Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Crazy Ass Couple (True Story)

icungukis

Semprot Kecil
Daftar
3 Dec 2016
Post
58
Like diterima
59
Bimabet
CRAZY ASS COUPLE
Prolog

- Cerita berjudul Crazy Ass Couple ini akan dibuat dalam beberapa sekuel, jika mendapat respon yang baik dari penikmat subforum cerita panas Semprot.
- Jarak terbit antar-sekuel diperkirakan akan memakan waktu 3-5 hari, menyesuaikan kesanggupan TS dalam menyusun tulisannya.
- Setting dalam cerita ini menggunakan beberapa sudut pandang cerita : TS' Side Story dan WF' Side Story
- Cerita ini murni merupakan hasil karya berdasarkan pengalaman TS sendiri, dan tidak mengambil atau menjiplak dari cerita manapun. Jika terdapat kemiripan atau kesamaan, maka itu hanya kebetulan belaka.
- Proporsi cerita ini 90% dibuat berdasarkan pengalaman nyata TS bersama WF, sedangkan 10% sisanya adalah dramatisasi. Perjalanan kehidupan seksual yang unik antara TS dengan WF menjadi tema utama dari cerita ini.
- Pembuatan cerita ini tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan pihak manapun, dan TS juga tidak bertanggungjawab atas akibat yang mungkin muncul pada penikmat subforum cerita panas Semprot setelah membaca cerita ini.
- TS saat ini berusia 30 tahun, dan WF berusia 23 tahun. Untuk menjaga kerahasiaan dan privasi, maka TS dan WF menggunakan nama samaran dalam cerita ini.
- TS berharap tidak ada PK di antara kita.
- Jika berkenan, mohon agar diberikan GRP agar memberikan semangat ekstra bagi TS untuk menyusun cerita.
- Kurang dan lebihnya, TS yang masih nubie dalam semesta forum Semprot yang terhormat ini mohon maaf yang sebesar-besarnya.
 
Terakhir diubah:
*BASED ON TRUE STORY*
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami TS dan WFnya.
Setting dalam cerita ini memposisikan TS sebagai orang pertama tunggal untuk membuat jalan cerita menjadi lebih menarik dan mudah diimajinasikan.
Beberapa nama dan lokasi dibuat berbeda dengan tujuan menjaga kerahasiaan identitas TS dan WF.
Pembaca sangat dianjurkan untuk mempersiapkan pelumas agar prosesi haphap berjalan lebih nyaman.


PART I - Our (Genitals) First Met

Sore itu cuaca agak mendung. Tapi awan kelabu tidak menghalangi niatku untuk berangkat kuliah. Dalam mobil, aku sudah terbayang dengan siapa malam ini aku akan menghabiskan waktu.

"Ya, malam ini aku akan tidur bersama Natalie", gumamku dalam hati.
Kebetulan ortuku sedang pergi ke luar kota, jadi rumahku sepi.

Aku dan Natalie dipertemukan di dalam kelas ketika aku memutuskan kembali menempuh kuliah untuk yang kedua kalinya. Kuliah pertamaku berantakan gara-gara bisnis ortu yang bangkrut, sehingga aku harus meninggalkan bangku perguruan tinggi dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan di rumah. Setelah cukup sukses dalam berkarir, aku kemudian tersadar bahwa di Indonesia gelar pendidikan dianggap jauh lebih penting ketimbang kompetensi yang dimiliki seseorang. Maka aku pun memutuskan masuk ke salah satu kampus swasta di Denpasar. Di kelas inilah, aku mengenal Natalie. Gadis imut berkacamata keturunan Tionghoa ini langsung berhasil mencuri perhatianku. Well, namaku Rey. Atau setidaknya begitu aku biasa dipanggil. Overall, aku sendiri bisa dibilang punya penampilan yang menarik. Selain dari gingsul yang membuat wajahku tampak manis ketika tersenyum, aku tergolong mahasiswa dengan kondisi ekonomi yang cukup mapan. Aku juga adalah seorang mahasiswa yang selalu mencuri perhatian para dosen dengan nilai-nilai akademikku yang jarang sekali di bawah A-. Bahkan selama kuliah, aku hanya pernah mendapat empat B+, sisanya A. Tak heran, kepribadianku ini menjadikan aku sebagai sosok yang cukup dikenal di kampus.
Setelah pedekate dengan Natalie selama beberapa minggu, akhirnya usahaku mulai terlihat hasilnya.

"Nat, ntar malem jadi kan nginep di rumahku?", tanyaku pada Natalie.

"Jadi ngga yaaa..?", goda Natalie sambil bercanda.

"Yaaah.. Jadi dooong, please. Aku udah siapin semuanya loh", jawabku dengan muka memelas manja.

"Hmm.. Kamu mau jemput aku jam berapa ntar?", balas Natalie.

"Abis kelar acara di B*she ya. Sekitar jam 1an deh", jawabku singkat.

"Malem bener. Awas kalo sampe mabok ya, aku ngga mau diapa-apain sama kamu", ujar Natalie dengan wajah jutek.

"Berarti kalo aku ngga mabok, kamu mau aku apa-apain nih?", tanyaku sambil melempar senyum iblis.

"Iihh.. Ogah!", sergah Natalie sembari meledekku.

"Hahahaha.. Yauda, ntar aku jemput jam 1 deh", tegasku sambil menggandeng tangan Natalie dan mengajaknya ke kantin.

Aku memang memiliki pergaulan yang lumayan luas. Aku juga tergabung dalam salah satu klub otomotif yang cukup bergengsi, sehingga kadang sibuk dengan acara kopdar dan party.
Dan seperti yang telah direncanakan, akupun pamit lebih awal untuk bergegas menjemput Natalie.

"Udah lama nunggunya?", tanyaku sambil membukakan pintu mobil untuk Natalie.

"Udah, aku sampe hampir jadi ikan asin", jawab Natalie sambil cemberut.

"Hehehehe.. Maaf deh. Yang penting kan sekarang aku udah jemput", ujarku sambil mendekatkan wajah ke bibir Natalie.
Tanpa disadari, sesaat kemudian lidah kami sudah saling berpagutan.

"Udah ah, ntar kita lanjutin di rumah kamu aja", bisik Natalie sambil mengedipkan matanya.

"Mau lanjut ngapain nih?", tanyaku dengan tatapan nakal ke mata Natalie.

"Ngapain kek, udah gede ini!", jawab Natalie sambil menjulurkan lidahnya.
Aku pun memacu mobilku. Tak sabar rasanya ingin segera melampiaskan birahi bersama Natalie. Sesampainya kami di rumah, aku langsung mempersilakan Natalie masuk ke kamarku.
Natalie namanya. Ya, gadis ini memang sungguh manis. Wajah khas oriental dihiasi gingsul di giginya membuat Natalie sekilas mirip dengan Chelsea Olivia. Balutan tube dress model kemben abu-abu dengan bawahan mini jeans skirt, yang dipadu cardigan putih berbahan wol membuatku makin penasaran, apa gerangan yang ada di balik semua itu. Natalie memang piawai untuk urusan fashion, karena sejak SMA dulu ia aktif menjadi model freelance. Dan dia tau betul, bagaimana cara memancing mata lelaki untuk memandang tubuhnya.
Aku pun memulai dengan memeluk Natalie dari belakang sambil menciumi lehernya yang wangi.

"Mmmhh..", desah Natalie yang makin membangkitkan gairahku.
"Kamu ngga pengen ngambilin aku minum dulu gitu?", tanya Natalie yang seketika membuyarkan taktik perang yang sudah kususun sedemikian rupa.

"Hahahaha.. Sorry, lupa. Kamu sih bikin kebelet", jawabku sambil ngeloyor pergi ke dapur.
"Sial! Kentang bener", aku mengumpat dalam hati menahan keki. Aku mengambil jus jeruk kemasan botol dari dalam kulkas, menuangkannya ke dalam gelas, dan menambahkan sedikit es batu, kemudian membawakannya ke kamar.

"Nah, gitu dong. Itu baru gentleman, nyediain ceweknya minum", kata Natalie yang jelas tau bahwa aku sebenarnya sudah punya pikiran nakal. Sambil meneguk minuman yang kusediakan, ia melepas karet pengikat rambutnya yang kemudian terjatuh ke lantai.
"Eh..!", refleks Natalie terkejut.

"Sini, biar aku ambilin", ujarku cepat sembari membungkukkan badan di depan Natalie untuk mengambil ikat rambutnya. Dengan respon seperti ini, aku berharap ia akan menganggapku gentleman sekali lagi.
Betapa kagetnya aku ketika tak sengaja aku menoleh ke arah selangkangan Natalie yang ternyata sudah tidak memakai celana dalam. Ya, NATALIE SUDAH MELEPAS CELANA DALAMNYA. Entah kapan dia melakukan itu, aku benar-benar bingung.

"Kamu lagi ngeliatin apa, Rey?", tanya Natalie yang sontak membuatku kalang kabut.

"Ng.. Ngga, itu, anu", jawabku gugup.
Bagaimana tidak, belum selesai keterkejutanku melihat memek Natalie yang terpampang jelas tanpa penutup, ditambah dengan kebingungan memikirkan sejak kapan Natalie melepas celana dalamnya, tiba-tiba saja dihajar dengan pertanyaan telak yang membuatku tak bisa berkelit.
Dan jelas, pemandangan seperti itu tidak akan membuat penis lelaki normal manapun tetap terlelap.

"Kamu kok salting gitu sih? Kayak ngga pernah liat vagina aja", celetuk Natalie yang membuatku makin tampak bodoh.
"Nih, kamu pilih aja mau diapain. Mau kamu elus atau kamu jilat? Hm?", lanjutnya sambil menaikkan mini skirtnya, membuka lebar selangkangannya, dan mengusap memeknya dengan jari-jari lentiknya.
Aku terdiam, benar-benar tidak menyangka akan dihadapkan pada situasi seperti ini. Selama ini aku melihat Natalie sebagai cewek yang rada nerd dan culun. Tapi siapa sangka, Natalie mampu menyimpan rahasia binalnya di balik kacamata baca.
Sejurus kemudian tangan Natalie menarik lenganku untuk membantuku berdiri, yang secara bersamaan meleburkan lamunanku.

"Kamu kelamaan ah. Payah", ujar Natalie sambil berlutut di hadapanku. Tanpa basa-basi, Natalie langsung melepaskan ikat pinggang, kancing, dan resleting, kemudian menarik celana beserta boxer yang kupakai. Belum usai keterkejutanku atas apa yang baru saja dilakukan Natalie, gadis itu langsung meraih penisku yang mulai tegak dan memasukkan penis itu ke mulut mungilnya.

"Aahh..", desahku yang seolah baru tersadar dari hipnotis. Aku tak habis pikir, bagaimana cowok dengan image multitalent sepertiku bisa kalah strategi dari cewek culun.

"Mmpphh, nnngghh", desah Natalie sambil mengulum penisku, membuatku merasakan geli yang luar biasa. Efek getaran dari desahan itu membuat kuluman Natalie semakin terasa nikmat.

"Uuughh, shit! Aaahh", umpatku menahan nikmatnya aksi oral Natalie. Tidak hanya mengulum, tapi Natalie juga memainkan kepala penisku menggunakan lidah di dalam mulutnya.
"Aarrghh.. Brengsek, apa-apaan ini? Kenapa aku malah jadi keliatan tolol di depan nih cewek?", gumamku dalam hati.
Tak mau kalah, aku pun membuka baju, kemudian mengangkat Natalie dan membaringkannya di kasur.

"Kamu ngapain? Aku kan belom selesai mainan...aaarrrgghhh, shiittt!", Natalie menjerit kecil ketika mulutku mulai menyentuh bibir vaginanya.
"Ooughh.. Fuck, babyyy!", desah Natalie semakin menjadi saat aku mulai memainkan lipatan vagina gadis manis itu dengan lidahku. Vagina berwarna pink dan wangi itu pun mulai mengeluarkan cairan, yang kemudian kulumat habis.
"Nngghhh.. Noo, baby! Dooon't! Aahh..", Natalie mulai meracau tak karuan.
"Masukin titit kamu dong, aku udah ngga tahan niiih", pinta Natalie dengan wajah super sange.

"Udah siap nih? Kamu loh yang minta", ujarku menggoda Natalie. Dalam hati aku masih memaki diriku sendiri yang terlihat seperti amatiran di awal permainan tadi.
Aku pun mulai mengusap permukaan vagina Natalie yang sudah basah itu dengan kepala penisku, kemudian memasukkan batang penisku secara perlahan.

"Nngggggg.. Aaaahhh.. Aawhh", jerit Natalie ketika seluruh batang penisku menusuk liang vaginanya.
"Ough! No, babyy.. Haaah.. Dalem banget masuknyaaa", ujar Natalie pelan, dengan wajah yang horny tak karuan.

"Mmhh.. Ini hukuman buat cewek nakal yang tadi udah ngerjain aku", jawabku dengan sedikit rasa kesal merespon kata-kata Natalie yang mulai ngawur.
"Aku bakal bikin kamu ngga tahan. Aarrgghh", lanjutku sambil menyodok penisku keluar masuk vagina Natalie dengan ritme yang mulai meningkat.

"Aah.. Ahh.. Ughh.. Mmhhh! Yeah, honey", desah Natalie yang sesekali melihat ke penis yang sedang menggoyang memeknya, kemudian mencuri pandang menatap wajahku.
"Shittt, Rey. Nnghh.. Good job, baby! Ahh.. Ummhh, rasanya enak banget yank. Aghh.. Mmhh, mmhh, mmhh, owyeah", Natalie makin meracau sambil memejamkan matanya dan mulai menggigit-gigit bantal.

Selang 15 menit, kami kemudian berganti posisi. Kali ini aku berbaring terlentang, Natalie berada di atas, dan jemarinya dengan lembut menuntun penisku masuk ke dalam memeknya yang sudah becek itu.

"Aaawwwhh! Uuuummhh", Natalie kembali menjerit kecil waktu penisku menancap ke dalam memeknya. Saking dalamnya, Natalie pun merasa ujung penisku menyentuh dasar vaginanya.

"Damn, baby. Ugghh! You're so hot", aku memuji Natalie karena kurasa ia benar-benar berhasil membangkitkan gairahku. Aku kagum dengan liarnya permainan ranjang Natalie di balik penampilan lugu yang selama ini ditunjukkan gadis itu. Bagaikan seseorang yang memilik dua kepribadian yang berbeda.

"Baby, mainin ini doong. Mmmhh.. Auugghhh.. Akhh", ujar Natalie sambil menurunkan kemben yang dipakainya. Perlahan-lahan tersibak di balik tube dress itu, sepasang buah dada berukuran 32B. Memang kecil, namun cukup padat. Pas di genggaman tangan.
Toket Natalie sungguh menggemaskan. Areolanya berwarna coklat muda, dengan puting mungil yang sudah mancung dan mengeras, tanda gadis imut ini sedang dalam puncak birahinya.

"Mmhh.. Mmmhh.. Ngghhh.. Mmmpphh.. Agghh", aku langsung melumat toket Natalie seolah-olah tak ingin menyia-nyiakan apa yang ada di hadapan wajahku. Sambil sesekali aku mainkan ujung puting satu toketnya dengan lidah, aku juga meremas-remas sebelah toket yang lain.

"Auhh.. Ouuhh.. Ughh.. Aahhh.. Nggghhhhh.. Noooo!", teriak Natalie yang mulai kehilangan kontrol akibat rangsangan yang hebat secara bersamaan baik di memek maupun toketnya. Mungkin menyadari bahwa ia tidak lagi bisa mengontrol suaranya, Natalie kemudian meraih sebelah tanganku yang sibuk bermain dengan toketnya, kemudian memasukkan jari telunjukku ke dalam mulutnya.
"Mmpphh.. Mmhh.. Mmhh.. Ngghhh", desahannya yang tersumpal jari telunjukku mulai terdengar samar.

Awalnya ini memang tampak biasa saja. Namun lama kelamaan aku mulai membayangkan sesuatu yang gila. Aku teringat dengan adegan film bokep threesome yang sering kutonton, dimana si wanita mengulum penis seorang pria, pada saat yang bersamaan vaginanya dihajar oleh pria yang lain.
"Oougghhh, fuuuucckkk!", teriakku yang hampir saja ejakulasi membayangkan adegan threesome tadi aku praktekkan bersama Natalie. Untung saja di saat yang bersamaan Natalie mencabut penisku dari vaginanya.

"Sayang, kita ganti posisi yukk!", sergah Natalie dengan nafas yang terengah-engah.

"Okay, siapa takut", jawabku sok cool. Padahal aku hampir saja dibuat takluk akibat imajinasi threesome yang tak disengaja.

"Aku udah orgasme dua kali nih", bisik Natalie di telingaku, sambil kemudian membalikkan badannya dan mengambil posisi siap untuk di-doggy.
"Tusuk disini ya, sayang", ujar Natalie sambil nungging dengan vagina yang ia buka dengan telunjuk dan jari tengahnya.
Betul-betul pose yang membuat birahiku semakin tak terkendali.

"Oughh.. Aahh", desahku yang kembali menghujamkan batang kemaluanku ke dalam memek Natalie, kali ini dengan posisi doggy-style.

Tak tinggal diam, rupanya Natalie ingin segera mencapai klimaks yang ketiga kalinya.
"Nnghhh.. Aahh.. Aahh.. Mmhhh.. Ughh", jerit kecil Natalie mengiringi gerak pinggulnya yang ikut maju-mundur.
"Aaghh! Kencengin lagi, yank.. Aku udah pengen keluar lagi niihh.. Hmmmpphh", ujar Natalie yang seolah tak ingin aku mengendurkan ritme dalam memompa vaginanya.

"Yes, baby. Do you like it? Ughhh", tanyaku sambil menggenjot Natalie dengan cepat.

"Oughh! Fuck, baby.. Mmhh.. Yeahhh, honey. I'm cumming.... Aaarrgghhh!", teriak Natalie sembari bangkit dari posisi doggy dan membusungkan dadanya.
Ia mengejang kenikmatan sambil merengkuh leherku, dan mencumbuiku penuh kepuasan. Ritmenya pun mulai menurun, pinggulnya bergerak perlahan namun tetap menjepit penisku yang basah oleh cairan vaginanya.

"Mmhh.. Sekarang giliran aku yahh.. Ughh.. Mmhh", ujarku menggoda setengah berbisik sambil kembali menaikkan tempo permainan.

"Aahh.. Baby, aku udah ngga tahan lagi.. Ummhh.. Geli, yank!", ucap Natalie sambil merapatkan pangkal pahanya untuk menahan gerak keluar masuk penisku yang kembali meningkat.
Namun hal ini justru membuatku makin merasa batang kemaluanku tercengkeram erat, dan membuatku tak dapat menahan derasnya aliran sperma yang ingin segera menyembur dari penisku.

"Fuck, Nat.. Aku udah ngga tahan lagi.. Aagghh", ujarku yang tidak lagi bisa mengendalikan diri.
Natalie yang tau betul bahwa aku akan mencapai klimaks, segera mencabut penisku dari vaginanya. Ia langsung mengambil posisi terlentang di hadapanku, mengocok batang penisku dan mengulum ujungnya dengan ganas.

"Hmmmpphh.. Nngghhh.. Mmhh.. Keluarin, mmhh.. Di mulut aku, sshhh.. Yank", ucap Natalie terbata-bata karena bibir mungilnya penuh oleh batang kemaluanku.

"Nngghhhh.. Aaaarrrgghhh!", sejurus kemudian spermaku memenuhi rongga mulut Natalie, dan banyaknya cairan yang keluar dari penisku membuat bibir mungil itu tak sanggup menampungnya.

"Mmhh.. Enak, sayang?", tanya Natalie padaku, sambil tetap mengocok penis yang masih mengeluarkan sperma itu. Tak pelak, sisa sperma yang muncrat pun membasahi wajah dan toket Natalie, bersamaan dengan melubernya sperma yang tidak muat ditampung mulut mungilnya.
"Aahh.. Mmmpphh.. Banyak banget keluarnya, Rey", lanjut Natalie sembari menyedot sisa-sisa sperma dari ujung penisku.

"Aghh, shit! Iya, gara-gara kamu nih, aku jadi ngga tahan", jawabku dengan nafas terengah-engah.
"Aku ngga nyangka, ternyata kamu slutty juga ya", pungkasku.

"Slutty apaan sih?", tanya Natalie dengan wajah polosnya.

"Slutty itu BINAL", jawabku sambil tertawa.

"Hahahaha.. Makanya, jangan nilai orang cuma dari penampilannya", ujar Natalie dengan nada meledek.
"Kamu tuh ya, tampang aja playboy. Dikasi vagina malah salah tingkah", lanjutnya.

"Hahahaha.. Sial, abisnya aku kan ngga nyangka kamu bisa kaya gitu. Niatku pengen ngerjain kamu, malah jadi aku yang dikerjain", jawabku ngeles.
"Eh, iya. Kok tau-tau tadi kamu udah ngga pake CD aja? Emang kapan ngelepas CD-nya?", tanyaku yang masih diliputi rasa penasaran.

"Kamu pengen tau aja apa pengen tau banget?", jawab Natalie menggodaku.
"Dari kamu jemput aku di rumah tadi aku emang udah ngga pake CD dan bra kok", bisiknya di telingaku, membuatku semakin tercengang dengan apa yang baru saja kudengar.

"Kamu gila ya?", ujarku penuh keheranan. Rasanya aku masih tak percaya dengan pengakuan Natalie.

"Iya, aku emang gila. Kalo aku udah horny, kamu ngga akan nyangka apa yang bisa aku lakuin", ungkap Natalie dengan pasti.

Aku sempat terdiam sejenak, memikirkan betapa gilanya gadis lugu ini. Gadis lugu yang telah memperdayaiku dengan penampilannya, dan membuatku tertegun dengan kemampuan permainan ranjangnya.
Kami berdua akhirnya menuju kamar mandi untuk membersihkan badan dan kemudian beristirahat.
Natalie pun melewati malam itu dengan terlelap di pelukanku.

TO BE CONTINUED..
 
Terakhir diubah:
kalo bgini genrenya apa ya hu?

lAnjutkan sampe TMT.

:beer:

Mohon bersabar ya, suhu..
Nubie sedang dalam proses penulisan untuk lanjutan cerita ini.. Semoga bisa kelar dalam waktu singkat..

Untuk genrenya sendiri, cerita ini mengikuti alur pengalaman nubie dan WF nubie.. Dan banyak yang terjadi dalam beberapa tahun hubungan kami.. Intinya variatif, suhu..
Chapter pertama ini masih perkenalan dulu.. Yang berikut-berikutnya akan lebih horor lagi..
:D
 
Parkir dulu suhu..

Wah..awal udah hot..hehe

Teruskan suhu
 
Spesial untuk edisi-edisi awal, semalem nubie coba kebut garap part II, dan ternyata bisa selesai..

Perkenankan nubie mempersembahkan part II untuk sesuhu yang ada disini..
 
*BASED ON TRUE STORY*
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami TS dan WFnya.
Setting dalam cerita ini memposisikan WF sebagai orang pertama tunggal untuk membuat jalan cerita menjadi lebih menarik dan mudah diimajinasikan.
Beberapa nama dan lokasi dibuat berbeda dengan tujuan menjaga kerahasiaan identitas TS dan WF.
Pembaca sangat dianjurkan untuk mempersiapkan pelumas agar prosesi haphap berjalan lebih nyaman.


PART II - The Slut Got Fucked by Dick(s)

Tak dapat kuungkapkan betapa senangnya aku menjalani hari-hariku bersama Rey. Di antara kami memang belum ada status hubungan yang jelas, tapi aku menikmati setiap momen yang kami habiskan berdua. Jujur saja, aku memang sudah mulai merasakan jatuh cinta pada Rey, tapi hubungan lamaku belum sepenuhnya berakhir. Mantanku kadang masih menghubungiku dan memintaku untuk sekedar menemaninya di kost. Tapi aku rasa semua orang juga tau, apa yang bakal terjadi jika cewek dan cowok tidur dalam satu kamar. Ya, aku kadang memang masih berhubungan intim dengan mantanku. Namun entah kenapa, aktivitas seks yang kulakukan dengan mantanku seolah hanya sekedar melepas birahi saja, tanpa melibatkan perasaan. Aku tidak merasakan kenyamanan dan kehangatan seperti yang kurasakan saat aku berbagi tubuh dengan Rey.

"Beep.. Beep..", ponselku berbunyi, seketika membuyarkan lamunanku yang sedang membayangkan bagaimana penis Rey menusuk-nusuk vaginaku beberapa hari yang lalu. Bahkan saking nikmatnya make love dengan Rey, membayangkan hal itu saja sudah membuat pantyliner-ku basah.
"Hey, sexy. Aku bingung nih pengen meluk siapa ntar malem", tulis Rey dalam chat Whatsapp-nya.

"Peluk aja tiang listrik sono!", balasku sok jutek.

"Tapi tiang listrik ngga ada yang secantik dan seseksi kamu. Sekalinya aku goyang, bisa-bisa aku langsung gosong kesetrum", timpal Rey mencandaiku.
Inilah salah satu poin plus Rey di mataku. Selain manis dan jenius, ia juga selalu bisa membuatku tersenyum bahkan di saat-saat tak terduga. Bagiku, Rey adalah cowok yang menyenangkan.

"Hahahaha.. Yauda, ntar malem aku temenin deh", ujarku menyetujui permintaan Rey.
"Hmm.. Bakalan jadi malem yang seru nih", pikirku dalam hati.

Aku pun menjalani hariku dengan normal, diiringi rasa gembira membayangkan aku akan terlelap di pelukan Rey lagi nanti malam. Wangi tubuh dan hangatnya dekapan Rey tidak bisa kulepaskan dari pikiranku, jika tidak membuatku berkhayal lebih jauh lagi tentang bagaimana penetrasi penis Rey ke liang vaginaku membawaku pada indahnya surga dunia.
Saat ini aku bekerja di sebuah toko mainan anak sebagai SPG. Namun jangan salah, penampilanku pada saat bekerja jauh berbeda dengan ketika aku mempersiapkan tubuhku untuk dijelajahi oleh Rey. Seragam kerjaku hanya polo shirt biasa, dengan bawahan celana jeans. Khusus untuk malam nanti, aku sudah menyiapkan baju ganti yang akan kupakai usai bekerja. Kemeja semi-transparan dengan bra bukaan depan, yang akan kupadukan dengan hotpants hitam favoritku.

"Beep.. Beep..", klakson mobil Rey menyapaku. Aku memang sudah menunggunya di depan toko, supaya ia tidak perlu lagi mencariku ke dalam.

"Hai, sayang", ucapku sembari duduk di mobil Rey dan memberikan kecupan di bibirnya.

"Udah lama nunggunya?", tanya Rey berbasa-basi.

"Belom kok. Yang pasti ngga selama permainan satu ronde sama kamu", ujarku sambil menggoda.

"Kamu ini, awas ntar ya", balas Rey sambil tersenyum.
Meski ia terlihat tersipu, aku tau dalam benaknya Rey pasti sudah tak sabar membayangkan bagaimana ia akan menghabiskan energinya untuk memuaskanku nanti.

Kami berdua pun sampai di rumah Rey. Ia membukakan pintu dan mempersilakanku masuk ke kamarnya. Meskipun Rey itu adalah seorang cowok, harus kuakui bahwa ia adalah pria yang sangat rapi. Belum pernah kulihat cowok yang kamarnya tertata rapi, hingga sprei yang menutupi springbed-nya selalu kencang. Rey tidak memiliki pembantu di rumahnya, dan ortunya sedang berada di luar kota untuk waktu yang cukup lama. Hal itu membuatku yakin, bahwa ia mengerjakan sendiri tugas beberes kamarnya. Pria yang unik, setidaknya begitu menurutku.

"Huuufftt..", keluhku sambil merebahkan badan di kasur Rey yang rapi itu.
"Capek banget hari ini. Udah gitu si boss pake acara bawel pula", lanjutku.

"Trus? Masa kamu diem aja dimarahin si boss kalo kamu ngga salah?", tanya Rey padaku.

"Ya mau gimana lagi? Emang aku bisa apa kalo si boss udah ngomel?", ujarku bertanya balik.

"Ya mungkin kamu bisa mulai dengan masuk ke ruangannya, trus berlutut di depannya, buka celananya, dan bales omelannya pake mulut kamu juga..", jawab Rey sambil meledek.

"Ish! Apaan sih kamu", sergahku memotong omongan Rey yang menurutku agak kelewatan. Tapi meski begitu, sempat juga terlintas di pikiranku membayangkan bagaimana jika kulakukan apa yang barusan Rey katakan.
Aku orangnya memang gampang terpancing untuk membayangkan yang aneh-aneh. Apa ini yang disebut dengan hypersex? Entahlah, aku sendiri kurang paham istilah-istilah semacam itu.

"Atau kamu bisa minta dia untuk buka kancing bajumu kaya gini..", lanjut Rey bersamaan dengan tangannya yang mulai melepas kancing kemeja yang kupakai satu persatu.

"Mmhh.. Rey, sayaaang", desahku saat merasakan hembusan nafas Rey di belahan dadaku.
Ia hanya perlu melepaskan kaitan bra yang terpampang di depan matanya untuk bisa melihat puting susuku yang sudah mulai mengencang.

"Trus biarin dia mainin toket kamu..", ucap Rey setengah berbisik sambil meremas payudara kiriku dengan tangan kanannya.

"Kamu.. Jangan bikin.. Aku.. Ngga.. Tahaaan..", kata-kata yang keluar dari mulutku mulai terputus-putus, menahan rangsangan hebat yang diberikan Rey.
Akhirnya ia melepaskan kaitan braku, sehingga tampak buah dadaku yang putih mulus itu. Ukurannya memang tidak besar, tapi aku selalu berusaha menjaganya agar tampak kencang.

"Mmhhh.. Nngghh.. Wowhh..", dengus Rey seraya menjilati dan melumat putingku.
Geli yang kurasakan membuat vaginaku banjir. Rey memang piawai membangkitkan gairahku dengan foreplay-nya.
"Sekarang kamu pake ini dulu ya", kata Rey seraya mengambil sehelai kain yang digunakan untuk pengikat gorden, lalu melingkarkannya di kepalaku dan menutupi mataku.

"Kamu mau ngapain, Rey?", tanyaku bingung.

"Kita coba sensasi baru", jawab Rey sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Jangan aneh-aneh ya", pintaku dengan mimik wajah serius.
Rey hanya tersenyum saja sambil meneruskan memakaikan penutup mataku. Setelah itu kurasakan lidahnya masih memainkan putingku yang makin mancung.
"Mmhh.. Ouuhh.. Aahh..", desahku menahan rasa geli yang menjalari payudaraku.
Kurasakan sebelah tangan Rey mulai sibuk membuka celananya, sehingga tanpa melihat pun, aku tau apa yang sedang ia lakukan saat ini. Rey kemudian bangkit dari tempat tidur dan bisa kupastikan ia melepas celananya di lantai. Kepala ikat pinggang yang menyentuh lantai keramik kamarnya jelas terdengar. Aku pun mulai melepaskan hotpants yang kupakai.

"Emutin dong, sayang", terdengar suara Rey dibarengi dengan penis yang menyentuh ujung bibirku. Aku pun segera membuka mulutku dan memasukkan batang kelamin itu, seraya menjilatinya. Aku masih berbaring dengan posisi menghadap ke samping kasur, dengan payudara yang terbuka lebar, dan ia berdiri disampingku menyodorkan penisnya.

"Hmmmhh.. Mmphh.. Ngghh.. Mphh.. Mphh..", aku mengerang nyaris kehabisan nafas, karena penis yang masuk ke dalam mulutku ukurannya sedikit lebih besar dari biasanya.
"Pasti Rey sedang benar-benar horny, sampai penisnya memenuhi mulutku begini", batinku. Ukuran penis yang kukulum ini memang cukup besar, namun tidak sekeras dan sepanjang biasanya.
Belum sempat aku berpikir lebih jauh soal ukuran penis yang kulumat dengan mulut dan lidahku, aku merasa ada sentuhan lembut di vaginaku.
"Ngga salah lagi, permainan lidah ini. Ini pasti lidah Rey", gumamku dalam hati.
"TUNGGU!", pikirku.
"Jika yang sedang menjilati vaginaku ini adalah Rey, bagaimana ia bisa berdiri di sampingku dan menyodorkan penisnya ke dalam mulutku?!", tanyaku dalam hati.
Perasaanku campur aduk antara bingung dan takut, serta menikmati penis di mulutku dan isapan lembut di vaginaku. Segera saja kubuka penutup mataku. Bukan main terkejutnya aku saat melihat Rey membenamkan kepalanya di antara selangkanganku, dan seorang pria lagi berdiri di sampingku dengan separuh batang kemaluannya ada di dalam mulutku. Ya, COWOK YANG SAMA SEKALI TIDAK AKU KENAL SEDANG MEMASUKKAN PENISNYA KE MULUTKU!

"Rey! Apa-apaan nih?!", tanyaku dengan nada membentak, seraya beranjak dari posisiku semula.

"Nat, kamu ngga usah takut. Kenalin, ini Edo. Dia temen satu clubku", jawab Rey sambil mencoba menenangkan aku yang terlihat sangat kaget.
Pria yang bernama Edo itu kemudian mundur dan membuat jarak dariku, mungkin dia juga tidak siap dengan reaksiku yang seperti ini. Terlihat dari penisnya yang sedikit mulai turun.

"Ya aku ngga peduli dia itu siapa! Tapi kenapa aku diginiin?! Aku ngga suka kalo kaya gini caranya!", bentakku pada Rey, sambil berusaha menutupi payudara dan vaginaku dengan selimut Rey.
Terus terang saja, aku merasa dilecehkan! Bagaimana bisa orang yang telah kupercaya, yang mulai kuberikan perasaanku padanya, bisa memperlakukan aku seperti ini?

"Nat, aku ngga bermaksud untuk melecehkan kamu", ujar Rey, seolah-olah dia bisa membaca isi pikiranku.
"Pertama, aku pengen banget ngasi kejutan dan kepuasan ekstra buat kamu. Aku tau, kamu itu sebenernya hypersex kan? Aku tau kamu punya banyak fantasi nakal yang ngga bisa kamu wujudkan selama ini, jadinya ya, aku pengen jadi orang pertama yang mewujudkan salah satunya", kata Rey berusaha memberi penjelasan.
"Kedua, aku inget banget waktu pertama kali kita make love, kamu sempet tiba-tiba narik tanganku dan masukin jari telunjukku ke dalam mulut kamu. Disitu aku ngerasa bahwa kamu sebenernya punya kecenderungan pengen ngelakuin threesome", lanjut Rey sambil mendekati dan memegang tanganku.

"Sial! Kenapa aku bisa sebodoh itu", kataku dalam hati sambil terdiam. Aku kembali berusaha mengingat-ingat momen itu, dan ya, sejujurnya beberapa kali aku sempat berimajinasi bermain melawan dua cowok ketika aku masturbasi. Dan klimaksnya saat itu, sungguh luar biasa. Rasanya seperti orgasme namun meledak hingga dua kali lipat lebih dahsyat. Termasuk pada saat pertama kali aku make love dengan Rey. Masalahnya adalah, kadang hal itu terjadi di luar kesadaranku. Seperti sebuah gerak refleks, semua terjadi begitu saja. Misalnya saat berfantasi threesome. Hanya karena aku merasa akan menikmatinya, lalu aku membayangkan hal itu, kemudian tubuhku bergerak mengikuti fantasiku tadi. Namun aku sendiri tidak dalam posisi mengontrol respon motorik tubuhku.

"Ketiga, temenku ini ngga rese kok. Dia ngga bakal ember kemana-mana soal ini. Cukup kita bertiga aja yang tau", kata Rey menutup penjelasannya.
"Kamu ngga usah kuatir, cukup nikmatin aja permainannya. Aku janji, kamu pasti bakal ketagihan", tambah Rey sembari mengecup bibirku.

Rey tau betul kelemahanku. Kecupan lembutnya di bibirku, yang dilanjutkan dengan french kiss adalah senjata paling ampuh untuk bisa menguasai tubuhku ini. Harus kuakui, Rey memang seorang pencumbu yang hebat. Ciumannya lembut, namun permainan lidahnya sangat ganas menjelajahi mulutku. Tipikal french kiss kesukaanku, basah tapi tidak jorok. Lagi-lagi seperti refleks, tanganku pun mulai bergerak menggapai penis Rey. Di bagian lain, kurasakan sepasang tangan membuka selangkanganku. Vaginaku terasa sangat basah, bukan lagi karena setengah foreplay yang tertunda tadi, tapi kali ini rupanya lidah Edo sudah mengecap bagian atas vaginaku dengan penuh nafsu. Bisa kurasakan nafasnya yang memburu di antara kedua kakiku.
Pada titik ini, aku sudah benar-benar pasrah. Aku memang pernah memiliki trauma soal aktivitas seksual, tapi itu akan kuceritakan nanti, di bagian berikutnya dari kisah ini. Tapi saat ini, dengan Rey, semua kekuatiranku sirna. Ia benar-benar bisa membuatku merasa aman dan nyaman, sehingga aku dapat menikmati setiap persetubuhanku bersamanya dengan penuh perasaan.

"Mmhh.. Rey, aku.. Nggghh..", tak sanggup lagi kulanjutkan kata-kataku. Rasa merinding menjalar ke sekujur tubuhku, seiring dengan masuknya batang pelir Rey ke dalam mulutku.
"Hmmppphh.. Sshhh.. Nggghh..", aku berusaha menahan ledakan nafsuku dengan memasukkan penis Rey lebih dalam lagi ke mulutku. Tapi semua itu seperti sia-sia saat Edo menyedot vaginaku dengan kuat, membuat jiwaku merasa seolah-olah mau lepas dari badanku.
"Shit, honey.. Mmhh.. Please.. Ahh.. Don't..", aku mulai meracau tak jelas sambil menatap mata Rey, karena aku benar-benar tidak tau harus berkata apa.

"Kamu udah ngga tahan ya, sayang? Hm?", tanya Rey padaku sambil tersenyum. Aku hanya menggenggam penis Rey sambil mengocoknya dan menggelengkan kepala, tanpa aku sendiri tau apa maksudnya.

"Mmhhh.. Yank, mmhh.. Toloong..", kataku sambil merintih.
"Aku, aahh.. Ngga.. Tahan.. Mmhh.. Lagi..", lanjutku yang mulai kehilangan kontrol atas ucapanku sendiri.
Rey kemudian bertukar posisi dengan Edo. Ia mempersiapkan penisnya yang sudah kubasahi dengan mulutku, menempatkannya tepat di depan vaginaku, kemudian masuk dengan lancar. Wajar saja, baik penis Rey maupun vaginaku sudah sama-sama basah, jadi sangat mudah bagi Rey untuk melancarkan serangannya.
"Aaaaaarrrrrgghhh! Fuck, babyyy..", aku menjerit penuh nafsu. Ya, aku terpaksa menyerah dan lebih dulu mencapai orgasme pertamaku, hanya dengan sekali tusuk oleh batang kemaluan Rey. Ia bahkan belum menggerakkannya maju-mundur.
"Eeeennnggghh..", rintihku saat Rey menarik penisnya perlahan.
"Ah.. A..ku.. Hahh.. Uhh.. Hmmhh..", kataku terbata-bata. Sangat sulit bagiku bahkan hanya untuk mengatur nafas.

"Kamu kenapa? Hmm? Mau lagi?", tanya Rey sambil menatapku tajam.
"Oughh..", desahnya sambil kembali melesakkan batang kemaluannya ke dalam rahimku.

"Aaauuuggghhh!", kali ini suaraku sedikit melengking. Aku benar-benar tidak dapat menahannya.
"Ngghhh.. Aahh.. Ughh.. No, baby.. Mmhh.. I..wanna.. Hmmhh.. Aufffhh..", desahku tak karuan saat penis Rey bergerak keluar masuk vaginaku. Aku merasakan cairan mengalir dari rahimku hingga membasahi bagian anus. Seperti itulah keadaanku. Sederet rangsangan hebat yang kuterima telah membuat tubuhku memproduksi pelumas alami dengan jumlah lebih banyak dari biasanya.

"Do you want another cock inside your mouth, baby? Hm?", tanya Rey sambil terus menggenjot vaginaku.
Aku tak bisa berkata apa-apa, hanya memandang wajah Rey yang sedang menikmati liang kewanitaanku. Rey pun memberi kode pada Edo untuk mendekatkan batang penisnya ke wajahku.

"No, baby.. Jangan.. Ughhh.. Udah.. Mmhh.. Awhhh..", desahku lirih.
Aku melihat Rey terus memompa vaginaku dengan penisnya, saat tanpa kusadari tanganku meraih batang kemaluan Edo.

"Udah mulai on fire nih kayanya?", sindir Edo padaku. Mungkin ia sempat kesal karena reaksi kagetku tadi, jadi ia menganggap inilah saatnya balas dendam.

"Uughhh.. Sa..yang.. Mmhh.. Sshh.. Aawhh..", desahku rupanya membuat kedua cowok ini makin beringas. Penis Rey mengocok vaginaku dengan tempo yang makin tinggi, dan Edo mulai memberanikan diri menggunakan tangannya untuk menyentuh wajahku, mengarahkan mulutku mengulum batang kemaluannya.
"Hmmpphhh.. Nnggghhh.. Mmpph.. Mmpphh..", mulutku tak lagi sanggup mengeluarkan sepatah kata pun. Bibir mungilku tersumpal kepala penis yang besar, yang berusaha menyeruak semakin dalam ke rongga mulutku. Aku bahkan sempat mendelik akibat kurangnya pasokan oksigen ke paru-paruku. Dadaku yang membusung akibat sibuknya aku mengatur nafas, rupanya malah jadi pemandangan yang menarik buat Rey dan Edo.
"Aawwgghh.. Mmpphhh.. Hnnggghh.. Mmphh.. Mmphh..", desahku makin menjadi saat Rey asik memainkan putingku, dan Edo meremas buah dadaku yang sebelah.

"Kamu hot banget, yank.. Aagghh.. Yeaahh.. Oughh..", puji Rey yang sesekali menatap wajahku, menikmati ekspresiku yang tengah mengulum penis Edo.

"Emang ngga salah lu milih target, bro", timpal Edo sambil melepas penisnya dari bibir mungilku, sambil mengocok ia meletakkan kedua buah zakarnya tepat di atas mulutku yang belum tertutup.
Tanpa pikir panjang, seperti wanita binal yang sudah dikendalikan oleh nafsunya, buah zakar itu pun kulumat dengan cepat sambil kumainkan menggunakan lidahku.
"Oughhh.. Aahh..", desah Edo waktu kujilati buah zakarnya. Sampai pada titik ini, aku sudah tidak lagi bisa berpikir normal. Persetan dengan harga diriku, yang bukan hanya mau tubuhnya dijamah dua pria, tapi juga menikmati. Singkatnya, AKU SUDAH GILA. Aku menikmati saat-saat menjadi budak seks Rey dan Edo.

"Aahh.. Yeaahh.. Bro, gantian dulu dong. Gw juga pengen nyantai bentar", celetuk Rey memberi arahan pada Edo untuk menghajar vaginaku.

"Gila! Punya Rey aja udah bikin aku keenakan, apalagi kontolnya Edo yang lebih gede? Wow, I'm so excited!", gumamku girang dalam hati.
Mereka kemudian bertukar posisi. Rey merebahkan tubuhnya, sedangkan Edo naik ke kasur, lalu menarik pinggulku, membuatku berada dalam posisi siap doggy dengan wajahku menghadap penis Rey.
"Tidak! Posisi inilah yang paling membuatku tak tahan. Setiap kali bermain dengan Rey di posisi ini, ujung penisnya selalu menghantam tepat di dasar dinding vaginaku yang paling dalam", batinku sambil bersiap menerima serangan penis Edo yang hitam dengan kepala yang besar bagai palu godam itu.
"Eeaaaaarrgghhh..", jeritku saat penis Edo mulai terbenam di antara bibir vaginaku. Untung saja aku sudah terangsang hebat sehingga cairan vaginaku masih terus mengalir.

"Gimana tititnya Edo, yank? Enak kan?", tanya Rey sambil tersenyum memandangku. Dia terlihat girang melihatku sedang di-doggy oleh Edo, sahabatnya sendiri.

"Mmhh.. Ahh.. Kamu.. Uuhh.. Pengen.. Nngghh.. Tau?", ujarku balik bertanya pada Rey.
"Rasa.. Mmhh.. Nya.. Ummhh.. Kaya.. Awwhh.. Gini..", lanjutku terputus-putus, mengikuti gerakan penis Edo yang menusuk-nusuk vaginaku.
Segera setelah kuselesaikan kalimat tadi, kumasukkan penis Rey ke dalam mulutku, kukulum dengan penuh nafsu, kumainkan bagian bawah kepala penisnya dengan lidah tiap kali batang kemaluan Edo bergerak maju menghajar liang kewanitaanku.

"Ough, shit! Mmhh.. Aaaaarrrggghhh..", desahan Rey yang terakhir sangat berat, seperti sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa hebat.
"Yank, uughh.. Mulut kamu.. Sshh.. Nakal!", sambungnya.
Aku tau dia merasakan ngilu dan geli di sekujur tubuhnya. Bisa kulihat itu dari kulitnya yang merinding. Dan aku sangat menyukai efek dari sensasi yang baru saja kuberikan!

"Ughhh.. Aaghh.. Sshh.. Bro, meki bokin lu emang top deh. Kontol gw berasa dipijit-pijit di dalem", celetuk Edo mulai berani ikut berkomentar.

"Nnngghhh.. Aawhh.. Mmhh.. Sayaaanghhh.. Hmmpphh.. Tititnya Edooohhh.. Aaahh.. Nakaaallllhh..", kata-kata itu meluncur dari bibirku begitu saja sambil sibuk mengocok batang kemaluan Rey. Entah apa yang merasuki pikiranku, sehingga aku betul-betul tampak binal malam itu.

"Ouugghhh.. Shit, baby! Aarggh.. Ini yang bikin aku.. Sshhiiittt! Jatuh cinta sama kamu.. Aarrgghh..", ujar Rey sambil mengelus dan sesekali menyibak rambutku yang mulai tak beraturan, yang kadang mengganggu aktivitas oralku pada penisnya. Dia tetap memperhatikan dan memanjakanku, meskipun saat ini vaginaku yang seharusnya hanya menjadi miliknya, sedang dijejali batang kemaluan sahabatnya.

"Eeeerrrrgghhh.. Aaaaaawwwhhh..", aku menjerit panjang, menandai datangnya gelombang orgasmeku yang kedua, eh, ketiga, atau..? Entahlah, aku tak tau lagi sudah berapa kali aku mencapai klimaks. Yang aku tau hanya, sekujur tubuhku dilanda kenikmatan yang hebat.
"Sayaaanghhh.. Mmhh.. Edoohh.. Aahhh.. Uugghh.. Tititnya Edooooh.. Hmmmpphh.. Mentok, yaaaannkkhh.. Aaahhh..", lagi-lagi mulut jalangku meracau, seiring Edo memperlambat sodokan penisnya ke dalam vaginaku. Edo memang melakukannya dengan lambat, tapi ia memasukkannya sangat dalam, hingga kepala penisnya terasa menyentuh bagian terdalam liang kewanitaanku.

"Hmmmhhh.. Tapi enak kan? Oughhh..", tanya Rey padaku.

"Hm-mh.. Aahh.. Enakkk.. Mmhh.. Bangeetthh..", jawabku polos sambil mengangguk. Kali ini aku tidak lagi berpikir mengumpat diriku sendiri karena membiarkan diriku terlihat binal di depan dua cowok ini. Faktanya, aku memang binal, dan aku menikmati permainan ini bersama mereka.

"Ganti posisi yukkk..", ajak Edo sambil menghentikan penetrasinya.
Edo pun kemudian berbaring dan memintaku untuk duduk di atas penisnya. Aku memegang lembut batang kemaluannya yang besar itu, kubasahi sedikit ujungnya dengan liurku, kuratakan perlahan dengan tanganku, kemudian sambil mengambil posisi mengangkang di atasnya, kutuntun kepala penis yang sudah memerah itu masuk ke dalam vaginaku.

"Oowwhhh.. Mmhhh.. Ahh, fuckkk! Nngghhh..", desahku mengiringi tenggelamnya penis Edo ke dalam vaginaku.
Sesaat aku sempat luput memperhatikan Rey, karena aku sibuk dengan penis Edo. Rupanya diam-diam Rey mengambil kondom, kemudian memakainya. Aku masih belum ngeh dengan apa akan Rey lakukan. Baru kusadari saat aku merasa ada semacam cairan yang menetes tepat di anusku. Yang kulihat di tangan Rey, Dur*x lubricants, sejenis pelumas khusus untuk aktivitas seksual.
"Apakah dugaanku ini benar? Tidak, tidak mungkin! Rey akan melakukan double penetration!", kataku dalam hati. Baru beberapa hari yang lalu, Rey menunjukkan sebuah video padaku. Video itu menampilkan adegan double penetration, dimana terdapat seorang wanita sedang dientot oleh dua pria, yang satu menancapkan penisnya di vagina, sedangkan yang lain menusuk anusnya. Aku pun baru mengerti istilah itu dari Rey. Aku merasa sedikit takut dan kuatir, karena aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Ada sebagian rasa penasaran, tapi keraguan menyelimutiku.

"Tahan dikit ya, sayang.. Uugghh..", ujar Rey sambil memasukkan penisnya secara perlahan ke dalam anusku.

"Aaaaaaawwwwhhhh!", jeritanku kali ini cukup keras rasanya.
"Aahhh.. Sakitttt, yaaank.. Nngghh.. Pelan-pelaaan.. Aaaggghh..", keluhku pada Rey. Aku tidak berbohong, karena faktanya memang terasa sakit yang luar biasa di lubang anusku.

"Okay, honey.. I'm gonna make it nice and slow.. Mmhhh..", ujar Rey sembari kembali berusaha untuk tidak membuatku merasa sakit. Aku pun menahan rasa sakit itu sekuat tenaga. Tapi Rey memang cowok yang gentle. Dia sangat berhati-hati supaya aku tetap merasa nyaman. Setidaknya rasa nyaman itulah yang paling kubutuhkan saat ini, saat dimana aku merasa anusku seperti tersayat hingga robek. Rey juga kembali menuangkan pelumas tadi sedikit demi sedikit, bersamaan dengan gerak penisnya menembus lubang anusku.

"Haaaahhh.. Mmhh.. Aawhh.. Aawwhh.. Sa...yaaanghhh.. Oughh.. Am..pun, yankhh.. Pleaaase.. Nngghhh..", desahku terbata-bata. Badanku gemetar. Aku tidak bisa menggambarkan apa yang aku rasakan lewat kata-kata. Setiap inci dari tubuhku serasa ingin meledak.
Rey dan Edo membuatku tampak seperti daging di tengah roti sandwich. Hanya saja bedanya, jika roti sandwich dagingnya yang bikin enak, ini dagingnya yang ngerasain enak!

"Uughhh! Yeahhh, honey.. Gimana rasanya? Hmmhh? Feels good? Aahh..", tanya Rey sambil menggenjot anusku dengan penisnya.

"Hhnngghhh.. Mmmhh.. Aaahh.. Fuck, Rey.. Akuhh.. Mmhh.. Ssshhiiittt..", makin sulit saja rasanya kata-kata keluar dari mulutku ini.
"Hmmpphh.. Ini.. Ahhh.. Reyyy.. Tolooonghh.. Awwhh.. Toket..kuu.. Aahh.. Uughh.. Edoohh..", ucapku melantur. Mana bisa aku menjelaskan apa yang kurasakan saat satu penis menghujam vaginaku, penis lainnya memenuhi anusku, di saat bersamaan puting susuku menjadi mainan bagi lidah Edo, dan nafas Rey yang memburu terasa hangat ketika ia berbisik di telingaku.

"Bro, gw kayanya nyerah nih. Aahh.. Udah mau ngecrot.. Oughhh", ujar Edo, kemudian diikuti dengan Rey yang mencabut penisnya dari anusku.
Rey kemudian berbaring, menaikkanku di atas tubuhnya dengan posisi badanku membelakanginya. Penis Rey pun kembali tenggelam dalam vaginaku.

"Aaaaarrggghhhh.. Aaaahhhh..", untuk kesekian kalinya aku mengalami orgasme. Dan tampaknya ekspresiku saat orgasme ini membuat Edo benar-benar tidak dapat menahan semburan spermanya.
Aku yang tau betul bahwa Edo akan segera ejakulasi, meraih batang kemaluannya dan mengocoknya tepat di hadapan wajahku. Benar saja, hanya tiga kali kocok saja, cairan kental itu pun muncrat dari penis Edo dan menutupi hampir seluruh wajahku. Takut sisa sperma Edo menyembur tak terkendali dan mengotori kasur Rey, segera saja kuarahkan batang kemaluan Edo masuk ke dalam mulutku, kuhisap sisa cairan sperma yang ada, sampai tubuh Edo mengejang menahan hisapanku.
"Mmpphhh.. Mmhhh.. Mmh.. Mmh.. Nggghhhhh..", rongga mulutku hanya mampu mengeluarkan suara itu, akibat dipenuhi batang penis Edo ditambah sisa-sisa spermanya.

"Ouuugggghhh..! Gila, Rey. Cewek lu emang spesial!", desah Edo mengakhiri permainannya sambil berusaha menopang tubuhnya dengan sisa-sisa tenaga yang ada.

"Aaahhh.. Reyyy.. Mmhh.. Ssshh.. Sayaaangghhh.. Aaaaarrrggghhh!", jeritku ketika Rey tiba-tiba menaikkan tempo permainan dengan cepat, tanda ia akan mencapai klimaks.

"Aaaaaaarrrrgggghhh..! Fuck, babyyy..", desah Rey disertai semburan spermanya di dalam vaginaku, seketika membasahi dinding rahimku dengan cairan cintanya.
Klimaks yang sungguh dahsyat, hingga seluruh liang kewanitaanku terasa hangat.

Usai membasuh badan setelah permainan yang luar biasa itu, kami bertiga ngobrol sebentar sebelum Edo pamit pulang. Benar-benar sebuah persetubuhan yang hebat antara aku, Rey, dan Edo. Another moment i would not forget for the rest of my life.

TO BE CONTINUED..

NB.
Biar lebih greget, TS sertakan sedikit penampakan WF.

 
Terakhir diubah:
Cerita mantap banget iniii..
Kripik dikit suhu.. Kayaknya belum dijelasin background natalie ya? Dia tinggal dirumah atau di kost kok gampang banget dijemput jam 1 malem.. Atau dia bener2 dari keluarga yg free
Trus diawal cerita di tulis pov nya suhu.. Apalagi kalo nanti di satu eps ada 2 pov. Jd yg baca langsung greng
Gitu suhu.. Hehe penisaran nih
Ditunggu cerita petualangan selanjutnya
:beer:
 
Cerita mantap banget iniii..
Kripik dikit suhu.. Kayaknya belum dijelasin background natalie ya? Dia tinggal dirumah atau di kost kok gampang banget dijemput jam 1 malem.. Atau dia bener2 dari keluarga yg free
Trus diawal cerita di tulis pov nya suhu.. Apalagi kalo nanti di satu eps ada 2 pov. Jd yg baca langsung greng
Gitu suhu.. Hehe penisaran nih
Ditunggu cerita petualangan selanjutnya
:beer:

Terimakasih atas kripik lezatnya, hu..
Untuk background Natalie, ada selentingannya sedikit di tiap cerita.. Jadi di part I ada dikit soal ciri fisiknya, di part II ada dikit, begitu pula nanti untuk part selanjutnya..
Untuk background keluarga, memang nubie rasa tidak terlalu signifikan, karena pada akhirnya Natalie keluar dari rumahnya untuk tinggal bareng nubie..

Untuk masalah POV, nubie memang sudah berpikir ke arah sana.. Makanya di prolog tiap-tiap part nubie jelaskan POV-nya dari sudut siapa..
Semoga berkenan, hu..
:beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd