Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[COPAS] Tetangga depan rumah kontrakan

Ok nubi lanjutkan lagi semoga bisa sedikit menghibur para suhu disini


Mbak Rani semakin pasrah ketika kugesek-gesek kemaluanku di sela kedua pahanya, seperti mencari jalan masuk ke kemaluannya yang kurasa sudah mulai basah. Bahkan tiba-tiba Mbak Rani seperti memberi jalan dengan menjengkitkan pantatnya sehingga Aku dengan mudah seperti menemukan jalan masuknya.

"Ton, nanti ketahuan tetangga...", desis Mbak Rani. "Sebentar aja Mbak", kataku, sambil mengangkat kaki Mbak Rani sedikit dan... blesss... "Auuuuuuh Ton...", Mbak Rani melenguh ketika kemaluanku memasuki tubuhnya dalam posisi berdiri itu. Aku mulai merasakan sebuah sensasi, bagaimana tetanggaku yang selama ini baik di depan suami dan anaknya sekarang sedang kusetubuhi. Aku mulai mengajaknya memainkan irama nafsu yang syahdu di pagi hari. Mbak Rani merintih-rintih, ketika kubalik tubuhnya sehingga Aku dapat memasukkan kemaluanku dari depan. Walau pun dalam posisi berdiri, Aku dapat merasakan lobang vaginanya yang sangat nikmat. Dengan posisi itu pun kupikir Mbak Rani bisa merasakan kemaluanku demikian mantap menggesek dinding kemaluannya. Aku memaju-mundurkan pantatku sedang Mbak Rani hanya pasrah, namun tiba-tiba dia mencengkeram bahuku dan Aku merasa lubang kemaluan Mbak Rani serasa lebih menjepit. "Ooooh Ton... aduuuhhh... ukh... ukh...", Mbak Rani kulihat tidak bisa lagi menahan perasaannya dan dia segera mengkontraksikan lobang vaginanya, desahannya pun tampak nyaring dan seperti tak sadar lagi. Aku pun sampailah ke puncak nikmat. Kugendong tubuh Mbak Rani yang telanjang bulat dan kutancapkan kemaluanku dalam-dalam.

Hening sesaat. Dipandangnya mataku yang juga sedang menatapnya. Aku seperti kaget dengan kelakuanku yang barusan dan aku juga tak tahu apa yang ada dalam pikiran Mbak Rani. Perlahan Mbak Rani menurunkan kakinya dan kemaluanku pun tercabut. Mbak Rani seperti menahan malu mengambil handuknya, lalu melilitkan ke tubuhnya dan bergegas menuju kamarnya. Aku pun dengan nafas masih terengah-engah melilitkan handukku dan lalu menuju kamarku sendiri.

Sejak kejadian itu, Mbak Rani tampak jadi pendiam. Beberapa hari berlalu hingga suatu pagi kulihat Mbak Rani keluar, berdiri di depan pintu, mengantarkan kepergian suaminya untuk berangkat kerja. Sebelum dia sempat masuk lagi ke rumahnya, Aku segera menghampirinya. "Mbak", panggilku. Kulihat Mbak Rani memandangku seperti marah. "Saya mau minta maaf soal kemarin". Mbak Rani berhenti sejenak. "Kamu itu kurang ajar", katanya acuh. "Soalnya sudah nggak tahan Mbak", kataku sambil mencoba meraih tangannya. Mbak Rani diam saja, sambil melihat ke sekeliling seolah takut ada yang melihat. "Iya kamu itu kasar tahu", desis Mbak Rani.

"Maaf, Mbak...", kataku sambil mencoba meremas pantatnya. "Huss...", desis Mbak Rani sambil menepis. Aku berteriak girang dalam hati. Dia tidak marah. Dia hanya memandangku lalu melengos masuk ke rumahnya.

Beberapa saat kemudian kulihat dari dalam kamarku Mbak Rani keluar lagi sambil membawa ember. Kali ini dia memakai gaun panjang. Mbak Rani sepertinya terdiam sesaat ketika berdiri di depan kamarku. Dalam hati aku bertanya, mungkinkah ini sebuah undangan, atau justru dia berusaha menghindar supaya tak tampak olehku.

Aku terus berpikir, namun... terus terang yang kemaren itu nikmat sekali. Tanpa menunggu lebih lama, dan dengan hanya menggunakan celana pendek, aku berjalan mengendap di sela-sela jemuran.

"Mbak...", kupanggil dia setelah posisiku agak dekat. Mbak Rani menoleh, dan... diluar dugaanku, Mbak Rani justru menghampiriku sambil tersenyum. Segera saja Aku menarik tangan Mbak Rani menuju segerombolan semak di pinggir sawah dan kebetulan kulihat ada selembar tikar usang disitu. Mbak Rani diam saja ketika Aku melepas gaunnya dan membiarkan tubuhnya telanjang bulat terpapar di depanku.

Mbak Rani seolah pasrah ketika pagi itu Aku menidurkan dirinya di alas tikar dan dengan mesra kujilati tubuhnya. Mbak Rani akhirnya kusenggamai berulang ulang di pinggir sawah itu, dan merupakan sensasi tersendiri ketika Aku menusuk kemaluannya dari belakang dengan posisi dogy style dan dengan langit sebagai atap. Erangan Mbak Rani seperti tertelan suara mesin pabrik roti. Mbak Rani semakin tergila-gila ketika Aku dengan posisi terlentang sedang dia dengan lembutnya mulai menelusupkan kemaluanku ke belahan kemaluannya. Ooooh... sungguh nikmat. Mbak Rani pun kelihatan sungguh menikmati persetubuhan ini. Tapi tiba-tiba... ada suara sepeda motor datang
bersambung
 
Hajar terus suhu, cm sepeda motor tukang kredit tuh.
Lanjutkan sampe crotsss...
 
Terimakasih suhu suhu yg udah nyimak tread ane walaupun copas semoga bisa menghibur suhu2 dimari, nubi hanya ingin melengkapi cerita yg ada di forum ini, meski begitu nubi ga nolak ijo ijo nya. Terimakasih suhu suhu yg udah nyimak tread ane walaupun copas semoga bisa menghibur suhu2 dimari, nubi hanya ingin melengkapi cerita yg ada di forum ini, meski begitu nubi ga nolak ijo ijo nya.
Monggo dinikmati endingnya.

Terakhir


Mbak Rani semakin tergila-gila ketika Aku dengan posisi terlentang sedang dia dengan lembutnya mulai menelusupkan kemaluanku ke belahan kemaluannya. Ooooh... sungguh nikmat. Mbak Rani pun kelihatan sungguh menikmati persetubuhan ini. Tapi tiba-tiba... ada suara sepeda motor datang.

"Oooh suamiku..", desis Mbak Rani terperanjat. Sambil melepaskan kemaluannya sehingga terdengar suara 'plops'.

"Ton, gimana nih, suamiku datang". "Sssst... jangan keluar dulu. Masak kamu mau menemuinya dengan kondisi seperti ini?". Mbak Rani seperti tersadar, lalu diam. Tapi dengan nakalnya Aku kembali mengarahkan kemaluanku sehingga kembali menelusup ke kemaluan Mbak Rani yang masih duduk di atas tubuhku. Mbak Rani terdiam menahan geli, sambil mengintip suaminya sedang celingukkan mencari. Saat itu seperti ada sensasi lagi bagiku, yaitu bersetubuh dengan orang lain sambil memperhatikan suaminya.

Aku mulai lagi menikmati tubuhnya dan kulihat Mbak Rani pun seperti kembali menikmati permainan dengan sedikit-sedikit menggerakkan pantatnya. "Oooohhh...", desisnya sambil menurunkan bongkahan pantatnya. "Mbak nakal ya... tega... ada suaminya kok ginian sama aku", bisikku. "Biarin Ton... Mbak lagi terangsang sekali sekarang.", katanya. Lalu seperti nekat, Mbak Rani mencabut dan membalikkan badannya mengarah ke suaminya yang terpicing-picing melihat ke arah semak. "Ton... tusuk aku dari belakang".

Aku tersenyum karena yakin biar pun sambil berdiri, aku tak akan kelihatan suaminya. Mbak Rani pun sepertinya menikmati hal itu ketika kemaluanku menyodok liangnya. "Ton sodok yang keras Ton... oooohhhh... terus Ton", sambil perlahan-lahan Mbak Rani mencoba untuk berdiri. "Ton... terus Ton... kita sambil berdiri Ton...", dan masih seperti nekat Mbak Rani berdiri dengan sedikit menungging dan Aku dengan mudah menyelusupkan kemaluanku yang panjang itu.

"Ooohhhh...", desis Mbak Rani sambil memperhatikan suaminya yang terlihat berdiri seolah-olah memandangnya. Tapi karena keadaan semak yang rimbun, dari jauh tentu tidak terlihat apa-apa. Dan ketika Mbak Rani mencapai puncaknya, Aku mendesakkan kemaluanku sedalam-dalamnya ke lubang kemaluan Mbak Rani.

"Adddduuuuuh Ton nikmat...", desis Mbak Rani.

Siang itu sepertinya Mbak Rani ingin terus bersenggama dan hendak melampiaskan nafsunya yang menggebu-gebu. Mbak Rani seperti sudah kehilangan nalarnya ketika mengajakku berjalan ke arah belakang kontrakannya yang tertutup rimbunan tanaman dan pagar sebatas dada, sehingga dari situ pandangan kita bebas ke jalan raya. "Ton... Mbak mau main lagi disini Ton". "Hah!!, ntar kelihatan orang!" "Sudahlah... ayo Ton", katanya sambil membuka kakinya menghadap jalan. Sambil sesekali menunduk, Aku lalu menyelusupkan batangku yang tegak perkasa ke belahan pantat Mbak Rani dan ketika sudah tepat kusodok kemaluan Mbak Rani. Mbak Rani kembali tergial-gial dan semakin histeris ketika melihat suaminya mengendarai sepeda motor ke arah jalan raya.

"Oooooh Ton lebih keras Ton... auuuuhhh...", dan seperti sengaja ketika orgasme yang kesekian kali, dengan beraninya disibakkan belukar di depannya seolah mau pamer ke orang-orang yang lalu lalang. Mbak Rani kulihat mengejan sekuatnya ketika kurasakan pula cairan nikmatnya menyembur, hampir bersamaan dengan semprotanku.

Ketika semuanya selesai, Mbak Rani kembali ke kamar kontrakannya dengan mengenakan gaun panjangnya, sementara aku bersembunyi dulu di tempat jemuran. Kudengar sayup-sayup Mbak Rani diberitahu tetangga sebelahnya, bahwa tadi suaminya mencarinya.Terimakasih suhu suhu yg udah nyimak tread ane walaupun copas semoga bisa menghibur suhu2 dimari, nubi hanya ingin melengkapi cerita yg ada di forum ini, meski begitu nubi ga nolak ijo ijo nya. Terimakasih suhu suhu yg udah nyimak tread ane walaupun copas semoga bisa menghibur suhu2 dimari, nubi hanya ingin melengkapi cerita yg ada di forum ini, meski begitu nubi ga nolak ijo ijo nya.
Monggo dinikmati endingnya.

Terakhir


Mbak Rani semakin tergila-gila ketika Aku dengan posisi terlentang sedang dia dengan lembutnya mulai menelusupkan kemaluanku ke belahan kemaluannya. Ooooh... sungguh nikmat. Mbak Rani pun kelihatan sungguh menikmati persetubuhan ini. Tapi tiba-tiba... ada suara sepeda motor datang.

"Oooh suamiku..", desis Mbak Rani terperanjat. Sambil melepaskan kemaluannya sehingga terdengar suara 'plops'.

"Ton, gimana nih, suamiku datang". "Sssst... jangan keluar dulu. Masak kamu mau menemuinya dengan kondisi seperti ini?". Mbak Rani seperti tersadar, lalu diam. Tapi dengan nakalnya Aku kembali mengarahkan kemaluanku sehingga kembali menelusup ke kemaluan Mbak Rani yang masih duduk di atas tubuhku. Mbak Rani terdiam menahan geli, sambil mengintip suaminya sedang celingukkan mencari. Saat itu seperti ada sensasi lagi bagiku, yaitu bersetubuh dengan orang lain sambil memperhatikan suaminya.

Aku mulai lagi menikmati tubuhnya dan kulihat Mbak Rani pun seperti kembali menikmati permainan dengan sedikit-sedikit menggerakkan pantatnya. "Oooohhh...", desisnya sambil menurunkan bongkahan pantatnya. "Mbak nakal ya... tega... ada suaminya kok ginian sama aku", bisikku. "Biarin Ton... Mbak lagi terangsang sekali sekarang.", katanya. Lalu seperti nekat, Mbak Rani mencabut dan membalikkan badannya mengarah ke suaminya yang terpicing-picing melihat ke arah semak. "Ton... tusuk aku dari belakang".

Aku tersenyum karena yakin biar pun sambil berdiri, aku tak akan kelihatan suaminya. Mbak Rani pun sepertinya menikmati hal itu ketika kemaluanku menyodok liangnya. "Ton sodok yang keras Ton... oooohhhh... terus Ton", sambil perlahan-lahan Mbak Rani mencoba untuk berdiri. "Ton... terus Ton... kita sambil berdiri Ton...", dan masih seperti nekat Mbak Rani berdiri dengan sedikit menungging dan Aku dengan mudah menyelusupkan kemaluanku yang panjang itu.

"Ooohhhh...", desis Mbak Rani sambil memperhatikan suaminya yang terlihat berdiri seolah-olah memandangnya. Tapi karena keadaan semak yang rimbun, dari jauh tentu tidak terlihat apa-apa. Dan ketika Mbak Rani mencapai puncaknya, Aku mendesakkan kemaluanku sedalam-dalamnya ke lubang kemaluan Mbak Rani.

"Adddduuuuuh Ton nikmat...", desis Mbak Rani.

Siang itu sepertinya Mbak Rani ingin terus bersenggama dan hendak melampiaskan nafsunya yang menggebu-gebu. Mbak Rani seperti sudah kehilangan nalarnya ketika mengajakku berjalan ke arah belakang kontrakannya yang tertutup rimbunan tanaman dan pagar sebatas dada, sehingga dari situ pandangan kita bebas ke jalan raya. "Ton... Mbak mau main lagi disini Ton". "Hah!!, ntar kelihatan orang!" "Sudahlah... ayo Ton", katanya sambil membuka kakinya menghadap jalan. Sambil sesekali menunduk, Aku lalu menyelusupkan batangku yang tegak perkasa ke belahan pantat Mbak Rani dan ketika sudah tepat kusodok kemaluan Mbak Rani. Mbak Rani kembali tergial-gial dan semakin histeris ketika melihat suaminya mengendarai sepeda motor ke arah jalan raya.

"Oooooh Ton lebih keras Ton... auuuuhhh...", dan seperti sengaja ketika orgasme yang kesekian kali, dengan beraninya disibakkan belukar di depannya seolah mau pamer ke orang-orang yang lalu lalang. Mbak Rani kulihat mengejan sekuatnya ketika kurasakan pula cairan nikmatnya menyembur, hampir bersamaan dengan semprotanku.

Ketika semuanya selesai, Mbak Rani kembali ke kamar kontrakannya dengan mengenakan gaun panjangnya, sementara aku bersembunyi dulu di tempat jemuran. Kudengar sayup-sayup Mbak Rani diberitahu tetangga sebelahnya, bahwa tadi suaminya mencarinya.
Selesai
terimakasih atas perhatiannya.
 
Bimabet
Sepertinya Rani ke gep oleh suaminya yang mempunyai indera ke 6 :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd