Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Dika ( Tamat)

Makasih updatenya @bigoldlover dan telah berbagi ceritanya bersama kami sampai Tamat.
Kami nantikan cerita selanjutnya.
Tetap semangat dalam bekerja dan berkarya.
Stay Safe n Keep Healthy.
 
Mantul s
Sudah 2 minggu berlalu semenjak peristiwa malam itu, aku hampir ndak pernah tegur Dika. Dia hanya bisa curi2 pandang ke arahku tapi aku seolah ndak ngeh, cuek pokoknya. Tiap ngeliat mas wisnu rasa bersalahku terus menerror pikiranku. Kok iso seedan itu aku nekat selingkuh sama anak bujangnya suami.

Tapi jujur, aku masih mengingat2 setiap detik momen mendebarkan itu. Aku bahkan masih merinding ngebayangi nungging di depan Dika sambil berharap penis besar dan kuatnya menjarah isi kemaluanku. Sampe pernah akhirnya aku minta mas wisnu menggauliku karena sudah ndak tahan ngebayangi mesum sama anak itu, napsuku berkobar hingga menangis dibawah tindihan mas wisnu, sesuatu sudah sangat lama ndak seemosional itu nge seks sama suami. Selama ini aku cuma nerima saja kapan suami lagi kepengen minta dilayani dan reaksiku datar saja.

Aku mencoba bertahan dengan janjiku untuk ndak mengulangi lagi perbuatan ndak senonoh itu lagi. Apalagi denger kabar, bulan depan, anak itu dapet tawaran kerja magang di sebuah pabrik mobil lokal terkenal di Bandung berkat relasi suami. Aku merasa lega, pada akhirnya dia keluar dari rumah ini dan masalah kami selesai dengan sendirinya. Tapi setidaknya aku harus bicara sama anak ini, untuk mastiin kalau rahasia ini cukup hanya kita yg tau dan berakhir aman.

Kesempatan untuk bicara sama Dika akhirnya kesampean juga waktu suami pergi dinas selama 2 hari untuk seminar di Bogor. Malem itu selepas dinner aku menghabiskan waktu di kamar menunggu ke 2 anak gadisku tidur. Sekitaran jam 11 suasana rumah sudah sangat sepi, aku melangkah keluar kamar untuk cek keadaan, setelah memastikan keadaan aman, aku berjalan menuju kamar Dika. Sejujurnya aku seperti mengalami dejavu, teringat di tempat dan waktu yg sama beberapa minggu lalu, aku yg tengah hilang kesadaran mendekati pintu kamar Dika, dadaku langsung berdegup kencang.

" Jangan diulangi lagi Tari.. Inget!.. " batinku.

Kudapati Dika tengah duduk di depan meja laptop saat aku masuk, raut mukanya boleh ku bilang nano nano, antara terkejut, sumringah dan tegang. Ku pasang wajah sedingin mungkin saat mulai berbicara.

" Dik, bulan depan kamu sudah mulai kerja ya..?"
" Iyah tante.." Jawabnya datar.

Aku lantas duduk di pinggir dipan menghadap ke arah meja dan kursi kecil di mana dia berada.

" Hmmmm... Tante minta maaf.. Yang kemaren itu.. Benar2 khilaf.. Ndak sepantesnya tante ngerusak kamu.. "

" Hmmmm... " Dika cuma bergumam dan menundukkan wajahnya ke arah meja.

" Yang sudah tolong dilupain ya dik, tante mau gila rasanya merasa bersalah sama papa kamu. Jangan.. Jangan sampai.. Dia tau.. " pada akhir kalimat aku mulai terisak.

" Iya tante... Dika gak mungkin cerita ke siapapun.. Dika sayang adik2.. Dika jg gak mau ngerusak kebahagiaan papa.."

" Syukurlah kalau kamu ngerti Dik.. Tante doain kamu bisa terus ngelanjutin masadepan kamu.. Jadi anak baik untuk orangtua kamu.."
" Makasih tante... Tapi kalau.. Kalau boleh jujur.. "

Aku diam menunggu omongan dika yg selanjutnya, tapi anak ini malah diam sambil megangi pinggiran laptop di depannya, sepertinya dia ragu.

" Apa dik.. Ngomong aja.. "

" Hmmmm..... " Gumamnya lagi kemudian kembali diam.

Hening sejenak, aku menatap kosong ke dinding kamar, ndak tau mau ngomong apa lagi.

" Hmm.. Dika... Dika.. Suka sama tante.."

Aku bagai tersambar petir dengan kalimat itu..

" Tapi... " sergahku.
" Iya tapi gak mungkin kan tante, ada papa, juga adik2.. Lagian.. Lagian juga tante pasti nganggep saya masih anak2.."
" Iya bener.. Gak mungkin dik.. "
" Makanya kan... Ya sudahlah " jawabnya sambil menghela nafas panjang.

" Masa depan kamu masih panjang dik, fokus ke situ aja dulu, sudah mapan baru cari perempuan yg terbaik dan sesuai sama kamu.. "

" Iyah... Hmm.. Tapi saya suka sama tante, bahkan semenjak waktu kecil dulu walau kita cuma sekali2 ketemu, tante orangnya baik, dan juga cantik,.. Hmm..apalagi setelah saya ngungsi ke sini sekarang..Jadi tambah gimana gitu rasanya . "
"Hehehe... Itu cuma dalam pikiran sesaat kamu dik, kamu belum matang, masih labil.."
" Hmmm... Si mbok.." katanya dengan kalimat terpotong.
" Ada apa dengan si mbok??" tanyaku lugas begitu dia nyebut nama itu.

" 2 Hari lalu... Si mbok.. Si mbok bilang.. Tante pernah ngeliat dika sama dia di dapur?? "

Saya terdiam, ya ampuuun.. Tambah ndak keruan situasinya.
" Ke..Kenapa dia bilang gitu.. Dik ?"
" Hmm.. Karena...semenjak tante nyuekin dika, jadi kepengen begituan sama si mbok, tapi dia nolak waktu dika minta dilayani.. Dia bilang tante tau dan ngelarang.. "
" Hhmmmm....... " Gumamku.
" Jangan lagi ya Dik..belum waktunya kamu terus2an kayak gitu.. Ngerusak mental.."

" Hhhhhmm... Terlanjur ketagihan tante.. Pelarian kalau pikiran sumpek.." Jawabnya.

" Usahain jangan lagi dik.. Nanti kamu kerja fokus ke pengelaman baru di sana, jangan lagi mikirin hal yg negatif.."
" Iyah.. " Jawabnya sambil menunduk.
" Ya sudah...tante tidur dulu, lega kamu bisa ngerti kondisi dan kesalahan kita kemaren. Sekali lagi, tante minta maaf ya.. "
" Iyah tante, sama2 minta maaf dan makasih untuk kebaikan tante selama ini.. " Ya sudah.. Met istirahat ya.. " Kataku sambil berdiri dan siap melangkah ke arah pintu.

Tiba2 tangan dika menggapai lenganku dan memaksaku berhenti, tubuhnya yg jangkung tiba2 sudah berdiri berhadapan denganku.

" Yang terakhir tante.. Pengen cium tante untuk yg terakhir.. Boleh? " Katanya dengan tatapan teduh, wajahnya rupawan banget.

Aku diam membalas tatapannya, pikiranku bimbang, antara ingin menolak tapi ndak tega dengan keinginannya yg katanya terakhir itu.

" He - eh.. " jawabku bergumam sambil mengangguk pelan.

Kecupan Dika di keningku bikin perasaanku luruh, berbunga2, aku terdiam, mataku menatap kosong ke bawah, ndak berani ngeliat matanya. Lalu, bibir itu menyentuh bibirku... sekuat tenaga aku menahan desakan emosi di dada, anak ini romantis juga, tapi setidaknya aku ndak niat bales pagutan bibir dika. Aku menatapnya sebentar, melepas rengkuhan tanganya, dan melangkah pergi dalam diam.

Andai dia tau gimana dadaku bergemuruh ketika melangkah kembali ke kamarku, berharap dia mengikutiku dari belakang , dan kemudian bercinta sepuasnya hingga pagi...
" Ndak boleh gitu Tari.." bisikku dalam hati dengan muka bersemu merah.

**
Satu jam sudah berlalu, pikiranku terganggu banget dengan kejadian di kamar Dika tadi. Sebenarnya aku bahagia masalah dan aib bersama anak tiriku akan selesai dan tertutupi dengan aman. Tapi kenapa dia harus menciumku tadi, bikin rasa penasaranku kembali tergoda. Aku meraba permukaan bibirku, terbayang muka gantengnya sebegitu dekat dengan wajahku, caranya mencium dan tatapan matanya itu.. Hhmmm... Merinding jadinya.

Lalu tiba2...

" Kriekk..."

Handle pintu kamarku dibuka seseorang, tak pikir Rani atau Mulan tapi yg berdiri tepat di tengah pintu ku yg terbuka adalah Dika. Aku sampe nahan napas saking terkejut melihatnya.

Anak itu masih mematung di situ, dengan hanya mengenakan celana boxer tanpa baju. Aku benar-benar dalam situasi galau dan terjepit, ingin mengusirnya dan segera mengunci pintu, atau menyuruhnya masuk dan segera menemaniku di ranjang. Aku jelas tau apa yg diinginkan anak itu sampe nekat mendatangi. Kami saling bertatapan dalam diam bahkan cukup lama hingga aku sempat berpikir keras dan berperang batin, sampai akhirnya..

" Tutup pintunya dik, kunci.." Ujarku berbisik, seraya aku mengenyahkan selimut dari badanku, dan mempertontonkan tubuh bongsorku dalam balutan lingerie tipis.

Dika melangkah cepat mendekati ranjang, dadaku berdegup keras, sedetik kemudian dia sudah ada di atasku, matanya menelan jiwaku hingga lupa diri, lalu ciuman pertamanya dibibirku ku balas dengan pagutan tak kalah panasnya. Nafas kami terengah2 tersedak oleh sensasi ciuman dan rabaan ke sana kemari hingga ke bagian yang paling sensitif di tubuh kami.

Dika lantas menciumi leher dan seputaran dadaku, bibirnya dengan mudah menjamah puting susuku karena memang hanya lingeri sutra itu yg menutupi badan, tanpa bra. Aku melonjak diiringi dengan seruan tertahan.

" Ahhhhh.. Dikk." erangku.

Rambut belakang anak ini ku cengkram seketika, sementara wajahku mendongak ke belakang bantal dengan mata terpejam.

Cumbuan dan rabaan dika di dadaku bikin aku senewen, sekujur badanku gemeteran tersengat nafsu. Tangan kiriku ndak sadar menyenggol bagian celana boxing anak ini, terasa tonjolan keras di situ. Aku yg sudah kehilangan rasa malu dan sungkan, menyusupkan jemariku ke dalamnya, merasakan hangat dan kerasnya batang penis dika, aku meremasnya dan mengocoknya pelan. Dika terhenti melihat kelakuan ku, terdiam dengan muka tegang.

" Ehmmm... Sshhh.. Tantee..." bisiknya lirih.

" Buka dik, celananya.."

Dika segera menuruti permintaanku, dia berdiri di samping ranjang, menelanjangi tubuhnya, sumpah itu penis paling menantang yg pernah aku lihat. Besar, dengan urat2 menonjol di sekitarnya, ditambah lagi bagian kepalanya yg terangguk2 dan berkedut mengarah ke arahku.

" Kocok lagi tante...." pintanya lirih.

Aku segera duduk di pinggir ranjang, mendekati wajahku ke arah kemaluannya, bibirku tanpa ragu menyentuh bagian pangkal penisnya, mengecupnya lembut, sementara tangan kiriku meraba permukaan batang penisnya yg bahkan terlalu panjang untuk ukuran tanganku.

" Tanteee... Ukhhhhhhh... " desahnya, seraya tangannya memegangi bagian atas kepala dan bahuku.

Dua kaki dika sampe ndak bisa diem, gelisah, badannya kadang sampe terbungkuk merasakan ciuman dan kocokan di kemaluannya.

" Sudah tantee.. Takut keluarr.." keluh anak ini setelah beberapa menit.

" Gantian tante sekarang yah.." Katanya kemudian.

Belum sempat aku menelaah kata2nya, tau2 dua kakiku sudah terangkat ke atas bahunya.

Dia melorotin celana dalemku hingga ke pertengahan paha, semburat bulu2 halus kemaluanku langsung terlihat jelas. Dika menatap selangkanganku dengan muka takjub, aku sampai berhenti bernapas menunggu apa yg akan dia lakukan selanjutnya.

Anak ini mendekati kepala penisnya ke arah vagina ku, tak pikir langsung mblesek masuk ternyata ndak. Dika menggeser2 kepala penisnya di sekitar lipatan bibir kemaluanku, ini yg bikin perasaan jadi gila. Klitorisku langsung tersengat sensasi nikmat yg sulit aku jelasin dengan kata-kata, yg jelas dalemanku langsung basah, aromanya kuat tercium olehku.


" Ma.. Masss.. Masukkiin dikk.." bisiku dgn suara bergetar.

Dan...

" sretttt...."

Rasanya ndak ada yg paling nikmat selain dari penis keras dan besar anak ini pelan2 menghujam masuk ke vaginaku.

" Ohhh.. Ohhh.. Dikkk.." seruku panik.

Dua tanganku mencengkram kuat pinggang dika. Anak ini masih belum tuntas menekan seluruh kemaluannya masuk, muka gantengnya tegang melihatku, rahangnya mengeras. Jantan banget kamu dik.. Uhhh

" Ahhhhh..." Desah dika sesaat setelah seluruh penisnya tenggelam di dalam rahimku.

Nafas sesak kami saling bersautan terbakar nafsu, dika menyorongkan bibirnya, aku menyambutnya dengan hangat, bibir kami kembali berpagutan, diselingi dengan desahan tertahan. Sementara selangkangan merapat tak bergerak.

"Siap2 yah tanteeh.." kata dika kemudian.

" Jplakk..!!"

Dika menarik penisnya kemudian
menghantamnya masuk kembali dengan cepat.

Dua bilah paha besarku sampe bergoyang, aku tersedak dan merasakan sedikit perih di dalam liangku.

"Jplakk..! "
" Jplakk..!."
" Jplakk..! "

" hhhoohhhhhh.. Diiikk.." Jeritku lirih.

Tubuh dika mulai bergoyang liar di atasku, sodokan kerasnya di selangkanganku bikin aku serasa terbang, nikmat tiada ujung.

Aku melebarkan bukaan pahaku, wis ndak perduli lagi dengan celana dalemku yg melar ketarik sana sini, tiap penis dika menekan masuk, pantatku pun menyambutnya dengan bergoyang naik turun.

Dika meliuk2 dengan cepat dan penuh tenaga, melecut rahimku dengan penisnya yg panas itu. Baru beberapa menit aku sudah ndak tahan lagi, emosiku siap meledak, dan saat dika menekan terlalu keras, aku mengerang dan bergetar hebat. Sambil menangis dan memeluk dika kenceng, klitorisku menyemprot cairan kental, membaluri jiwaku dalam kenikmatan tiada tara.

Paha besarku mengepit pinggang dika erat, badanku mulai lemas. Anak ini menyadari kondisiku, dia menghentikan sodokannya, mencium keningku pelan dan menatapku dengan lembut. Perasaanku melambung dibuatnya, dia seolah memujaku dan membiarkanku menikmatinya dengan tenang. Perlakuan anak ini sungguh jantan.

Kemudian dia berbaring di sebelahku, membelai perut dan mencium pipiku, dadaku masih naik turun selepas emosiku yg memuncak. Tapi kami hanya diam, rasanya ndak perlu ada kata-kata lagi untuk menjelaskan indahnya malam ini.

Sekilas aku melirik penis Dika yg masih kokoh berdiri di bawah sana, berkilau basah oleh cairan kemaluanku, begitu juga dengan bulu2 selangkanganku yg terlihat berantakan, sementara celana dalamku tergulung lunglai di pertengahan pahaku. Andai mas wisnu memergoki kami saat ini, ndak kebayang amarahnya melihat istrinya tengah berdua di bersama anak lelaki kandungnya, berbaring telanjang, dan yg lebih parah lagi di atas ranjang miliknya sendiri. Hhh... maafkan aku mas..

Dika masih meraba dan mencumbui sekitaran leher dan bahuku. Aku tau dia sudah gregetan pengen lanjut, kepala penisnya menyenggol pinggul kananku, menggesek2 pelan. Aku masih merinding membayangkan penis anak ini menjarah isi kemaluanku.

"Terserah kamu dik, aku belum berani untuk mulai lagi." Batinku.

Dugaanku ndak salah, anak ini mulai gelisah, dia kembali menciumi bibirku, bertubi2, jemari tangannya menyusup ke balik atasan lingerieku, meraba susuku, meremasnya pelan, aku jadi ikutan nervous.

Nafas dika memburu terbakar nafsu. Sedetik kemudian dia mendorong badanku untuk menghadap ke samping, entah apa maunya, aku cuma pasrah nuruti. Lantas dia meloroti celana dalemku hingga lepas tuntas dari kaki. Tindakan dia yg selanjutnya bikin dadaku kembali berdebar.

Jemari anak ini menyentuh bawahan pantatku, menarik ototnya agak ke atas, lalu kurasakan dengus nafasnya yg hangat menerpa selangkanganku di bagian belakang, aku tambah stress...

Kecupan bibirnya di lipatan vaginaku bikin aku tersedak kaget..
" Dikk.. Uhhhh..!" Seruku lirih.

Bibir dan lidah anak ini melanda sekujur selangkanganku, pantat dan pahaku gemeteran dibuatnya.

" Sshhhh.... Hhhhhmmm.. Mmsssshhh..." Dengus dika yg begitu semangatnya menciumi kemaluanku di bawah sana.

Denyut2 di organ intimku bikin birahiku perlahan bangkit, ahhh... Dikaaa... Kamu.. Kamu bisa aja..

Tapi itu ndak lama, seketika anak ini bangkit dan berjongkok di belakang bokong besarku, seraya memposisikan paha kananku yg menindih paha kiri agak maju ke depan sehingga ada sedikit ruang terbuka di bagian belakang selangkanganku. Aku tau maksud anak ini..

Dengan sigap dia mengarahkan ujung penisnya ke bagian itu, dadaku bergemuruh, sebentar lagi vaginaku bakal kembali ditusuk dika. Dan..

" Srettt.."

Kepala penis yg besar dan keras itu mulai menghujam masuk, aku sampai harus menutup mulutku supaya jeritanku tidak terdengar keras hingga ke kamar sebelah tempat dua anak wedokku tertidur. Sungguh kali ini rasanya beda, lebih seret dan sempit rasanya karena berat pantat dan pahaku menekan lubang kemaluanku.

" Ahhhhhhh... Tanteeeee...." Keluh dika dengan kedua alisnya menyatu, mukanya tegang sekali.

Aku mencengkram erat bantal di bawah kepala, sementara tangan kiriku megangi lengan dika di belakangku.

" Hahhhhhhhhhhh.. Akhhhhh.." Lenguh panjang dika saat seluruh bagian penisnya tenggelam masuk.

Pantat dika menekan kuat ke depan, sementara bokongku gelisah merasakan ngilu di selangkangan. Sesaat semuanya terdiam, sampai...

" Plakk..!"
"Plakkkk!"

Dika mengayunkan pantatnya tiba2, keras sekali, aku kembali menjerit dibuatnya. Sodokan penis anak ini terasa mengaduk2 isi rahimku, garang dan sedikit kasar. Dika langsung gas poll menyodok2 tanpa henti, suara derit ranjang jadi saksi betapa bernafsunya anak ini menyetubuhiku, seketika itu kemaluanku langsung banjir.

" Tanteeehhhh.. Enak bangetttt...uhhhhhh.." Seru dika.

Hantaman di bokongku terasa makin cepat ndak keruan, andai ada orang yg tengah berdiri di depan pintu kamar pasti bisa denger.

" Plokk.."
. Pllokk. "
" Plokk... "

" Auwww dik.. Haduhhhh... Uhhhh.." desahku setengah menangis.

Birahiku sudah ikut larut dengan nafsu dika yg menggebu2. Pantatku ikut bergeser ke sana kemari menimpali setiap sodokan keras dari belakang. Hingga 3 atau 4 menit kemudian badan dika menindihku dari belakang, hentakan pantatnya sudah ndak keruan...

" Mau.. Mau keluar tanteh..!!.. Ahhh.. Aduhhh.!!" Ujarnya dengan tergesa2.

Perasaanku jadi tegang menanti detik2 paling mendebarkan, bongkahan pantatku makin terbuka lebar di tekan perut anak ini dari belakang. Klimaksnya adalah ketika dengan terburu dika mengangkat paha kananku agak ke atas, sodokan penisnya semakin sadis menusuk, hantaman terakhir paling cepat dan keras itu membakar kami..

" Jplakkkkk...!!!"
" Ahhhhhhh!!.. Tanteeee...!!" Jerit dika panik.

Badannya mengejang kaku, aku menggigit bibirku menanti..

" Serrttt..!"

Lesakan pertama mani panas anak ini menerpa rahimku. Aku lantas menjerit terbawa emosi.

" Diikk.. Haduhhh..akhhhh... "
Klitorisku berdenyut dan mulai menyemprot cairan kenikmatan.

Dika masih kejang menempel rapat bokongku. Kemudian siraman sperma ini kembali menerpa.

" Srttt..srrrrttt.."
" Ahhhhhh..!! ." Lenguhnya parau.

Entah berapa kali penisnya menyemprot, banyak sekali, aku takjub merasakannya. Seisi lubang vaginaku kerasa hangat oleh tumpahan mani dika.

Dika terengah2 ketika kemudian terbaring di sebelahku, aku memeluknya dengan perasaan haru. Kemudian bibir kami kembali berpagutan.

" Hmmmm... Sudah yah.. Kamu kembali ke kamarmu dik.." Ucapku pelan sambil membelai wajah gantengnya, keningnya terlihat basah oleh keringat, aku menyekanya dengan jemari.

Sebelum berpisah dika menatapku lama dari depan pintu, aku hanya diam dan masih terbaring lunglai di atas ranjang.

" Hhhh... Makasih ya dik, ini malam yg luarbiasa" batinku.

***

Hari perpisahan itu akhirnya datang juga, pagi itu Dika bersiap berangkat ke bandara diantar suami, Rani dan Mulan memeluk abangnya dengan perasaan sedih bahkan menitikan airmata. Tiba gilirannya dia mendatangiku di teras depan, perasaanku campur aduk, antara sedih, merasa bersalah bahkan kepada suami dan kedua anakku, juga ketakutan jika suatu saat aku rindu sentuhan dan kegairahan bersama anak ini. Dia mencium tanganku, kemudian menatapku penuh arti.

" Doain Dika ya tante.." Ujarnya dengan wajah sendu.

Suamiku tersenyum melihat kami di depan pintu mobil, tanpa sadar air mata menetes di pipiku, perasaanku sangat bergejolak dengan berbagai macam perasaan menyesakkan dada.

Aku terduduk dalam diam di tepian ranjang di kamarku selepas suami dan dika pergi, tangisku kembali pecah. Apalagi ketika jemariku gemetar meraba perutku. Sudah 2 bulan ini aku tidak mens, seminggu yg lalu aku mual hingga muntah, diam2 aku mencoba test pack 3 hari lalu, dan.. Aku hamil.

Entah kenapa aku sangat yakin ini benih dari Dika, bertahun2 sebelumnya aku sudah ndak lagi kb, mas wisnu ndak pernah pake kondom kalau berhubungan badan dan ndak lagi membuatku hamil.

Sementara hubungan seksku dengan Dika dua bulan terakhir itu terlalu panas dan bergairah, segenap emosiku tumpah bersamanya di ranjang, belum lagi mani anak itu yg sangat banyak dan kental. Tapi setidaknya, andai benih ini tumbuh dan terlahir dari rahimku, wajahnya pasti mirip mas wisnu dan dika, aku ndak terlalu kuatir suami curiga.

"Semoga hidupmu lebih baik di luar sana Dik." Batinku sambil kembali mengusap dan menatap perutku.

End

***
euhu sebuah masterpieces
 
Kabarnya si Mulan sekarang sudah kuliah dan numpang di kontrakannya dika,akhirnya terjadilah sesuatu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd