icungukis
Semprot Kecil
- Daftar
- 3 Dec 2016
- Post
- 58
- Like diterima
- 59
*BASED ON TRUE STORY*
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami TS dan WFnya.
Setting dalam cerita ini memposisikan TS dan WF sebagai orang pertama untuk membuat jalan cerita menjadi lebih menarik dan mudah diimajinasikan.
Beberapa nama dan lokasi dibuat berbeda dengan tujuan menjaga kerahasiaan identitas TS dan WF.
Pembaca sangat dianjurkan untuk mempersiapkan pelumas agar prosesi haphap berjalan lebih nyaman.
PART VIII - Brand New (F) Job (Chapter 7)
Chapter sebelumnya:
Natalie mulai bekerja di sebuah panti pijat plus-plus, dengan menggunakan nama Eliza. Dua puluh menit sebelum berakhirnya jam kerja Eliza, ia mendapat pelanggan pertamanya, Pak Adam. Petualangan pijat sensual Eliza pun dimulai..
POV WF
"Aahhss.. Bapak udah ngga tahan, Eliz.. Ayo, kita mulai aja", ujar Pak Adam.
Aku pun kemudian mengganti kondom strawberry tadi dengan kondom lainnya yang sudah disiapkan. Pihak *** memang menyediakan dua buah kondom, satu untuk oral, dan satunya lagi untuk happy ending.
"Mmhh.. Vagina saya becek gara-gara Bapak nih..", ujarku sambil memakaikan kondom yang baru.
"Sini, masukin kontol saya ke memek kamu", kata Pak Adam memintaku naik ke perut buncitnya.
"Aaahhhh.. Mmhh.. Pak.. Nngghhh..", desahku seraya mulai menggoyangkan pinggulku naik turun.
"Aaawwwhhh..", aku sedikit menjerit.
Penis Pak Adam yang melengkung itu serasa mengoyak pinggiran dinding vaginaku. Sensasi geli yang dahsyat membuatku makin tak tahan.
"Ughh.. Oohh.. Oohhh.. Sshh.. Kamu liar juga ya, Liz.. Uhhh.. Tadinya Bapak kira kamu orangnya polos banget", kata Pak Adam ketika aku mulai menggenjot penisnya makin cepat.
Goyangan pinggulku makin cepat, karena sensasi kontol melengkung Pak Adam sungguh membuat birahiku terpacu.
"Aahh.. Ahhhh.. Titit Bapakkk.. Mmhh.. Mmhh", racauku dengan memejamkan mata sambil menggoyang penisnya dengan cepat.
Tak sempat aku melanjutkan kata-kataku, tiba-tiba saja aku merasa sedotan keras di payudaraku.
"Aaaaahhh!", aku menjerit.
Kulihat Pak Adam sedang membuat sebuah cupangan di dekat putingku. Sebenarnya aku takut, apa yang akan terjadi jika Rey melihat bekas cupangan ini nanti. Bagaimana jika ia marah? Tapi aku tak dapat memfokuskan diriku pada hal lain, selain rasa geli yang menjalar dari relung vaginaku ke seluruh tubuh.
"Hmm.. Kenapa titit saya? Hm?", tanya Pak Adam.
"Mmhh.. Ahh.. Enakkk, Pakkk.. Aahh..", jawabku mulai larut dalam kenikmatan.
"Ouhhh.. Memek kamu juga enak, Liz..", ujar Pak Adam.
Ia kemudian bangkit dari posisinya semula, dan duduk berhadap-hadapan denganku. Aku pun terduduk di depan Pak Adam dengan vaginaku yang masih tersangkut di batang kontolnya. Ia mengangkat pinggulku sedikit, lalu menggerakkannya maju mundur. Rongga vaginaku serasa ditumbuk-tumbuk, rasanya sangat nikmat.
"Aahhh.. Mmhh..Nngghhh.. Pakkk.. Mmhh.. Memek sayahh.. Nnghh.. Geliii..", racauku dengan tubuh mengejang, membuat dadaku membusung, dan makin mendekati wajah Pak Adam.
"Oohh.. Ughh.. Tetek kamu ngegemesin.. Uughhhss..", kata Pak Adam yang selangkah kemudian langsung melumat putingku yang berhiaskan piercing barbel itu.
"Aahh.. Nngghhhh.. Uughh.. Paaakk..", desahku kegelian, membuat tanganku bereaksi.
Aku memegangi bagian belakang tengkuknya, lalu kudekap dan kubenamkan wajahnya di toketku. Bukannya menyerah, Pak Adam justru memainkan putingku lebih ganas lagi.
"Paakkk.. Nnghhh.. Aaaaaaawwwhhhhh..", aku mendesah panjang.
Pak Adam berhasil membuatku orgasme dengan serangan yang bertubi-tubi pada vagina dan toketku. Aku pun tak memberinya ampun. Kubalas dengan mengoyangkan pinggulku dengan gerakan memutar.
"Oohh.. Oughhh.. Wow, kamu luar biasa, Liz..", ujar Pak Adam yang tampak sangat menikmati setiap gerak pinggulku.
Tanpa kusadari, gerakan ini justru memberiku rangsangan yang sangat hebat. Vaginaku terasa seperti diaduk-aduk. Pak Adam kemudian merebahkan tubuhku, membuatnya berada pada posisi di atasku.
"Mmhhh! Aahh.. Teruss, Pakk.. Ahh.. Ahh.. Nnghhh..", desahku sambil memegangi pinggul Pak Adam, seolah menagih agar kontolnya itu terus menghujam memekku.
"Aaawwwhh! Aahh.. Hmmhhh..", sesekali aku menjerit kecil, saat ujung penisnya yang melengkung itu menggesek-gesek dinding vaginaku.
Tanganku pun lepas kontrol, sehingga aku terlihat memilin-milin puting susuku.
"Ohhh.. Pengen supaya teteknya dimainin ya? Hm? Sini, saya bantu.. Oughh..", ujar Pak Adam sambil meremas-remas sebelah toketku, sedangkan yang satunya tetap ia biarkan agar aku memainkan putingku sendiri.
"Pakk.. Nngghhh.. Hmmhhhh.. Awhh.. Rasanya.. Aahh.. Itu, aawwhh.. Enakk bangetthh", kataku serasa melayang.
Aku akhirnya terkulai pasrah, sambil sesekali mencengkeram massage bed tempat aku dan Pak Adam bersetubuh.
"Nngghh.. Teruuusshh, Pakk.. Aahhh.. Mmhh.. Yeahh..", racauku dipenuhi kenikmatan.
"Sshhh.. Hmhh.. Kaya gini? Kamu suka?", tanya Pak Adam sembari memompa liang senggamaku dengan penis bengkonya itu.
"Uuhhhh.. Yeaahhh, Pakk.. Ngghh.. Yeahh.. Yeaahh.. Yeahhhhh.. Aaahhh..", desah mengiyakan terus meluncur dari mulutku.
"Oohhhh.. Saya udah ngga tahan lagi.. Ughhh..", kata Pak Adam dengan desakan batang kemaluannya yang makin keras dan cepat.
"Aaaaaaagggghhhhhh..", desahnya mencapai ujung kepuasan.
Ditanamkannya penis melengkung itu dalam-dalam di vaginaku yang masih berdenyut, mengapit kontol Pak Adam dengan erat. Setelah beberapa saat baru badanku melemas. Pak Adam pun melepaskan penisnya dari memekku.
"Mari, saya temenin Pak Adam bilasan", ujarku sambil perlahan mencabut kondom dari penisnya, mengambil selembar tissue, lalu menggulung kondom tersebut dengan tissue yang kuambil.
Kuajak Pak Adam menuju ruang bilas, kemudian kubantu dengan menggosok punggungnya.
"Kamu mainnya hebat. Kalo kamu punya pacar, dia pasti puas bercinta sama kamu", ujar Pak Adam saat tubuhnya berbalik menghadapku.
Dengan nakal, ia kemudian mengenyot payudara berpiercingku.
"Awwhh.. Bapak nakal nih..", kataku.
"Saya punya pacar kok", kulanjutkan kata-kataku.
"Trus? Dia tau kamu kerja begini?", tanyanya dengan heran.
"Tau donk.. Malahan dia yang minta saya kerja disini", jawabku.
Matanya terbelalak. Pak Adam tampak sungguh terkejut sambil mengernyitkan dahi. Ia kemudian seperti tak tau harus berkomentar apa lagi.
"Ini buat kamu.. Salam ya buat pacarnya", ujarnya usai kami selesai membilas dan berpakaian, sambil memberikan dua lembar uang seratus ribuan, dan selembar uang lima puluh ribuan.
"Makasi ya, Pak", kataku sambil tersenyum.
Aku mengantarnya ke lobby, kemudian aku masuk ke ruang tunggu therapist. Keesokan harinya aku mendengar dari Mami Ivonne, katanya Pak Adam memuji permainanku. Tapi yang aku bingung saat ini, aku baru ingat cupangan yang dibuat Pak Adam saat kami beradu syahwat tadi. Bagaimana ya, caraku mengatakan pada Rey soal ini..
TO BE CONTINUED..
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami TS dan WFnya.
Setting dalam cerita ini memposisikan TS dan WF sebagai orang pertama untuk membuat jalan cerita menjadi lebih menarik dan mudah diimajinasikan.
Beberapa nama dan lokasi dibuat berbeda dengan tujuan menjaga kerahasiaan identitas TS dan WF.
Pembaca sangat dianjurkan untuk mempersiapkan pelumas agar prosesi haphap berjalan lebih nyaman.
PART VIII - Brand New (F) Job (Chapter 7)
Chapter sebelumnya:
Natalie mulai bekerja di sebuah panti pijat plus-plus, dengan menggunakan nama Eliza. Dua puluh menit sebelum berakhirnya jam kerja Eliza, ia mendapat pelanggan pertamanya, Pak Adam. Petualangan pijat sensual Eliza pun dimulai..
POV WF
"Aahhss.. Bapak udah ngga tahan, Eliz.. Ayo, kita mulai aja", ujar Pak Adam.
Aku pun kemudian mengganti kondom strawberry tadi dengan kondom lainnya yang sudah disiapkan. Pihak *** memang menyediakan dua buah kondom, satu untuk oral, dan satunya lagi untuk happy ending.
"Mmhh.. Vagina saya becek gara-gara Bapak nih..", ujarku sambil memakaikan kondom yang baru.
"Sini, masukin kontol saya ke memek kamu", kata Pak Adam memintaku naik ke perut buncitnya.
"Aaahhhh.. Mmhh.. Pak.. Nngghhh..", desahku seraya mulai menggoyangkan pinggulku naik turun.
"Aaawwwhhh..", aku sedikit menjerit.
Penis Pak Adam yang melengkung itu serasa mengoyak pinggiran dinding vaginaku. Sensasi geli yang dahsyat membuatku makin tak tahan.
"Ughh.. Oohh.. Oohhh.. Sshh.. Kamu liar juga ya, Liz.. Uhhh.. Tadinya Bapak kira kamu orangnya polos banget", kata Pak Adam ketika aku mulai menggenjot penisnya makin cepat.
Goyangan pinggulku makin cepat, karena sensasi kontol melengkung Pak Adam sungguh membuat birahiku terpacu.
"Aahh.. Ahhhh.. Titit Bapakkk.. Mmhh.. Mmhh", racauku dengan memejamkan mata sambil menggoyang penisnya dengan cepat.
Tak sempat aku melanjutkan kata-kataku, tiba-tiba saja aku merasa sedotan keras di payudaraku.
"Aaaaahhh!", aku menjerit.
Kulihat Pak Adam sedang membuat sebuah cupangan di dekat putingku. Sebenarnya aku takut, apa yang akan terjadi jika Rey melihat bekas cupangan ini nanti. Bagaimana jika ia marah? Tapi aku tak dapat memfokuskan diriku pada hal lain, selain rasa geli yang menjalar dari relung vaginaku ke seluruh tubuh.
"Hmm.. Kenapa titit saya? Hm?", tanya Pak Adam.
"Mmhh.. Ahh.. Enakkk, Pakkk.. Aahh..", jawabku mulai larut dalam kenikmatan.
"Ouhhh.. Memek kamu juga enak, Liz..", ujar Pak Adam.
Ia kemudian bangkit dari posisinya semula, dan duduk berhadap-hadapan denganku. Aku pun terduduk di depan Pak Adam dengan vaginaku yang masih tersangkut di batang kontolnya. Ia mengangkat pinggulku sedikit, lalu menggerakkannya maju mundur. Rongga vaginaku serasa ditumbuk-tumbuk, rasanya sangat nikmat.
"Aahhh.. Mmhh..Nngghhh.. Pakkk.. Mmhh.. Memek sayahh.. Nnghh.. Geliii..", racauku dengan tubuh mengejang, membuat dadaku membusung, dan makin mendekati wajah Pak Adam.
"Oohh.. Ughh.. Tetek kamu ngegemesin.. Uughhhss..", kata Pak Adam yang selangkah kemudian langsung melumat putingku yang berhiaskan piercing barbel itu.
"Aahh.. Nngghhhh.. Uughh.. Paaakk..", desahku kegelian, membuat tanganku bereaksi.
Aku memegangi bagian belakang tengkuknya, lalu kudekap dan kubenamkan wajahnya di toketku. Bukannya menyerah, Pak Adam justru memainkan putingku lebih ganas lagi.
"Paakkk.. Nnghhh.. Aaaaaaawwwhhhhh..", aku mendesah panjang.
Pak Adam berhasil membuatku orgasme dengan serangan yang bertubi-tubi pada vagina dan toketku. Aku pun tak memberinya ampun. Kubalas dengan mengoyangkan pinggulku dengan gerakan memutar.
"Oohh.. Oughhh.. Wow, kamu luar biasa, Liz..", ujar Pak Adam yang tampak sangat menikmati setiap gerak pinggulku.
Tanpa kusadari, gerakan ini justru memberiku rangsangan yang sangat hebat. Vaginaku terasa seperti diaduk-aduk. Pak Adam kemudian merebahkan tubuhku, membuatnya berada pada posisi di atasku.
"Mmhhh! Aahh.. Teruss, Pakk.. Ahh.. Ahh.. Nnghhh..", desahku sambil memegangi pinggul Pak Adam, seolah menagih agar kontolnya itu terus menghujam memekku.
"Aaawwwhh! Aahh.. Hmmhhh..", sesekali aku menjerit kecil, saat ujung penisnya yang melengkung itu menggesek-gesek dinding vaginaku.
Tanganku pun lepas kontrol, sehingga aku terlihat memilin-milin puting susuku.
"Ohhh.. Pengen supaya teteknya dimainin ya? Hm? Sini, saya bantu.. Oughh..", ujar Pak Adam sambil meremas-remas sebelah toketku, sedangkan yang satunya tetap ia biarkan agar aku memainkan putingku sendiri.
"Pakk.. Nngghhh.. Hmmhhhh.. Awhh.. Rasanya.. Aahh.. Itu, aawwhh.. Enakk bangetthh", kataku serasa melayang.
Aku akhirnya terkulai pasrah, sambil sesekali mencengkeram massage bed tempat aku dan Pak Adam bersetubuh.
"Nngghh.. Teruuusshh, Pakk.. Aahhh.. Mmhh.. Yeahh..", racauku dipenuhi kenikmatan.
"Sshhh.. Hmhh.. Kaya gini? Kamu suka?", tanya Pak Adam sembari memompa liang senggamaku dengan penis bengkonya itu.
"Uuhhhh.. Yeaahhh, Pakk.. Ngghh.. Yeahh.. Yeaahh.. Yeahhhhh.. Aaahhh..", desah mengiyakan terus meluncur dari mulutku.
"Oohhhh.. Saya udah ngga tahan lagi.. Ughhh..", kata Pak Adam dengan desakan batang kemaluannya yang makin keras dan cepat.
"Aaaaaaagggghhhhhh..", desahnya mencapai ujung kepuasan.
Ditanamkannya penis melengkung itu dalam-dalam di vaginaku yang masih berdenyut, mengapit kontol Pak Adam dengan erat. Setelah beberapa saat baru badanku melemas. Pak Adam pun melepaskan penisnya dari memekku.
"Mari, saya temenin Pak Adam bilasan", ujarku sambil perlahan mencabut kondom dari penisnya, mengambil selembar tissue, lalu menggulung kondom tersebut dengan tissue yang kuambil.
Kuajak Pak Adam menuju ruang bilas, kemudian kubantu dengan menggosok punggungnya.
"Kamu mainnya hebat. Kalo kamu punya pacar, dia pasti puas bercinta sama kamu", ujar Pak Adam saat tubuhnya berbalik menghadapku.
Dengan nakal, ia kemudian mengenyot payudara berpiercingku.
"Awwhh.. Bapak nakal nih..", kataku.
"Saya punya pacar kok", kulanjutkan kata-kataku.
"Trus? Dia tau kamu kerja begini?", tanyanya dengan heran.
"Tau donk.. Malahan dia yang minta saya kerja disini", jawabku.
Matanya terbelalak. Pak Adam tampak sungguh terkejut sambil mengernyitkan dahi. Ia kemudian seperti tak tau harus berkomentar apa lagi.
"Ini buat kamu.. Salam ya buat pacarnya", ujarnya usai kami selesai membilas dan berpakaian, sambil memberikan dua lembar uang seratus ribuan, dan selembar uang lima puluh ribuan.
"Makasi ya, Pak", kataku sambil tersenyum.
Aku mengantarnya ke lobby, kemudian aku masuk ke ruang tunggu therapist. Keesokan harinya aku mendengar dari Mami Ivonne, katanya Pak Adam memuji permainanku. Tapi yang aku bingung saat ini, aku baru ingat cupangan yang dibuat Pak Adam saat kami beradu syahwat tadi. Bagaimana ya, caraku mengatakan pada Rey soal ini..
TO BE CONTINUED..