini tanganku merayap perlahan-lahan ditubuhnya. Morine mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya, matanya memandangi kepala kemaluanku dan
“Ihhhh asinnn…”namun kemudian dengan lahapnya Morine mengemut kepala kemaluanku, dikeluarkan dan kemudian diemutnya lagi berkali-kali.
“Tenggg… tenggg… tenggg!!” tiba-tiba bel berdentang sangat keras tanda jam istirahat sudah usai. Morine mendesah panjang sepertinya ia kecewa
“Sudah nanti kita lanjutkan di rumah…. Pasti lebih asoyyy… dan kalau mau nanti mang ajarkan yang lebih seru.”Aku menarik pinggangnya dan
“Hmmmm… mhhh” Morine sedikit berontak ketika aku tiba-tiba mengulum bibirnya namun perlawanannya perlahan-lahan sirna dan
“Auffff…. Sudah manggg aku sudah terlambatt…” Morine mendorong bahuku kuat-kuat, kemudian ia keluar dari mobil dan berlari kecil menuju kelasnya. Aku tersenyum senang , dengan bersemangat aku menunggu Morine dan teman-temannya sampai mereka selesai sekolah dan kemudian dengan mengebut aku menuju rumah Morine.
Para gadis itu masuk kedalam, sedangkan aku buru-buru memarkir mobil kemudian menyusul masuk kedalam rumah dan menuju halaman belakang tempat dimana ketiganya sudah menungguku. Tanpa basa-basi aku melepaskan pakaian dan celana panjangku, kemudian duduk dibangku favoritku sedangkan mereka duduk bersujud dihadapanku, seperti biasa mereka berebutan mengelus-ngelus dan mengocok-ngocok kemaluanku.
“Morine mau ngemut lagi kayak di lapangan parkir tadi nggak?” aku mulai memasang siasat baru.
“Ehhhh…. ” Morine tampak terkejut dan terpaku diam sedangkan Sandy malah bertanya dengan polos, “Ngemut apaan Fei?” sedangkan Nia memandangi temannya, sepertinya ia masih tidak mengerti.
“Tadi Non Morine di lapangan parkir ngemutin penis Mang Trimin” aku menjelaskan.pada kedua temannya apa yang terjadi tadi sewaktu jam istirahat dilapangan parkirr.
“Haaahhh!” suara itu keluar hampir bersamaan dari mulut Nia dan Sandy. “Gilaaaa… lo Feii…. Ehhh rasanya gimana…..” Sandy bertanya pada temannya. “Ehhhh… it-ituu….” Morine kesulitan menjawab.
Aku langsung memanas-manasi, “Kata Morine siang tadi sih, rasanya enak bangett… trusss katanya mau dilanjutkan dirumah, malahan minta diajari berciuman dll…dan juga minta dijilati dirumah, terus diremas dan dielus juga teteknya” kusebutkan semua jenis pelajaran ngeres yang ada diotakku.
Morine hanya menatapku, dia tidak tahu harus berkata apa tapi dia juga tidak membantah perkataanku.
“Ihhhh…Mang Trimin curang!” Sandy tiba-tiba ngambek.
“Lohhhh curang bagaimana Non?” aku tidak mengerti.
“Iyalah curang masak Morine doang yang diajarin?” Nia yang agak pemalu membuka suara.
“Jadi…. Non Sandy dan Non Nia juga mau diajari sama mang Trimin?” aku tersenyum lebar.
“Tapi apa beneran enak?” Nia bertanya dengan ragu-ragu.
“Sini…. Huppppp!” kuraih tubuh Nia dan mendudukkannya dipahaku.
Nia berontak namun kutahan, kupeluk pinggangnya dan kusergap buah dadanya. “Ahhhh… ehhhhhh….. Mangggg” Nia merapatkan kedua kakinya ketika tanganku menyusup masuk kebalik rok seragam sekolahnya, namun itu semua tidak menjadi halangan bagiku untuk dapat menikmati kehalusan paha Nia. Ciuman-ciumanku mendarat dilehernya, pipinya dan juga dibibirnya yang lembut.
“Hmm…mhhh” kukulum bibir Nia sedangkan kedua tanganku kini dengan aktif meremas-remas lembut kedua buah dadanya yang masih ketakutan bersembunyi dibalik baju seragam sekolahnya.
“Whowwwww……. Wahhhh” Sandy memandangi temannya yang merem melek karena kuremas-remas buah dadanya.
“Jangannn ahhhh….” Nia mencegah tanganku yang hendak membuka kancing baju seragamnya
“Nggak apa-apa Non, lagian Non Morine juga tadi kubuka baju seragamnya…..betul nggak Non Morine? hehehe” aku berusaha menenangkan Nia.
Nia memandangi Morine seolah-olah menanti jawaban, namun Morine malah memandangi dengan tatapan kebingungan, pada saat itulah aku mengambil kesempatan emas, dengan cekatan aku membukai kancing baju seragam Nia kemudian bra putihnya juga aku lepaskan.
“Mang Trimin….aahhh!” Nia agak protes ketika aku dengan kasar meloloskan bra putihnya.
Kedua tangan Nia berusaha menutupi kedua buah dadanya dari tatapan mataku, ambil mengelus-ngelus pahanya aku melanjutkan permainanku, kujilati lehernya yang jenjang. Aku menarik tubuh Nia sehingga buah dadanya sejajar dengan mulutku kemudian kusibakkan rok seragamnya, jari tanganku mulai berkeliaran didaerah seputar selangkangannya.
“Uhhhh……” ia tersentak secara reflek kedua tangannya memegangi tangan kananku yang menyusup masuk kedalam celana dalamnya.
“Sssshhh…aahh….” Nia mendesah ketika tanganku menggesek-gesek bibir vaginanya.
Perlahan-halan kedua kakinya semakin mengangkang ketika aku semakin aktif menggesek-gesek bibir vaginanya dengan lembut.
“Aowww…akhh…Mang Trimin!” mata Nia sampai terpejam-pejam ketika aku memadukan seranganku dengan jilatan dan emutan dibuah dadanya yang ranum.
“Achhhh Crrrt…cccrrrttt!” tubuh Nia mengejang, kemudian tanganku yang masih asik menggesek-gesek bibir vaginanya merasakan ada sesuatu yang meleleh dan terasa sangat hangat membasahi tanganku.
“Basahhh non… dibuka aja yahh….”Aku berusaha menarik celana dalam itu agar terlepas namun kedua tangan Nia mempertahankan celana dalamnya, wajahnya seperti ketakutan, kukecup bibirnya yang setengah terbuka.
“Gimana Nia enak?” Morine bertanya pada temannya, sedangkan Sandy yang tadinya ceria kini tertegun memandangiku.
Aku bangkit berdiri dan kemudian menarik tubuh Morine agar duduk diatas sofa disebelah Nia dan berkata
“lebih baik Non Morine merasakannya sendiri daripada harus bertanya-tanya” Akupun berjongkok dihadapan nona majikanku itu.
Tanganku berusaha menyentuh bagian dada Morine yang masih tertutup rapi oleh seragam sekolahnya namun kedua tangannya berkali-kali menepiskan kedua tanganku. Aku tersenyum kini wajahku yang mendekat kewajah Morine.
“Kalau ciuman kayak tadi siang boleh kan Non?” aku berusaha mengingatkan Morine pada kejadian tadi dilapangan parkir.
Dari tatapan matanya sepertinya ia sedang bimbang, dalam kamusku kebimbangan berarti kesempatan emas. Aku langsung mengulum bibirnya yang tipis itu.
“Hmmmm… Mmmmm” suara erangan tertahan Morine, kedua tangannya kini melingkar ke leherku.
Tanganku bergerak perlahan-lahan, menyusup mengelus paha mulusnya, perlahan-lahan sambil terus berciuman aku menyibakkan seragam sekolahnya keatas sehingga kini kedua tanganku dapat bergerak lebih leluasa menikmati kemulusan dan kehangatan pahanya. Kedua tanganku bergerak dan kini sedikit demi sedikit celana dalam Morine kutarik turun, dengan sekali sentakan kutarik celana dalam itu sampai merosot turun.
“Ihhhh!” kedua tangannya serentak mendorong bahuku sehingga ciuman kami lepas.
Morine hendak mempertahankan celana dalamnya namun nafsuku sudah meledak-ledak, dengan kasar kutekan bahunya sedangkan tangan yang satunya menyentakkan celana dalam Morine sampai robek
“Brtttt…. Owww…. Plak!” Morine kaget setengah mati ketika celana dalamnya kurengut dengan paksa sehingga ia menamparku dengan keras.
Aku hanya tertawa kecil, kedua tanganku kini menangkap kaki kanan dan kaki kirinya, kuangkat dan kudorong kedua kaki mulus itu sampai tertekuk mengangkang, kemudian mulutku segera menciumi selangkangannya.
“Uhhhhh… heiiii Mang akkkhhh! ” Morine menjambak rambutku dan mencakar-cakar namun itu semua tidak kupedulikan, lidahku bergerak liar menjilati bibir vagina yang merekah itu. Kedua temannya seperti terhipnotis hanya melihat saja, mereka tertegun kaget.
“Rida… Nia…to…tolong…aww!” Morine memekik kecil ketika aku mengecup-necup kasar bibir vaginanya.
Kedua temannya seperti tersadar kemudian mereka berdua berusaha membantunya.
“Manggg Trimin sadarrr…mangggg! ” Sandy berusaha menarik bahuku.
“Morinennn… aduhhhhh….. gimana ini?” Nia kebingungan karena keganasanku.