Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
BAB.9 Pertarungan Maut Di Lereng Gunung

“Muridku aku harus kembali membopongmu. Sepertinya bajingan-bajingan itu mengejar kita dan aku rasa mereka sudah dekat.”

“Tinggalkan saja aku di sini Guru, baru guru kembali lagi setelah berhasil lolos dari mereka.”

“Kamu sedang lumpuh kalau ditinggal dihutan seperti ini bisa-bisa diserang binatang buas!”

“Aku hanya merepotkan guru!”

“Tidak masalah keselamatanmu lebih penting!”

Andini segera membopong tubuh Sadawira alias Sembara dan segera melesat dengan ilmu meringankan tubuhnya. Tubuhnya berkelebat-kelebat meloncat loncat dan setiap loncatan mencakup jarak dua tombak bahkan lebih. Tentu saja hal ini membutuhkan tenaga yang sangat banyak. Hingga ketika telah merasa lelah Andini berhenti tepat di lereng sebuah gunung.

“Aku harus memulihkan tenaga dulu muridku!”

Setelah meletakan Sadawira di atas tanah yang berumput Andini bersemadi untuk memulihkan tenaganya. Sebelum itu dia melepas pakaian luarnya yang merupakan pakaian khas sebagai Bidadari Hati Beku dan mengganti dengan pakaian pendekar wanita biasa. Tidak lama kemudian dia bersemadi. Setelah beberapa saat terdengar derap kuda yang terasa makin dekat. Andini segera mengambil sikap waspada. Tapi dia merasa tidak perlu menghindar apalagi melarikan diri karena dari bunyi derap kaki kuda itu dia bisa mengira bahwa yang datang mendekati tempat mereka ini hanya seorang saja.

Benar saja ketika terlihat semakin dekat memang hanya seekor kuda saja yang datang ditunggangi oleh seorang wanita muda berpakaian serba biru berparas cantik. Seorang gadis berkuda di tengah hutan dengan bukit-bukit dan jurang-jurang yang curam tentu bukan wanita sembarangan. Pasti dia adalah wanita pendekar. Dari wajahnya Andini bisa menduga bahwa wanita itu adalah orang yang baik dan ramah.

Wanita itu tersenyum ramah ke arah Andini dan muridnya. Andini membalas senyumannya dengan senyum simpul.

“Sampurasun!” Sapa gadis itu.

“Rampes!” Andini dan Sadawira membalas bersamaan.

“Maaf apakah kalian berdua hendak menuju ke Kadipaten Parwata? Atau Ke Samboja?” tanya gadis itu.

“Kami mau ke kota raja!” jawab Sadawira.

“Oh berarti masih searah. Aku sangat senang bila kalian berdua mau jalan bersama denganku meski hanya sampai di kadipaten parwata. Sebab bosan rasanya jalan sendiri melewati hutan belantara. Kita bisa gantian naik kuda.”

Andini dan Sadawira saling pandang. Tapi Andini merasa bahwa kehadiran gadis ini bisa membantunya setidaknya dia bisa menaikan Sadawira yang lumpuh itu ke atas kuda biar dia dan gadis itu yang berjalan kaki. Apalagi kalau ada serangan dia bisa meminta gadis itu untuk menjaga Sadawira biar dia bisa melawan musuhnya dengan leluasa. Andini percaya bahwa gadis ini memiliki kemampuan untuk menjaga Sadawira saat kelak mereka bertemu orang yang bermusuhan.

“Oh Kebetulan sekali. Tapi muridku ini lumpuh.“

“Oh kalau gitu dia saja yang naik kuda. Kita berdua yang jalan. Oh iya perkenalkan namaku Telasih.”

“Aku Andini dan ini muridku Sembara.”

“Terus aku menyapa kalian apa?”

“Terserah.”

“Aku panggil Kakak saja ya.” Kata Telasih pada Andini.

Andini mengangguk, dia yang biasanya dingin dan tak ramah pada orang yang tak dikenal kali ini mau tidak mau harus bisa menyesuaikan diri.

Kemudian Telasih menatap Sadawira.

“Karena kita sepertinya masih seumuran jadi aku panggil sajaa namamu Sembara?”

“Terserah .”

“Kalian masih mau istirahat atau melanjutkan perjalanan?”

“Kita lanjut saja!”Ujar Andini.

Andini dan Telasih bahu membahu mengangkat tubuh Sadawira ke atas punggung kuda. Setelah dalam posisi yang nyaman bagi Sadawira di atas kuda itu maka mereka mulai melanjutkan perjalanan. Tentu saja mereka berjalan dengan lambat karena kuda harus menyesuaikan langkah kedua wanita yang hanya berjalan kaki.

Beberapa saat mereka sampai di jalan yang agak rawan karena di kiri mereka jurang yang menganga sementara di kanan adalah lereng gunung yang terjal. Jarak dari lereng gunung yang terjal itu dengan jurang yang curam Cuma tiga tombak saja.

“Hmmmmm ada rombongan berkuda dibelakang kita!” ucap Telasih.

“Benar, itu orang-orang jahat yang mengejar aku dan muridku. Merekalah yang membuat dia jadi lumpuh. Mungkin kali ini kami tidak bisa menghindari mereka lagi. Aku mohon bantuanmu untuk melindungi muridku. Biar aku saja yang menghadapi mereka.”

“Waduh aku tak menyangka bahwa kalian sedang ada masalah. Sebisanya aku akan bantu kalian.” Ucap Telasih dengan yakin.

“Aku kecewa menjadi lelaki yang tidak berguna guru!” Keluh Sadawira

“Kamu tidak perlu berpikir seperti itu muridku.” Sahut Andini.

Andini merasa lega karena setidaknya dia bisa leluasa bertarung tanpa perlu direpotkan untuk melindungi Sadawira yang lumpuh. Dia mengambil jarak cukup jauh dari Sadawira dan Andini agar mereka sidikit aman dari jangkauan musuh ketika terjadi pertarngan. Derap kaki kuda itu semakin keras terdengar dan makin mendekat. Andini tak membuang waktu dia segera mengganti pakaian luarnya dengan pakaian ciri khasnya sebagai seorang Bidadari Hati Beku. Dia juga sudah menghunus pedangnya. Kemarahannya memuncak karena orang-orang ini masih belum puas mencelakai muridnya dan mengejar mereka sampai ditengah hutan.

Rombongan berkuda itu telah terlihat dan semakin jelas. Andini bersiap menyongsong mereka. Benar saja mereka adalah rombongan orang-orang istana kerajaan. Terlihat Ki Semar Mesum memimpin anak buahnya itu.

“Hahahahhahah apa kataku. Aku bisa mencium wangi tubuh wanita cantik ini jadi mau lari kemananpun dia akan aku dapatkan.” seru si pemuda tampan bersenjata kipas bernama Ranggawuni.

“Tapi aku duluanlah yang akan bisa menidurinya heheheheh!” Ujar pria kurus tinggi muka pucat bernama Turangga.

“Kalian silahkan rebutan wanita pemarah yang sudah berumur ini. Aku pilih wanita yang lebih segar dan muda. Tidak menyangka ditengah hutan ini aku bisa menemukan ada wanita sedemikian cantik.” Kata Ki Semar Mesum Si Botak Gemuk yang merupakan tangan kanan Patih Arya Weling. Tokoh papan atas orang-orang persilatan yang direkrut istana.

“Hmmmmmm tua bangka mesum. Kalau kau memang jantan hadapi aku satu lawan satu!”bentak Andini.

“Waduh satu lawan satu bercinta? Aku mau banget cantik!” Ranggawuni nyeletuk.

Ki Semar Mesum merasa harga dirinya dihadapan anak buahnya akan jatuh bila dia tidak melayani tantangan Bidadari Hati beku. Toh dia merasa percaya diri bisa mengatasi perlawanan pendekar wanita ini. Apalagi dia baru mendapat tambahan tenaga dalam karena ajian penyedot Sukmanya telah memakan korban ki Sancaka. Tenaga dalam milik ki Sancaka berpindah seluruhnya ke tubuh Ki Semar Mesum. Dengan penuh percaya diri orang tua gemuk berkepala botak ini meloncat dari punggung kudanya dengan memamerkan ilmu meringankan tubuhnya.

Tanpa basa basi Andini sang bidadari Hati Beku langsung menyerang menggunakan jurus-jurus yang paling mematikan. Dia tidak mau membuang waktu dengan manusia cabul ini. Jurus pedang pembelah bumi langsung saja dia kerahkan. Bahkan angin pukulannya saja bisa menebas tubuh orang menjadi dua. Puluhan tebasan kearah depan membuat beberapa anak buah Ki Semar Mesum dengan kepandaian biasa saja tewas dengan tubuh terbelah mengerikan dan menyemburkan darah segar,.

Tapi Ki Semar Mesum bukanlah pendekar kelas bawah yang mudah untuk ditaklukan. Dia memiliki kemampuan yang tidak terlalu jauh dibawah Andini. Bahkan kini Ki Semar Mesum boleh dibilang telah setara dengan Andini. Apalagi dia baru saja menyedot tenaga dalam milik Ki Sancaka tentu kemampuannya meningkat pesat. Maka dengan mudah pendekar tua berotak mesum ini menghindari serangan Andini dan berbalik menyerang dengan ganas.

Telasih melihat kejadian di depan matanya dengan tenang. Dia yang telah mewarisi semua kesaktian gurunya Dewa Maut tentu merasa penuh percaya diri bahwa dia bisa menghadapi siapa saja. Tapi saat ini Telasih lebih memilih menjaga pemuda lumpuh bernama Sadawira yanga baru dikenalnya sesuai permintaan Andini.

Bidadari Hati Beku membuat banyak gulungan angin dari putaran pedangnya hingga menghalangi keinginan Ki Semar Mesum menggunakan ajian Penyedot Sukma miliknya. Sebab putaran pedang yang sangat ganas dan mengandung tenaga dalam sangat tinggi itu justru akan tersedot kearah tubuh ki Semar Mesum sendiri. Hal itu sama saja dengan bunuh diri bagi orang tua botak itu. Tapi Ki Semar Mesum selain memiliki ilmu ajian penyedot sukma dia juga punya ilmu pedang tingkat tinggi. Meski begitu ilmu pedangnya tidak ada apa-apanya dibanding ilmu pedang milik Bidadari Hati Beku. Maka tak ayal lagi ki Semar Mesum benar-benar terdesak hebat. Bahkan dia tidak berani berbenturan pedang dengan wanita cantik nan kejam itu. Karena bisa-bisa pedangnya putus. Untuk itu dia hanya mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya dengan melesat kesana kemari menghindari gulungan pedang Biadari Hati Beku yang seolah hendak mencincangnya tipis-tipis.

Satu persatu anak buah Ki Semar Mesum tewas kena sambaran angin dari pedang Bidadari Hati Beku. Kalau dibiarkan terus maka lama kelamaan dia akan kehabisan anak buahnya dan dia sendiri akan makin terdesak bahkan bisa saja tewas. Maka lelaki jahat itu memutuskan untuk mengerahkan anak buahnya membantu dia yang sudah sangat terdesak. Dia berjumpalitan keudara dan balik mendarat tepat dibelakang Turangga dan Ranggawuni.

“Serang gadis iblis ini!” teriak Ki Semar Mesum.

Maka Seluruh anak buah Lelaki tua gemuk setengah botak itu berhamburan menyerang ke arah Andini Sang Bidadari Hati Beku. Wanita cantik itu segera membuat gulungan dari kibasan pedangnya untuk mencegah para penyerang itu melewatinya dan mengancam keselamatan Sadawira muridnya dan gadis bernama Telasih.

Ki Semar Mesum Menyedot beberapa anak buahnya yang telah tewas dan melempar mereka kearah Bidadari Hati Beku. Itu dilakukan berulang-ulang hingga hingga wanita sakti itu terpecah konsentrasinya dan Ki Semar Mesum bisa meloloskan diri dari gulungan pedang dan sudah berada dua tombak didepan Telasih dan Sadawira yang hanya bisa duduk diatas kuda.

Sadawira benar-benar kecewa tidak bisa ikut bertempur dan mencemaskan Telasih yang kini sedang terancam oleh Ki Semar Mesum sementara gurunya Andini sedang menghadapi banyak musuh terutama Turangga dan Ranggawuni yang cukup hebat dan berbahaya. Sadawira sendiri tidak memikirkan keselamatannya yang juga terancam.

Ki Semar Mesum mencelat hendak menangkap Telasih yang terlihat begitu cantik dan menggiurkan lelaki bejad dan jahat ini. Dia menganggap akan mudah melakukannya.

“Aku akan menangkap dan menikmai tubuhmu gadis cantik!” Seru Ki Semar Mesum.

Telasih dengan dingin kibaskan lengan kirinya. Gerakannya terlihat sangat lembut dan anggun. Namun akibatnya begitu dahsyat. Gerakan Telasih membuat Ki Semar Mesum terhempas menghantam lereng gurung yang curam. Andini yang perhatiannya terpecah akibat lolosnya Ki Semar Mesum membalikan badan hendak mencegah lelaki botak itu mendekati muridnya. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Ranggawuni meloloskan diri dan menyerang Sadawira yang lumpuh dan sedang tidak terjaga akibat Telasih juga sedang mendapat serangan balik dari Suraseta dan Turangga yang juga telah bisa melewati hadangan Andini.

Sadawira terkena pukulan jarak jauh dari Ranggawuni tanpa dapat menghindarinya. Lelaki muda yang sudah lumpuh itu langsung terlempar dari atas kuda menuju ke jurang yang menganga. Telasih yang merasa bersalah meninggalkan Sadawira karena asik menghajar Ki Semar Mesum melompat mengejar Sadawira yang sedang meluncur jatuh. Da berhasil menangkap tangan lelaki muda itu namun keduanya tetap meluncur terus kebawah jurang karena beban tubuh keduanya.

“Whuuuuut...”

“Sembara!!!” Jerit Andini.

Bidadari Hati Beku masih memanggil muridnya itu dengan nama kesayangannya itu. Dia hendak ikut melompat menuju ke dalam jurang menyusul muridnya. Namun Ki Semar Mesum bersama anak buahnya langsung menghalangi dengan melakukan penyerangan bertubi-tubi. Bidadari Hati Beku sangat murka sehingga dia balas menyerang membabibuta.

Ki Semar Mesum berusaha untuk menyerang Bidadari Hati Beku dari arah belakang karena menggunakan ajian penyedot sukma melawan jurus pedang pembelah bumi dari arah depan sama saja dengan mengantarkan nyawa. Anjani yang sedang dilanda kemarahan meluap-luap tidak memikirkan itu dia terus menyerang dan berkelebat-kelebat dengan gulungan pedangnya yang membabat dengan ganas keberbagai arah. Hingga dalam sebuah kesempatan Ki Semar Mesum mendapat peluang untuk melontarkan ajian penyedot sukmanya dari arah belakang. Secepat kilat Andini berbalik dan melepas pedangnya yang meluncur kearah tubuh Ki Semar Mesum. Lelaki gemuk itu menangkap pedang itu dan menggulungnya laksana mengulung sebuah kain. Andini memanfaatkan kesempatan itu untuk meluncur ke jurang menyusul muridnya dan Telasih.

Bersambung.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd