Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dini : New Life

New Kind of Adventure​


namaku adalah Andini Dwi Putri

sudah tiga bulan sejak mommy dan daddy mengantar aku pulang. saat itu mereka tidak terlalu lama berada dirumahku. mommy sempat mencicipi Jono dan Yatno sebelum pulang. Mommy juga sempat bertanya tentang Roni tapi saat aku bilang kalau dia sudah di rekayasa, mommy langsung tidak tertarik.

sementara itu daddy cukup tertarik dengan kedua karyawanku yang lebih dewasa yaitu mba Muti dan mba Tina. sepertinya mereka berdua sesuai dengan selera daddy sampai daddy minta waktu khusus untuk menikmati badan mereka berdua. tentunya kami semua bisa melihat permainan daddy dan kelihatannya permainan itu seru sekali.

sedikit update tentang karyawan ku, sekarang aku sudah menaikan status Marni dari karyawan biasa menjadi teman bermain. aku suka dengan nafsu binalnya yang tidak bisa di kendalikan dan aku berencana menjadikan dia umpan permainanku dan petualanganku selanjutnya.

selain Marni, aku juga mau menjadikan Lula bahan permainanku. dia mungkin tidak menjadi umpan tapi bukan berarti dia hanya akan kerja di rumah seperti biasa. apalagi karena umur kami tidak terlalu jauh berbeda, Lula bisa menjadi bahan ku untuk berkamuflase dan berpura pura menjadi orang baik. hihi.

untuk dua karyawanku yang lain yaitu mba Muti dan mba Tina, mereka akan tetap kerja di rumah seperti biasa kecuali kalau aku membawa teman baru kerumah. dan aku memang berencana mencari teman baru.

setelah beberapa lama tinggal disini, aku merasa ingin melakukan petualangan lain lagi.

aku sudah berhasil membuang keperawananku pada orang asing yang bahkan aku tidak tau nama dan asal usulnya kala itu. sekarang aku sudah bebas bermain segs kapan saja dimana saja yang aku inginkan. secara standar masyarakat umum, bisa dibilang aku adalah perempuan murahan dan aku senang menjadi murahan. rasanya lebih bebas untuk melakukan apapun.

per hari ini, aku berencana mau mencoba hal baru yaitu mencoba serius berjualan foto dan video porno pribadiku. tentunya aku akan menjual video ku dalam format wajah yang terlihat sehingga para penonton akan merasa punya kesempatan untuk menemukanku di area publik. selain itu aku juga akan memastikan bahwa di setiap video dan fotoku, aku tidak memakai penutup badan dalam bentuk apapun. itu sudah aturan wajib.

permasalahannya adalah, aku harus mencari seorang videografer atau fotografer yang cukup baik dan mau tinggal bersamaku. aku tidak mau setiap kali sesi foto harus menunggu fotografer, akan membuang terlalu banyak waktu dan membosankan.

"saatnya mencari karyawan foto yang suka telanjang dan batangnya ngacengan!"

"Lulaaaa~ Marnii~ bantuin dong sini"

aku memanggil Lula dan Marni untuk membantuku berseluncur di sosial media dan internet. kalau dicari bertiga aku yakin sekali akan lebih mudah menemukan orang yang kubutuhkan, daripada mencari sendiri.

satu menit menunggu, aku melihat hanya Lula yang datang menghampiriku sementara Marni tidak datang sama sekali.

"Marni kemana lul?"

"lagi di luar din. dipake sama karyawan luar."

"dasar Marni murahan."

"emang kamu ngga?"

"ya aku juga si, hehe"

"gitu ngaku. haha

tapi emang Marni lebih murahan si."

"setuju."

perubahan lain yang terjadi antara aku, Lula dan Marni adalah sekarang kami sudah menjadi akrab dan lebih mudah dalam komunikasi. Lula walaupun tidak terlalu nafsuan tapi orangnya lugas dan ceplas ceplos. kadang omongannya sedikit menyakiti hati tapi lebih sering karena jujur bukan karena benci.

sementara itu, Marni sekarang sudah tidak malu lagi menunjukan sisi liar dan gila nya. terutama sejak aku melatih dan memaksa dia menahan nafsu birahinya. Marni yang sekarang bisa dengan mudah menghiraukan panggilanku, yang mana secara teknis adalah tuannya, hanya untuk merasakan nikmatnya menjadi pemuas nafsu lelaki.

aku sampai secara khusus minta ke dokter kepercayaan mommy dan daddy untuk buat Marni mandul sementara supaya dia tidak mendadak hamil. hanya saja aku agak kaget karena ternyata Marni minta dibuat jadi Mandul permanen karena dia tidak mau punya anak. dia hanya mau di pakai jadi pemuas nafsu sampai akhir hayat. bocah gila emang.

"yauda lul, bantuin cari fotografer yok."

"buat apa din?"

"aku mau bikin akun OF.

mau jualan konten foto dan video."

"oh mau bikin bokep?"

"nah! dan dijual, jangan lupakan bagian di jual."

"oh mau jadi artis bokep?

kenapa ga cari kontrak film bokep aja?"

"ah masih jauh itu.

harus membuktikan diri dulu kalau aku emang jago ngewe pas di rekam."

"ohh gitu.. yaudah kalau gitu.

terus fotografernya mau yang gimana?"

"yang bisa tinggal disini sama kita."

"keluarganya disekap juga berarti?"

"tentu!"

"oke aku coba deh cariin."

"sini bareng sama aku aja lul."

"gamau, bareng sama kamu nyarinya sambil di grepe.

aku bukan lesbi, weee!"

"hih dasar lulaaaa~"

lula segera meninggalkanku sendirian sambil memainkan handphonenya. dia benar benar membantuku tapi tidak lupa mencari celah untuk meledekku. Lula memang pernah jujur kalau dia ada dendam sama aku soal keluarganya yang jadi bahan ancaman buat dia. tapi sejak kami mulai berteman dan Lula menjadi lebih bebas, dia mulai belajar untuk menempatkan dendam dan pertamanan di dua sisi yang berbeda.

dua jam kemudian, setelah lumayan lama mencari dan masih belum mendapatkan kandidat potensial, tiba tiba Marni datang menghampiriku. wajahnya kelihatan lelah dan sebal, sementara dari muka sampai kaki terlihat berlumuran sperma. melihat Marni seperti itu membuat nafsuku bangkit, mengingatkan ku pada waktu aku sedang di dalam bilik dulu.

"dari mana aja lu Marni lonte."

"bacot din. kaya lu ngga aja."

"ya gua juga si emang."

"makanya gua bilang lu bacot."

"kenapa suntuk lu. ga puas?"

"puas si, tapi cuma sekali."

"la terus dari tadi berapa jam ngapain?"

"ga liat badan gua?"

"lah cuma jadi tempat buang peju doang?"

"bangsat emang karyawan luar."

"hahahahahaha mampus murahan si lo."

"bacot din."

"yauda ntar bantuin gua yak!"

"iya. mau mandi dulu."

Marni segera berlalu dan melangkah ke kamar mandi. aku bisa melihat Marni mulai membilas badannya dan mengusap sabun ke badannya. aku membiarkan dia mandi, dan kembali sibuk mencari fotografer.

*****

malam hari pun tiba.

aku dikamar sendirian, sibuk menonton video porno jepang yang berdurasi dua jam sambil mengocok batang Roni yang keras tegang disamping kepalaku. sesekali aku menjilati atau menghisap batangnya, dan meminta dia menggenjotku kalau aku merasa tidak tahan. tentunya aku selalu menyuruh dia untuk membuang sperma didalam kelaminku, biar enak dan siapa tau jadi. hihi

saat sedang asik menonton, tiba tiba Marni datang ke kamarku sambil membawa handphonenya. dia tampak sedang sibuk bertelefon dengan seseorang dan sepertinya akan memeberikan telefon itu padaku.

"eh, bentar ya gw tanya dulu sama orangnya."

"siapa itu mar?"

"ini orang fotografer, dari kampung gua.

dia uda lumayan karyanya, di level nasional.

cuma lagi sepi job."

"oh mau nawarin ke gua?"

"iya, tapi gua bingung gimana bilangnya kalau dia harus tinggal disini, telanjang terus keluarganya di jadiin jaminan."

"oh, gampang.

sini kasih ke gw.

dia lagi butuh duit kan ya?"

"iya butuh banget.

parah butuhnya."

"siapa namanya?"

"Dimas."

"oke sini."

Marni menyerahkan handphone nya padaku dan segera menghampiri Roni karena melihat batangnya yang masih tegang berdiri. aku tendang muka Marni dan menyuruh dia keluar, membuat Marni memberikan aku jari tengah dan mengucap kalimat 'kon*ol' tanpa suara yang tidak aku perdulikan.

"halo , dengan Dimas ya?"

"iya mba halo.

saya Dimas, tadi Marni bilang mba ada tawaran kerjaan ya?"

"ada Dim, tapi kalau kamu keterima kamu ga akan bisa keluar lagi.

siap?"

"maksudnya mba?"

"ya kalau kamu kerja sama saya, kamu kerja seumur hidup gitu."

"eh.. ini apa ngga-"

"kamu saya gaji seratus juta, setiap bulan per tanggal 1.

aturannya cuma kamu patuh sama semua permintaan dan perintah saya dan tinggal ditempat saya sesuai dengan aturan saya.

bisa kamu terima?"

"ehh.. saya boleh pikirkan dulu?"

"kalau kamu pikirkan, kesempatanmu hangus."

"eh tapi.. emmm..."

"waktu kamu satu menit.

dimulai dari sekarang."

"ehh... ehh.. aduh.. iya saya terima mba.

saya terima kerjaannya."

"bagus. kamu punya alat foto?"

"punya mba, alat saya lengkap semua."

"oke good.

besok kamu ke sini ya.

nanti Marni yang kasih alamatnya.

saya tunggu ya."

"iya mba , terima kasih."

aku kemudian memanggil Marni, yang saat ini sedang merem melek menikmati tangan Yatno diselangakangannya. dasar si Marni gampangan, liat batang tegang langsung becek.

"mar, sini dulu.

ini hape lu, gua uda selesai."

"ah ganggun lo din.

gimana, dia mau?"

"mau dia.

nanti kasih alamat rumah dummy ya.

lu sama Lula ikut gw besok nerima dia di rumah dummy.

gua mau atur kontrak dulu."

"eh din.

gini...emm.."

"apaan, pake ragu ragu lo."

"itu.. ini Dimas temen gw dari kecil sebenernya.

jadi.."

"ok, lu ngewe sama dia duluan. puas puasin.

tapi abis itu dia jadi punya gua, kalau mau main sama dia harus izin gua.

paham?"

"hehe makasih ya din."

aku meninggalkan Marni yang kembali menyerahkan diri pada Yatno. sementara itu aku mulai menghubungi beberapa orang milik orang tua ku untuk mengatur kontrak dan keamananku, termasuk mencari keluarga Dimas dan menjadikan mereka jaminan untuk kepatuhan Dimas.

*****

keesokan harinya.

aku, Lula dan Marni sudah tiba di rumah dummy sejak jam 10 pagi. Dimas yang sudah kuberi ongkos mengabarkan akan tiba di rumah dummy kira kira jam 3 sore, sehingga kami masih punya cukup banyak waktu untuk bersiap siap.

persiapan yang kulakukan adalah sedikit memoles diri dengan make up, supaya aku tampil lebih cantik dan menggoda di mata Dimas. sementara itu Marni dan Lula aku minta untuk bebersih, terutama bagian ruang tamu dan kamar supaya bisa digunakan untuk kegiatan mesum kami. hehe

setelah selesai memoles diri, aku bersantai di ruang tamu bersama dengan Marni dan Lula yang juga sudah selesai membersihkan ruang tamu dan kamar. aku mengajak mereka membuat foto telanjang bertiga dan sengaja ku upload ke social media ku hanya dengan mensensor wajah kami saja. aku memang sengaja supaya follower ku semakin banyak hihi.

pada jam 3 sore, akhirnya kami mendengar suara kendaraan berhenti didepan rumah. Marni sedikit mengintip dari jendela dan melihat kalau Dimas sudah tiba didepan rumah. Marni tampak semangat sekali melihat teman masa kecilnya akhirnya akan bergabung dengan kami.

"din, itu uda sampe din.

uda sampe."

"iya Marni lonte, liat gua.

siapa yang berani samperin Dimas terus bukain pager?"

Marni dan Lula saling melihat. mereka berdua tampaknya belum cukup berani untuk keluar sendiri menyambut tamu di rumah dummy ini.

"payah lo berdua.

minggir deh, gua bukain pintu."

aku kemudian dengan santai membuka pintu dan menghampiri pagar rumah dummy yang bersekat tapi tida tertutup. sekat pagar itu ntah bagaimana posisinya persis menampilkan dada dan kelaminku, membuat mata Dimas melotot kaget.

"dimas ya?"

"eh.. ah.. emm iya iya!"

"sini masuk dim."

"eh.. boleh?"

"boleh la. buruan!"

"eh iya iya!"

Dimas segera masuk melewati celah yang kubukakan untuk dia. setelah dimas masuk, aku segera mengunci kembali pagar dan menggandeng tangannya untuk masuk ke rumah Dummy. aku berjalan di depan Dimas dan aku cukup yakin mata Dimas tidak lepas dari belahan pantatku yang sexy. senangnya jadi pusat perhatian. ih~

setelah masuk ke dalam rumah dummy, Dimas akhirnya bertemu dengan Lula dan Marni. sekali lagi Dimas tampak kaget melihat Lula, dan lebih kaget melihat Marni. melihat satu perempuan telanjang keluar membukakan pintu sudah membuat jantung Dimas hampir berhenti. sekarang ada dua lagi perempuan telanjang berdiri menunggu didalam rumah, dan salah satunya adalah teman masa kecilnya.

"Marni! kok kamu.. ngga..."

"Dimas, sini duduk dulu.

kalau kamu mau ikutan buka baju sampe polos boleh kok.

tapi nanti juga gpp."

"eh iya mba din."

kami semua duduk di sofa, dengan aku duduk diantara Lula dan Marni, yang kupaksa untuk duduk menempel denganku sambil tanganku bermain main di buah dada mereka. Lula tampak pasrah dengan kelakukan ku sementara Marni tampak risih. tentu karena teman masa kecilnya, yang sudah lama tidak dia jumpai, sekarang sedang digerepe sembarangan sama seorang perempuan liar.

"jadi dim, aku mau kamu jadi fotografer aku.

kalau bisa sekaligus videografer.

kerjaan utama kamu ya motret dan rekam aku.

sampai sini paham?"

"paham mba din."

"nah berikutnya, selama tinggal sama kami aku mau kamu polos tanpa pakaian.

kamu akan tinggal bareng kita di dalam rumah utama, dan disana kita semua tidak pakai kain penutup apapun, dimana pun.

jadi gua sarankan sekarang lu buka baju biar agak lebih terbiasa."

"eh .. kalau itu."

"buka dim. ini perintah.

gua bos mu, perintah gua mutlak.

kalau lu nolak, keluarga lu terancam."

"hah! kok gitu!"

"nih liat."

aku memperlihatkan layar handphone ku pada Dimas, dimana disana keluarga Dimas tampak ditemani beberapa orang yang tidak dia kenal. tentunya di foto itu tidak ada hal hal yang mengerikan atau apapun. hanya foto keluarga dimas dan orang tidak dikenal saja. tapi dimas paham maksud ancamanku.

"mba, apa harus gini?

saya jamin saya akan jaga-"

"tidak.

lu patuh, total.

atau keluarga lu terancam.

lu sudah gua bayar mahal, gua minta kepatuhan mutlak."

"dim.. nurut aja gpp."

"tapi mar.. masa..."

"percaya sama gua.. gpp kok."

Dimas tampak risih, bahkan terlihat jijik dengan tindakanku. tentu aku tidak perduli, selama dia bekerja dengan baik dan sesuai harapanku, semua sudah cukup. toh pekerjaan dia termasuk patuh total padaku kok. hihi

dengan pelan, Dimas mulai melepaskan pakaiannya. mulai dari jaket jeans yang dia gunakan, lanjut ke kaosnya kemudian ke kaos dalamnya, memperlihatkan dadanya yang bidang dan perutnya yang rata walau tidak berotot.

setelah itu Dimas tampak memelas, berusaha bernegosiasi supaya dia tidak perlu melepas celananya. tapi aku tetap tegas, dan akhirnya Dimas menyerah.

dia mulai melepas celana panjang, di susul dengan celana pendeknya. sekarang Dimas sudah benar benar polos, tanpa penutup kain sedikitpun. batangnya terlihat lemas tapi sedikit bergoyang, perlahan mulai agak mengeras walaupun lambat.

"ok dim, sekarang kasih semua baju kamu, termasuk baju cadangan kamu, ke Lula buat dibuang.

sekalian kamu temenin Lula buang baju biar kamu paham kalau sekarang kamu ga boleh berpakaian lagi."

Lula dengan patuh mengumpulkan pakaian Dimas. Lula melirik padaku dengan tatapan bingung dan kubalas dengan tatapan nakal penuh makna. Lula tampaknya paham dengan maksudku dan mengajak Dimas ke belakang rumah. ketempat pembuangan sampah yang terhubung ke tempat sampah luar.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd