Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dina - Maafkan Aku Jika Mulai Menikmatinya

Apakah cerita ini bisa membuat pembacanya terangsang ??

  • Ya

    Votes: 298 96,1%
  • Tidak

    Votes: 12 3,9%

  • Total voters
    310
EPISODE 12 (SEASON 2) : KEBINALAN YANG SEMAKIN NYATA

Setelah kepergian pak Yanto, karena harus pulang ke kampung halamannya membuat hari – hari ku menjadi sepi. Tentunya aku masih merindukan kejantanan pak Yanto di mengobok – ngobol liang vagina ku kembali. Tentunya bayang – bayang pak Yanto terkadang masih terbayang didalam pikiran ku, karena masih tergambar dan teringat jelas bagaimana kenikmatan yang pak Yanto berikan masih membekas di tubuh ku.

Walaupun saat ini, mas Wawan sudah mulai bisa mengimOmi nafsu ku yang semakin hari semakin tidak bisa lagi aku pendam. “Dasar Yanto bajingan, kenapa bapak pergi dan meninggalkan banyak kenikmatan yang tidak bisa aku lupakan.” Umpat ku didalam hati. Belakangan ini durasi bercinta dengan mas Wawan pun semakin intens, namun kami juga belum diberikan momongan walaupun sudah sering berkonsultasi dengan dokter maupun mengkonsumsi obatan herbal. “Yang sabar ya sayang, mungkin Tuhan belum memberikan kita izin menjadi orang tua. Tapi papah yakin, pasti nanti kita akan menjadi papa dan mama yang baik bagi anak kita.” Ucap mas Wawan yang menghiburkan.

Untuk menghilangkan pikiran ku tentang pak Yanto, aku lebih menyibukkan diri mengemOmkan bisnis baju online ku dan juga sebagai konten kreator. Saat ini bisnis berjualan pakaian dan aksesoris online yang ku jalankan semakin hari semakin maju dari banyaknya pesanan yang setiap hari harus dipacking dengan rapi. Pesanan pun setiap minggunya selalu lumayan baik pesanan didalam maupun diluar kota. Kalau diluar kota tentunya aku sudah bekerja sama dengan beberapa jasa layanan antar jemput paket, sementara di kota yang sama aku lebih memilih untuk COD.

Karena aku tidak terlalu mahir membawa sepeda motor dan juga terkadang malas untuk memesan ojek online karena sering ribet, jadi aku lebih memilih untuk naik ojek pengkolan saja. Salah satunya adalah om Konok, pria berusia 40 Tahun yang tinggal nya dibelakang rumah ku adalah salah satu dari sekian banyak ojek pengkolan yang Omkal didekat rumah ku. Karena aku mengenal baik siapa om Konok, sehingga aku lebih percaya kepadanya sebagai mitra pengantaran pesanan ku.

Sehari – hari om Konok tinggal bersama anaknya yang masih sekolah yang bernama Andi dan Wati. Andi masih kelas 5 SD sementara Wati kelas 2 SMP. Sedangkan istri om Konok sudah berpulang di masa Covid melanda. Hari – hari om Konok bekerja sebagai tukang ojek dengan penghasilan yang tidak menentu, namun terkadang juga bekerja sebagai kuli bangunan untuk menambah pemasukan bila ada proyek yang akan dikerjakan selagi masih didalam kota, tapi lebih banyak bekerja sebagai tukang ojek. Dengan berkembangnya usaha online ku, tentunya aku membutuhkan orang yang bisa membantu ku dan Om Konok adalah orangnya. Lumayan lah, untuk setiap membantu ku mengantar pesanan atau COD, Om Konok selalu mendapatkan bayaran sebanyak Rp 100.000 tergantung banyak atau sedikitnya pesanan yang diantar.

Om Konok dan keluarganya memiliki keyakinan yang berbeda dengan ku dan mas Wawan, tetapi aku dan mas Wawan tidak mempermasalahkannya. Karena sampai saat ini, om Konok selalu bersikap baik kepada keluarga ku dan kami pun sering berbagi makanan untuk anak – anak Om Konok. Begitulah kira – kira latar belakang om Konok yang selalu siap membantu ku mengantar pesanan.

Melihat perjuangan om Konok terhadap keluarganya membuat rasa empati dan simpati, perjuangan harus merawat kedua anak nya dan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari sebagai single parent. Tak jarang juga om Konok harus berhutang untuk membeli kebutuhan rumah, selain itu om Konok juga merupakan orang yang rajin beribadah, terutama akhir pekan. Biasanya dari pagi sampai siang, sebagai umat yang patuh terhadap keyakinannya om Konok dan anaknya selalu menyempatkan untuk pergi beribadah dan siangnya baru kembali ngojek atau kadang mengantarkan barang COD pesanan kepada konsumen ku.

Karena kehidupannya yang mungkin bisa dibilang biasa – biasa aja, membuat ku dan mas Wawan pun sering berbagi makanan terutama untuk anak – anak om Konok ketika kami pergi makan diluar, yaahh karena sampai saat ini keluarga ku belum dikaruniai momongan tentunya besar harapan kami dengan seringnya membantu dan memperhatikan anak – anak disekitar kami dapat menjadi pertimbangan bagi Tuhan untuk mempercayakan kami mendapatkan momongan dan menjadi orang tua.

Hari – hari pun kalau aku sedang tidak ada kesibukan, aku juga sering mengajak anak – anak om Konok untuk bermain dirumah sekalian menemani ku. Bahkan Wati anaknya paling tua sering membantu ku untuk mengemas pesanan, sehingga aku tidak perlu mencari tenaga yang bisa membantu ku. Tentunya Wati tidak bekerja dengan gratis, aku kadang memberikan uang jajan kepadanya dan adiknya Andi karena mereka begitu rajin dan selalu mau membantu ku. Memandang cerianya anak – anak om Konok saat bermain dirumah ku terkadang membuat air mata ku jatuh, betapa aku sangat menginginkan rahim ku bisa menjadi tempat untuk membesarkan seorang anak yang kelak akan menemani ku.

“Tante – tante, kenapa tante Dina menangis !!.” seru anak – anak om Konok kepada ku, dengan cepat aku menghapus air mata ku dengan jari ku agar mereka tidak khawatir. “Heheheh tante tidak apa – apa kok, cuma kelilipan.” Jawab ku. “Ayok kita bereskan, udah mau sore. Kalian harus mandi kan.” Ajak ku kepada anak – anak Om Konok. Kemudian kami bertiga pun dengan cepat membereskan semua sisa plastik dan sampah – sampah yang berserakan. Sementara anak – anak Om Konok membuang sampah diluar, aku menghintung jumlah paket yang akan diantara. “Alhamdulilllah, banyak juga pesanananya.” batin ku saat melihat banyaknya paket pesanan dari pelanggan ku. Begitu lah kehidupan ku sehari – hari, setelah tidak lagi melanjutkan usaha warung ku.

Di suatu hari kamis pagi, om Konok mendapatkan kabar kalau orang tuanya sedang sakit. Mau tidak mau, om Konok harus pulang ke kampungnya. Namun karena keterbatasan biaya, om Konok memustuskan untuk berangkat naik sepeda motor yang ditemani oleh Wati. Namun sebelum berangkat, om Konok singgah kerumah ku. Hari ini juga suami ku kembali mendapatkan tugas untuk keluar kota, untung saja saat om Konok datang suami ku belum berangkat.

Konok : Selamat pagi mas Wawan dan dek Dina… (ucap om Konok, oh iya Om Konok memanggil ku dengan adek, ini tentunya sudah mendapat persetujuan dari mas Wawan melihat reaksi mas Wawan yang tidak marah ketika om Konok memanggil ku adek. Karena juga om Konok sudah seperti abang bagi ku)

Suami : Ohhh om Konok rupanya,, ada apa yaa om datang pagi - pagi ?? (balas suami ku, saat melihat kedangan om Konok)

Konok : Gini mas, saya kan dapat kabar mendadak disuruh pulang kampung. Karena orang tua saya sakit.. Jadi…. Kedantangan sayaaaa….. (ucap Om Konok terbata – bata)

Suami : Kenapa om… bilang ajaa.. (ujar suami ku lagi)

Konok : Maaf mas sebelumnya, kalau boleh saya pinjam uang mas untuk ongkos.. (jawab om Konok sambil menundukkan wajahnya, mungkin karena segan dan malu)

Suami : Yaa ampun om,, bilang aja.. kalau saya bisa bantu pasti saya bantuk kok .. (ujar suami ku yang diikuti dengan senyuman di wajah om Konok)

Konok : Beneran mas… terima kasih yaa mass…..

Suami : Memangnya om Konok mau pinjam berapa ?? (tanya suami ku kepadanya)

Konok : Kalau boleh saya pinjam 500ribu dulu aja mas, tapi nanti saya ganti kok.. atau potong saat saya bantuin anter paket dek Dina aja mas..

Suami : Udah Om santai aja,, sebentar yaa.. (suami ku pun mengeluarkan dompet dari tasnya, kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu). Ini Om, cukup atau kurang… (tanya suami ku sambil menyerahkan uang kepada Om Konok)

Konok : Waduh banyak bener mas, saya kan pinjam 500ribu bukan 1juta. (jawabnya saat menerima uang dari suami ku)

Suami : Pegang aja Om, mana tau nanti ada perlu dijalan buat jaga - jaga… (jawab suami ku kembali)

Dina : Iya Om, pegang aja uangnya… (jawab ku ikut campur)

Konok : Waduh … saya merepotkan mas Wawan dan dek Dina… Terima kasih yaa.. (Jawabnya dengan senyum)

Suami : Udah Om gak papa kok, selagi saya bisa bantu ya saya bantu.. lagian om juga sering bantuin istri saya kan.. (ujar suami ku kepada om Konok)

Konok : Tapi mas, ada satu lagi yang saya mau minta tolong… tapi ini kalau mas dan dek Dina gak keberatan…

Dina : Kenapa tu Om ?? (tanya ku)

Konok : Gini dek, om kan sama Wati pulangnya naik motor.. Nah rencananya om mau nitip Andi disini beberapa hari.. Tapi kalau gak bisa, ya terpaksa cari travel.. (ucapnya kepada kami)

Suami : Gimana sayang, sayang mau jagain Andi gak ?? (Tanya mas Wawan kepada ku)

Dina : Aku sih mau – mau aja mas, toh kalau ada Andi dirumah jadi aku ada temennya.. Lagian mas kan mau pergi juga.. itupun kalau mas bolehin Andi nemanin Mamah.. (jawab ku lagi)

Suami : Kalau mas boleh – boleh aja, yang penting kamunya gak keberatan… (balas mas Wawan kembali)

Dina : Gak kok mas, soalnya aku lagi gak buka pesanan… karena banyak barang yang susah dicari… (jawab ku kembali menandakan setuju untuk menjaga Andi selama om Konok pulang kampung)

Suami : Ya udah kalau gitu, ya udah Om istri saya mau kok jagain Andi.. (jawab suami ku kepada Om Konok)

Konok : Terima kasih ya mas Wawan dan dek Dina…

Kemudian Om Konok dan kedua anaknya pun pulang untuk bersiap – siap, sementara aku membantu mas Wawan manaikan kopernya kedalam mobil jemputan. “Mas berangkat dulu ya sayang, jaga diri dirumah kalau ada apa – apa kabarin mas ya” ucap suami ku sambil mengecup keningku lalu masuk kedalam mobil. Sambil menurunkan jendela, suami ku pun melambaikan tangannya. Sungguh beruntungnya aku, bisa dinikahi oleh seorang laki – laki yang baik dan juga manis. “Maafkan aku ya mas, kalau aku pernah berbuat salah dan dosa kepada kamu. Maafkan juga karena aku belum bisa memberikan keturunan.” Bantin ku sambil melihat keberangkatan mas Wawan. Setelah jauh, aku pun memutuskan masuk kedalam rumah untuk membereskan meja sisa sarapan. Namun tiba – tiba saat hendak masuk, Om Konok pun tiba didepan rumah.

Konok : Maaf ya dek Dina, udah mau jagain Andi. Jadi merepotkan.. (ujarnya kepada ku)

Dina : Gak papa kok om, lagian dengan adanya Andi. Dina jadi punya temen dirumah.. (Sahut ku lagi sambil memegang pundak Andi yang sudah berada disamping ku)

Konok : Makasih ya dek, kalau gitu om sama Wati berangkat dulu yaa.. Andi, bapak sama kakak berangkat dulu yaa.. Kamu jangan jahat dan merepotkan tante Dina.. (ujar om Konok mengingatkan Andi)

Andi : Iyah Pak… (jawab Andi)

Kemudian Om Konok pun menghidupkan motornya dan berangkat, aku pun mengajak Andi masuk kedalam rumah untuk sarapan sambil menonton film kartun. Andi akan dirumah ku sampai minggu, untunglah dengan adanya Andi setidaknya aku memiliki orang yang bisa menemani ku dirumah selama mas Wawan diluar kota.

Dina : Andi kok gak sekolah ?? (tanya ku kepada Andi yang sibuk menonton kartun)

Andi : Sekolah lagi libur tante, sampai 2 minggu lagi. (jawab Andi dengan polosnya, karena saat ini Andi juga duduk dikelas 5 SD dan juga sudah berumur 12 tahun.)

Dina : Oohhh udah masuk musim liburan ya Andi, gimana nilai lapornya ?? (tanya ku lagi kepada Andi sambil membereskan meja makan, sedangkan Andi duduk dimejas makan sambil menyantap cemilan yang aku sediakan)

Andi : Bagus dong tante Dina, tapi Andi gak dapat juara. Karena ada yang lebih pintar dari Andi. (Jawabnya, yang membuat ku tesenyum dengan kepolosan Andi)

Dina : Hahahaha, wajar itu Andi.. Tante juga dulu seperti itu, yang penting Andi rajin belajar jangan malas ya.. (ujar ku lagi menasehati Andi untuk lebih giat belajar)

Andi : Iya tante, Andi selalu belajar dengan baik kok.. Soalnya Andi punya cita – cita mau jadi Tentara.. biar bisa jagain bapak dan tante Dina…

Dina : Loh kok jagain tante Dina,, kenapa ?

Andi : Karena tante Dina udah baik sama Andi dan kak Wati. (Ucapnya dengan polos yang membuat ku tersenyum saat mendengarnya)

“Dasar anak – anak” ujar ku didalam hati sambil menggelengkan kepala, tak terasa hari pun semakin sore karena menunjukkan pukul 15.WIB. Rencananya hari ini aku membeli beberapa keperluan dapur yang sudah menipis seperti beras, minyak dan lain – lain. Sambil melihat ponsel ku, aku melihat kalau di Mall sedang ada promo untuk bahan – bahan dapur. Tanpa berpikir panjang, aku pun memutuskan untuk berbelanja di Mall saja selagi ada promosi.

Dina : Andi….. (Panggil ku kepadanya yang sedang menonton film, sambil aku berjalan mendekatinya)

Andi : Iyaa tante, kenapa ??

Dina : Andi mau ikut tante ke mall gak, tante mau beli bahan – bahan didapur.. (ajak ku kepadanya)

Andi : Beneran tante, Andi mau tante.. (jawabnya kesenangan dengan senyum suminggrah di wajahnya. Bagi anak kecil apalagi seusia Andi, tentu saja ke mall merupakan hal yang membuatnya senang.)

Pukul 15.30 WIB kami bersiap berangkat menggunakan taksi online, karena nanti pasti banyak barang bawaan. Pukul 17.30 WIB kami pun sampai lagi dirumah dengan banyaknya barang bawaan yang dibeli sebagai stok, selain itu aku juga membelikan beberapa makanan ringan untuk Andi. Selesai meletakkan barang di dapur, aku mencium aroma badan ku yang asem. “Hmmpppp, aku mandi dulu ah.. udah mau magrib juga” batin ku didalam hati. Saat aku hendak berjalan ke kamar untuk mandi, aku melihat Andi yang masih sibuk dengan tontonannya, kemudian aku mendekatinya.

Dina : Andi gak mandi ?? (tanya ku kepadanya, yang membuatnya terkejut dengan keberadaan ku)

Andi : Eeehhh tante Dina, iyaa tante… Andi bingung mau mandi dimana ?? (Kalimat Andi saat menjawab pertanyaan ku. “Hhummpppp, gimana kalau Andi aku ajak Mandi bareng aja, lagian kan dirumah juga gak ada orang.. Tapi,, ??? aahhh mana mungkin Andi akan berbuat macam – macam.” Batin ku didalam hati.)

Dina : Yaa udah, mandi bareng tante aja yuk.. udah mau magrib. (ajak ku sambil menarik tangan Andi. Andi pun hanya mengangguk dan mengikuti ku kedalam kamar untuk mandi.)

Sesampainya dikamar, aku pun langsung mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Saat masuk, aku melihat Andi yang berdiri mematung kebingungan.

Dina : Kenapa belum mandi Andi ?? (tanya ku saat melihatnya kebingungan. Mungkin Andi segan, karena tidak pernah mandi bareng wanita secantik aku dengan berpikiran narsis)

Andi : Iyaa tante, tapi Andi malu.. (ujarnya menjawab pertanyaan ku)

Dina : Astaga, kenapa mesti harus malu Andi.. Lagian Andi malu sama siapa ??

Andi : Malu sama tante.. (jawabnya sambil menundukkan kepala, karena merasa malu kalau harus mandi berdua dengan ku)

Dina : Hihihih kamu yaaa,, (aku pun mendekati Andi), gpp kok Andi.. ya udah sini Tante bantuin buka bajunya yaa)

Aku pun mulai menanggalkan pakaian Andi dimulai dari kaos yang dia gunakan, kemudian celana hingga sesuatu membuat ku terkejut. Ketika aku membantu melepaskan kolornya, terlihat sebuah penis kecil yang masih tertutup belum disunat. Seingat ku kalau keponakan ku yang seusia Andi rata – rata semua sudah pada sunat. Tentunya melihat penis Andi yang tidak disunat sangat lucu dengan kulup yang menutupi ujung penisnya. “Lucu banget yaa kalau penis tidak disunat hihihihi.” Batin ku.

Dina : Andi, kamu belum disunat ya… (tanya ku kepadanya yang masih malu – malu memandang ku)

Andi : Kata bapak, Andi gak papa kalau gak disunat. Soalnya Andi pernah tanya, karena teman – teman Andi sudah pada disunat. (kata Andi malu – malu saat menjawab pertanyaan ku)

Dina : Ohhh begitu yaaa… (balas ku kembali)

Andi : Burungnya bapak Andi, belum disunat juga tante.. (ucap Andi kembali yang membuat ku kembali terkejut dengan perkataanya)

Dina : Haaaaa… masakkk.. (teriak ku yang terkejut, sambi menutup mulut ku dengan telapak tangan ku untuk meredam suara ku)

Andi : Kenapa tante terkejut… (tanya Andi saat melihat ku terkejut dengan perkataannya)

Dina : Hehehe gak papa kok Andi, tante terkejut ajaa.. Ya udah mandi sana.. (ujar ku sambil membuka keran Shower dikamar yang membuat Andi girang lalu dengan cepat Andi pun berada dibawah shower sambil menggosok badannya menggunakan sabun dengan girang. Sedangkan aku pun mulai menanggalkan pakaian ku satu – satu hingga menyisakan celana dalam untuk menutupi vagina ku)

Aku pun langsung bergabung dibawah shower dengan Andi yang masih sibuk menyabuni badannya karena belum menyadari kehadiran ku saking senangnya bermain dibawah shower. Saat Andi berbalik, terlihat diwajahnya rasa takjub yang langsung memerah saat melihat tubuh telanjang ku walaupun saat ini masih menggunakan celana dalam ku yang berwarna biru muda.

Dina : Andi kenapa ? (sahut ku kembali menyadarkan kebengongan Andi)

Andi : Tante kok telanjang…. (jawabnya kembali)

Dina : Lohh,,, kan tante mau mandi juga.. masak tante mandi pakai baju sih Andi.. (balas ku kembali sambil mencubit hidungnya).. Kenapa badan tante bagus yaaa… (ucap ku lagi sedikit narsis.)

Andi : Iyaaaa tante, badan tante langsing dan susunya gedek… (ucap Andi yang membuat ku takjub, kok bisa anak sekecil Andi sudah bisa menilai bentuk tubuh)

Dina : Iiiihhhh kamu yaaaa… udah mandi sana lagi.. tante juga mau mandi soalnya udah mau magrib.. (jawab ku kembali, untuk memecahkan lamunan Andi yang langsung diresponnya dengan kembali mandi.)

Baru kali ini aku mandi ditemanin oleh bocah yang sedang kesenangan saat bermain air, namun beberapa kali sengaja atau tidak sengaja Andi sering menyenggol payudara ku yang terkadang membuat ku terkejut. Acara mandi pun selesai setelah hampir 30 menit lebih bermain air, aku dan Andi pun mulai mengambil handuk untuk mengeringkan badan kami. Kemudian aku melilitkan handuk dibadan ku baru mulai menanggalkan celana dalam ku, lalu kami bergegas keluar. Aku dan Andi mulai menggunakan pakaian kemudian Andi keluar kamar dan aku melanjutkan kegiatan ibadah ku.

Selesai ibadah aku pun keluar kamar dan melihat Andi didepan TV, “Ayok Andi kita makan dulu” ajak ku. Kami pun makan ayam bakar yang kami beli tadi di mall, terlihat Andi makan dengan lahapnya yang membuatnya sampai tersedak “Andi pelan – pelan aja makannya, sampai tersedak kan”.

Andi : Habis enak banget ayamnya tante.. Andi suka.. hehehehe (jawabnya sambil kembali menikmati makanan dengan lahap.)

Tak terasa malam pun menjelang, karena sedari tadi selesai makan aku langsung teleponan sama mas Wawan sedangkan Andi masih sibuk menonton televisi. Pukul 22.15 WIB tak terasa begitu cepat. Setelah menutup telepon suami ku, tiba – tiba Andi mengetuk pintu kamar ku sambil menjulurkan kepalanya.

Andi : Tantee..

Dina : Iyaa, kenapa Andi…

Andi : Andi mau tanya, Andi tidur dimana yaaa… (tanyanya dengan polos. Mendengar pertanyaannya tentang tidur dimana membuat ku tersenyum)

Dina : Disini aja, Andi temenin tante yaaa.. Sini… (ajak ku sambil melambaikan tangan)

Kemudian Andi mendekati ku, lalu aku pun mengajak Andi untuk rebahan disamping ku. Lampu kamar pun aku ubah menjadi lampu tidur, kemudian suhu AC aku setel karena Andi merasa kedinginan karena Andi melingkarkan tubuhnya didalam selimut.

Dina : Andi kenapa kamu ?? (tanya ku kembali)

Andi : Dingin tante… (jawabnya dengan sedikit menggigil)

Dina : Hihihi, sini peluk tante.. (kemudian Andi pun mendekatkan badannya yang langsung wajahnya ku dekap di dada ku sambil memeluknya)

Dalam dekapan ku, aku bisa merasaskan kepala Andi bergesakan di Payudara ku. Selain itu aku juga merasakan deru nafasnya menyetuh kulit payudara ku yang masih tertutup kaos. Namun berbeda dengan Andi, karena saat aku melihatnya Andi terlihat sedih hingga beberapa air matanya jatuh.

Dina : Andi kamu kenapa,, kamu nangis yaa ?? (tanya ku kepadanya)

Andi : Andi kangen mamak tante.. hikss… hikkss… (suara tangisan Andi)

Dina : Sini – sini peluk tante yaaa. Anggap aja tante mamak kamu yaa.. (ucap ku sambil membelai kepalanya yang membuat Andi merasa nyaman untuk menghilangkan tangisannya)

Andi : be.. beeneraan… taan.. hikkss.. hikkss.. tanteee.. (tanyaa Andi)

Dina : Beneran sayang, aku pun kembali memeluk dan mendekap wajah Andi di dada ku. (Andi pun merespon dengan mengerakan kepalanya di Payudara ku kembali yang menimbulkan sensasi aneh dalam diri ku. Aku bisa merasakan kalau saat ini Andi seperti seorang bayi yang sedang mencari puting susu ibunya. Gerakan – gerakan kepala Andi serta deru nafasnya membuat pikiran ku kembali menerawang, hingga tanpa sadar nafsu mulai memancing birahi tubuh ku)

Dina : Andi mau nyusu sama tante.. tapi susu tante belum ada airnya.. (ucap ku tanpa sadar)

Andi : Emangnya boleh tante.. (ucap Andi kembali)

Dina : sebentar yaa tante angkat baju dulu.. (jawab ku lagi)

Aku pun mulai menyingkap kaos sekalian mengangkat cup BH ku sehingga daging kenyal dengan putting kecoklatan pun keluar dihadapan seorang bocah yang masih polos. Aku yang berbaring menyamping kekanan sehingga membuat payudara kanan ku dibawah sedangkan yang kiri diatas. Aku pun langsung menyodorkan puting susu sebelah kanan ku kearah Andi yang langsung membuka dan menyedotnya. Karena aku bukan seorang ibu tentunya belum memiliki ASI, sehingga Andi yang mengenyot susu ku pun hanya untuk menikmati suasananya. Selain itu, tanpa sadar tangan Andi pun bermain di puting susu ku sebelah kiri sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa. “Hmmmpppp…mmmppphhhhh.. ummmphhh..” desahku yang tertahan. Aku bisa merasakan selain kenyotan, sesekali Andi juga menggigit kecil puting susu ku membuat ku sampai merem melek menikmati sensasi baru dalam hidup ku yang sedang menyusui seorang anak yang bukan anak ku. Aku pun berusaha dengan keras menahan desahan kenikmatan yang rasanya ingin ku keluarkan. Andi pun pelan – pelan mulai terlelap tapi tetap mulut dan tanggan tak henti – henti bermain di payudara ku. Karena gemesnya, aku pun sampai mendekap kepala Andi karena tidak ingin melawat kenikmatan lain yang ingin ku rasakan, sambil tangan ku membelai rambutnya untuk menambah rasa nyaman bagi Andi.

Mungkin Andi adalah pria lain selain suami ku yang berhasil menikmati puting susu ku, walaupun aku pernah berselingkuh dengan pak Yanto tapi sampai hari terakhir kami bercinta pun pak Yanto tidak pernah melumat puting susu ku. Karena pak Yanto hanya meremas nya saja disaat bercinta dengan ku. Setiap emutan mulut kecil Andi membuat semakin berdesis “Sssssttttt…. Ssstttttt” desah yang ku tahan. Aku pun memandang Andi yang perlahan mulai terlelap sambil menyusu, aku pun ikut membelai rambutnya untuk memberikan kenyamanan karena tadi Andi sempat berkata rindu dengan mamaknya.

Andi pun dengan semangatnya mengenyot puting susu ku sebelah kanan dengan mulut kecilnya sambil memainkan payudara ku yang sebelah kiri dengan mata tertutup, karena saat ini aku dalam posisi berbaring menyamping ke kanan yang membuat payudara kanan ku dibawah dan yang kiri diatas. Sambil memandang Andi, aku pun membelai kepalanya sambil menyayikan lagu anak kecil. Dari wajah Andi pun terlihat gembira, mungkin Andi merindukan mamaknya yang sudah lama pergi. Namun apa yang aku lakukan kepada Andi membuat ku seperti menjadi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya.

Setelah melihat penis kecil nya Andi yang belum disunat saat mandi bersama tadi sore membuat ku penasaran, ntah apa yang ku rasakan saat ini seperti ada bisikan – bisikan yang meminta ku untuk merasakan bagaimana rasanya kontol – kontol lain didalam hidup ku yang membuat ku menjadi melamun memikirkan kontol om Konok. “Apa mungkin kontol Om Konok belum disunat juga seperti kata Andi.” Batin ku yang pensaran disela lamunan yang sedang menyusui Andi pelan – pelan mulai tertidur. “Apa kontolnya juga sebesar punya pak Yanto yaa.. hummpppp.” Gumam ku kembali yang mulai tidak fokus dan terbayang – bayang bisa menikmati kontol besar lainnya sambil menikmatai setiap hisapan mulut Andi di puting susu ku.

Selama ini, hanya mas Wawan yang pernah menghisap payudara ku, walaupun aku pernah berselingkuh hingga bercinta dengan pak Yanto. Tapi belum pernah sekali pun pak Yanto menyusu di payudara ku, hanya pernah meremas dari luar baju ku. Sekarang seorang bocah kecil yang masih polos sedang mengemut puting susu ku yang belum mengeluarkan ASI dengan rakusnya sampai tertidur pulas.

Sungguh sensasi yang luar biasa, yang membuat ku tidak paham kenapa bisa memiliki nafsu yang besar didalam diri ku selama ini. Dalam lamunan ku aku mulai terbawa hayalan kalau saat ini yang sedang menyusu adalah om Konok. Aku mulai bisa membayangkan bagaimana ganasnya om Konok sedang melumat dan menyedot puting susu ku sambil terkadang menggigit kecil sehingga membuat nafas ku menjadi berat. Dalam lamunan kenikmatan, mulai terbayang sebuah kontol yang belum bersunat berada dihadapan ku. “Apakah kontol yang tidak bersunat memiliki rasa yang lebih nikmat.” Batin ku yang mulai terpancing dengan nafsu.

Setelah Andi tertidur dengan lelapnya, aku menarik lepas puting susu ku dari mulutnya. Aku yang sudah kalut dengan nafsu pun langsung dengan buru – buru kekamar mandi. Sesampainya dikamar mandi aku pun langsung membuka seluruh pakaian ku mulai dari kaos, celana, BH hingga celana dalam ku. Lalu aku menghidupkan kran air untuk menyamarkan suara dari kamar mandi takut – takut kalau Andi terbangun. “Astaghfirullah… Kenapa sih aku ini ? Aku ngerasa kayak gak ada harga dirinya lagi, kenapa aku mulai mudah terbawa nafsu” batin ku didalam hati sambil duduk menyandar di dinding kamar mandi ku sambil mulai memainkan payudara ku. Aku yang sudah bertelanjang bulat pun didalam kamar mandi mulai meremas – remas kedua payudara ku. Sambil membayang kalau saat ini om Konok lah yang sedang memainkan tangannya untuk meremas payudara ku. “Aaahhh.. Oouugghhh.. Oooommmm.. teruss…. Aaahhh… aachhh…” desah ku menikmati setiap remasan pada payudara ku.

“Ini semua gara – gara pak Yanto setan” umpat ku didalam hati dengan sedikit kasar. “Gara – gara pak Yanto aaaaahh… aaahhh.. aachhh… aku semakin sering bermasturbasi untuk melepaskan nafsu ku” banti ku lagi sambil mendesah. “Pak Yanto kenapa kau buat aku seperti ini, kenapa aku malah menginginkan orang lain memuaskan ku, bahkan kenapa mas Wawan tidak seperti mereka.. aaaaaahhh… aaaacccchhh…. Ooouhhhh…” desah ku yang tanpa sadar kini tangan ku bergerak sendiri menuju memek ku yang sudah basah karena hisapan Andi pada payudara ku.

“Om Konokk” panggil ku yang sudah berada didalam nafsu. “Aaahhhh oommmmm… Aaahhhhh… Aaahhhhh” desah ku saat membayangkan om Konok dibawah sana sedang menjilati vaginanya yang sudah sangat basah. Sungguh rasanya sudah tidak kuat lagi. Aku yang sudah tak kuat menahan birahi yang semakin menguasai. Kenapa hanya dengan membayang wajah om Konok membuat ku semakin terangsang yang semakin membuat ku merasa bergairah ?. Namun kenikmatan yang aku dapatkan saat bermasturbasi rasanya benar – benar berbeda. Rasanya sangat nikmat. Bahkan lebih nikmat saat bermasturbasi dari pada saat bercinta dengan mas Wawan.

Jari kiri ku pun mulai menggesek bibir memek ku yang sudah mulai licin karena cairan cinta yang sedari tadi tidak bisa lagi ditahan. Sesekali jari ku pun menekan klitoris ku yang membuat pikiran ku semakin melayang dalam hayalan nafsu yang semakin mendorong jari tengah ku untuk mulai masuk kedalam liang memek ku. Terdengar seperti suara ciptratan air, saat aku semakin kencang mengobok liang memek ku sampai – sampai membuat mulut ku ternganga serta mata ku merem melek saat membayang wajah om Konok sedang menjilati memek ku.

“Aaahhhh… Aaaahhhh… Aaahhhh ooommmm … Aaahhhh” desah ku yang lagi – lagi membayangkan sosok om Konok. Ditambah lagi jemari kanan k uterus meremas payudara ku dengan puting yang mengeras. Rasanya sungguh semakin nikmat. Apalagi saat payudara ku membesar seiring nafsu birahinya yang semakin bergetar. “Ooouuhhhh oooommmm… aku gak kuat lagi om… aku ingin bebas dari nafsu… “ ucap ku lagi – lagi.

Dikamar mandi dan bertelanjang bulat aku duduk menyandar di dinding kemar mandi sambil mengangkangkan kaki selebar mungkin. Bermasturbasi dalam keadaan telanjang bulat memberikan rasa yang sungguh nikmat, ditambah lagi tangan ku mulai memilin puting susu ku sendiri dan sesekali mencengkram bulatan payudara ku sekuat – kuatnya seiring dengan kenikmatan yang semakin dahsyat saat jari tangan ku satu lagi bermain diliang memek ku.

“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhhhhh” desah ku yang membuat tangan satunya semakin mengocok liang memeknya dengan cepat. Maju mundur maju mundur maju mundur. Terdengar suara cipratan yang menggetarkan nafsu birahi ku, yang semakin hanyut dalam buaian nafsu. Aku pun menekan klitoris dengan jari ku yang sampai membuat pinggulku bergoyang saat merasakan kenikmatan yang tak dapat bisa ku jelaskan. Saking nikmatnya membuat mata ku merem melek.

Aku pun semakin cepat mengobel – ngobel liang memek ku, yang sudah semakin basah dibanjiri cairan cinta yang sudah menggenang. Ditambahlagi remasan tangan ku lainnya pada payudara ku menambah rasa nikmat yang semakin lama semakin ingin ku dapatkan.

“Aaaahhhh… Aahhhhh… Aku gak kuat lagiiii… Aku mau keluaarr… Akuuu mau kelluuaarrr” desah ku yang semakin teracuni oleh pikiran dan khayalan kotor yang semakin terbawa ku didalam nafsu. Aku pun kembali mencolok liang memek ku untuk merangsang sambil membuka lebar kaki ku untuk menikmati semua fantasi ku yang ingin disetubuhi kontol besar untuk memuaskan dan melampiaskan birahi ku yang semakin tidak bisa lagi ku tahan. Keluar masuknya jari ku di dalam liang memek ku menimbulkan rasa yang semakin nikmat seolah – olah sebuah kontol besar yang sedang mengobok dan menyodok memek ku.

“Aaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh ommmm … Aaahhhhhh” suara desahan ku yang semakin kuat dan tersamar oleh cucuran air kran. Colokan pada liang memek ku semakin membuat badan ku merinding, karena rasa nikmat yang tidak bisa lagi terjelaskan sampai membuat pinggul ku terangkat sendirinya untuk mendorong semakin cepatnya kocokan pada liang memek ku. “Aaahhhh akuu mauu keluaarr… Aku mau keluuaar… Aku mauuu… Aaahhhhhhh” desah ku yang tak kuat lagi saat gelombang orgasme datang mendekati lubang kencing ku. Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt… cairan bening seperti pipis keluar dengan derasnya menandakan klimaks ku yang sudah tercapai. “Aaaaaahhhhhhhh” desahan ku dengan sangat manja dengan deru nafas berat menikmat nikmatnya orgasme yang membuar pikiran ku tenang setelah terpuaskan nya nafsu didalam diriku.

Cairan cinta keluar dengan deras menyembur membasahi lantai kamar mandi ku. Membuat tubuh ramping kelojotan dengan nafas yang ngos – ngosan tak karuan. Mata ku pun memejam merasakan kenikmatan. Rasanya sungguh sangat puas setelah bermasturbasi sambil membayangkan sosok om Konok sedang menikmati tubuh ku.

“Haahhh… Hahh… Haahhh… Nikmat banget… Hah… Puas banget rasanyaaa” desah ku saat pantat ku kembali menyentuh lantai kemar mandi ku. Berulang kali kaki ku membuka – menutup tuk menikmati sisa – sisa orgasmenya, serta mata ku pun merem melek untuk meresapi rasa nikmat yang seakan – akan mulai hilang.

Selesainya rasa puas setelah bermasturbasi lalu mulai bertanya dengan dirinya sendiri “Siapa sebenarnya aku ini ?” Lirih ku merasa malu. “Maasss… Maaassss… Maafkan istrimu yang sudah kehilangan harga dirinya” Lirih ku sambil menangis dalam keadaan telanjang bulat di dalam kamar mandi ku sambil diguyur air shower yang turun membasahi tubuh ku. Pelan – pelan aku bangkit untuk membersihkan tubuh ku dan rasa penyelesalan ku. Lalu aku keluar dari kamar mandi dengan semua beban yang hilang baik nafsu maupun rasa penyesalan. Saat aku kembali naik ke ranjang ku, aku melirik Andi yang masih tertidur dengan pulasnya. Tergambar senyum polos dari wajahnya yang membuat ku juga ikut tersenyum, sambil menutup tubuh ku dan Andi dengan selimut lalu tertidur dengan perasaan dan pikiran yang ringan. Tentunya selama Andi menginap dirumah ku, setiap malam Andi ku berikan kesempatan untuk menyusu di payudara ku hingga di hari minggu malam Andi dijemput oleh om Konok Bapaknya.



POV OM KONOK


Hari ini adalah hari minggu, dimana aku akan kembali ke kota setelah 3 hari berada dikampung melihat kondisi orang tua ku. Hari ini aku kembali sendirian, karen wati masih ingin dikampung untuk menghabiskan liburannya. Pukul 14.30 WIB aku pun berangkat dari kampung, agar sampai di kota tidak terlalu malam. Sampai di kota waktu sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB, aku pun langsung memacu motor Jupiter Z ku menujur kediaman Wawan dan Dina untuk menjemput Andi karena sudah 3 malam nginap disana Sesampainya di depan rumah Wawan dan Dina, aku pun memarkirkan motor ku dan langsung menurunkan oleh – oleh yang sudah ku siapkan yaitu buah – buahan pisang dan rambutan serta mangga yang sudah dimasukkan dialam karung.

“Tok …. Tokk…. Tokkk..” ketukan tangan ku pada pintu, setelah menunggu beberapa saat keluar lah kepala Dina dengan senyum manis di wajahnya “Eeeehhh,, om Konok.. kapan sampainyaa…” sapa Dina kepada ku. “Andi…. Bapak kamu sudah pulang” Teriaknya memanggil Andi.

Andi : Bapak……. (teriak Andi yang berlari ke arah ku dan memeluk ku)

Aku pun juga memeluk Andi untuk melampiaskan rasa rindu, karena selama ini aku tidak pernah meninggalkan Andi setelah kepergian mamaknya.

Andi : Kakak, diamana pak ? (Tanya Andi, kepad ku yang berdiri didepan pintu rumah dek Dina)

Konok : Kakak, tinggal di kampung. Kan lagi libur, jadi kakak tinggal dikampung merawat opung mu. (balas ku kembali), Terima kasih ya dek, udah mau jagain anak maOm.. Ayok Andi, kita pulang.. udah malam.. (aku pun mengajak Andi untuk pulang kerumah kontrakan kami yang letaknya dibelakang rumah dek Dina)

Dina : Gak papa kok Om, Dina malahan senang.. Karena ada yang nemanin dirumah.. (jawab Dina saat aku mengucapkan terima kasih karena sudah mau dititipkan Andi saat aku pulang kampung)

Konok : Oh iya dek, ini sidikit oleh dari kampung om.. Cuma buah sih.. hehehe (ucapku sambil menyerahan karung berisikan oleh – oleh)

Dina : Waahh, merepotkan sekali om.. Kan gak perlu repot – repot om.. (jawab Dina kepada ku)

Konok : Tidak apa – apa kok dek, Cuma oleh – oleh aja..

Dina : Terima kasih yaa om,, oh iya gimana kabar orang tua om.. (tanya Dina kembali kepada ku)

Konok : Iya sama – sama dek, om yang harusnya berterima kasih karena adek udah mau jagain Andi.. orang tua om baik – baik aja kok, namanya juga orang tua dek. (balas ku kembali)

Andi : Pak ayo kita pulang.. (tiba – tiba Andi mengajak ku pulang setelah mengemasi baju – bajunya)

Konok : Iyaa ayokk nak, tapi bilang makasih dulu sama tante Dina (perintah ku kepada Andi)

Andi : Terima kasih ya tante Dina yang baik.. (ucap Andi yang membuat wajah Dina memerah)

Dina : Hehehe, iyaa Andi.. kapan – kapan nginap sini lagi yaa (ujar Dina kembali)

Kemudian aku pun berpamitan dan mengajak Andi naik ke motor ku untuk pulang kerumah. Sesampainya dirumah aku pun merapikan barang bawaan ku. Karena kelelahan, sesampainya dirumah aku pun langsung merebahkan tubuh ku dikasur lusuh, sementara Andi tidur disebelah ku. Aku merasa sangat capek karena harus menempu perjalanan selama 4 jam lebih, karena jalanan padat dan macet serta panas.

Andi : Huummmm,, gak enak tidur sama bapak.. (celetuk anak ku yang sedang rebahan disamping ku)

Konok : Lah, kenapa memangnya. Biasanya kau tidur disamping bapak jug..

Andi : Enakan tidur sama tante Dina, wangi hehe.. kalau bapak bauk asam.. (ucap Andi kepada ku)

Konok : Kau ini kecil – kecil udah tau yang wangi – wangi aja.. (jawan ku sambil menjewer telinga Andi).. Ya udah sana tidur sendiri.. (ujar ku kembali)

Andi : Hehehe maaf pak… yaa memang gitu.. enakan sama tante Dina tidur..

Konok : Memangya apa yang buat enak anak tengil.. (ucap ku kepada Andi)

Andi : Enak pak, tante Dina baik orangnya.. Andi aja boleh nenen sama tante Dina..

Konok : Apaaa… kau nenen sama tante Dina.. meOmnya kau nenen dimana ?? (Tanya ku penasaran dengan ucapan anak ku ini)

Andi : Nenen di susunya tante Dina…

“Apaaaaa…” batin ku terkejut, ternya anak ku pernah menghisap susunya dek Dina. “Beruntung sekali kau nak, selama ini bapak hanya merasakan gundukan daging kenyal saat berboncengan dengan dek Dina. Sementara kau malah sudah nenen dengannya.” Suara hati ku. Aku pun terus mengorek informasi kenapa bisa dek Dina mau menyusui Andi.

Konok : Kok kau bisa pulak nyusu sama tante Dina. (tanya ku kembali kepada anak ku yang rupanya mewariskan sifat mesum bapaknya)

Andi : Ya malam tu, Andi gak bisa tidur pak. Andi kangen Mamak, terus Andi dipeluk tante Dina.

Konok : Teruss apa lagii…. (aku semakin tertarik mendengar cerita anak ku ini)

Andi : Ya Andi nangis pak, Andi kangen mamak. Terus tante Dina nawarin Andi mau nenen sama tante gak, anggap aja tante mamak kamu.

Tentunya mendengar cerita Andi, membuat kontolnya berdiri. Bagaimana tidak, selama ini aku hanya bisa membayangkan betapa molek dan seksinya tubuh istri Wawan itu yang sampai saat ini menjadi bahan colian ku. Namun malah anak ku duluan yang mengembat susunya duluan, yang membuat ada rasa cemburu dan ingin rasanya aku yang berganti menjadi Andi. Membayangkan cerita Andi anak ku yang selama tidur sama dek Dina selalu diberikan kesempatan untuk menyusu di payudaranya yang membuat ku semakin tidak bisa mengendalikan nafsu dan ingin segera ku betot kontol ku ini karena terasa sangat begitu gatal ingin dikocok. Namun karena Andi belum tidur, jadi aku harus menahan sampai anak ku tertidur baru aku bisa coli dikamar mandi.

Andi : Pakk.. Kenapa Andi tidak disunat yaa.. (tanya Andi kepada ku yang sejenak menghentikan lamunan joroknya tentang dek Dina)

Konok : Karena, dalam keyakinan kita. Tidak di wajibkan untuk sunat nak.. (jawab ku menjelaskan kepada Andi tentang sunat.), dari mana kau tau tentang sunat ?? (tanya ku kembali)

Andi : Dari tante Dina, waktu Andi sama tante Dina mandi bersama. Tante Dina tanya ke Andi pak… “Kok Andi tidak sunat”, terus Andi jawab “Berarti bapak Andi tidak disunat juga dong, karena Andi pernah liat burung bapak sama kayak burung Andi tante ada tutupnya.” Aku bilang gitu sama tante Dina. (ujar Andi saat kembali menjelaskan.)

“Dasar anak bodoh” bentak ku dalam hati, kenapa juga Andi harus menceritakan tentang kontol ku yang tidak disunat kepada dek Dina. Betapa malunya aku nanti, bila bertemu dengannya. Aku pun kembali mengorek informasi kepada Andi tentang dek Dina, tentang apa aja yang mereka lakukan saat Andi menginap dirumahnya.

Konok : Lagian kok bisa burung mu diliat sama tante Dina ? (tanya ku dengan lebih pensaran tentant apa yang telah terjadi antara anak ku Andi dan dek Dina)

Andi : Kemaren Andi diajak tante Dina mandi bareng pak .. (jawab Andi, yang membuat ku terkejut dan kembali merasa horni mendengar cerita anak ku yang pernah mandi sama dek Dina)

Konok : Apaaa.. kau mandi sama tante Dina..

Andi : Iyaa pak.. soalnya kan aku dan tante Dina pergi belanja di mall. Karena capek dan panas pas pulang, jadinya aku diajak mandi bareng sama tante Dina.

Konok : Teruss..

Andi : Yaa pas Andi telanjang, tante Dina liat burung Andi.. makanya tante Dina nanya kenapa Andi tidak sunat, gitu pak..

Konok : Terus, kau liat tante Dina telanjang juga

Andi : Gak pak, tante Dina pakai kolor .. (jawab Andi yang membuat kepala ku terasa tersambar petir dengan apa yang telah terjadi dengan Andi. Betapa beruntungnya Andi bisa melihat ketelanjangan dek Dina yang hanya bisa aku bayangkan)

Konok : Bener – bener kau ya, kenapa kau sampai mau..

Andi : Karena tante Dina baik pak, selain itu wangi dan susunya gedek.. selam nginap dirumah tante Dina, setiap malam Andi selalu nenen sebelum tidur. Hhehehe (Ucap anak ku lagi) Udah pak, Andi mau tidur.. Semoga Andi bisa ketemu mamak, Andi mau cerita kalau ada wanita baik yang sama kayak mamak.. (ucapnya dengan polos, sambil memejamkan mata)

Selesai mendengar cerita anak ku yang mesum, tentunya membuat badan ku menjadi panas dingin, menimbulkan rasa horni dalam diri ku tidak lagi bisa ku tahan. Dengan tertidur nya Andi, aku pun langsung menuju kamar mandi untuk melepaskan hajat ku. Buru – buru aku menurunkan celana ku dan langsung membetot kontol ku yang sedari tadi sudah ereksi dengan keras. “Cckckck… ckckckkc.. ckckckck…” bunyi saat tangan ku mengocok kontol ku sambil membayang dek Dina yang saat ini sedang mengocok kontol ku ini. “Aaaahhh… aaahhh… dekk Dinaa,, kapan Om bisa ngentotin kau yaa.. Ahhhh.. aaaahhh….” Desah yang keluar dari mulut ku saat menikmatan kocokan pada kontol ku. “Aaaanjjjjinggg, aaahhhhh… aahhhhhh pelacur bangsat..” Celoteh ku dengan umpatan kasar membayang bisa ngentot sama dek Dina, hingaa akhirnyaa Ccrroottss.. Ccrroottss.. Ccrroottss.. beberapa semburan sperma yang keluar dari lubang kontol ku yang muncrat dengan dahsyatnya sampai mengenai dinding kamar mandi ku, menandakan kalau hajat yang tertahan sudah keluar dan lepas yang membuat pikiran ku ringan. “Aaaahhhhhh nikmatnyaaaaa” desah ku karena sudah berhasil mengeluarkan sperma yang banyak, aku pun terduduk dilantai kamar mandi sambil membayang kan tubuh telanjang Dina yang diceritakan oleh Andi anaknya sambil menikmati sisa – sisa rasa puas yang semakin hilang. Setelah tenaga ku kembali pulih, aku pun melanjutkan membersihkan badan ku dan sisa sperma pada dinding kamar mandi, kemudian keluar kamar dan langsung merebahkan diri disamping anak ku hingga akhirnya aku terlelap.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd