Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT

Status
Please reply by conversation.
Mohon maaf baru update karena sibuk nyelesaian judul ini sampe episode 45 di sebelah


BAB. 15 GADIS BERSELENDANG BIRU

Sadawira yang sadar bahwa dia masih memeluk gadis itu meski mereka sudah berhenti melesat dengan ilmu meringankan tubuh.

“Oh iya maaf...”

Gadis cantik berbaju merah itu tersenyum. Dari wajahnya kelihatan dia baru berusia dua puluhan tahun.Sadawira segera melepaskan pelukannya pada gadis itu.

“Hmmmm... perlukah namaku bagimu.” Tanya gadis itu.

“Oh eh... tidak apa kalau kamu tidak mau menyebut namamu. Aku Sadawira..!”

“Kenapa kamu menolong aku?” tanya gadis itu lagi.

“Karena aku gak suka lihat wanita dikeroyok.”

“Kalau aku benar orang jahat seperti yang mereka bilang kamu tetap mau menolong?”tanya gadis itu lagi.”

“Aku tidak percaya kamu itu jahat.”

“Terserah. Tapi mereka bilang aku iblis betina bergaun merah.”

“Apa? Jadi kamu iblis betina bergaun merah?”

“Kalau menurut kamu?” Tanya gadis itu lagi sambil tersenyum.

Sadawira menatap tajam gadis itu. Kalau benar dia iblis betina bergun merah maka dia harus dihukum. Dia ingat cerita orang-orang persilatan bahwa bibinya Savitri dicelakai oleh gadis yang dijuluki iblis betina bergaun merah itu. Gadis didepannya itu menggunakan pakaian serba merah dan wajahnya cantik. Bisa saja dia benar-benar wanita jahat yang diceritakan orang-orang.

“Kamu tidak mau menyebut nama kamu. Berarti kamu memang bisa dicurigai sebagai iblis betina itu. Ayo mengaku saja kalau kamu itu memang iblis betina!”

“Hahahhahahah aku bukan iblis betina, aku manusia aku perempuan!” ucap gadis itu sambil tertawa.

“Hmmmmm kamu perempuan? Tidak kamu iblis betina. Kamu yang mencelakai bibiku di padepokan gunung Merapi.” Kata Sadawira dengan marah.

“Kamu salah orang .” ucap gadis itu enteng.

Sadawira hantamkan telapak tangannya ke arah bahu gadis itu untuk memastikan apa wanita itu memang punya kemampuan sehingga layak dicurigai sebagai tokoh jahat bernama iblis betina bergaun merah. Gadis itu nampak diam saja seolah membiarkan serangan Sadawira padanya. Namun sesaat sebelum telapak tangan itu menyentuh bahunya gadis itu berkelit kesamping dan tiba-tiba sudah mengirimkan pukulan dua jari tangannya kearah leher Sadawira. Dengan mudah Sadawira menghindari serangan gadis itu. Dan tanpa sungkan-sungkan lagi melakukan serangan susulan ke arah gadis itu. Tak tanggung-tanggung serangannya sudah menggunakan jurus-jurus mematikan.

“Tahan kau sudah turunkan tangan kejam untuk hal yang belum jelas.” Teriak gadis itu.

“Hmmmmm kamu tidak perlu berpura-pura lagi. Kamu iblis keji yang harus dihukum.” Bentak Sadawira.

Kembali dia melakukan serang gencar bertubi-tubi kearah gadis berpakaian serab merah itu. Gadis itu berjumpalitan kemudian dari arah tubuhnya meluncur selendang yang menghantam sebuah pohon besar yang langsung hancur berkeping-keping dan serpihan batang pohon itu berserta ranting dan dedaunannya seolah terangkat keudara mengikuti gerakan selendang gadis itu dan kemudian menghambur ke arah Sadawira.

Sadawira segera mengeluarkan ilmu perisai dewa perang untuk menangkis serbuan ribuan serpihan pohon yang seolah menjadi semacam hujan anak panah. Semua serpihan pohon itu rontok tiga jengkal di depan tubuh Sadawira yang telah dilapisi ilmu perisai dewa perang. Namun selendang gadis itu meluncur tanpa bisa dihadang oleh ilmu perisai dewa perang. Selendang warna merah itu yang ujung satuya dipegang gadis itu sudah dialiri tenaga dalam yang sangat tinggi. Sadawira keluarkan ilmu telapak dewa menangkap rembulan untuk menghadapi serbuan selendang gadis itu. Ujung selendang itu ditangkapnya sebelum menyetuh tubuhnya.

Kini kedua orang itu berdiri sambil memegang seledang yang merentang dengan ujung yang sebelah dipegang Sadawira dan ujung yang lain dipegang pemilik selendang ini. Sehelai kain panjang itu kini menjadi kaku bagaikan sepotong baja karena jadi ajang adu tenaga dalam yang sangat tinggi.

“Ternyata kau benar-benar iblis betina itu.” Geram Sadawira.

“Kamu salah orang.”Sahut gadis itu.

Tangan Kanan Sadawira memegang ujung selendang dengan kekuatan ilmu telapak dewa menangkap rembulan. Sementara tangan kirinya yang bebas mulai dialiri ilmu ajian lima jemari dewa.

‘Whuuuuut...”

Hantaman ajian lima jemari dewa terarah ke tubuh gadis itu yang dengan anggun mengelak serangan itu sembari menarik seledangnya yang mengakibatkan ujung sebelah selendang yang dikuasai Sadawira terlepas dengan mudah. Kemudian dia berjumpalitan keudara duakali dan mendarat ditanah lima tombak dari Sadawira.

“Sayang sekali aku tidak mengerti kenapa kamu menyerangku dengan ganas. Kalau aku tahu kamu orang jahat maka aku tak segan keluarkan tangan kejam padamu. Tapi aku tahu kamu orang baik yang salam paham. Aku pergi saja daripada aku jadi marah.”

Gadis itu melesat pergi dengan cepat setelah menghantam dua pohon dikiri kanannya. Pohon itu dihantamkan ke arah Sadawira agar dia tidak bisa mengejar gadis itu. Benar saja setelah mengatasi kedua batang pohon besar itu Sadawira tidak bisa melihat jejaknya.

“Hmmmmm aku tidak tahu pasti apa dia benar iblis betina itu atau bukan. Tapi ilmunya demikian tinggi.” Bati Sadawira.

Dalam hati dia berharap gadis itu bukanlah iblis betina bergaun merah yang kabarnya sangat kejam. Sebab dengan ilmu setinggi itu akan jadi musuh yang sangat mengerikan bagi kaum rimba persilatan. Semula Sadawira berpikir dia dan Telasih setelah menguasai ilmu dari kitab pusaka dewa angkara akan menjadi yang terkuat di rimba persilatan karena Dewa maut yang paling sakti telah cacat. Namun apa yang dilakukan gadis itu tadi meski belum semua kemampuannya ditampilkan membuat Sadawir menyadari di atas langit masih ada langit.

Sadawira merasa malu telah demikian percaya diri menjadi pendekar paling sakti. Padahal ilmu itu didapat dengan cara tabu. Melalui persetubuhannya dengan Telasih. Meski sebelum itu mereka bersumpah menjadi sepasang suami istri. Tetap saja Sadawira merasa apa yang dilakukan dengan Telasih tak ada beda dengan apa yang dia lakukan dengan Andini. Karena hanya sekedar bersumpah menjadi suami istri tapi belum sah secara adat dan agama. Dia bisa memiliki ilmu ini dan dia bisa sembuh dari lumpuhnya hanya karena kebaikan Telasih yang mau bersetubuh dengannya.

Ingat Telasih maka hati Sadawira menjadi galau. Dia tidak bisa menerima gadis yang telah berjasa baginya itu ternyata memiliki lelaki lain dan bahkan mau tidur dengan lelaki itu. Kembali amarah Sadawira memuncak. Dia hantamkan beberapa pukulan ke pohon-pohon besar yang dilaluinya sehingga pohon-pohon itu hancur berkepng-keping.

***

Telasih yang semula hendak mengamuk di istana raja kembali berpikir jernih. Mending dia menyelidiki dulu beradaan ibunya disana dan memutuskan apa yang akan dia lakukan setelah mengetahui apa yang menimpa ibunya.

“Barda aku mencari ibuku dulu setelah aku tahu bagaimana keadaanya baru kita bicara lagi tentang hubungan kita.”

“Apa tidak lebih baik kita pergi bersama?”

“Tidak Barda, kamu bukan seorang pendekar. Aku bisa saja bertemu musuh saat di kota raja dan itu berbahaya buat kamu.”

“Baiklah kalau kamu tidak mau aku ikut denganmu.”

“Kamu jangan ngambek ini demi kebaikan kita.”

“Kebaikan kita atau kamu mau mencari lelaki itu lagi kan.”

“Terserah kamu berpikir seperti apa yang penting aku mau mencari orang tuaku.”

“Baiklah , tapi sebelum kamu pergi aku mau melakukannya lagi denganmu.”

“Di mana? Orang tua kamu kan sudah ada di rumah.”

“Di gubuk dekat ladang milik orang tuaku.”



Telasih yang merasa lega Barda mau melepasnya pergi mencari orang tuanya di kota raja mengiyakan saja kemauan lelaki ini. Telasih sendiri bingung Barda ini sebagai apa dikehidupannya sekarang karena dia sudah bersumpah menjadi istri Sadawira. Namun karena sikapnya yang begitu mudah memberikan tubuhnya bagi lelaki yang dia sukai maka Sadawira pergi. Ada rasa bersalah dan perasaan kasihan kepada Sadawira. Namun Telasih tidak tahu harus bersikap apa terhadap pemuda itu karena dia jelas-jelas telah bersalah dan Sadawira tidak mungkin memaafkannya.

Telasih terkadang berpikir kenapa dia seolah menjadi wanita murahan. Mungkin semua berawal dari perkosaan orang tak dikenal itu dan hubungan tak ladzim antara Telasih dan gurunya. Membuat Telasih terkadang menganggap bahwa memberikan tubuhnya untuk orang yang menghendakinya bukan suatu masalah selama dia merasa suka.

Akhirnya Telasih dan Barda pergi ke gubuk di pinggir ladang milik ki Pardi yang sepi. Hasratnya timbul lagi. Sesampainya di gubuk keduanya langsung saling bercumbu. Telasih menjatuhkan diri ke dalam pelukan Barda dengan membelakanginya. Lengan Barda merangkul dadanya, dan Telasih duduk tepat di atas batang kelelakian Barda. Pemuda itu pun mulai menciumi leher Telasih. Waniat cantik itu mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tangan Barda pun mulai meremas kedua buah dadanya.

Nafas Telasih makin terengah, dan tangan Barda pun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jari Barda mengelus belahan yang membayang.
“Uuuhh.. mmhh..” Telasih menggelinjang.
Gairah Barda sudah sampai ke ubun-ubun dan dia menarik lepas pakaian Telasih hingga wanita cantik itu menelentang di atas tempat duduk panjang dari bambu dalam gubuk itu hanya tinggal memakai celana dalam.

Barda segera mengulum puting susu Telasih yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh ludahnya. Tangan Telasih mengelus belakang kepala Barda dan erangannya yang tersendat membuat Lelaki itu makin tak sabar. Barda melepas celana dalam Telasih, dan.. nampaklah bukit kemaluannya yang sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluannya. Barda pun segera membenamkan kepalanya ke tengah kedua paha Telasih.

“Owhhhh.. ahh.. Barda,” tangan Telasih meremas pinggul Barda.

Bibir Telasih menggeletar ketika liang kemaluannya dicium Barda. Sesekali lidah Barda menjilat kelentit Telasih dan mengemut perlahan.
“Ooohh.. aduuhh..,” Telasih mengangkat punggungnya ketika lidah Barda menyelinap di antara belahan kemaluannya.
Lidah Barda bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluan Telasih mulai membuka. Kemudian kembali membelai kelentitnya dan tubuh Telasih terlonjak dan nafasnya seakan tersedak. Tangan Barda naik ke dada Telasih dan meremas kedua bukit dadanya. Puting Telasih terasa membesar dan mengeras.

Ketika Barda berhenti menjilat dan mengulum kemaluannya, Telasih tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa Barda membuka semua pakaiannya, dan kejantanannya yang tegak teracung. Tak tahan lagi, Barda pun naik ke atas tubuh Telasih dan bibirnya melumat bibir wanita cantik itu. Dengan tangan, Barda gesek-gesekkan kepala kemaluannya ke bibir kemaluan Telasih, dan sebentar kemudian Barda merasakan tangan Telasih menekan pantatnya dari belakang.
“Ohh Barda.. masukan owh ahhhh..”
Perlahan kemaluan Barda mulai melesak kedalam liang kemaluan Telasih yang semakin mendesah-desah. Segera saja Barda menekan kepala kemaluannya, Telasih merintih.

“ sshh.. iya.. terusshh.. mmhh.. ahhhh..”
Telasih merangkulkan kedua lengannya ke punggung Barda, sambil menggerakkan pinggulnya, mengimbangi genjotan kejantanan Barda di kemaluannya..

Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Telasih makin menggila dan Barda pun membungkukkan tubuhnya dan bibir mereka berlumatan. Tangan Telasih menjambak rambut barda, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat meledak dalam kemaluannya.

Setelah tubuh Telasih reda dari badai kenikmatan, Barda mendorong kembali kejantanannya maju mundur dalam kemaluan Telasih untuk mengejar puncak kenikmatanya sendiri. Ketika Barda mencapai kepuasan, Telasih merasakan siraman air mani Barda di liang kemaluannya, dan ia pun melenguh lemas dan merasakan puncak kenikmatannya yang ke dua.

Sekian lama mereka diam terengah-engah, dan tubuh mereka basah kuyup dengan keringat merasakan sisa-sisa kenikmatan.
“Badra.. aku lemas. Tapi kejantananmu sangat enak.”
Barda tersenyum sambil membelai rambut Telasih yang halus. Satu tangannya lagi ada di pinggul kekasihnya itu dan meremas-remas dengan lembut.

***

Sadawira sampai juga di lereng gunung lawu. Air matanya menetes karena sebelumnya dia telah putus asa dan menganggap tidak akan lagi bisa kembali ke sini bertemu dengan bibiknya, kakeknya dan semua kerabatnya. Maka dia melesat dengan ilmu meringankan tubuhnya menuju ke bagian lebih tinggi lagi dari lereng gunung lawu ke tempat padepokan gunung lawu bertempat.

Dia juga memutuskan untuk tidak langsung menurunkan tangan pada orang bernama Mahesa yang kini jadi suami bibi Savitri. Dia akan menyelidiki dulu dan akan menghabisi orang itu secara diam-diam bila memang dia orangnya. Sadawira berpikir demikian demi menjaga perasaan bibi Savitri. Tentu dia tidak akan percaya begitu saja Mahesa itu pembunuh paman Danar. Jga meski dia percaya apa dia akan menerima kalau Sadawira membunuhnya secara terang-terangan.

Tidak butuh waktu lama Sadawira sudah sampai di pelataran padepokan gunung lawu. Kesedihan dan kekecewaan akibat perbuatan Telasih sedikit terlupakan karena dia kini akan bertemu orang-orang yang dia rindukan.

Kebetulan para murid sedang berlatih di pimpin ki Gumilang. Sadawira berjumpalitan keudara dan turun tepat di hadapan para murid. Kemudian dia menjura memberi hormat pada ki Gumilang.

“Sadawira..”

Terdengar teriakan kaget bercampur gembira dari semua yang ada dipelataran.

“Hormat kakek guru. Aku Sadawira menghadap kakek guru setelah sekian lama berkelana.”

“Sadawira benarkan itu kamu?”

Ki Gumilang bertanya seolah tidak percaya cucu muridnya itu telah ada dihadapannya. Sadawira yang dia ketahui menghilang setelah terluka parah dalam pertarungan di Kadipaten Parwata. Dia bahkan sudah pasrah dan tidak lagi berharap bahwa putra Nandini itu selamat.

“Iya kakek. Ini benar aku.”

“Syukurlah, kami sudah putus asa mencari jejakmu dan tidak menemukannya. Ayo kita masuk ke dalam padepokan bertemu kakekmu ki Wajrapani. Oh ya bibikmu Savitri sedang dalam perawatan di kediaman tabib abiyasa di lembah lengkung.”

“Perawatan?”

“Iya, dia keguguran karena serangan iblis betina bergaun merah di gunung merapi.”

“betapa malangnya nasib bibi Savitri.”

Sadawira geleng-geleng kepala mengetahui apa yang menimpa bibiknya. Sebenarnya dia pernah mendengar kabar itu dari omongan orang-orang persilatan di sebuah warung makan. Tapi dia ingin memastikan kebenarannya.

Sadawira tiba di dalam padepokan dan melihat Ki Wajarapani sedang duduk bersila melatih pernapasan untuk meningkatkan tenaga dalam. Pimpinan padepokan gunug lawu sekaligus kakek kandung Sadawira itu menghentikan latihannya setelah menyadari kedatangan Ki Gumilang sesepuh padepokan yang juga adik sepergurannya bersama seorang anak muda. Saat dia membuka mata kagetlah dia bercampur bahagia menyadari bahwa anak muda itu adalah Sadawira.

“Sadawira cucuku. Engkau sudah kembali. Aku selalu yakin bahwa kamu akan kembali.”Ujar Ki Wajrapani.

‘Hormat kakek guru!”

Ki Wajarapani memeluk cucunya itu dengan penuh kegembiraan setelah cucunya menjura memberi hormat.

Kegembiraan meliputi seluruh warga padepokan. Ki Wajrapani meminta para pelayan padepokan mempersiapkan jamuan istimewa menyambut kedatangan cucu kesayangannya. Andai saja Savitri dan suaminya Mahesa ada di kediaman mereka di lereng gunung Lawu ki Wajrapani ingin penyambutan kehadiran Sadawira dilakukan lebih meriah bahkan dengan pesta. Tapi karena mereka berdua masih berada di lembah lengkung maka tidak diadakan kemeriahan hanya jamuan istimewa saja.

“Ceritakan apa yang terjadi setelah kamu terlukasaat pertarungan melawan Dewa maut cucuku!” tanya Ki Wajrapani setelah makan malam.

“Aku tak sadarkan diri kek. Aku bahkan hilang ingatan dan di tolong oleh Bidadari Hati Beku yang mengangkatku jadi muridnya.”

“Bidadari Hati Beku? Terus di mana dia sekarang?”

“Itulah guru aku sudah tidak tahu lagi keberadaanya. Aku terpukul jatuh ke dalam jurang saat guruku bidadari hati beku bertarung melawan ki Semar Mesum dan antek-anteknya. Padahal aku saat itu sudah bisa ingat kembali semuanya.”

Sadawira terus bercerita termasuk pertemuannya dengan Telasih yang memberi dia ilmu meski tentu saja dia tidak menjelaskan bagaimana caranya ilmu itu diberikan.

bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd