Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Dendam Si Kembar Cantik

mulustrasinya film apaan min? penasaran kolosan tiongkok ya?
 
Sebenernya seneng baca cerita model gini tapi ngeri ngeri sedap ..takutnya dah kecanduan terus macet di tengah jalan
 
Bab 3 Geger Alas Purba

Keputren Jawa Dwipa

Malam menjelang dan gelap menutupi langit kerajaan Jawa Dwipa. Suasana keputren Jawa Dwipa mulai senyap.

Tiada canda tawa putri dan dayang dayang cantik penghuni keputren itu. Sebagian putri sudah lelap dalam tidur di peraduannya masing masing.

Di peraduannya yang nyaman elok permaisuri Paramitha membaringkan tubuh moleknya, berusaha memejamkan matanya untuk beristirahat.

Tidur sang permaisuri nampak tidak pulas, Paramitha bolak balik mengganti posisi tidurnya.

Udara malam ini tidak panas bahkan cenderung dingin namun tubuh Paramitha malah basah oleh keringat.



"Uunnggh...." Paramitha melenguh dalam tidurnya.

Perlahan kantuk menarik tubuh Paramitha dalam ketidaksadaran. Dongeng mimpi buruk menyergap sang permaisuri yang sedang galau akan kepergian bagindanya ke kadipaten Jenggala itu.

Paramitha berlari terengah engah dalam rerimbunan hutan nan gelap. Wajah ayu-nya terlihat pucat ketakutan.

Bayangan bayangan hitam buas mengejar di belakang permaisuri malang itu.

"Kyaaa.. "Paramitha menjerit ketakutan tangan tangan hitam berkuku tajam itu semakin dekat menghampirinya.

Kuku kuku tajam itu makin dekat, dekat dan..

Wutt..!! kuku kuku tajam itu menyabet hendak merobek tubuh Paramitha, Paramitha lincah menghindari cakaran yang hendak melukainya itu.

Paramitha berhasil berkelit dari kuku kuku tajam itu, namun ujung kemben Paramitha tidak sengaja tersangkut salah satu kuku cakar hitam itu hingga...

Breett..., kemben Paramitha sobek besar di bagian dada membuat bongkahan payudara indah Paramitha menyembul keluar.

Payudara Paramitha sungguh elok, bulat kencang dan membusung kinyis kinyis di dada sang ratu.

Paramitha dengan panik menutupi puncak payudara ber-pentil merah jambu itu.

Brett... breett... cakar cakar hitam yang lain dengan kasar mencabik kemben bagian bawah Paramitha, hingga separuh kemben bagian bawah Paramitha robek.

"Kyaa..."Paramitha menjerit kian panik saat tubuh bagian bawahnya kini polos telanjang tanpa selembar benangpun yang menutupinya.

Pantat bulat montok bagai buah plum itu sungguh amboi indahnya.

Paramitha menyilangkan tangan kirinya menutupi selangkangannya. Sang permaisuri kebingungan menutupi ketelanjangannya.

Paramita mencoba tetap berlari dengan kondisi pakaian acak acakan dan nyaris telanjang bulat itu.

Namun bayang bayang hitam itu semakin banyak dan semakin dekat saja di belakang Paramitha.

"Kyaaa...." Paramitha menjerit saat bayang hitam itu menjegal kakinya hingga membuat Paramitha jatuh terjerembab ke tanah.

Greepp....greep..., tangan tangan hitam segera mencekal dan mengkunci kedua tangan dan kaki Paramitha, menelentangkan tubuh telanjang berkulit kuning langsat Paramitha di atas tanah.

"Jangaaann...." Tubuh mungil Paramitha meronta ronta saat tangan tangan hitam meregangkan kedua pahanya lebar lebar membuka tabir lesung kelamin Paramitha yang putih polos tak berbulu.

Puluhan tangan hitam berebut menggerayangi tubuh molek Paramitha, ada yang meremas remas payudara empyuk Paramitha dan ada yang mengelus dan mencubit bokong Paramitha.

"Jangan... jangan...aaaakkhh" Paramitha mendesah saat tangan tangan hitam itu menggelitik ketiak putih mulusnya dan merayapi selangkangannya.

Tangan tangan hitam itu semakin banyak dan semakin kasar menjamahi tubuh telanjang permaisuri ayu itu.

"Aahh... aahhh...ahhh... " Paramitha mendesah desah ketakutkan dan tiba tiba terbangun dari mimpi buruknya itu.



"Kakang Satriaaaa...."Paramitha menjerit memanggil nama prabu Satria begitu bangun dari tidur kelamnya itu.

Mimpi itu bagaikan firasat bahwa sesuatu yang buruk bakal terjadi pada dirinya dan prabu Satria.

"Kakanda, semoga Tuhan melindungimu dan Jawa Dwipa" bisik Paramitha.

Malam itu Paramitha tidak bisa tidur lagi, dadanya berdebar debar ketakutan sampai matahari terbit menunggu kabar kepulangan prabu Satria.


Alas Purba

Seratus orang punggawa kadipaten Jenggala bergerak serentak menyerbu ke arah rombongan prabu Satria yang berpusat di kereta kencana kerajaan Jawa Dwipa.

100 orang prajurit itu bukan prajurit biasa saja. Mereka adalah pasukan berani mati andalan Jenggala.

Para Punggawa Jenggala mengepung prabu Sartria bersama 8 senopatinya dari segala penjuru.

"Lindungi Baginda dan putri Anjani!" Mahesa patih Jawa Dwipa menggebrak maju. Orang kepercayaan prabu Satria itu rela mati demi melindungi junjungannya.

Mahesa melesat paling depan ke arah segerombolan punggawa Jenggala yang bersenjata tombak panjang.

Brak...brak sekali hantam, Mahesa meluluhlantakan sebaris punggawa Jenggala yang merangsek maju.

6 orang senopati Jawa Dwipa menghunus pedangnya dan ikut bergerak maju menyosong serbuan para prajurit Jenggala.

Trang.. trang... wut..wut..., bunyi sabetan pedang dan tombak serta bunyi denting senjata tajam yang beradu menggema kencang dalam rerimbunan alas Purba yang gelap gulita.

"Aaakkkhh...!!" Jerit kesakitan seorang punggawa Jenggala yang menggelimpang ke tanah bersimbah darah terkena sabetan pedang Mahesa.

Dua orang senopati berjaga di dekat kereta kencana mengawal prabu Satria dan putri Anjani dalam kereta.

Seratus punggawa Jenggala bertumbangan, mereka bukan lawan yang sepadan buat Mahesa dan senopatinya itu.

Krek.. kreek.., Lowo Ijo dan Gentong Buwono, dua pendekar golongan hitam yang berdiri di antara rombongan Ganaspati nampak menggemeletukkan tangannya gemas menyaksikan para prajurit Jenggala yang kocar kacir dihajar Mahesa dkk.

Kedua orang itu sepertinya sudah tidak sabar untuk turun ke medan pertempuran.

"Sabar..." dehem Ganaspati menahan langkah dua orang pendek yang ditakuti seantero jawa karena terkenal bengis dan haus darah itu.

Gentong Buwono yang urakan dan gemar akan keributan nampak kurang berkenan dengan perintah Ganaspati itu. Si pendekar bertubuh tinggi besar itu tak menghiraukan Ganaspati dan tetap melangkah maju.

"Berhenti Ntong...,Biarkan mereka kelelahan dulu, baru kita hajar!" Bajing Ireng menimpali di belakang Ganaspati. Di dunia ini hanya Bajing Ireng yang bisa mengkendalikan si Gentong Buwono ini.

Gentong Buwono patuh dan kembali ke barisannya.

Lowo Ijo terkekeh melihat perut buncit si Gentong yang naik turun karena gusar menahan penasaran itu.

Dibandingkan pertempuran antara prajurit Jenggala dan Jawa Dwipa, Lowo Ijo si penghisap perawan itu lebih tertarik pada penghuni kereta kencana prabu Satria.

"Mudah mudahan si cantik Paramitha ada dalam kereta itu hee...hee..." gumam Lowo Ijo, sudah lama Lowo Ijo penasaran akan kabar kecantikan dan kemolekan permaisuri kerajaan Jawa Dwipa itu.

Jika permaisuri cantik itu berhasil ditangkap, hhmmm....., Lowo Ijo sudah membayangkan hal hal cabul apa saja yang akan diperbuatnya pada permaisuri bertubuh elok itu.

Lowo Ijo diam diam mundur dari barisan pendekar hitam masuk dalam hutan mencari jalan berputar untuk mendekati kereta kencana prabu Satria itu.

Pertempuran sengit antara para senopati Jawa Dwipa dan punggawa Jenggala sejurus kemudian mulai terlihat siapa yang lebih unggul.

Tidak ada korban jiwa dan hanya luka luka ringan saja pada tubuh 6 Senopati Jawa Dwipa yang dipimpin Mahesa, sebaliknya formasi para punggawa Jenggala sudah acak kadul tak karuan.

"Lari...." 5 orang tersisa dari punggawa Jenggala memilih melarikan diri dari perkelahian yang tak imbang itu meminta perlindungan pada Ganaspati dan para pendekar golongan hitamnya.

Ganaspati nampak murka melihat para prajuritnya yang lari tunggang langgang menghampiri dirinya itu.

"Dasar pengecut!" alih alih menolong 5 orang punggawanya itu, Ganaspati mengkibaskan tangannya merapal jurus sutra jahanam-nya.

Dari sela sela telapak tangan Ganaspati keluar selarik asap hitam menghantam dada para punggawa-nya.

"Waduh...akkh!!" Kelima punggawa sisa seketika kelojotan jatuh di tanah meregang nyawa saat terkena jurus Ganaspati itu.

"Akhirnya..." Gentong Buwono kembali mendengus, bajingan berbadan gempal besar itu sudah tidak sabar turun ke gelanggang perang.

Ganaspati dan Bajing Ireng bertukar pandang dan saling menganggukkan kepala.

"4 raja penjuru ayo maju, balaskan dendam kalian pada Satria...!!" Ganaspati memberi perintah pada anteknya untuk mulai menyerang rombongan prabu Satria.

4 Raja penjuru adalah 4 orang raja yang dulu kerajaannya menguasai 4 penjuru pulau Jawa, sebelum akhirnya mereka ditaklukkan oleh prabu Satria.

Dendam pada prabu Satria membawa ke-4 raja itu pada kesepakatan dengan Ganaspati untuk memberontak pada Jawa Dwipa.

Kebo Jodo raja utara, Suro Menggolo raja Selatan , Jagad Waringi raja barat dan Guru Jati raja dari timur, empat raja yang menaruh dendam pada prabu Satria.

Bajing Ireng tak mau ketinggalan, si pendekar sakti itu mengangkat tangannya memberi isyarat pada para begundalnya untuk mulai menyerang.

Gentong Buwono yang pertama melompat keluar dari barisan dan berlari menyerbu rombongan prabu Satria.

Dibelakang Gentong ada nyai Gebrak dan Jerangkong hitam, disusul puluhan pendekar golongan hitam lainnya serentak turut menyerang.

"Hati hati..., mereka bukan orang sembarangan" Mahesa memperingati para senopatinya, kali ini yang akan mereka lawan bukanlah orang orang sembarangan.

Ke 6 senopati tampak ragu dan sedikit gentar melihat rombongan pendekar berkanuragan tinggi yang menyerbu mereka.

"Demi Jawa Dwipa!, demi prabu Satria!!, siap mati!!" Mahesa berteriak kencang menggugah nyali 6 senopati yang sudah puluhan kali berperang menyambung nyawa bersama Mahesa.

"Demi Jawa Dwipa..."salah seorang senopati yang paling senior balas berteriak kencang disambut para senopati yang lain, kali ini mereka siap mati menantang para pendekar yang datang semakin dekat itu.

"Modar...!!" Gentong Buwono yang pertama kali menggelundung menyerbu Mahesa dan para senopatinya.

Pendekar bertubuh besar itu ditakuti karena ilmu balung wesi-nya, terkena satu pukulan Gentong sekujur tulang lawannya bakal ajur lebur.

Swuussh....sebersit sinar merah berkilat menyambar Gentong Buwono.

Hantaman kencang itu membuat tubuh gempal Gentong terlempar dan berputar diudara tak karuan.

Brakk...!!, Gentong jatuh ke tanah dengan dada hitam terbakar.

"Aduh.. biyung..." kepala Gentong berputar putar, sekujur tubuhnya terasa remuk panas terbakar. Butuh sepuluh tahun lebih untuk pulih dari cedera itu.

Prabu Satria yang baru saja menghajar Gentong berdiri tegak menantang di hadapan puluhan pendekar hitam yang menyerbunya.

Prabu Satria merapal ilmu Pati Geni jurus andalannya yang membuat kedua telapak tangannya berwarna merah api membara.

Terkena pukulan Pati Geni bakal membuat tubuh lawannya panas dan luka terbakar.

Prabu Satria memandang tajam pada para musuhnya membuat siapa saja bergeletar gentar.

"Hajar....serang" Bajing Ireng berteriak kencang, teriakan yang dibarengi tenaga dalam tingkat tinggi itu menggema ke seantero alas Purba.

"Serbu..." para pendekar hitam laksana terlecut dan seperti kesetanan mereka kembali menyerang prabu Satria, musuh besar mereka itu.

"Bagus.. kalian disini semua jadi saya tak perlu repot mencari untuk menghabisi kalian semua" prabu Satria melejit diikuti Mahesa dan enam senopatinya.

"Ciii..ciii..ciii.." nyai Gebrak menggebukkan tongkat bermata ular cobranya ke arah Satria.

Nyai Gebrak, si nenek berusia lanjut itu sengaja turun gunung dengan niat melampiaskan dendam kematian lima anak kandungnya yang dikenal sebagai 5 Begal pulau Jawa yang dihabisi oleh prabu Satria.

Satria enteng saja menyambut tongkat cobra nyai Gebrak dengan tapak tangan Pati Geni-nya.

Blarr.... tongkat mata cobra nyai Gebrak langsung hancur gosong terbakar saat bertabrakan dengan tapak geni prabu Satria.

Tapak Geni prabu Satria membuat Si nenek tua terlempar mundur sempoyongan. Tangannya kesemutan dan tulang tua-nya bergemeluk kesakitan.

Craaassh.... belum sempat nenek tua itu mengatur nafas, Mahesa sudah menyabetkan pedangnya memenggal leher si nenek penuh dosa itu.

Nyai Gebrak tak sempat berteriak, kepalanya putus menggelundung di tanah.

Baru sejurus sudah 2 pendekar golongan hitam yang dirobohkan oleh prabu Satria.

"Kurung dan keroyok mereka!!" Ganaspati semakin geram saja, jika bertarung satu lawan satu mustahil mengalahkan kemandraguna-an prabu Satria.

Jerangkong Hitam, Samber Nyawa, Joko Bledek dan Ganteng Pemikat bersama sama menyerang prabu Satria. Para pendekar hitam lainnya menyusul di belakang mereka.

Empat raja jawa mencari lawan yang lebih ringan dengan menyerang Mahesa dan para senopatinya.

Joko bledek yang paling kuat diantara lainnya maju paling depan menyerang Satria dengan pukulan Bledek sakti-nya.

Jerangkong, Samber Nyawa dan Ganteng Pemikat turut menyerang kanan, kiri dan belakang Satria. Kali ini tidak ada celah buat prabu Satria untuk lolos.

Wuutt... prabu Satria melompat tinggi ke atas menghindari serangan 4 tokoh golongan hitam itu membuat keempat penyerang Satria bertubrukan.

"Mampus kalian...!!" Dari atas tubuh Satria turun menghujam ke bawah, kedua tapak tangannya merah berapi api terbakar aji pati geni-nya.

"Awas...., tahan bersama sama!!" Jerangkong berteriak ketakutan menyambut serangan prabu Satria, si Jerangkong merapal jurus balung gaib-nya untuk menghadapi tapak geni prabu Satria.

Jika bersama sama berempat tentu mereka sanggup menghadapi kobaran tapak geni prabu Satria pikir Jerangkong.

Namun si Jerangkong salah hitung. Pemikat, Joko Bledek dan Samber Nyawa yang tidak mau mampus sia sia malah membuang badannya menyelamatkan dirinya masing masing meninggalkan si Jerangkong seorang diri menyambut serangan maut prabu Satria.

" Hei.. kemana kalian... dasar kurang aja aaarrgghh..." Jerangkong memekik kencang kesakitan saat tapak geni prabu Satria membakar tubuhnya.

Begitu terkena tapak geni, tubuh Jerangkong seperti disulut api. Tubuh kering kerontang Jerangkong hitam terbakar dari dalam.

Jerangkong ambruk putus nyawa dengan kondisi tubuh hitam gosong terbakar.

"Hiii...." Pemikat si penghisap bunga perawan berteriak ketakutan melihat kematian tragis Jerangkong. Si ganteng yang kerap memperkosa kembang desa itu lari tunggang langgang menyelamatkan diri.

Namun Satria tak mau melepas Pemikat. Sudah lama prabu Satria memburu si jahanam yang sudah meresahkan kaum wanita di Jawa Dwipa itu.

Tubuh Satria melesat mengejar Ganteng Pemikat, tahu tahu saja prabu Satria sudah di hadapan Ganteng Pemikat.

Ganteng Pemikat langsung panik melihat raja sakti mandraguna itu.

"Kamu tidak akan mengganggu rakyatku lagi!!" Prabu Satria berteriak geram dan menghantamkan tapak geni-nya ke dada Pemikat.

Pemikat seketika merasakan dada-nya panas terbakar dan berangsur angsur rasa panas itu menyebar rata ke seluruh tubuhnya.

"Huek...huek....aarghh...." Ganteng Pemikat muntah darah dan ambruk menemui ajalnya.

Joko Bledek dan Samber Nyawa mencoba membokong dan menyerang prabu Satria dari belakang.

Joko bledek menyambar dengan tinju bledek-nya sedangkan Samber Nyawa menusukkan keris beracunnya ke tubuh Satria.

Dugh..., breet..., pukulan gledek menghantam punggung Satria, keris Samber Nyawa tak ketinggalan merobek baju Satria.

Blaarr...!!, Prabu Satria membalikkan badannya dan balas menghantamkan pukulan api berkobar kobar ke arah dua pembokong-nya.

Serangan dua begundal itu tak menghentikan prabu Satria, sebaliknya serangan balasan prabu Satria-lah yang malah membuat Samber Nyawa dan Joko Bledek terjengkang ke belakang.

Samber Nyawa batuk batuk muntah darah dan kemudian jatuh pingsan sedangkan Joko Bledek terlempar jauh jatuh ke jurang.

Bajing Ireng yang menyaksikan 4 jagoannya langsung tandas bebarengan dalam satu kali gebrak oleh prabu Satria sangat geram.

Bajing Ireng memutuskan untuk turun tangan langsung.

Sekali lompat si pendekar berpakaian hitam hitam itu sudah hinggap di hadapan Satria.

"Satria, ayo lawan saya..."geram Bajing Ireng, salah satu dari 4 pendekar wahid jagad persilatan tanah Jawa. Bajing Ireng bakal jadi lawan sepadan buat prabu Satria.

"Akhirnya kamu muncul juga, ayo kita lihat seberapa hebat dirimu sekarang Bajing Ireng" prabu Satria menghela nafas, pertempuran terakhirnya melawan Bajing Ireng berakhir imbang tanpa pemenang.

Sekarang kanuragan Bajing Ireng dan prabu Satria sudah lebih mandraguna dibandingkan pertemuan terakhir mereka.

Bajing Ireng tanpa banyak bacot langsung menggebrak dengan ajian Barong Naga-nya yang beracun.

Dewi Sanca, Datuk Neraka , Jurik Malam dan Eyang Astagina ikut mengkeroyok prabu Satria.

Tak mau kalah, Satria cepat merapal tapak Pati Geni level tertingginya. Sekujur tubuh Satria kini merah terbakar, tapak dan pukulan Satria semakin panas dan membara.

Wutt... wutt... kelima orang itu saling jual beli serangan. Prabu Satria meliuk liuk cepat diantara lima sosok golongan hitam.

Dari rerimbunan pohon Ganaspati tampak mengawasi situasi pertempuran.

"Kurang ajar!!" Ganaspati menghantamkan genggaman tangan kanannya ke tapak tangan kirinya dengan geram saat melihat Eyang Astagina roboh terkena badai semburan api dari tapak Geni prabu Satria.

Sudah banyak pendekar golongan hitam yang menemui ajalnya malam ini tapi belum ada tanda tanda prabu Satria bakal kalah.

Di sisi kanan, pertempuran antara Mahesa dan 4 raja Jawa sudah masih imbang, meski 5 senopati Jawa Dwipa sudah mati gugur namun 4 raja Jawa juga rata mengalami luka luka parah.

Beberapa pendekar golongan hitam yang membantu mereka juga banyak yang tergeletak mati bersimbah darah.

Pertempuran ini bakal lama dan ada kemungkinan prabu Satria bakal menghabisi mereka semua.

Ganaspati menatap kereta kencana prabu Satria yang dijaga 2 orang senopati pilihan.

Untuk mengalahkan Satria, Ganaspati harus menggunakan rencana cadangannya. Hanya dengan menggunakan cara licik nan jahanam ini saja Ganaspati mempunyai peluang untuk membunuh prabu Satria.

Alih alih membantu Bajing Ireng dan 4 raja Jawa, Ganaspati terbang melompat tinggi dan langsung hinggap di atas kereta kencana prabu Satria.
*****

Dua orang senopati dengan waspada mengawal kereta kencana prabu Satria.

Sesekali mereka berteriak memberi semangat pada Mahesa dan kawan kawannya.

Keduanya ingin sekali terjun langsung ke gelanggang untuk membantu perjuangan senopati senopati yang lain namun niat itu mereka urungkan karena keselamatan putri kecil Anjani yang ada di dalam kereta itu jauh lebih berharga.

Meski sudah sangat waspada, namun kedua senopati itu tak menyadari sesosok bayangan hitam yang mengendap endap mendekati mereka dari balik rerimbunan alas Purba.

Grep...breet...!!, Lowo Ijo melompat menyerang seorang senopati. Lowo Ijo dengan ganas menggigit dan merobek leher senopati malang itu dengan taring tajamnya.

"Akkhh....tolong...!!" si senopati ambruk ke tanah dengan leher jebol.

"Bangsat kurang ajar..." senopati yang satu segera menolong dengan menyabetkan pedangnya menghalau Lowo Ijo.

Lowo Ijo banting badannya ke kanan dan berguling guling di tanah menjauh menghindari pedang si senopati.

Si senopati tak mau kehilangan musuhnya, pedang ditangannya kembali ditebaskan ke arah Lowo Ijo.

Si senopati tidak menyadari bayang hitam yang tiba tiba meloncat hinggap di atas kereta kencana Jawa Dwipa.

Duuagghh....!! selarik bayang hitam menderu menghantam batok kepala si senopati hingga pecah remuk.

Kedua senopati menemui ajalnya gagal menunaikan tugasnya melindungi kereta kencana putri Anjani.

"Tuanku.. terimakasih pertolongannya..." Lowo Ijo yang nyaris kehilangan kepalanya buru buru menjura memberi ucapan terimakasih pada Ganaspati yang datang menolongnya.

"Huh...!!, dasar mata keranjang!, apa kamu mengincar Paramitha di dalam kereta ini?" Hardik Ganaspati pada Lowo Ijo yang terkenal mata keranjang itu.

"Hamba tidak berani tuanku" Lowo Ijo membungkukkan badannya dalam dalam, rencananya memperkosa Paramitha langsung dibatalkan.

"Jaga di sini, biar saya bereskan isi kereta kencana ini" Ganaspati mendekati pintu kereta kencana itu. Ganaspati berencana menyandera Paramitha untuk mengancam Satria supaya menyerah.

Brakk...!! dengan sekali tendang pintu kereta kencana itu jebol. Ganaspati dengan beringas melompat masuk dalam kereta kencana itu.

Begitu masuk dalam kereta kencana sesosok beraroma wangi menyambut Ganaspati dengan menusukkan sebuah keris telak ke dada Ganaspati.

"Ciaatt...!!" Teriak Jelita Harum, sekuat tenaga menghujamkan keris ditangannya ke arah Ganaspati.

Ujung keris itu menusuk kulit Ganaspati, namun ilmu sutra jahanam yang merasuki-nya membuat tubuh Ganaspati kebal terhadap senjata tajam jenis apapun.

Begitu menabrak kulit kebal Ganaspati ujung keris Jelita patah dan mencelat ke lantai.

Ganaspati mengkibaskan tangannya enteng menghempaskan tubuh Jelita ke bangku empuk dalam kereta kencana itu.

Ganaspati sedikit kecewa karena permaisuri Paramitha tidak ikut dalam kereta kencana itu, namun dayang cantik yang ada di dalam kereta itu juga tak kalah cantiknya dengan Paramitha.

"Hooo...hoo..., siapa kamu cantik?, mana Paramitha?" Mata Ganaspati berkilat kilat menyusuri lekak lekuk aurat dibalik pakaian Jelita dari ujung mata kaki sampai rambut.

Jelita merentangkan kedua tangannya melindungi putri kecil Anjani yang masih lelap tertidur di atas bangku kereta kencana itu.

"Pergi..!!, jangan ganggu putri Anjani" usir Jelita. Jelita tahu sosok yang ada di depannya adalah musuh Jawa Dwipa.

"Hoo.. hoo.., baik.. baik cantik, saya tidak akan mengganggu putri kecilmu itu asal kamu menurut pada saya!" Ganaspati tidak bisa mengalihkan pandangannya dari belahan dada Jelita apalagi nyaris separuh bulatan atas payudara Jelita menyembul dari sela sela kemben sesak yang Jelita kenakan.

Ganaspati sejenak lupa dengan niatnya untuk membunuh prabu Satria, tubuh molek Jelita dihadapannya membuat nafsu birahi menguasai pemimpin Jenggala itu.

"Pergi... pergi..."teriak Jelita mengetahui niat buruk Ganaspati padanya.



"Cantik..., jika kau tidak menurut saya akan membunuh putri kecil itu" hardik Ganaspati mengancam Jelita.

"Jangan.. jangan... sakiti putri Anjani" Jelita panik cepat cepat menyelimuti putri Anjani kecil yang sedang lelap tidur. Jelita sudah merawat putri Anjani sedari balita.

"Kalo tidak mau si putri kecil itu celaka, ayo sini nduk.. nurut sama kanda Ganaspati hee... hee.." Ganaspati mencekal pundak Jelita dan kemudian menggiringnya pindah ke bangku yang lain dalam kereta itu.

Tidak mau Ganaspari menyakiti putri Anjani, Jelita bagai kerbau dicucuk hidungnya menuruti kehendak Ganaspati itu.

"Apa... apa maumu...?" Jelita ketakutan.

"Hee...hee... jangan takut cantik.., Ganaspati hanya ingin membuatmu mencicipi kenikmatan surgawi hee.. hee.."

Kedua tangan Ganaspati menggerayangi tubuh Jelita, Ganaspati mengelus elus rambut Jelita.

Tangan nakal Ganaspati bergerak turun semakin kurang ajar ke arah dada Jelita dan..

Breett...!! dengan sekali hentak Ganaspati merobek kain penutup dada Jelita.

"Kyaaa... jangan..." jeritan ketakutan Jelita melengking terdengar di dalam sunyi pepohonan alas Purba.

Malam jahanam menanti dayang cantik kerajaan Jawa Dwipa itu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd