Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Crazy Ass Couple (True Story)

Bimabet
*BASED ON TRUE STORY*
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami TS dan WFnya.
Setting dalam cerita ini memposisikan WF sebagai orang pertama tunggal untuk membuat jalan cerita menjadi lebih menarik dan mudah diimajinasikan.
Beberapa nama dan lokasi dibuat berbeda dengan tujuan menjaga kerahasiaan identitas TS dan WF.
Pembaca sangat dianjurkan untuk mempersiapkan pelumas agar prosesi haphap berjalan lebih nyaman.


PART III - (Sex) Ghost From the Past (Chapter 1)

Inilah hari yang paling spesial dalam hidupku. Aku akan berulang tahun yang ke-21, dan yang lebih menyenangkan lagi, kali ini aku akan merayakannya bersama Rey.
Aku telah benar-benar jatuh cinta padanya. Rey telah membawaku ke tempat yang belum pernah kudatangi sebelumnya, setidaknya secara seksual. Ya, dia memang cowok gila. Dan aku menikmati kegilaannya itu. Hanya saja, masih ada sisi kelam dari masa laluku yang belum sempat kuceritakan padanya...

"Woy! Bengong aja, kaya ayam tetangga", tegur Rey membuyarkan lamunanku.

"Apaan sih? Ngga gitu kali mitosnya", jawabku.
"Kalo bengong, ntar ayam tetangga mati. Yang bener tuh gitu!", lanjutku sewot.

"Yeee.. Lebih enak kalo tetangga yang mati, ayamnya kita embat deh. Hahahaha..", ujar Rey sekenanya, dan membuatku akhirnya ikut tertawa.
Rey memang senang bercanda, dan itu membuat hari-hariku selalu diisi dengan senyum dan tawa. Tapi entahlah, apakah nantinya ia masih mau menerimaku setelah mendengar apa yang akan kuceritakan malam ini.

"Jadi, kita mau pergi jam berapa nih?", tanyaku pada Rey.

"Lah, kalo aku mah gampang. Tinggal ganti celana, ganti baju, cabut deh. Kamu tuh yang biasanya dandannya lama", jawab Rey meledekku.

"Tau deeeh.. Yang suka asal-asalan kalo jalan sama ceweknya", sahutku kesal.

"Emangnya kamu cewekku?", ledek Rey padaku.

"Iihh.. Jahat ah!", jawabku sambil melempar Rey dengan bantal.

Aku pun berdandan sekitar 30 menit, setelah itu kami berangkat menuju Cafe M*n*ga, sebuah resto ikan bakar yang cukup terkenal di bilangan Jimbaran. Resto ini cukup terkenal, terlebih lagi setelah peristiwa Bom Bali II. Jimbaran menjadi bagian dari target para teroris jahanam itu, dan di rumah makan inilah salah satu bom itu meledak. Bahkan mungkin di antara kalian ada yang sudah pernah menyambangi tempat ini. Belakangan kuketahui ternyata Rey sudah booking salah satu table disana, khusus untuk merayakan ulangtahunku. Aku mengetahuinya ketika iringan live band datang dan menyanyikan lagu "Happy Birthday" di meja kami. Dia memang sudah mempersiapkan segalanya, bahkan sampai kue black forest berbentuk hati dan seikat mawar.
Rey sebenarnya bukan tipikal cowok romantis yang sering melemparkan rayuan atau memberi bunga. Tapi ia betul-betul tau waktu dan cara yang tepat untuk memberiku kejutan kecil, dan aku sangat menyukai hal itu.

"Emang tadi kamu minta apa pas tiup lilin?", tanya Rey usai menyelesaikan makan malamnya.

"Rahasia dong. Masa 'make-a-wish' diumbar kemana-mana", jawabku singkat.

"Ya bukan gitu. Siapa tau aja aku bisa bantu mewujudkan permohonan kamu", balas Rey.

"Kalo itu, cukup dengan ada di sampingku buat selamanya, kamu udah bantu banyak kok", ujarku sambil menatap matanya.
Saat ini aku memang berharap dia tidak akan meninggalkanku setelah aku bicara terus terang tentang masa laluku.
"Rey, aku mau jujur sama kamu. Ini soal masa laluku. Aku harap kamu bisa tetep nerima aku setelah denger semuanya", kataku membuka pembicaraan.

"Soal apa? Emang apa yang belom aku tau soal kamu?", tanya Rey sambil menggenggam tanganku.

"Soal aku pertama kali kehilangan kesucianku", jawabku.

"Kenapa dengan itu? Aku kan udah tau, kamu udah pernah ngelakuin itu sama mantanmu. Buatku ngga ada masalah kok", ujar Rey.

"Ya, aku emang pernah ngelakuin itu sama mantanku. Tapi bukan dia orang yang ngambil keperawananku", kataku.
"Orang yang ngelakuin itu pertama kali..,

TO BE CONTINUED..
 
Terakhir diubah:
Penasaran yaa?
Ayo, suhuuu.. Ramaikan lapak ini supaya nubie lebih semangat nulisnya..
:D
 
Wowowo...
Makin banyak BoTS nih di semprot, mantab!
Bookmark dulu gan, nunggu next updatenya...
 
*BASED ON TRUE STORY*
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami TS dan WFnya.
Setting dalam cerita ini memposisikan WF sebagai orang pertama tunggal untuk membuat jalan cerita menjadi lebih menarik dan mudah diimajinasikan.
Beberapa nama dan lokasi dibuat berbeda dengan tujuan menjaga kerahasiaan identitas TS dan WF.
Pembaca sangat dianjurkan untuk mempersiapkan pelumas agar prosesi haphap berjalan lebih nyaman.


PART III - (Sex) Ghost From the Past (Chapter 2 - End of Part III)

Chapter sebelumnya:
Rey mengajak Natalie makan malam untuk merayakan ulangtahun Natalie. Dan Natalie memutuskan untuk bicara terus terang mengenai masa lalu Natalie yang kelam..


"Soal aku pertama kali kehilangan kesucianku", jawabku.

"Kenapa dengan itu? Aku kan udah tau, kamu udah pernah ngelakuin itu sama mantanmu. Buatku ngga ada masalah kok", ujar Rey.

"Ya, aku emang pernah ngelakuin itu sama mantanku. Tapi bukan dia orang yang ngambil keperawananku", kataku.
"Orang yang ngelakuin itu pertama kali.., adalah Papi", lanjutku menjelaskan.
Ya, pria tua brengsek itulah yang sudah menodai dan menghancurkanku untuk pertama kalinya.
Aku dilahirkan dari hubungan terlarang antara ibu kandungku dengan calon ayah mertuanya. Untuk menutupi aib, aku diangkat anak oleh bibi dari ibu kandungku itu. Suami dari ibu angkatku inilah yang melakukan hal tidak senonoh itu padaku. Sejak kecil, hingga kelakuan bejat ayah tiriku itu terbongkar, aku tidak pernah tau bahwa aku sebenarnya adalah anak angkat.
"Waktu itu aku masih kelas 2 SMP...", ungkapku memulai cerita.

"Nanti aja ceritanya. Sekarang kita pulang dulu", kata Rey memotong omonganku dengan air muka yang mulai berubah. Wajahnya tampak serius, dan tatapan matanya dingin.
Ia kemudian meminta salah satu pelayan untuk membawakan bill, membayarnya, lalu mengajakku kembali ke kost. Oya, aku lupa menyebutkan, saat ini kami sudah mulai tinggal berdua dengan menyewa sebuah kamar kost semi apartment untuk kami diami.
Aku sungguh ketakutan dengan reaksi Rey ketika mendengar apa yang telah kuungkapkan. Saking takutnya, sepanjang perjalanan dari Jimbaran menuju kost kami tidak berbicara sama sekali. Aku tak berani memulai pembicaraan, dan Rey pun hanya diam saja. Aku memang telah mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan terburuk yang bisa terjadi, tapi sejujurnya aku tidak akan pernah siap untuk kehilangan Rey. Sesampainya di kost, aku duduk bersandar di kasur, hanya termenung saja. Sedangkan Rey langsung masuk ke kamar mandi. Itu juga salah satu kebiasaan Rey yang kutandai sebagai sesuatu yang positif. Setiap kali pulang dari manapun, meski hanya sekedar membeli rokok di warung, ia selalu membasuh wajah, tangan, dan kakinya sebelum menyentuh kasur. Katanya itu kebiasaan sejak kecil, supaya kebersihan badannya selalu terjaga. Keluar dari kamar mandi, Rey yang hanya mengenakan boxer saja, langsung duduk di sebelahku.
"Nah, sekarang kamu ceritain ke aku, gimana Papi ngelakuin itu ke kamu", ujarnya mengawali obrolan.
"Tapi aku minta kamu cerita sedetail mungkin, dari awal sampai akhir", lanjutnya.

"Jadi waktu itu...", ucapku terputus. Lidahku kelu, tenggorokanku tercekat, menahan pedih mengingat bagaimana pria bejat itu merenggut kesucianku.
"...aku masih kelas 2 SMP. Aku mandi bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Waktu itu aku masuk siang. Keluar dari kamar mandi, aku cuma menggunakan handuk sebagai penutup tubuhku...", lagi-lagi bicaraku terhenti. Air mata pun mulai menetes di pipiku.

"Ssshh.. Tenangin diri kamu. Pelan-pelan aja ceritanya, ngga usah maksain diri", ujar Rey berusaha menenangkanku, seraya memindahkanku agar tersandar di bahunya dan memelukku.

"Pintu kamar aku tutup, tapi ngga aku kunci. Aku berpikir di rumah ngga ada orang lain, selain aku dan Papi. Jadi aku ngga mikir yang aneh-aneh", kataku melanjutkan ceritaku, seraya mengusap air mata yang membasahi pipiku. Aku mulai sedikit merasa tenang, karena Rey memelukku. Memang hanya itu yang kubutuhkan saat ini, rasa nyaman. Dan Rey melakukan itu dengan sangat baik.
"Aku kan sekolahnya masuk siang, jadi ada waktu buat nyantai abis mandi. Waktu itu aku emang punya kebiasaan abis sisiran di depan cermin, nyetel musik lewat hp, masang headset, sambil joget-joget ngga jelas, abis itu baru pake baju seragam", ceritaku terhenti karena tiba-tiba Rey bangkit dari posisinya, mengambil segelas air putih untuk diberikan padaku.

"Nih, kamu minum dulu. Supaya lebih tenang", ujarnya sambil memberikanku minum. Ia lalu meletakkan minumnya di meja, memeluk tubuhku, dan menyandarkanku di badannya seperti yang ia lakukan sebelumnya.

"Makasih ya, Rey", ucapku padanya.
"Nah, pas aku lagi asik dengerin musik di headset sambil joget-joget itu, entah dari mana dan kapan Papi masuk kamar, dia tiba-tiba meluk aku dari belakang. Aku bener-bener kaget, sampe sempet ngejerit waktu itu saking kagetnya. Dia langsung ngebekap mulut aku, aku ngga bisa ngomong apa-apa lagi. Dari situ dia mulai ngeremes-remes toket aku. Aku sempet berusaha berontak, tapi tenagaku ngga cukup kuat buat ngelawan...", lanjutku bercerita, yang kemudian terhenti karena terkejut dengan apa yang Rey lakukan.

"Kaya gini? Hm?", tanya Rey sambil mulai meremas-remas payudaraku. Kebetulan aku juga memakai dress model kemben, yang kurang lebih bentuknya hampir sama dengan handuk yang waktu itu menutupi tubuhku saat aku digagahi Papi.

"Kamu apa-apaan sih, Rey?!", tanyaku sedikit membentak dan melepaskan diri dari pelukan Rey. Bagaimana tidak? Aku sedang bercerita tentang pengalaman terpahit dalam hidupku, dan bisa-bisanya ia mengambil kesempatan di saat-saat seperti ini. Sejenak aku sempat merasakan kebencian yang luar biasa pada Rey.

"Sayang, kamu tenang dulu. Biar aku jelasin", ujar Rey sambil menatap mataku dalam-dalam.
"Apa yang saat ini kamu ceritain ke aku, adalah saat-saat yang mungkin paling berat dalam hidup kamu. Aku rasa kamu bahkan mungkin trauma dengan semua itu. Yang aku lakuin saat ini, adalah nyoba untuk ngasi kamu suasana yang beda supaya kamu ngga lagi nganggep semua itu sebagai sebuah kejadian yang traumatis", lanjutnya.

"Maksud kamu apa?!", tanyaku masih dengan nada membentak. Aku merasa kecewa dengan perlakuan Rey. Tapi lebih dari itu, aku masih berusaha untuk tetap tenang dan ingin meminta penjelasan dari Rey atas sikapnya.

"Gini maksudku.. Kamu cerita, sambil kita coba rekonstruksi kejadiannya. Anggep aja aku ini Papi. Cuma bedanya, kalo pada saat itu kamu ngelakuin dengan terpaksa dengan seseorang yang ngga pernah kamu inginkan, sekarang yang 'memperkosa' kamu adalah orang yang kamu sayang. Dengan cara ini, aku harap aku bisa ngilangin trauma yang kamu rasain, dan gantiin kenangan buruk itu dengan sesuatu yang bisa kamu nikmatin. Pada saat kamu ngelanjutin cerita nanti, aku bakal praktekin persis seperti apa yang dilakuin Papi ke kamu. Tapi kamu ngga perlu takut, karena kamu sekarang ngelakuinnya sama aku kan?", kata Rey mencoba menjelaskan apa maksud perbuatannya.
Aku terdiam sejenak.

"Aku takut, yaaank..", tangisku pecah di pelukan Rey.

"Ssshh.. Cup, sayang. Jangan nangis lagi yaah.. Kan ada aku disini", ujar Rey sambil memeluk dan mengusap rambutku.
Sejenak aku berusaha menenangkan diri. Kupikirkan baik-baik apa yang Rey katakan tadi, dan akhirnya aku menyanggupinya.

"Ok, Rey. Aku mau coba caramu. Tapi kamu janji ya, jangan tinggalin aku", kataku mengiba sambil berusaha menahan tangis.

"Emang ada yang bilang aku bakal ninggalin kamu? Atau jangan-jangan kamu nyumpahin aku supaya cepet mati ya?", balas Rey mencandaiku.
Heran, sempat-sempatnya ia bercanda di saat seperti ini.

"Hmm..", aku menghela nafas, mempersiapkan mentalku untuk kembali bercerita dan apa yang akan dilakukan Rey.
"Papi ngeremes toket aku, sambil bekap mulut aku, dia bisikin aku. Katanya ngga usah ngelawan kalo ngga pengen disakitin", sambungku.

"I love you, honey..", bisik Rey terdengar di telingaku. Ia malah mengatakan hal yang membuatku bergairah, dan tidak meniru kata-kata ancaman seperti yang pernah dilontarkan Papi padaku.

"Mmhh.. Karena takut, aahh.. Aku turutin apa yang Papi bilang", desahan singkat mulai menyertai ceritaku.
"Papi ngelepas handuk yang aku pake buat nutupin badanku, uughh.. Trus, mmhh.. Dia pindah ke depanku, aahh.. Dan dia mulai ngemut puting aku, sshh..", kataku disertai gerakan Rey yang berpindah posisi ke depanku, lalu memelorotkan dress kemben yang kupakai. Payudaraku langsung menyembul, karena aku memang tidak mengenakan bra. Rey pun mulai mengenyot putingku dengan ganas, lebih ganas dari yang dilakukan Papi.
"Aahh.. Ummhhh.. Sshhh.. Aaawhh..", aku menggeliat saat rangsangan demi rangsangan di puting susuku membuatku makin horny.
Tentang kebiasaan keluar tanpa bra ini, Rey pernah bilang padaku, bahwa ia sangat terangsang saat aku keluar rumah tanpa bra. Baginya, mata orang yang memperhatikan tubuhku dengan pandangan liar seakan penasaran melihat buah dadaku, adalah bentuk sensasi tersendiri. Tapi bukan berarti aku melakukannya tiap kali aku keluar rumah. Aku menganggap malam ini adalah momen spesial, oleh karena itu aku ingin membuat Rey bergairah sejak awal.
"Uummhh.. Aahh, Rey.. Udaahh..", desahku yang tak tahan menerima serangan lidah Rey di toketku.

"Mmuachh.. Trus gimana lagi?", ujar Rey mengakhiri aksinya dengan mengecup puting susuku.

"Abis itu, Papi nyuruh aku duduk di kursi meja belajar yang ada di samping kasur, dia buka lebar-lebar selangkangan aku, trus dia jilatin meki aku..", kataku sambil memperagakan dengan duduk di kursi lipat di depan tempat tidur.
Tidak butuh waktu lama bagi Rey untuk mengambil tindakan. Ia langsung berlutut di depanku, dan melumat vaginaku bagai singa kelaparan yang diberi daging.
"Aaaaahhh.. Mmmhh.. Rey, oughh..", desahku terdengar makin kencang. Badanku mengejang, bersamaan dengan kilasan memori yang membawa ingatanku kembali ke saat dimana Papi melakukan hal yang sama padaku. Terus terang saja, waktu Papi menjilati vaginaku dulu, aku juga merasakan sensasi geli yang dahsyat, membuat sekujur tubuhku merinding. Namun aku belum memahami sensasi apa yang kurasakan, mungkin karena aku masih sangat polos pada saat itu. Aku memang tidak menikmati persetubuhan pertamaku dengan Papi. Tapi rasa geli dan birahi yang tiba-tiba muncul, sama persis dengan apa yang terjadi saat ini.
"Mmhh.. Papiiihhh.. Stooop.. Aahhhh..", desahanku makin kacau. Aku tak bisa lagi membedakan mana memori masa laluku, dan mana yang terjadi saat ini.

"Kamu manggil aku apa barusan?", tanya Rey.

"Aahh.. Pa...piiihh.. Mmmmhhh..", jawabku tanpa berpikir.

"Hmm.. Panggilan yang bagus", ujar Rey. Sepertinya ia telah larut dalam imajinasinya sendiri. Entah apa yang ada dalam benaknya.

"Nngghhh.. Jangaaaannhh, Piiihh..", aku serasa benar-benar kembali ke saat hilangnya keperawananku oleh Papi. Hanya saja kali ini aku tidak bisa mengendalikan nafsuku. Jika dulu aku mati-matian berusaha untuk berontak dan bermaksud sungguh-sungguh ketika mengatakan 'jangan', kali ini justru liang kewanitaanku serasa ingin dihujam penis Papi. Saat ini, aku sangat bergairah membayangkan Papi sedang menikmati vaginaku dengan mulutnya.

"Ouugghhh.. Kayanya aku udah ngga tahan lagi nih", kata Rey sambil bangkit dari posisinya.
Kulihat penis Rey yang sudah tegang itu seperti berdenyut-denyut. Urat yang ada di sekujur batang kemaluannya menonjol, membuat vaginaku terasa gatal dan ingin segera merasakan batang itu menancap di dalamnya.

"Mmhh.. Papi waktu itu minta aku duduk di pangkuannya dia", ujarku sambil beranjak dari kursi lipat yang kududuki, menuju Rey yang duduk di pinggir kasur. Aku lalu naik ke atas kasur dengan menekuk kedua kakiku, mengambil posisi berhadap-hadapan dengan Rey, dan kulingkarkan kedua tanganku di lehernya. Saat ini posisi kepala Rey sejajar dengan kedua payudaraku, dan penisnya yang mengacung tegak berada tepat di bawah liang vaginaku.
"Trus, mmhh.. Papi nyuruh aku kaya gini", pelan tapi pasti kulebarkan kedua kakiku sehingga tubuhku bergerak turun, dan kepala penis Rey akhirnya menyentuh bibir vaginaku.
"Aaaaaaarrrrggghhh..", aku menjerit kecil. Sentuhan ujung kemaluan Rey di mulut vaginaku yang sejak tadi sudah mengalami rangsangan hebat, membuat kedua kakiku lemas dan tubuhku hilang keseimbangan. Gravitasi menarik tubuhku turun sehingga penis Rey seketika amblas seluruhnya, menusuk hingga dinding terdalam liang senggamaku.
Berbeda dengan penis Papi yang agak lembek karena ia sudah berusia 70 tahun pada saat merenggut kegadisanku, batang pelir Rey terasa sangat keras dan padat. Ya, memang sungguh menyakitkan melihat fakta bahwa aku digagahi seorang kakek tua saat aku baru berusia belasan tahun.
"Ouuuuuuggggghhhhhh..", kali ini aku mendesah panjang, begitu pula dengan Rey. Tidak ada kata yang dapat menggambarkan rasa nikmat yang kuterima saat batang kemaluan itu tiba-tiba saja menghajar rongga vaginaku.

"Aahh.. Mmhh.. Abis itu, ughh.. Titit Papi sayang apain?", tanya Rey padaku sambil mengatur nafasnya.

"Nnggghhhh.. Papiihhh, umhh.. Megangin pantat akuuhh, aahh.. Digoyangin naik turunnn.. Mmhh.. Sama diaa..", ujarku mulai terbata-bata diikuti gerak tangan Rey meniru persis seperti yang kuceritakan.
Ada perasaan aneh yang kurasakan saat melakukan adegan ini. Seperti dua dimensi waktu yang menjadi satu, sepintas aku melihat Papi lah yang saat ini sedang bersenggama denganku. Tapi kali ini aku menikmatinya. Ya, SAAT INI AKU MENIKMATI DIENTOT OLEH PAPIKU. Meskipun kenyataannya bukan Papi yang ada di hadapanku saat ini. Mungkin inilah maksud dari penjelasan Rey tadi soal menghapus rasa trauma.
"Nnngghhh.. Ummhhh.. Geliii.. Ssshh.. Ampun, Piiihh.. Aawwhh..", ujarku yang tak tahan ketika duduk di atas penis Rey yang keluar-masuk menghujam vaginaku, di saat bersamaan mulut Rey menjamah dan melumat kedua payudaraku.

"Ughh.. Cece pengen diapain lagi sama Papi? Hmm?", tanya Rey padaku menggunakan panggilan rumahku.
Oya, aku belum menceritakan bahwa aku ini terlahir kembar ya? Baiklah, akan kubahas sedikit. Aku punya kembar identik yang lahir berselang 6 menit dariku. Karena aku yang lahir duluan, maka aku dipanggil Cece. Sedangkan adik kembarku, Melanie, dipanggil Amey. Sebagai catatan, ternyata Amey juga mengalami perlakuan yang sama dari Papi. Di cerita berikutnya, akan ada kisah antara aku, Rey, dan Amey. Tapi itu nanti, tidak sekarang. Tidak disaat aku sedang menikmati penis Papi..eh, Rey maksudku.

"Emmmhhhh.. Papiiihh.. Cece udah ngga kuaaaatthh.. Aahhh..", celotehku saat Rey terus memegang pantatku dan menggerakkannya naik turun dengan makin cepat. Akhirnya aku mendapatkan orgasme pertamaku dengan 'si Papi'.
"Papiiihh.. Nngghhh.. Mindahin Cece, ughhh.. Ke sudut tempat tidurrr.. Aaahhh..", lanjutku sambil mengingat setiap detail kejadian itu.
"Aawwwhhh.. Papihhh, emmhh.. Entot Cece, mmhhh.. Sambil berdiriii..", ujarku diawali rintihan kecil karena rasa geli yang kurasakan akibat gesekan terus-menerus di klitorisku.

"Uugghh.. Papi pindahin Cece yaaahh..", kata Rey sambil menggendongku, lalu meletakkanku di ujung tempat tidur, dan lanjut menggagahiku dengan posisi berdiri.
"Oughh.. Mmhhh.. Yeaahhhh.. You're the best daughter ever, honeyyy..", pujinya padaku sambil membuka lebar selangkanganku dan menggenjot vaginaku dengan cepat.

"Aawwhhh.. Papiiihh.. Mmhhh.. Cece suka dientot, nnggghhhh.. Sama papiiihh..", aku meracau seperti orang kesetanan yang sedang menikmati penis ayahnya.
"Tusukkk, Piiiihh.. Nngghhh.. Lebih dalem lagiii, Piiiihhh..", kegilaanku memuncak dengan meminta 'si Papi' menggenjotku lebih dalam. Bisa kulihat raut wajah Rey, ia tampak sangat buas. Ia seperti terobsesi untuk benar-benar memerankan Papi. Aku tak tahan melihat wajahnya, membuatku ingin kembali orgasme.
"Aaahhhh.. Pa..piiihh.. Mmmhh.. Cece udah.. Nnnggghhh.. Kelu..aaarr.. Aaawwhhhhh..", aku mengerang, tubuhku bergetar hebat. Dan anehnya, yang kulihat hanya wajah dan tubuh Papi. Tidak ada lagi Rey. Iblis telah merasuki alam imajinasiku, sehingga membuat bayangan Papi sedang menyetubuhiku seolah-olah nyata. Lebih gilanya, aku menikmati semuanya.

"Oughhh.. Shittt! Mmhh.. Aaaaaarrrrrgghhh, yeahhh!", tiba-tiba saja Rey mencabut penisnya, dan seketika cairan spermanya semburat ke wajah dan tubuhku. Aku bahkan belum sempat menyentuh batang kemaluannya.
"Papi ngga tahan, Ce..", ujarnya terengah-engah. Tampak badan Rey lemas, seperti baru saja mengalami orgasme terdahsyat sepanjang hidupnya. Aku menyukai pemandangan seperti ini. Aku berhasil memuaskannya.

"Ngga papa, Pi. Cece seneng banget liat Papi puas ngentotin Cece", jawabku.
Setelah itu, kami mandi bersama dan beristirahat. Semenjak saat itu, aku menemukan cara yang sangat mudah untuk membangkitkan birahi Rey. Cukup dengan mengatakan 'Pi, Cece kangen', maka segera saja cowok yang kucintai itu menghajarku dengan penisnya.

Dalam lamunanku sebelum tidur, pikiranku melayang seolah flashback ke belakang. Mengingat saat paling kelam dalam hidupku. Saat Papi, ayah tiriku, merenggut kesucianku ketika aku duduk di bangku sekolah menengah pertama. Tapi sekarang aku memandang segalanya dari kacamata yang berbeda. Rey benar-benar telah mengubah pola pikirku tentang apa yang disebut sebagai 'trauma'.
Jika kuingat lagi masa-masa suramku, aku kehilangan keperawananku di kelas 2 SMP, tepatnya tahun 2008. Sedangkan aku baru mengenal pacaran saat aku duduk di bangku kelas 1 SMA, sekitar tahun 2010. Selama rentang waktu itu, Papi selalu menjadikanku sebagai pelampiasan nafsu bejatnya. Saat itu aku memang merasa hancur. Tapi nyatanya setelah aku memiliki pacar, sampai akhirnya Papi yang berkewarganegaraan Taiwan dideportasi ke negaranya pada tahun 2012, aku tetap melayani nafsu seks Papi. Tentu saja tanpa sepengetahuan pacarku waktu itu, di rumah aku tetap melakukan rutinitas ngentot dengan Papi. Bahkan dalam beberapa kesempatan ketika aku ribut dengan pacarku, aku sengaja menggoda Papi untuk menikmati tubuhku demi memenuhi kebutuhan biologisku. Dan harus kuakui, beberapa kali Papi berhasil membuatku mencapai klimaks. Kisah persetubuhan terlarangku dengan Papi ini menjadi andalanku di masa-masa berikutnya untuk membangkitkan nafsu Rey.
Dulu, pemerkosaan oleh Papi adalah sebuah trauma bagiku. Tapi Rey adalah seseorang yang telah mengubah semua trauma itu menjadi kenikmatan. Aku berterimakasih pada Rey untuk semua itu. Ulangtahunku yang ke-21 telah mengubah hidupku untuk selamanya.

TO BE CONTINUED..

NB.
Bonus buat suhu rabbiters5 yang menebak dengan tepat..

 
Terakhir diubah:
Baca dulu :baca:.

Mantap ceritanya gan, lain dari yang lain, tetap semangat untuk next nya gan .,. :banzai::mantap::tegang:
 
Muncul lagi cerita mantap baru, komen dulu tanda partisipasi..
Semangat suhuu :semangat:
 
Baikllah.. Jelas sudah
Ditunggu update berikutnya
 
Jooossshhh... pasang tenda sambil menyibak 'jembutnya' nathalie.... :D :semangat: .... ayooo nath kamu pasti bisa melupakan kisah lalumu yang kelam bersama rey.... :joget:
 
RUARR BIASAAAAAAA.... ini baru sex story ala drama film korea haahaa... Gelar tiker ahhh!

Next suhu!
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bookmark ahh...salut bgt deh sama Rey...dan jg mbaknya SPG mainan anak2...
 
Bimabet
Keren ceritanya, baik yang cowok maupun yang cewek cerita juga......new kind pov
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd