Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (Copas + Remake) Serial Pendekar Rajawali Sakti Episode 1& 2

Makasih updatenya, sis.
:ampun: :ampun: :ampun: :ampun::ampun:
Sekedar info sedikit sis, pembukaannya sepertinya tidak pas waktunya.
Masa pagi terus munculnya rembulan dan bintang.
:Peace:
Tetap semangat, sehat lahir batin dalam RL.
Masa sich kak? Oh iya ya, harusnya aq tulis matahari sore. Biar gk jauh bngt. Makasih bnyk atas koreksinya ya kak. :ampun: :ampun::ampun:
 
Wuih saka lintang jadi gila dan ganas, tapi sapa ya yg ambil prawan saka lintang..
Kirain update ini sudah beda cerita ama episode 1, ternyata masih lanjut..mantap sangat..
Makasih hu updatenya..
Nanti di pertengahan cerita, semuanya akan terungkap kak. :ampun: :ampun::ampun:
 
sebenarnya sudah ada, cuma sebutanya ada, tetapi fungsinya sama,😁, model dan bentuknya saja yang berbeda, di mesir kuno zaman mesopatamia sudah dikenal, cuma sebutannya beda, zaman babilonia juga ada, jaman yunani kuno pun juga ada,😁
Sebutannya beda kali kak, bkn ada. :sori:Asyik ada yg belain. :bye::ampun:
 
Pelan-pelan di angkatnya dagu Intan Kemuning, wajah gadis muda itu pun terdongak ke atas. Matanya yang sembab, menatap sayu wajah Saka Lintang. Sementara ke dua tangannya bergerak mendekap dada, menutupi buah dadanya yang terpampang tanpa penutup lagi. Saka Lintang yang melihatnya hanya tersenyum manis.

“Kau tak perlu takut Intan, aku tidak akan menyakitimu.” kata Saka Lintang lembut.

“Maaf kak, aku…, aku…,” sahut Intan Kemuning, masih terlihat gugup ketakutan.

“Ssttt…,” Saka lintang dengan cepat menempelkan jarinya di bibir gadis itu.

Lalu dengan lembut di raihnya jemari gadis itu, pelan-pelan dia ajak Intan Kemuning agar rebahan di ranjang. Sambil menanggalkan busananya yang tersisa, di badannya. Sebuah vagina mungil yang tidak di tumbuhi satu helai rambut pun, terlihat begitu indah dan menantang. Vagina mungil yang tak berbulu milik Intan Kemuning itu. Membuat Saka Lintang benar benar terangsang habis, cairan-cairan lembab yang licin, tak terasa mulai mengalir dari lipatan bibir mungil vaginanya yang membusung berbulu lebat. Cairan lembab itu menetes, dan dan bergulir di pahanya yang gempal, padat dan mulus. Tubuhnya pun terlihat mulai bergetar, di landa gelombang syahwat birahi yang tinggi. Se iring ke dua tangannya yang juga mulai terulur pelan, memaksa sepasang paha Intan Kemining agar menguak, mengangkang lebar.

“Kak…, jangan kak…, jangan…,” ronta Intan Kemuning menggeliat-geliat, wajahnya semakin menyemburat merah. Menahan malu.

Berkali-kali tubuhnya terus menggeliat-geliat, memberontak. Saka Lintang pun semakin kesal saja di buatnya. Sampai akhirnya dengan terpaksa, di totoknya pusat syaraf gadis itu. Seketika itu juga tubuh Intan Kemuning pun, langsung berhenti memberontak. Tapi mulutnya masih bisa berbicara. Rupanya Saka Lintang hanya menotok sebagian pungsi syaraf tubuh gadis itu, tubuhnya memang tidak bisa bergerak, namun bibirnya masih dapat berbicara. Sepasang mata gadis itu kembali di buat kaget bercampur jengah, manakala sepasang pahanya di paksa menguak lebih lebar lagi. Lipatan bibir vaginanya yang kecil mungil itu pun langsung terbuka, memamerkan sebuah lubang mungil dan masih sangat rapat. Di hiasi daging kecil berbentuk kacang di atasnya. Ke dua matanya langsung tertutup malu, saat di lihatnya wajah Saka Lintang bergerak pelan, menghampiri selangkangannya yang sudah terkuak lebar menantang.

“Kak…, kakak mau appp…, eughhh…,” bibir Intan Kemuning merintih hebat.

Mulutnya menyeringai kegelian, ketika di rasakannya jemari Saka Lintang menguak dan membelah. Lipatan bibir vagina mungilnya. Rasa hangat dan basah pun, langsung mendera selangkangannya. Begitu sebuah lidah bergerak menyapu, mengais-ngais belahan vaginanya dari bawah ke atas. Intan Kemuning menggigit bibirnya pelan, sebuah rasa yang tidak pernah dia alami seolah mengaduk-ngaduk tubuhnya. Daging kecil yang berbentuk seperti kacang di belahan vaginanya, mulai berkedut-kedut gatal.

“Sluurrppp…, sluurrppp…, ck ck ck cup cup”

“Auhhsss…, kakaakkk…, sud…,daahhh…, geliii…,”

Racau Intan Kemuning merasa tersiksa, akibat rasa kejet-kejet. Yang melanda daging kecil di vaginanya yang di sebut klitoris. Namun Saka Lintang seolah tak mendengar jeritan gadis itu, lidahnya yang kasap dan panas. Terus bergerak menyapu belahan licin vagina itu. Kadang lidah itu juga terlihat bergerak menusuk-nusuk kecil, pada lubangnya yang mungil. Mengaduk-ngaduk pelan, seolah ingin merasakan sara asin dari cairan lendir putih vagina Intan Kemuning. Yang tampak merembes keluar, di barengi dengan menegangnya klitoris dan puting buah dada gadis itu. Selangkangannya sudah benar-benar sudah basah kuyup. Klitorisnya pun terus berkedut-kedut nikmat, gerakan lidah dan mulut Saka Lintang. Yang kadang terlihat mengunyah-ngunyah bibir vagina itu, membuat pertahanan Intan Kemuning goyah, Saka Lintang yang melihatnya pun. Langsung saja membebaskan totokannya, di tubuh gadis itu. Dan tepat setelah tubuhnya bebas dari totokan Saka Lintang, pinggul Intan Kemuning pun langsung bergerak menggoyang-goyang pelan. Mulutnya mendesah-desah kenikmatan, Di ikuti pinggulnya yang bergerak pula, mendorong-dorong ke atas. Sampai akhirnya pada dorongan yang ke tiga, pinggulnya menghentak keras ke mulut Saka Lintang.

“Kakaaak…, ohhsss…, auhhsss…,” desis Intan Kemuning setengah berteriak.

Ke dua matanya terpejam rapat, saat merasakan cairan lendir putih kental menyemprot keluar dari dalam lubang vaginanya. Cairan lendir putih itu langsung menyiram bibir Saka Lintang, yang masih terlihat bergerak mengunyah dan menyedot. Orgasme yang baru pertama kali dia rasakan itu, benar-benar terasa amat nikmat. Tubuh Intan Kemuning pun langsung terasa lemas, di hiasi butir-butir keringat yang membasahi sekujur tubuhnya yang kecil mungil.

***

Sementara itu di Bukit Angsana Rangga yang masih terlihat berlutut, masih belum bisa melakukan apa-apa. Kondisi tubuhnya sudah benar-benar kepayahan, di tambah juga dadanya tengah menderita luka dalam yang serius. Akibat terkena pukulan dari jurus Ludira tadi. Dia hanya bisa pasrah, saat lelaki tua itu perlahan-lahan mulai kembali berjalan mendekatinya. Sementara Ludira terus melangkah semakin mendekat, ke dua tangannya yang membentuk tinju, terus mengeluarkan asap putih, bahkan sekarang asap itu, terlihat semakin menebal saja. Karena hawa tenaga dalam, yang semakin di tingkatkan oleh lelaki tua itu. Wajahnya yang penuh dengan hawa nafsu membunuh, terlihat tersenyum menyeringai bagaikan iblis. Seolah menggambarkan kegembiraannya saat ini. Rangga yang melihatnya, hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan pelan. Pemuda tampan itu sudah pasrah, seandainya nyawanya harus berakhir di tangan lelaki tua itu. Tapi tiba-tiba saja, terdengar sebuah suara bisikan gaib di telinganya. Suara itu begitu keras dan jelas, namun hanya Rangga sendiri saja yang bisa mendengarnya.

“Kau terlalu menganggap remeh kekuatan lawan Rangga, itulah akibatnya.” ucap suara gaib itu.

“Gu…, gu…, Guru…,” gumam pemuda tampan itu pelan, begitu mengenali suara gaib itu.

“Gunakan seluruh tenaga dalammu, jangan cuma setengahnya saja. Dan jangan lupa juga, gunakan salah satu jurus tingkat tinggi dari rangkaian jurus kitab rajawali sakti. Jangan hanya mengandalkan jurus “Cakar Rajawali’ saja. Karena jika kau hanya mengandalakan jurus itu, mustahil kau bisa memenangkan pertarungan ini.” kata suara gaib itu lagi.

Setelah berkata demikian, suara gaib itu pun langsung lenyap seakan-akan tertelan angin. Rangga pun seolah-olah mendapatkan kembali kepercayaannya dirinya, yang tadi sempat hilang. Lalu dia pun kembali bangkit berdiri, perlahan-lahan ke dua tangannya segera di satukan. Membentuk tapak tepat di depan dada. Hawa murni pun segera mengalir ke dadanya yang tengah terluka tadi, setelah ke dua jemarinya yang membentuk tapak itu menyatu erat. Ludira yang melihat Rangga mampu bangkit berdiri kembali, terlihat tertawa senang. Sepasang matanya pun semakin tajam memandang, penuh dengan hawa nafsu membunuh.

“Huahaha…, Rupanya kau masih mampu melanjutkan pertarungan ini. Bagus, memang itu yang ku harapkan Rangga. Membunuh lawan yang sudah lemah tak berdaya, bukanlah bagian dari sifatku.” kata Ludira, tertawa senang.

“Maap Paman, Sang Hyang Widi belum menghendaki aku mati. Karena masih banyak tugas yang menantiku di luar sana.” jawab Rangga pelan,sambil memandang lelaki tua itu lekat-lekat.

Setelah berkata demikian, pemuda tampan itu langsung merilis jurus tertinggi dari rangkaian kitab rajawali sakti. Yaitu jurus, ‘Pukulan Maut Paruh Rajawali’.

“Heagh…,”

Blaassshhh…,

Seketika itu juga sepasang tangannya dari mulai ujung jari ke batas sikut, langsung terlihat merah membara. Bagaikan besi baja yang di di bakar api. Ludira yang menyaksika perubahan ke dua tangan pemuda tampan itu, sempat terkejut kaget, namun kemudian kembali tertawa-tawa senang.

“Huahahaha…, Kau masih punya simpanan juga rupanya, bagus-bagus. Keluarkan semua ilmumu itu Rangga, karena sebentar lagi kau akan mampus di tanganku.” kata Ludira lagi dengan sombongnya.

“Kau terlalu banyak bicara, Paman.” sahut Rangga masih tetap tenang dan kalem.

“Bersiaplah Rangga.”

“Heeaaa…,”

“Hiyaattt…,”

Ke duanya kembali melompat cepat secara berbarengan, tanah bekas pijakan kaki Rangga dan Ludira pun, terlihat memunculkan debu sesaat, akibat keras dan luar biasanya hentakan ke dua kaki mereka. Yang sama-sama mengerahkan tenaga dalam dahsyat, tingkatan paling tertinggi itu.

Wesshhh…,

Pohon-pohon besar yang dekat dengan arena pertarungan ke dua pendekar itu juga semakin banyak yang roboh dan hancur, akibat dahsyatnya dua tenaga dalam yang sedang mengadu itu. Kali ini lelaki tua itu di buat kewalahan, sepasang tinjunya yang yang menyambar-nyambar ke arah tubuh Rangga seolah tak berarti apa-apa. Kali ini justru tubuhnya lah yang di buat sibuk, menghindari sepasang tangan Rangga yang terlihat berjumlah ribuan. Berkelebat dengan cepatnya, menyambar-nyambar ke segala arah. Pohon-pohon yang terkena pukulan tangan Rangga, seketika langsung berubah warna menjadi hitam. Dan lumer bagaikan abu.

Bughk…,

Prakkk…,

Grosraakkk…,

Ludira yang melihat kejadian itu pun, diam-diam merasa ciut hatinya. Namun sebagai seorang pendekar pilih tanding, pantang baginya untuk menunjukkan rasa takut itu. Terutama di hadapan lawan. Sementara sepasang tangan Rangga terus berkelebatan menyerang, sampai akhirnya lelaki tua itu tak bisa lagi menghindar. Dengan terpaksa, di cobanya untuk menangkis gerakan tangan pemuda tampan itu. Yang bergerak cepat menuju dadanya.

Bughk…,

Deesshhh…,

Kraaakh…,

“Arghhh…,”

Tepat di saat dua kekuatan tenaga dalam itu beradu, terlihat tubuh Ludira terhuyung-huyung ke belakang. Mulutnya menyeringai kesakitan, merasakan tulang pergelangan sebelah tangannya langsung remuk. Akibat berbenturan dengan pergelangan tangan Rangga, yang mengandung hawa kekuatan tenaga dalam tingkat tinggi itu. Belum juga tubuh lelaki tua itu mampu menjaga keseimbangan tubuhnya, tubuh Rangga kembali melesat ke depan, mengejarnya. Begitu cepatnya gerakan pemuda tampan itu, sehingga Ludira pun tak mampu lagi menghindar. Telapak tangan kanannya yang merilis jurus, ‘Pukulan Maut Paruh Rajawali’. Mendarat telak, menghantam dada lelaki tua itu.

Bughk…,

Deessshhh…,

“Aaa…,”

Tubuh Ludira pun terpental sejauh sepuluh tombak, tubuhnya terlempar deras hingga menabrak pohon yang ada di belakangnya. Lalu ambruk ke tanah, di iringi suara jeritan kesakitan yang melengking tinggi. Tubuh itu terlihat bekelojotan sebentar, lalu diam tak bergerak lagi. Di dadanya yang hitam legam, tampak membentuk sebuah gambar kepala burung rajawali. Sementara Rangga yang melihat lawannya telah tewas, tubuhnya kembali jatuh berlutut akibat kelelahan.

“Hosshhh..., hosshhh…,”

Nafas pemuda tampan itu terlihat ter engah-engah, butir-butir keringat pun tampak bercucuran di tubuhnya yang kekar dan berotot. Setelah rasa lelah mulai sirna, perlahan dia pun langsung melakukan semadi. Untuk mengembalikan tenaganya yang tadi terkuras habis, dan juga memulihkan lukanya. Suasana di Bukit Angsana yang tadi riuh akibat pertarungan dua tokoh pendekar sakti itu, kini kembali sunyi dan senyap. Hanya semilir angin sore yang terdengar berhembus pelan, seolah menemani Rangga yang kini tampak sedang bersemadi. Rimba persilatan pun akan kembali di buat ramai, karena satu lagi tokoh pendekar sakti yang selama ini tidak ada tandingannya. Telah tewas di tangan Pendekar Rajawali Sakti.

***

Sementara itu di kapal layar, yang di tumpangi Saka Lintang dan Intan Kemuning, gadis itu juga Nampak masih ter engah-engah setelah orgasme tadi. Sepasang matanya menatap tak percaya pada, pada wajah Saka Lintang. Terutama pada bagian bibirnya yang blepotan cairan lendir putih.

“Kamu benar-benar menggairahkan Intan, Sekarang gantian ya sayang.” kata Saka Lintang, dengan nafas terengah-engah.

Ke dua tangannya terulur, menarik tubuh Intan Kemuning agar bangun dari rebahnya. Setelah tubuh gadis itu berposisi duduk, Saka Lintang pun perlahan menurunkan jemari tangannya ke arah selangkangannya. Lalu meraba-raba pelan, serta mengelus-elus kelentitnya sendiri yang mulai basah dan gatal.

“Ga…, Gantian Kak?.” sahut Intan Kemuning kebingungan.

“Iya Intan, gentian sekarang kamu jilati punyaku. Ya?.”

“Gleekkk…, Ji…, ji… Jilat?.”

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd