Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Darah Binal yang Kental!(wild stories)

Genre apa saja selain murni incest, yang pembaca inginkan dalam cerita ini? (Dapat memilih 2)

  • BDSM (Master dan Sex Slave)

    Votes: 105 34,5%
  • NTR (Protagonis terkhianati)

    Votes: 75 24,7%
  • Romance (Melodrama)

    Votes: 102 33,6%
  • Guro ( Pembunuhan, Mutilasi, Kanibal)

    Votes: 8 2,6%
  • Magic (Sihir, Hipnotis)

    Votes: 54 17,8%
  • Scat & Urination (Feses dan Kencing)

    Votes: 27 8,9%
  • Abstain ( terserah penulis )

    Votes: 46 15,1%
  • Lainya (sampaikan dengan replay)

    Votes: 8 2,6%

  • Total voters
    304
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Chapter 7 : Memang Sudah Waktunya

(Eka)

Kulihat, anaku Rudi sudah tertidur lelap dalam pelukanku. "Heeemmmh", dehemku membangkitkan berat tubuhku yang baru saja terbaring disampingnya.

"Anak lanange ibu... " ucapku lirih sambil mengusap kepalanya perlahan. Kamu sudah besar sekarang. Aku melirik ke arah kontholnya. Konthol yang aku latih dan kubina 5 hari ini dengan rangsang, asupan gizi serta obat kimiawi. Konthol itu sudah bertambah besar. 12 cm tepatnya, bertambah 4 cm dari sebelumnya. Diameternya pun meningkat walau sedikit, yaitu menjadi 3 cm. Kantung zakarnya ikut membesar sebagai tanda meningkatnya daya tampung sperma. Entah akan menjadi sebesar apa kontholnya kelak jika dia sudah dewasa. Obat yang aku berikan memang dosis tinggi. Aku kerahkan pengetahuan sainsku untuk membuat ini terjadi. Dibantu koneksi2 kami, aku dan suami, untuk menyediakan pelatihan tersebut.

Ini tugasku, tugas yang kuemban dari suamiku, pemimpin kami. Dalam 1 minggu ini, Aku telah melatih anaku Rudi menjadi sosok yang lebih tangguh dari sebelumnya. Dari segi psikis maupun fisik. Membuatnya menahan untuk tidak ejakulasi, walaupun aku melakukan atraksi penggugah birahi untuk merangsangnya. Memberinya pengertian tentang arti sebuah kesabaran dalam seksualitas, serta membuatnya mengerti bahwa ini semua untuk kebaikannya. Ini pelatihan pertamanya, sebagai tanda masuknya ia ke dalam filosofi kami seutuhnya.

Ini tidak mudah, sungguh tidak mudah. Bagaimana aku harus menahan gejolak emosinya dan juga emosiku. Birahinya dan birahiku. Dia anak laki2ku satu2nya. Kesayanganku... Aku cinta dan sayang terhadap semua anak2ku. Tapi Rudi yang paling kusayangi. Mungkin bisa dibilang tidak adil, tapi itulah kenyataannya. Hormon kami menarik satu sama lain secara alami. Apalagi ditambah kesadaran kami akan nikmat hubungan sedarah yang kami terima dengan senang hati. Kami ingini, kami mengerti dan kami turuti keinginan kami. Aku telah mengambil keperjakaanya dengan tempiku, tempik ibu kandungnya. Dan dia senang hati menyerahkanya. Walau kami berdua harus ambruk tak kuasa. Mungkin bukan hanya Rudi yang harus diberi pelatihan. Kenikmatan bersetubuh dengan anak sendiri sungguh tak bisa dibayangkan. Hanya bisa dilakukan dan dirasakan.

Dia pandai mengambil hati orang, terutama hatiku dengan rengekan manjanya, dengan teriakannya atau dengan ngambeknya yang membuat sisi keibuanku tak rela mengabaikanya. Sungguh aku tak rela, tapi ini semua kulakukan demi dia. Anak kesayanganku. Tak jarang aku hampir kalah oleh nafsuku dan berulang kali ingin merasakan kembali kontholnya di tempiku. Tapi untung aku dapat bertahan walau dengan paksaan, dengan menyakiti diriku sendiri.

Suamiku, pejantanku, memiliki visi besar untuk pewarisnya ini. Pewaris yang akan mewarisi kerajaan mewah kecilnya. Harta dan wanita2nya. Dia pria yang hebat, orang yang sangat hebat. Dia dapat mengayomi banyak orang. Banyak orang bersandar di dalam naunganya. Tapi sayang seribu sayang. Dia memiliki penyakit kronis yang dideritanya sejak dulu. Yang bermula beberapa saat sejak ayahnya tiada. Penyakit Meningitis kronis yang dapat mengambil nyawanya sewaktu-waktu. Terapi2 dari dokter2 ternama serta obat2an mahal yang bisa mempertahankan hidupnya untuk saat ini. Aku sudah tahu sejak lama, sudah sejak lahirnya anak pertama kami. Kami telah merundingkanya masak2. Yang ku harap saat ini bahwa semoga saja dia masih bisa bertahan sampai Rudi siap mengambil alih semuanya. Itulah mengapa dia menyegerakan pelatihan putra kami Rudi sedini mungkin. Dia mungkin takut kalau terlambat. Terlambat oleh sang waktu yang tak tentu. Apakah aku sedih? Ya, aku sedih jika aku memikirkanya. Tapi kesedihanku selalu terpendam oleh visi dan misinya yang dia bagi kepadaku. Seorang wanita yang dipilih untuk jadi permaisurinya. Untuk membangun keluarga ideal untuknya. Dan sepertinya dia masih sehat2 saja sampai saat ini. 13 tahun sudah aku bersuami dia, melahirkan 3 anaknya dan menikmati rasa bahagia denganya. Walaupun bukan aku seorang saja wanitanya.

Jam menunjukan pukul 13:55, aku tadi ketiduran setelah berhasil membujuk Rudi sarapan dan meminum dosisnya pagi tadi. Entah darimana ide2 cemerlang datang untuk melakukannya, selama 5 hari ini di setiap pagi dan petang. Mungkin dari sosok ibu yang ber-ide cemerlang, yang ingin melatih anaknya untuk berkembang. Berkembang menjadi perkasa di ranjang. Atau mungkin dari rasa sayang. Atau hanya sekedar dari nafsu binatang, dari seorang wanita jalang yang ingin konthol putranya menjadi perkasa dan menantang. "Maafkan ibumu ini sayang. Ibu benar2 ingin memilikimu. Duhai lelaki yang keluar dari rahimku"

Ku rapikan bajuku yang acak2an sehabis bertempur bertahan dengan kenakalan Rudi. Menata nampan dan beranjak keluar kamar dengan perlahan, agar aku tak membangunkan anaku sayang yang terlelap mengarung mimpi di atas ranjang.

"Ceki...lik.." kututup pintu kamar itu sepelan mungkin. Aku tersentak terkaget akan hal yang sepertinya tak asing.

"Ahh.. Ahh..aaah..Enak dek.. Pinter adek.. Ah...ah.ahh.." Terdengar dari arah ruang keluarga suara anak pertamaku Rini.."heemm...pasti dia lagi main sama adiknya, Yuni. Dasar darah binalku.. Yang tak kenal tempat dan waktu kalau sudah mau", Pikirku.

Aku beranjak ke dapur untuk merapikan set peralatan nampan yang digunakan untuk sarapan Rudi.

"Suwis... Suwis...seeessss" bunyi kran air yang kuhidupkan untuk mencuci alat2 itu."Klotak.. Klotek.. Klotak..klotek..sek..sek..sek " suara beradunya penggosok serta alat makan yang saling bercumbu saat kubersihkan. Aku pun mengangan..

Tak terasa besok sudah hari Minggu. Tak terasa sudah 1 minggu aku melatih dan melayaninya. Oops salah.. Lebih tepatnya tak terasa aku telah dilayani olehnya.

Aku sangat bahagia ketika suamiku Mahendra memutuskan proses karantina Rudi. Yang barang tentu diantara orang rumah, akulah kandidat terbaik yang dia tunjuk sebagai korlap (koordinator lapangan), sedang dia adalah ketua umumnya. Dia memang pengertian, aku sayang suamiku. Itu kenapa aku mau dijadikan Istrinya 13 tahun lalu. Membangun mahligai rumah tangga yang ideal untuku dengannya. Rumah tangga yang ideal untuk seorang sundal sepertiku yang merupakan mantan gadis penjajal konthol profesional. Oops salah... Mantan gadis nakal single yang sekarang menjadi MILF nakal bersuami.

Urusan status penjajal konthol profesional, tak akan mungkin pernah jadi masa lalu bagiku. Hanya mungkin konthol2 yang kujajal lebih bersifat VIP dan VVIP. VIP untuk orang2 penting bagi karir bisnis suamiku, atau orang2 dekat yang dapat memberi manfaat bagi keluarga kami. Dan barang tentu konthol suami dan putraku tercinta yang menyandang status VVIP tersebut.

Ibuku seorang PSK(Perempuan Suka Konthol) sehingga aku juga seperti itu. Ayahku? Tak tahu dia konthol yang mana, tapi yang jelas dia salah satu konthol yang pernah masuk ke tempik Ibuku. Ibuku bernama Jessie, nama karirnya dari plesetan Jeng Sri, Ya.. Sri namanya, Sri Rupi'ah tepatnya, usianya saat itu 46 tahun. Dia telah naik kasta sebagai Madam Jessie, seorang germo ternama di kota kami. Sang pemimpin lokalisasi. Karirnya meningkat juga berkat suamiku Mahendra. Pria luar biasa binal, yang memilihku sebagai Istrinya. Ibuku dikenalkan dengan orang2 penting di kota kami. Memberinya arahan yang pas sehingga bisnisnya berkembang pesat. Suamiku sekarang mungkin sedang ngentot dengan Ibu dan adik kandungnya, atau Ibuku, mertuanya atau anak buah ibuku. Atau, mungkin juga wanita2 lain, selir2nya yang tersebar dimana-mana. Entahlah...

Memang begitulah kesepakatanya. Aku fokus ke Rudi, sedang dia akan mencari sangkar lain untuk membungkus dan menghangatkan keris pusakanya. Apakah aku cemburu ketika suamiku bersama wanita lain?... Sebelum ke pertanyaan itu biarlah aku instropeksi diri, 1) Layakah aku cemburu, sedangkan aku telah dipilih menjadi permaisurinya, wanita utamanya? 2) Layakah aku cemburu, sedang aku juga pernah menikmati konthol selain kontholnya? 3) Layakah aku cemburu sedangkan ia mengijinkanku untuk menikmati, eh... melatih putraku, 1 minggu penuh tanpa gangguan? 4) Layakah aku cemburu sedangkan aku menikmati orgasme2ku di setiap pagi dan petang dengan rangsang tubuh putraku tersayang? Jawabnya :Ya... Cemburu sih, namanya juga wanita, tapi hanya sedikit, sampai2 tak terlihat.. Hihihi... Tak perlu khawatir, keris itu tidak akan lari dari sangkarku. Keris itu dimiliki oleh lelaki bertanggung jawab. Disamping itu sangkarku dimiliki oleh seorang wanita spesial yang berbagi jiwa denganya. Kami jujur satu sama lain, terhadap pasangan dan terhadap diri sendiri, itulah kunci keberhasilan rumah tangga kami.

Selesai aku membereskan perlengkapan makan itu. Akupun memutuskan untuk mandi. Aku berjalan ke arah kamar mandi utama yang terletak disamping kamar utama kami.

"Terus dek... Masukin itu ke lubang pantat embak dek... Mainin dubur embak dek...aah.. Ah.. Ah...colok dek.. Jilat dek..." Suara itu terdengar mengiringi perjalananku.

"Heeemmm..." Nampaknya permainan mereka semakin panas. Kalau saja aku tak lelah mungkin aku akan ikut bergabung bersama mereka. Dasar para gadis darah dagingku.

Kamar mandi utama kami tergolong luas. Setelah pintu gesernya terbuka maka mata akan langsung berhadapan dengan cermin seluas dinding yang akan merefleksikan bayangan sang pembuka pintu. Dibawahnya terdapat bathup yang bisa dikatakan sebagai kolam kecil selutut, sebagai tempat berendam kami sekeluarga. Disebelah kiri akan nampak 2 buah set hand shower berjajar sebagai sarana bila kami sekeluarga mandi bersama, lengkap dengan 2 set rak peralatan mandi dan cermin kecilnya. Di sebelah kanan terdapat 3 pintu menuju ruangan toilet tersendiri untuk mengaksesnya. Time is opportunity, we want to use it efficiently. Barang tentu ada kamar2 mandi dan toilet2 lain untuk tamu asing sebagai formalitas untuk menampakan kesan sebagai keluarga utuh bahagia yang biasa2 saja. Tapi, seperti yang kalian tahu, bahwa sesungguhnya kami keluarga utuh yang "luar biasa" berbahagia.

Kubuka kran bathup dan ku set untuk setelan hangat agar aku dapat berendam melepaskan penat tubuhku. Penat setelah beradu dengan kenakalan putraku. Oops salah.., kenakalanku kepadanya

Kutanggalkan baju dan dalamanku satu persatu lalu ku taruh di keranjang baju kotor di samping pintu masuk. Tampak jelas olehku tubuh sintal ini di cermin. Tubuh yang telah mengandung 3 nyawa anak2u. 2 buah dada dengan set puting ereksinya, dan 1 set pinggul beserta asesoris2nya.
[HIDE]
20170704_040030.jpg
[/HIDE]
Kasihan anaku Rudi yang harus bertahan dari godaan keindahanya selama 5 hari ini.

"Ceer...cerr.. Ceer.. Curr.. ssesssrr" Kubasahi bagian2 tubuh binalku ini dibawah guyuran air dari hand shower yang masih berada di dudukannya. Kunikmati sensasi dingin menyejukan itu menjalar masuk dari ujung kepala hingga ujung kakiku. Kemudian kumatikan kranya kembali, untuk menghemat air selama aku mengurusi tubuhku dengan shampo dan sabun. Boros itu tidak baik!

Rambut panjang lepeku karena keringat, ku keramasi merata di setiap jengkalnya.
[HIDE]
17837990.gif
[/HIDE]
Kemudian kuambil sabun cair, kusapukan dimulai dari wajah, leher dan tengkuku. Kedua tanganku satu per satu sampai ketiak dan lalu beralih memutar dan meremas-remas ke kedua bongkah payudara montok favorit para penjantan itu, menyapu setiap detilnya, pentil dan areolaku.
[HIDE]
nsfw_sex_GIFs_porn_adult_naked_big_bouncing_tits_boobs_breasts_0025.gif
[/HIDE]
Kemudian aku berusaha meraih dan menyapu seluruh permukaan punggung ku, sehingga membuat susu-susu bersabun itu menojol seolah akan meledak melepaskan isinya. Dari punggung turun ke bawah. Aku pun sedikit menungging untuk menyapu pantat sintal favorit putraku, belahannya sampai mentok, serta bibir lubang dubur penuh kerutan miliku. Kugosok-gosok sampai licin berdecit.
[HIDE]
14792846.gif
[/HIDE]
Beranjak menyapu turun ke perut melewati pusar dan sampai ke tumpukan jembut hitamku, itil, lubang kencing lalu bibir2 lubang senggamaku. Tercium aroma pesing ketika aku menggosok area itu, seluruh area kewanitaanku. Dari bau khas pejuh hampir kering yang lengket beralih ke aroma bunga yang berasal dari sabun. Kuambil hand shower itu kunyalakan lalu aku pun berjongkok untuk lebih detil membersihkan area itu. Mengobel-ngobel liang seksku untuk membersihkan sisa2 pejuh di dalamnya.

Yang tadi pagi terbentuk karena ulah si
Rudi. Oops.., salah lagi, Karena ulahku sendiri, kepada Rudi. "Ohh Eka.. Engkau sungguh terlalu".

Menggosok permukaan bagian dalamnya dengan dua jariku sambil membuka-bukanya sambil kusemprot air agar isinya mengalir keluar, hingga kurasa cukup bersih.
[HIDE]
tumblr_oplfwn9x_RT1szb6gco1_400.gif
[/HIDE]
Geli rasanya ketika semprotan air itu menggelitik itil, permukaan area bibir tempiku dan masuk ke lubang peranakanku. Yang terakhir tentu saja kedua kakiku yang tak terlalu panjang itu kusabuni secara menyeluruh.

Kubilas bersih sisa busa2 yang ada dari seluruh jengkal tubuhku, lalu berjongkok kembali melakukan ritual rutin, yaitu meyemprotkan air seniku ke lantai kamar mandi,

"Aaah...Suwis.. suwes.. wesewes.. Siirrr..seerrr... Krecek..krecek.."

sambil memejamkan mata menikmati sensasi lega namun geli itu. Membilas menceboki tempiku kembali, lalu berdiri mematikan kran shower, meletakan ke tempatnya, lalu berjalan menuju tempat perendaman hangat yang telah kusiapkan tadi.

"Clup..clup.." Suara kaki2ku masuk ke dalam kolam air hangat itu. Kuikat rambutku menggelung, lalu aku duduk berendam bersandar di tepianya sambil membilas-bilas tubuh atas dan kepalaku. Mengusir sensasi dingin untuk diganti dengan kehangatan.

"Ahhh... Nikmatnya.." Gumamku mensyukuri nikmat kamar mandi ini. Aku pun menyandarkan kepalaku di tepian bathup, memejam dan menghela nafas panjang merilekskan sisa ketegangan otot2ku di dalam air hangat yang meliputi seluruh tubuh sampai belahan dadaku. Payudaraku seolah mengapung bagai bola di wahana wisata pemandian.

Putraku sedang tidur dengan damai, Kedua putriku sedang nakal bermain dengan kelamin2 mereka di ruang tamu. Suamiku pasti sedang asyik berkenthu menikmati tempik ibu dan adik kandungnya atau tempik2 lainya. Tempiku pun sudah mendapat jatahnya. Just Perfect for This Momen. For all My Happy Family, Oops salah lagi.. Konthol putraku Rudi belum merasakan kedamaian sejak 5 hari yang lalu. Duh kan tempiku gatal lagi, membayangkan hal itu. Dasar tempik binal! Sudah bersih malah minta dikotori lagi. Aku cubit itilku keras agar rasa itu berlalu.

"Sreek...dek" Suara pintu tergeser menghantam pembatas, membuyarkan lamunanku.

Kedua putriku masuk dengan kondisi telanjang belepotan crayon di sebagian tubuh mereka. Wajah, dada, perut, dan selakangan mereka berwarna-warni bagai lukisan abstrak karya pelukis terkenal. "Main crayon kok bisa sampai begitu ya?" Tanyaku heran dalam hati. Untung jaman itu belum marak sosmed2 atau forum2 mesum. Hehehe.. HP aja masih yang tamtih(hitam putih).

"Ibuuuk..." Teriak seru Yuni sambil berlari kearahku, lalu langsung nyemplung ke bathup. "Byur.." lalu memeluku dari samping. Menempelkan kepalanya manja di dadaku.

Rini kakaknya, menutup pintu, lalu melemparkan seragam, pakaian dalam serta pakaian adiknya kedalam keranjang, kemudian mandi membersihkan crayon di tubuhnya di bawah guyuran shower.

"Ngapain aja sih kalian..?.. Kok blepotan crayon gini.." Cercaku spontan menyelidik, tertarik dan juga tergelitik.

"Itu buuk.. Taadiiii... kan aku nggambar pake crayon.. Terus Mbak Rini kan kepingin, terus minta aku jilatin ama gosok2 memeknya.. Terus mainin lubang pantatnya... Terus aku masuk-masukin crayon.. Terus mbak dorong keluarin.. Terus aku masukin lagi... Terus mbak keluarin lagi... Terus aku jilat2 lubang pantat mbak...Terus mbak gantian mainin memek aku.. Terus lobang pantat aku..."

"Ssstt.. Sudah2.. Ibu ngerti kok..." Menyela cerita Yuni anak bungsuku yang bercerita dengan nada imut itu. Khawatir kelamaan, lama2 buatku tak tahan. "Hemm.. " sungguh aku kepingin juga dimasuki crayon ke dalam lubang pantatku atau lubang tempiku. Gimana rasanya ya?

"Terus kalian pelukan berciuman, terus lanjut bergaya 69, lalu jilat2an kan?" Menebak kelanjutanya...

"BETUUL...100 buat ibuuk..!" tanggapanya bersemangat, sambil mengecup pipiku.

Kulirik Rini hanya senyum2 geli terkikik mendengar percakapan kami. Sambil memandikan tubuh muda warna warni belianya yang kelak akan menyaingiku.
[HIDE]
2adf95873a4a1ae84363e4063b79be6a.jpg
[/HIDE]

Untuk mendapat konthol Ayahnya atau konthol Adiknya. Dan mungkin juga konthol2 lainya.

Kulepaskan pelukan Yuni lalu kugosok-gosok crayon yang menempel di tubuhnya. Yang ternyata sulit hilang tanpa disabun terlebih dahulu.

"Ayo ibu mandiin nak.." ajaku lembut kepada anak termudaku itu. Kami pun menuju ke sebelah Rini yang sudah hampir bersih,
[HIDE]
taking_a_shower.gif
[/HIDE]
dibawah hand shower satunya. Kusabuni putri bungsuku itu dengan kasih sayang. Membasuh pelangi buatan yang tercipta oleh birahi mereka. "Heem.. Yang di dalam anus sudah keluar sumua atau belum ya? Ah..sudahlah, toh nanti juga keluar waktu BAB, pasti bab-nya warna pelangi". Pikirku sejenak lalu terus menyabuninya.

"Eh besok... Kamu sudah siap kan sayang..?" Tanyaku kepada Rini

"Besok..?" Responya terheran.. Disertai kami menghentikan aktifitas kami sejenak.

Besok adalah waktu yang kami tunggu2, waktu dimana darah perawan putri kami akan mengalir di sepanjang konthol putra kami. Membuatnya sah menjelma menjadi wanita dari kegadisanya. Sah termiliki oleh putra kami. Sah menjadi wanita yang dapat menjalankan filosofi keluarga kami seutuhnya. A full fledge Setiawan's woman.

"Kamu akan bersatu dengan adikmu... Kegadisanmu... Yang akan kau berikan kepada adikmu.." Penjelasanku kepadanya sambil menatapnya serius.

Hand shower itu terjatuh dari gengamannya. Menggantung, membentur lantai berirama.

"Besok..?" Ujarnya seakan tak percaya mencoba mencerna ucapanku.

Tubuhnya bergetar seakan menggigil. Wajahnya memerah mengkerut, air matanya keluar dari ujung dalam kelopak matanya. Dia menutupi hidung dan mulutnya dengan tangan, menahan isak. Rasa haru itu pun menyentuhku. Aku tahu dia menanti-nanti momen itu sejak lama. Aku memeluknya erat. Yuni pun mengikutiku, kami bertiga berpelukan penuh rasa haru. Tubuh dan hati 3 perempuan ini bersatu bersentuhan saling memahami dan menguatkan.

"A..Aku siap ibu.. Aku su..sungguh siap... A..aku menginginkanya.." Ujarnya sesenggukan sambil menunduk.

"Sreek.. Dek... Ada apa ini? ", kami pun serentak menoleh ke arah pintu, dan melihat Mas Hendra dengan raut wajah keheranan.

(Bersambung)

[HIDE]
Klik untuk lanjutan>>>

Next
Chapter 8: Kupersiapkan Semua Untuknya (Rini)[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Trims buat suhu2 semua, atas segenap apresiasinya...

Semoga tetap bisa terhibur

:angel:
 
Bimabet
Pas resik2e yo ora dicritakne tho... Ganti sprei, ngepel, umbah2, setriko, nyemprot pewangi...

Kecuali enek scene ne... Wkwkkwk
:aduh: dibayangne dhewe ae..

kamar mambu tempik malah enak hu.. mlebu hawane ngaceng terus pengen kenthu.. :konak:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd