Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Desa Waringin. (Terjebak kawin kontrak)

Bimabet
Bab 19

Saat perjalanan pulang Adit meminta pak Supri untuk mampir di toko pakaian, Adit memilih beberapa pakaian yang sekiranya cocok untuk Jumirah sekeluarga, dan bik Sri sekeluarga.

"Mang, coba pilih yang bagus untuk Joni sama mamang, kalo bisa sekalian pilihkan untuk pak Hartono pak." Ujar Adit sembari melihat-lihat isi di dalam toko itu.

"Nggak papa nih den? Padahal saya udah banyak ngerepotin Aden loh, udah dilunasi hutang segitu banyaknya, ehh masih dibelanjain juga."

"Udah nggak papa, hitung-hitungan hadiah dari saya." Ujar Adit lagi. "Pilih aja yang bapak mau dan kelihatan bagus, atau kalo nggak biar nanti saya yang pilihkan."

"Ehh nggak usah den, biar saya aja." Kata pak Supri sembari lalu.

Adit melangkah menyusuri koridor melihat-lihat beberapa pakaian yang mungkin saja cocok untuk dirinya. Yah untuk seukuran toko yang terletak di sudut kota. Bisa dibilang toko ini cukup lengkap, ada beberapa pakaian anak-anak dan juga pakaian pria serta wanita dewasa.

Adit mencoba berkeliling, dan memilih beberapa pakaian anak-anak yang mungkin nantinya akan dia bagikan ke tetangga pak Supri.

Lalu saat dirinya sampai di sudut ruangan. Matanya menemukan hal yang menarik. Lantas dia tersenyum saat melihat kumpulan daster kupu-kupu dan beberapa pakaian dalam wanita. Adit berpikir untuk memilihkan yang bagus dan cocok untuk bik Sri dan Jumirah, jika ada dia akan mencari pakaian dalam yang seksi.

Lalu setelah lihat-lihat Adit memutuskan untuk mengambil beberapa set pakaian dalam dengan motif renda-renda. Dan tak lupa dia mengambil satu lusin daster pendek dengan potongan bagian dada yang begitu pendek. Dia tak sabar untuk melihat daster itu dikenakan oleh bik Sri nantinya. Apakah akan muat atau tidak urusan belakangan, yang penting dia memilih ukuran paling besar agar muat pada bik Sri.

Setelah memberikan pada pelayanan, Adit melanjutkan langkahnya, lalu berhenti pada etalase yang memajang beberapa lingerie dan pakaian tidur yang begitu seksi.

Dia segera memanggil pelayan yang dengan sigap langsung menghampirinya.

"Iya pak ada yang bisa saya bantu."

"Saya mau yang ini dengan warna yang sama, dan satu lagi warna biru kalau ada. Untuk ukuran saya mau ukuran XXL 2, dan satu XL. Apa ada?"

"Oh tentu pak, biar saya siapkan."

"Terimakasih mbak." Ujar Adit sembari memilih pakaian lagi.

Setelah hampir satu jam ada di toko pakaian mereka kini selesai berbelanja, Adit sengaja memisahkan pakaian untuk bik Sri dan Jumirah, sedangkan yang lain memang dicampur menjadi satu.

Lalu setelah semua urusan selesai, Adit dan pak Supri segera pulang ke rumah. Lagi dan lagi. Adit benar-benar muk saat melewati jalan yang rusak. Rasanya tubuhnya benar-benar hancur jika harus lewat jalan ini berkali-kali.

"Hahh.... Masih lama ya pak?" Tanya Adit dengan nada malas.

"Yah lumayan den, namanya juga baru masuk kebun." Jawab pak Supri sembari terkekeh pelan.

"Capek pak mau tidur pun rasanya susah banget."

"Sabar den. Ini saya udah coba secepat mungkin."

"Huftt.... Rasanya kalo udah sampe di pijit bik Sri enak kalo ya pak." Tanya Adit.

"Haha ya jelas dong den. Apalagi di pijit pake tokednya! Uh manteb bener!" Jawab pak Supri sembari tertawa.

"Bener kan! Itu tuh bagian terbaiknya pak. Uh! Bapak ini paling bisa kalo cari bini. Saya jadi pengen!"

"Haha! Gimana lagi den, dari jaman saya lajang saya suka sama yang gede-gede, makanya saya langsung lamar Sri jadi istri saya sebelum keduluan orang."

"Yah! Coba aja saya udah besar dan udah di sini. Udah saya duluin bapak!"

"Haha! Kenapa harus nunggu Aden udah besar dulu? Lawong sekarang saja udah jadi punya Aden kan?"

"Haha, iya juga yah.... Bapak ini bisa aja! Emang mamang nggak cemburu kah liat istri mamang di gauli laki-laki lain?"

"Emm... Kalo laki-laki yang ada di desa mungkin saya cemburu den kalo saya liat langsung, tapi gimana ya? Mau cemburu pun susah den. Orang saya aja masih suka celup sana sini!"

"Haha iya sih, bapak sih suka sana sini, tapi saya juga termasuk sih! Apalagi di desa benar-benar bebas."

"Yah gitu den, di desa asal udah bisa ngaceng aja, udah bisa ngentot den. Jadi ya memang dari kecil sudah terdidik gitu."

"Balik lagi ke prinsip kebersamaan ya pak?"

"Iya den! Udah warisan turun temurun, makanya nggak ada sifat iri dengki apalagi cemburu. malah yang ada hidup guyup rukun den."

Agak aneh sih mendengar pernyataan itu. Namun apa yang di katakan oleh pak Supri ada benarnya. Karena kebersamaan itulah yang membuat rasa iri dengki dan persaingan hilang, apalagi dengan nasib mereka yang terbilang hampir sama semua. Mereka kena tipu bersamaan yang semakin mempererat silahturahmi diantar mereka.

Sungguh, kebiasaan konyol yang tak pernah bisa dibayangkan. Adit malah belum ada kepikiran untuk mencoba wanita lain, kini di kepalanya masih dipenuhi oleh tubuh montok bik Sri dan Jumirah. Dia wanita yang sudah cukup membuat dirinya kelojotan.

Obrolan dan perjalanan yang melelahkan membuat mata Adit mengantuk, dia menyerahkan sepenuhnya perjalanan ini pak Supri dan terlelap dalam tidurnya.

===

Entah sudah berapa lama dirinya tertidur, karena saat dirinya bangun dia sudah ada di halaman kantor yang mana dia sudah sampai di desa.

Adit mengerjap matanya sebentar melihat di mana pak Supri berada. Ternyata pak Supri dan bik Sri tengah memberesi barang bawaan mereka di bagasi belakang.

Adit segera turun dan mendekati mereka seraya berkata. "Tas merah muda di sendirikam bik, itu khusus untuk bibik sama Jumirah, terus tas coklat itu untuk anak-anak di sini. Aku beli banyak tadi. Sama yang lain nggak tau pak Supri yang pilih, jadi atur kalian aja yah." Kata Adit seraya berjalan. Bukan ke rumah dinasnya. Melainkan kakinya membawa dirinya ke rumah pak Supri.

"Wah baru pulang pak, sore banget sih?! Mana oleh-oleh buat saya?" Sapa Jumirah yang seolah menyambut kedatangan dirinya di teras rumah pak Supri.

"Ada di bik Sri. Nanti di bawain!" Jawab Adit sembari duduk di lantai dengan bertopang pada kedua tangannya.

"Capek banget kelihatannya pak? Parah ya jalannya?"

"Nggak parah lagi Jum, ancur!" Jawab Adi kesal.

Ingin rasanya dia segera mandi hari ini, tapi rasanya begitu enggan jika harus kembali ke rumah dinas dan mandi di sana, karena pada akhirnya dia akan merasa gerah lagi dan berujung bau apek lagi.

"Makanya pak, di benerin dong biar akses keluarnya bagus."

"Ngapain juga di benerin. Biar ursan PT itu. Saya mah dari pada benerin jalan mending modalin kamu sama bik Sri, biar makin melehoi lagi!"

"Ih bapak bisa aja, masih malam loh pak ini, jangan mesum ah." Ujar Jumirah sembari menampol lengan Adit.

"Justru malam Jum, coba aja saya nggak capek udah saya sodok kamu sekarang!" Jawab Adit sembari beranjak. "Joni mana Jum?" Tanya Adit saat tak melihat keberadaan Joni malam itu.

"Nggak tau, tadi keluar bawa motor!"

"Oh ya udah kalo gitu. Saya tidur dulu Jum, capek!" Ujar Adit sembari berjalan ke arah kamar bik Sri. Lalu saat sampai di kamar dia langsung merebahkan diri di atas kasur dan tak lama setelahnya dia terlelap dalam mimpi.

===

Pagi itu Adit terbangun karena suara bising, beruntung hari itu adalah hari weekend dan tidak ada kerjaan untuk Adit.

Dia beranjak, namun tak menemukan siapa-siapa di sebelahnya, kakinya melangkah keluar dan sepertinya pagi masih terlalu awal ketika dia bangun. Matahari belum muncul dan saat Adit menoleh pada jam masih menunjukkan pukul 4 pagi.

Masih sepagi ini lalu kebisingan apa yang mengganggu tidurnya.

Saat Adit keluar kamar barulah dia tahu kebisingan apa yang membuatnya terbangun.

Rupanya bik Sri tengah asik di sodok oleh Joni pagi itu. Bik Sri yang pagi itu masih beres-beres rumah langsung di telanjangi oleh Joni dan langsung di sodok sembari bik Sri beres-beres.

"Eh den adit udah bangun. Kebisingan ya den?" Tanya bik Sri tak enak.

"Aduh maap ya pak kalo saya bikin bapak bangun..." Lanjut Joni dengan nada tak enak juga.

"Nggak papa kok, aku emang udah biasa bangun jam segini." Jawab Adit lalu celingukan mencari keberadaan pak Supri yang nyatanya tidak ada di rumah pagi itu.

"Pak Supri kemana bik?" Tanya Adit sembari berjalan ke arah kamarandi.

"Oh itu. Udah ke sungai den, liat perangkap ikan yang di pasang pagi kemaren."

"Ohhh oke..."

Saat Adit berlalu, bik Sri masih memilah dan memisahkan baju anak-anak yang di bagikan untuk tetangga nanti siang. Posisi bik Sri tentu saja menungging dengan penis Joni yang dengan setia menyodok memek bik Sri ada belakangnya.

Plok! Plok! Plok!

Posisi itu tentu saja membuat payudara bik Sri gondal gandul tak beraturan, sedangkan bik Sri hanya bisa mendesis sembari memilah dan memisahkan.

"Shhhh..... Menurutmu, anak pak Anton di kasih nggak Jon?" Tanya jumirah.

"Sshh ... Kassssiihh aja buk.... Kasihannn...." Joni yang sudah hampir sampai mendesis nikmat dan menambah kecepatan sodokannya. Lalu karena sulit sekali mendapatkan puncaknya salam posisi itu, joni langsung menarik tubuh bik Sri dan merebahkannya di atas lantai.

"Jon. Ibuk masih milih ini loh." Tegur bik Sri.

Joni yang sudah diatas puncak, tak memperdulikan bik Sri. Dia langsung merebahkan tubuhnya di belakang tubuh bik Sri. Segera dia memiringkan tubuh bik Sri dan mengangkat sebelah pahanya dan berusaha menyodok kontolnya ke dalam memek bik Sri.

Beruntung kontol Joni panjang, jadi walau pantat bik Sri berukuran besar, dalam posisi itu dia masih bisa mencapai vagina bik Sri.

Joni mulai menyodok memek bik Sri. Membuat tubuh wanita itu berguncang, bahkan payudara wanita itu bergerak tak karuan yang membuat Joni gemas dan segera meremas dan menariknya kebelakang, lalu di kenyot putingnya yang membuat bik Sri mendesah keenakan.

"Shhhh.... Terusss jonm.... Mmmmmssshhhh....." Desis bik Sri keenakan. Dengan posisi itu bik Sri benar-benar mendapatkan kenikmatan yang luar biasa. Kontol panjang Joni mampu mengobok-obok memeknya dengan begitu perkasa. Gesekan yang begitu sempit membuat bik Sri bisa merasakan urat-urat kontol Joni yang begitu terasa.

"Shhhh..... Buukkkkkk.... Joniiii keluarrrr.... Ssshhhh!"

Plok! plok! plok!

Suara sodokan Joni yang begitu kencang membuat tubuh bik Sri terguncang.

Joni segera menarik kontolnya segera dia beranjak, meminta bik Sri untuk berbaring dan segera mengocoknya cepat diatas Payudara bik Sri.

Crot! Crot! Crot!

Lelehan Peju yang cukup banyak membasahi payudara bik Sri.

Joni langsung terduduk di sebelah bik Sri begitu mendapatkan puncaknya.

"Huffftttt capek buk!" Ujar Joni lalu terlentang.

"Lagian pagi-pagi dah minta jatah aja. Padahal ada pak Adit loh." Ujar bik Sri.

"Memang kenapa kalo ada aku bik?" Tanya Adit tiba-tiba sembari membawa sepiring nasi dan lauk. Entah kenapa pagi itu dia merasa sangat lapar.

Bik Sri langsung merona saat melihat kedatangan Adit yang bertelanjang dada. Bagian bawahnya hanya mengenakan celana dalam model short saja yang mana menampakkan jelas tonjolan yang ada di sana.

"Ehhh nggak papa den..." Jawab bik Sri malu-malu. "Kan ini sama ini punya Aden kalo Aden di sini." Lanjutnya sembari menunjuk vagina dan juga payudaranya sendiri. "Ehh si Joni malah asal nyosor aja. Harusnya kan Aden dulu ya kan?"

"Halah nggak papa Bu, saya juga masih lapar, nanti deh ya habis makan baru jatah saya." Ujar Adit berkelakar. Sedangkan bik Sri hanya tersipu malu sembari merangkak mendekati Adit.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd