Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Dirumah Bambu BERCINTA dengan IBU

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
"Marni senang sekali kakak mengatakannya, akhirnya yang Marni rasakan selama ini mendapatkan jawabannya. Iya kak, Marni mau kok jadi pacar kakak. Karena dari kecil sampai sekarang kakak memang sudah menjadi lelaki yang masuk kriteria suami Marni..." Ucap Marni dengan wajah yang berseri-seri, ku lihat Marni menjilati bibirnya sampai terlihat basah, bahkan menggigit bibir bawahnya sehingga terlihat menggoda.


Tangan Marni yang aku genggam terasa basah oleh keringat yang keluar dari pori-pori kulitnya, aku beranikan diri untuk mencium dalam-dalam aroma kulitnya dengan penuh rasa sayang.


"Dek, makasih yaa...? Kak Ucup senang kamu mau jadi pacarnya kakak. Sekali lagi kakak minta maaf.. karena dari dulu sampai sekarang kakak suka gesek-gesek penis kakak dipantat kamu disaat tidur..."


"Hmmm... Kak, kakak mau lagi...?"


"Mau apa dek..."
Kataku pura-pura tidak tahu.


"Meluk Marni sambil menggesek-gesek penis kakak dipantat Marni...?"


"Emang boleh dek...?"


"Boleh dong kak... Marni mau kok... Terserah kakak maunya gimana... Marni percaya kok sama kakak... Karena aku yakin kakak gak mungkin menyakiti Marni..."
Ucapnya sambil tersenyum.


Betapa bahagianya hatiku mendengar secara langsung adikku mau mengulangi masa-masa itu, masa disaat kami tak tahu nikmatnya berhubungan kelamin.


Karena mendapat lampu hijau, aku yang tadinya mau tiduran dilahunannya mengajak Marni kekamarnya.


"Kita ke kamar yuk...?"


"Iyaa kak.."



Aku tuntun tangannya menuju ke kamar, kebetulan sekali bi Sarah sedang didapur dan mang amar sedang dihutan. Walaupun kami berdua dikamar, baik bibiku atau mang amar takkan menaruh curiga atau marah, karena memang sudah biasa sejak dulu aku dan Marni sering tidur bersama.


Setelah kami berdua dikamar, aku kunci pintu papan kayu lalu ku tutup jendela rapat-rapat. Banyak niatku yang awalnya ingin bermain dan nonton tv, jadi berubah 180⁰ ingin berbuat mesum dengan adikku.


Ketika aku membalikkan badan setelah menutup jendela, Marni sudah naik keatas kasur, kulihat dia tidur miring melihat kearah ku dengan memakai kaos dan rok panjangnya.


Lalu aku pun naik ke atas kasur dan memeluk tubuh Marni dari belakang, sambil ku rapatkan tubuhku dengannya aku berkata, "Dek, kalau yang kakak lakukan ini membuatmu tidak nyaman bilang yaa? Biar kakak sudahi dan tidak melanjutkannya.."


"Iyaa kakak sayang... Aku jadi ingat dulu lho kak... Waktu pertama kali aku sadar ada sesuatu benda tumpul menyodok-nyodok pantat aku... Tadinya aku mau marah karena ada orang yang mau berbuat tak senonoh denganku... Lalu aku tahu kalau itu adalah kakak... Waktu itu aku hanya mendengar nafas kakak berat sekali lalu melenguh... Marni diam saja karena Marni sangat menyayangi kakak... Sampai paginya ketika aku bangun tidur dikain rokku ada lendir yang menempel, setiap paginya aku membersihkannya agar ayah ibu Marni tidak tahu..."
Ucap Marni bercerita dimasa lalunya panjang lebar.


"Makasih ya dek, kamu memang adik kakak yang baik. Kalau kamu mau bisa saja kamu lapor ibumu bahwa kakak nakal kalau lagi tidur bareng.." kataku sambil menekan penisku dibelahan pantatnya.


Padahal aku dan Marni sama-sama memakai celana, tapi rasanya begitu nikmat, sampai hawa hangat dari tubuhnya seakan berhembus menghangatkan tubuhku. Secara reflek tanganku meraba-raba perutnya, lalu semakin naik keatas menyentuh payudaranya yang mengkal.


"Gpp dek payudaranya kakak pegang..?" Bisikku dibelakang telinganya sehingga membuatnya bergidik geli.


"Pegang aja kak, terserah kakak... Nanti kalau menurut Marni itu gak boleh.. pasti Marni ngomong kok.." ucapnya dengan nafas yang tertahan.


"Kamu baik banget dek sama kakak, kakak doakan kamu selalu bahagia ya sayang...?" Sambil aku remas payudaranya, pantatnya pun aku gesek-gesek dengan penisku yang sudah mengeras menusuk pantatnya.


Leher belakannya pun tak luput aku ciumi, sehingga semakin membuat Marni menggelinjang kegelian, dengan diiringi desahan nafas yang terasa nikmat aku dengar erangannya Ahh~ Ahh~!


Otak mesumku semakin menjadi-jadi, tanganku mulai meraba pinggulnya, lalu dengan perlahan mengangkat rok panjangnya sampai tersingkap hingga pinggangnya.


Tentunya telapak tanganku dengan leluasa mengusap, menekan dan memijiti pangkal pahanya yang mulus.


Adikku tetap dengan pendiriannya, dia tidak melarangku tubuhnya saya gerayangi. Lalu akhirnya saya pun nekat menurunkan celanaku dan terlepaslah penisku dari kurungannya berdiri tegak dengan kerasnya.


Aku berusaha mengangkat cd-nya yang menutupi pantatnya kesamping, lalu aku kumpulkan air ludahku sebanyak-banyaknya, terus aku ludahi telapak tanganku sampai ludahku terkumpul. Setelah terkumpul, penisku aku baluri dengan air ludahku sehingga batangnya belepotan oleh air ludahku yang aku kumpulkan.


Setelah basah semuanya aku peluk lagi adikku, lalu penisku yang sudah licin itu aku arahkan ke belahan pantatnya. Ketika ujung kepalanya menyentuh belahan pantat Marni, adikku terkejut sekaligus tegang, karena ada benda asing yang menyentuh belahan pantatnya!.


Ahh~! begitu hangatnya sekaligus geli meskipun tidak masuk, penisku dijepit bongkahan pantat adikku yang padat.


Marni tetap diam meskipun penisku dengan sekali hentakan amblas dijepit pantatnya, aku dengar lenguhan dari mulutnya yang semakin membuatku ingin melakukannya lebih jauh.


Untuk pertama kalinya secara langsung aku menggesek belahan pantat Marni, padahal dulu aku hanya menggesek-geseknya saja dibalik celananya.


Kini dengan posisi menyamping, aku tarik ulur penisku dibelahan pantatnya yang lembut dan mulus.


"Dek, enak sekali pantatmu sayang... Kakak gesek sampai kak ucup keluar sperma ya sayang...?"


"I..iyyaa kak... Ahh~..!"
Penisku menyundul dan menggesek bagian luar lobang vaginanya, sampai aku rasakan seperti melewati dua pintu lobang kenikmatan, lobang memek dan pantatnya. Aku belum berani menyetubuhinya secara total disaat rumah ada penunggunya, apalagi hari masih siang menuju sore, tak mungkin aku melakukannya hari ini juga.


Berkali-kali aku gesekkan batang kontolku dibelahan pantat Marni, menggesek bagian luar anus dan lobang memeknya. Semakin lama aku menempelkan selangkanganku dengan pantatnya, semakin aku jatuh cinta kepada adikku Marni.


Pantat Marni begitu padat dan lembut seperti adonan roti yang difermentasikan, membusung dan menempel erat dengan kontolku.


Sungguh nikmatnya memeluk Marni dengan menyelipkan kontolku dipantatnya, sesekali Marni pun memundurkan pantatnya menekan kearahku, karena diapun mungkin merasa nyaman dengan hubungan tabu ini.


"Marni, kakak sayang sama kamu..." Kataku sambil mendiamkan sejenak kontolku dibongkahan pantatnya.


"Aku juga kak... Marni beruntung punya kakak seperti kak ucup... Ahh... Jangan dilepas kak... Emmhhh..." Pantat Marni digoyang-goyang sampai terasa geli kurasakan.


Dibelakang tubuhnya aku terus memajukan pantatku, sambil merasakan hawa hangat dan licin dibongkahan pantatnya.


Aku tak menyangka kalau Marni dengan senang hati mau aku perlakukan begini, andai saja dulu aku dan dia mau disetubuhi.. aku ingin sekali merasakan vaginanya yang mungil dan super sempit diterobos kontolku yang besar.


Plok! Plok! Plok! Sesekali aku keraskan kecepatan sodokanku sampai beberapa menit kemudian Marni tiba-tiba Marni melenguh sambil berkata, "Ahh... Kakk... Marni... Aduhhh.. Mmauu kelluarrhh... Ahh~ Ugh~!" Andai aku memeluknya dari depan pasti aku sumbat mulutnya dengan mulutku, bagaimana nanti kalau bibi mendengar lenguhan Marni? Tapi aku tak peduli karena aku merasakan ada sesuatu yang sangat besar mencoba mendesak dari dalam tubuhku ingin melepaskan diri, sesuatu yang begitu nikmat saat pertama kali aku keluar air mani.


Marni sudah duluan orgasme, kurasakan batang kontolku terasa licin seperti disiram minyak yang hangat. Lalu aku pun menekan sedalam-dalamnya dibongkahan pantat Marni Croot..! Ccrroott..! Cccrroot...! menyemburlah spermaku sampai muncrat mengenai dinding bilik bambu. Mungkin karena hanya batangnya saja yang dijepit pantatnya, tapi kepalanya tembus kedepan, sehingga mulut kontolku mengarah ke dinding bambu.


Kedutan demi kedutan aku rasakan begitu dahsyat! Aku dan Marni lemas sekali setelah mengeluarkan sesuatu yang nikmat dari dalam tubuh kami, aku masih memeluknya erat Marni dari belakang, sambil merasakan detik-detik terakhir muntahan spermaku dipantatnya.


"Dek, makasih ya..? Pantat kamu memang luar biasa nikmatnya...kenapa gak dari dulu kita melakukannya sayang...?"


"Iyaa kak Marni juga menyesal, kenapa kita tak melakukannya dulu... Tadi waktu kakak menempelkan penis kakak dipantat Marni, Marni kaget merasakan secara langsung hangatnya penis kakak... Kak kalau Marni hamil gimana?"


"Kakak akan bertanggung jawab dek, tapi kakak yakin kamu takkan hamil... Soalnya kakak tidak memasukkannya didalam sayang..."
kataku menenangkan hati Marni yang mungkin takut kalau dirinya hamil.


"Janji ya kak, kalau Marni ternyata hamil kakak akan bertanggung jawab..?"


"Iya sayang sayang kakak janji... Sekarang kamu kekamar mandi kencing ya.. lalu cebokin memek kamu yaa sayang..?" Kataku setelah melepaskan dari jepitan belahan pantatnya.


"Ihh.. kakak mah ngomongnya jorok..."


"Kamu gak suka yaa...?"


"Bukan gak suka kak, tapi gak percaya aja kak ucup ngomongnya gitu... Gak usah dipikirin kak, kakak tetap kakak aku yang sekarang jadi pacar Marni, segala yang ada pada kakak Marni suka kok..."
Tiba-tiba Marni membalikkan tubuhnya, setelah memandangku saling bertatapan, arah mata Marni melihat kebawah ke bagian penisku.


"Kak..! Gede bangett...ohh.. gitu ya bentuknya..."


Saya pun untuk pertama kalinya melihat dengan jelas bentuk memek Marni yang tembem membusung dihiasi bulu-bulu halus. Ku beranikan diri menyentuh memeknya terasa begitu hangatnya.


"Ugh.. memek kamu tembem banget dek...kakak suka.." kataku mengusap belahan memeknya dengan jari tengahku, lalu berakhir di clitorisnya.


"Dek nanti kita bersetubuh yuk sayang...?"


"Bakalan sakit gak kak? Soalnya lobang Marni masih kecil kak...?"


"Sebenarnya kakak juga belum tahu gimana rasanya buat kamu untuk pertama kalinya menyatukan penis kakak di memek kamu dek, kalau kamu ragu lebih baik jangan soalnya kakak gak mau buat kamu sakit..."
Aku elus kepalanya.


"Kalau kakak mau.. Marni rela disetubuhi oleh kakak..." Tawar marni


"Beneran sayang? Kamu mau disetubuhi kakak..?!" Jawabku.


"Iyaa boleh kakakku sayang..."



Ketika sedang asyik-asyiknya ngobrol sama adikku, tiba-tiba pintu kamar kami diketuk Tok! Tok! Tok! "Marni ucup..! Bibi buatin kalian bubur ketan nak..!"


"Iya Bu Marni mau... Kak ucup juga mau..!"


"Dek jangan lupa memeknya dicuci ya.. jangan lupa kencing.. ya sayang..??"


"Iyaa kak..."



Setelah melakukan perbuatan terlarang itu, kami berdua membereskan sprei lalu mengelapnya dengan kain untuk menghilangkan jejak sperma yang berhamburan.


Kami pun keluar dari kamar, Marni kekamar mandi belakang, sedangkan aku menghampiri bibiku makan bubur bersamanya.


"Maaf ya cup bibi ganggu tidur kamu sama Marni.."ucap bibiku yang duduk didepan ku.


"Gpp kok bi, ucup senang bibi begitu baik sama ucup.. bagaimana caranya ucup membalas kebaikan dan perhatian bibi sama ucup.. ucup sebenarnya malu sama bibi, soalnya ucup belum bisa membalasnya..."


"Adanya kamu disini sudah membuat bibi senang cup... Jangan lama-lama tinggalin bibi sama Marni ya..? Karena kamu bagi bibi sudah seperti anak sendiri..."
Kulihat bibi memandangku dengan tatapan yang aku rasakan seperti seorang ibu yang menyayangi anaknya.


"Iya Bi... Bagi ucup bibi sudah seperti ibuku sendiri.. bibi sangat baik... Ucup sayang sama bibi..." Aku dan bibiku saling bertatapan lalu kami sama-sama tersenyum.


Bi Sarah begitu cantik, kulit pipinya yang putih kemerahan membuatku ingin menciumnya.


Dari arah dapur datang Marni sudah selesai mandinya, terlihat dari rambut panjangnya yang basah menetes air.


Adikku duduk disampingku makan bubur di piring yang sudah disediakan oleh bibi. Tercium dari rambutnya wangi shampo yang sebenarnya mengundang birahiku, Marni tidak tahu bahwa diantara selangkanganku ada sesuatu yang terbangun dan mencoba berontak.


"Kamu mandi tak mandi tetap aja cantik dek... " Puji aku pada Marni.


"Kan aku mandi hanya untuk kakak biar selalu bersih dan wangi..." Ucap Marni melihatku dengan senyuman manisnya. Manjanya Marni kepadaku berbanding terbalik jika sedang berada diluar rumah jauh dariku, pikirannya dewasa tapi ketika ada saya disisinya manjanya seperti seorang kekasih yang dimabuk cinta.


"Iyaa kamu memang adikku yang cantik, siapa dulu ibunya sudah cantik, murah senyum lagi. Iya kan bi..?" bi Sarah bengong ketika aku memujinya, tak ku sangka bibiku tersipu malu sampai memerah pipinya.


"Pantesan Marni begitu sayang sama kamu cup, kamu selain perhatian sama Marni dan bibi, pandai juga kamu membuat hati bibimu ini bahagia. bibi gak menyesal menganggap kamu putra kandung bibi.. andai kamu bukan saudara bibi, sudah bibi jodohkan sama Mirna cup..." Ucap bi Sarah kepada kami berdua, tentu saja aku terkejut sekaligus senang mendengar ucapan dari Bi Sarah, bahkan ku lihat raut muka Marni tatkala mendengar ucapan ibunya sampai salah tingkah.


Aku sungguh beruntung punya keluarga seperti mereka, kebaikan dan rasa sayang yang begitu dalam dihati kami bertiga, bagai tali simpul mati yang tak bisa dilepas.


Jalan hidup seperti ini aku sangat mensyukurinya, meskipun sedikit demi sedikit selama bertahun-tahun ada niatan dalam hati untuk menitipkan setetes air mani dirahim mereka berdua.


Kini pikiranku semakin terbuka, berusaha mencoba bangkit dari kehidupan yang serba kekurangan.


Tidak terasa ngobrol bersama mereka, hari pun sudah menjelang sore hari. Aku pamitan sama bibi dan Marni. Saat Marni nganter aku keluar rumah, tangan Marni menggenggam erat tanganku.


"Kak ucup jangan lama-lama sering kesini ya..?" Ucapnya dengan mimik yang seakan khawatir tak akan kesini lagi.


"Iyaa sayang... (Lalu aku berbisik pada telinga adikku) pantat kamu enak banget lho tadi.. makasih ya dek..? Maafin kakak ya sayang... kamu gak takut kan nanti kakak bakalan ngajakin kamu bersetubuh..?" Tanyaku kepada Marni yang masih menggenggam tanganku.


"Nggak kak, Marni gak takut.. juga Marni tak perlu menanyakan kepada kakak apakah akan bertanggung jawab atau tidak. Karena Marni yakin dan percaya kalau kakak memiliki sifat tanggung jawab pada keluarga..." Jawab Marni dengan begitu yakinnya pada kakaknya ini.


"Baiklah! kakak merasa tenang sekarang... Jadi nanti kakak gak malu ngajakin kamu buat bersetubuh.. kalau begitu kakak pulang dulu ya? Assalamualaikum dek.."


"waalaikumsalam kak..."



Aku lepas genggaman tangan adikku, lalu pergi meninggalkan Marni.



Ketika aku menyusuri jalan setapak di persawahan, aku mencoba untuk menoleh kebelakang. Astaga! Marni masih berdiri dihalaman rumah melihatku dari kejauhan, berat rasanya meninggalkan dirinya yang dengan sukarela menyerahkan pantatnya untuk aku nikmati.


Aku lambaikan tanganku kearahnya dari jauh, dia pun membalasnya meskipun aku tahu pasti berat jauh dari orang yang disayanginya.


Terimakasih Marni, kamu memang wanita yang luar biasa.
Tak sabar rasanya kakakmu ini ingin merasakan vaginamu yang sempit itu.
 
Setelah mandi kami merasa segar bugar, harapanku ingin menyetubuhi ibuku akhirnya terkabul juga. Bahkan yang lebih membuatku bahagia adalah aku diijinkan menghamili ibuku sendiri. Sungguh bagiku itu adalah sebuah anugerah terindah yang diberikan Tuhan untuk keluarga ini.


Tak ku sangka ibuku yang sebenarnya orang baik-baik, mau membuka hati untuk perbuatan yang tabu. Butuh waktu bertahun-tahun saya berjuang, berusaha menaruh kontolku didalam memeknya.


Memek ibuku yang begitu berharga dan mulia telah ku sirami dengan cairan cintaku, dulu saya dilahirkan dari rahimnya ibu. Tapi sekarang malah saya yang menaruh sel spermaku hingga akan menjadi bayi dirahimnya.


Cinta yang sangat besar, kepercayaan yang sangat kuat. Menjadi pondasi sebagai dasar keyakinan yang tertanam di hati kami. Perjuangan dengan penuh kesabaran pastilah akan membuahkan hasil, yaitu keberhasilan menghamili ibuku sendiri.


Kebiasaan ku setiap sore memberi makan kambing dan mengecek ayam bebek apakah sudah masuk kandang atau tidak.


Kebetulan cuaca sore ini tak ada hujan, tapi suhunya masih tetap dingin dan berkabut. Aku duduk didepan rumah sambil melihat lembah juga gunung-gunung dari kejauhan, ada yang terlihat ada juga yang tertutupi awan putih.





Ketika sedang menikmati keindahan alam yang sangat indah, aku jadi teringat ayah yang sedang dikota mewakili kampung kami menghadiri pesta rakyat. Masih teringat dalam kepalaku amanat ayah sebelum berangkat ke kota, beliau menitipkan ibu agar aku menjaganya, tapi malah aku nodai kehormatannya, juga secara sadar aku menitip benihku didalam rahimnya.


Tapi aku sangat mencintai ibuku, bahkan setelah kami saling bertukar dan menelan ludahnya, kami seakan menjadi satu perasaan.


Ketika sedang duduk menikmati pemandangan alam, ibuku datang membawa teh manis dan ubi rebus yang dibawa dengan piring.


Minuman yang masih mengepul, ubi rebus yang masih panas, juga busana ibuku yang memakai daster selutut. Membuat suasana sore ini begitu hangat dan menyenangkan.


"Sayang, ini teh manis sama ubi rebusnya..." Ucap ibu sambil berjongkok dan menaruh segelas teh manis dan ubi rebus.


"Makasih bu... Kok ibu repot-repot sih bawain Ucup ubi rebus? Pantesan ibu lama... Ucup kangen... Hehee!" Kataku merayu ibuku.


"Kan ibu udah biasa bawain kamu minuman sayang... Lagian ibu gak tega kalau melihat kamu duduk tak ada minuman pun disisi kamu..." Ucap ibu lalu duduk di sampingku.


"Ucup minum ya Bu tehnya...?


"Iyaa sayang diminum.. nanti keburu dingin..."



Teh yang dibuat ibu pun aku minum, ibuku hanya melihatku ketika beberapa tegukan air teh itu masuk ke tenggorokan ku, "Hmmm.. teh buatan ibu mantap! Manisnya pas..." Kataku memuji ibu.


"Makasih sayang, ibu merasa senang mendapat pujian dan perhatian dari kamu... Bagi ibu kamu selain sebagai anak ibu, ibu menganggap kamu seperti suami ibu sayang... Aneh yaa? seorang ibu mencintai anaknya sendiri sebagai suaminya..." Ucap ibuku sesekali memandangku lalu melihat ke depan kearah pegunungan.


"Bagi Ucup ibu tidak salah, Ucup juga menganggap ibu sebagai istri selain sebagai ibu. Ucup ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya, karena ibu dengan kerelatan hati mau mengandung anak Ucup. Ibu jangan khawatir tentang anak kita, Ucup akan bekerja keras merawat dan mendidik anak kita Bu..." Kataku kepada ibuku yang duduk merapat denganku.


"Ternyata kamu udah dewasa ya sayang, padahal perasaan baru kemarin kamu dilahirkan oleh ibu. Oiya, tunggu sebentar ya? Ibu mau kedalam dulu bikin sesuatu...?"


"Bikin apa Bu?"


"Rahasia dong hihi..!"
Ketika ibuku bangkit dan pantatnya menungging, saya sentuh bongkahan pantatnya hingga ibuku kaget. "Kamu mah nakal ihh sama ibu, bikin ibu kaget aja..." Ucap ibu cemberut manja lalu tersenyum manis.


"Ibu gak pake CD ya..?" Kataku kepada ibu.


"Iyaa sengaja..." Ucap ibu lalu masuk kedalam mengambil sesuatu entah itu apa.


Beberapa saat kemudian ibu datang membawa gelas 200ml berisi cairan warna coklat, lalu duduk lagi di sampingku.


"Apa itu Bu...?"


"Ini jamu hasil ramuan ibu, jamu ini sudah diwariskan turun-temurun dari nenek kamu untuk kaum lelaki agar sperma kamu menjadi melimpah sayang..."


"Masa sih Bu? Emang ayah pernah dikasih jamu ini Bu?"


"Pernah ibu bikinin, bahkan sering ibu kasih. Tapi bapak kamu gak suka jamu, ya sudah ibu berinisiatif membuatkan kamu jamu hasil ramuan ibu..."


"Wahh! Bener nih Bu bisa membuat sperma melimpah... Ibu benar-benar hebat... Nanti kita coba ya Bu..?"


"Iyaa sayang... Nanti cobain ke ibu ya...?"
Ucap ibuku keliatan senang sekali.


"Ini ramuan apa aja didalamnya Bu?" Kataku penasaran.


"Ada madu, telor ayam kampung, buah pinang yang dibakar lalu ditumbuk, sama ibu campur dengan sedikit susu..." Kata ibu menjelaskan isi ramuannya.


"Air susu ibu?"


"Susu sapi sayang.. ihh... Diminum ya sayang... Nanti kita rasakan sama-sama efeknya..."
Ucapnya dengan nada manja.


"Iyaa, sini biar Ucup minum jamu herbalnya Bu..." Ibu pun memberikan jamu itu kepadaku, lalu saya minum sambil ku rasakan rasanya yang sedikit kental dan menyegarkan.


"Hmmm... Enak banget jamu buatan ibu... Sering-sering bikin jamu buat Ucup ya Bu??"


"Alhamdulillah, kamu suka ya...?'


"Iya Ucup suka Bu... Makasih Bu...?"


"Sama-sama sayang.... Ibu juga senang kamu menyukainya... Ibu ke dapur dulu ya mau masak buat nanti malam, banyak tenaga yang sudah kita keluarkan badan ibu sampai lemes, didalam kemaluan ibu juga masih terasa bekas sodokan kamu masih nyut-nyutan lho..."
Ucap ibu mengelus memeknya.


"Mau masak apa Bu..? Ucup ikut bantu ya..?"


"Ya sudah, itu piring sama gelasnya dibawa sekalian ke dalam ya..."


"Baik Bu..."
Ibuku pergi duluan masuk ke dalam, sedangkan aku mengambil gelas dan piring bekas ubi rebus.


Sebelum saya masuk, ku lihat sekitar rumah terasa hening, maklum saja rumah kami agak berjauhan dengan para tetangga. Selain itu dikampung ini hanya dihuni sekitar ±30 KK saja.


Aku berjalan menuju ke tempat ibuku didapur, setiap ibuku memasak memang sudah kebiasaanku dari dulu membantunya memasak, sampai aku pun tahu cara mengolah beberapa masakan yang ibu buat.


****


Kami sudah selayaknya seperti sepasang suami-istri, hatiku dengan hatinya sudah seperti air dan kopi menyatu kuat takkan terpisahkan. Tapi aku masih tetap menghormati dan taat kepada ibuku sebagai ibu kandungku.


Ibuku mengerti sikapku yang tidak seakan-akan menganggapnya budak seks dan tempat pelepasan nafsu saja, ketika kami sedang memasak ibuku berkata, "Nak, ibu bangga sama kamu... Meskipun hati ibu sudah kamu dapatkan, tubuh ibu sudah kamu nikmati. Tapi kamu masih memuliakan ibumu sebagai orang yang sudah melahirkanmu. Rasanya hati ibu seperti condong sama kamu sayang... Ibu sangat menikmati hubungan ini, ibarat orang kehausan dikasih air, betapa dahaganya hati ibu tanpa kasih sayang dan perhatian darimu nak..." Ucap ibuku berdiri didepan tungku sambil menunggu tumis rebung yang dari kemarin sudah diiris-iris tipis.





Sambil berjongkok memasukkan kayu bakar agar api tetap menyala, aku berkata kepada ibuku, "Memang ibu sudah Ucup setubuhi, Ucup juga sudah berani merayu ibu agar ibu mengandung anakku. Tapi Bu, Ucup mencintai ibu bukan hanya sekedar pelampiasan birahiku saja, Ucup murni mencintai ibu sebagai ibu kandungku juga sebagai istriku. Ibu memang istrinya ayah, Ucup berharap lepaskan belenggu keraguan dari hati ibu, lalu cintai Ucup sepenuh hati ibu sehingga tak ada cinta yang lain selain cinta kita berdua Bu..." Tiba-tiba ibuku yang berada disampingku ikut berjongkok menghadap tungku yang menyala hangat, lalu memelukku dan menempelkan pipi kanannya dengan pipi kiriku.


"Sayang, kamu sudah membuat hati ibu deg-degan lho... Iya,.. ibu mencintaimu melebihi bapakmu, kamu mau menghamili ibu berapa kali pun ibu mau.. ibu sayang kamu nak..." Kami pun saling berpandangan, lalu saling berciuman. Bibir lembut ibuku terasa nikmat sekali aku rasakan.


Wangi shampo yang menyegarkan masuk kedalam hidungku, kulit ibuku yang putih mengeluarkan aroma sabun yang sering aku jadikan alat bantu onaniku dikamar mandi, membuatku ingin menyatukan kembali tubuhku dengan ibu melalui alat kelamin kami.


Setelah berciuman, aku dan ibuku saling tersenyum bahagia. Sebelum aku meneruskannya lagi aku keluarkan kayu bakar bersama arangnya yang menyala, agar api didalam tungkunya mengecil.


Lalu aku angkat ibuku untuk berdiri, dengan posisi seperti ini kami saling berciuman lagi. Kali ini saya tidak mau lama-lama, dengan perut yang lapar tidak mungkin kami bersetubuh selama bermenit-menit.


"Bentaran aja ya Bu? Ucup pengen ngentot ibu..."


"Iyaa sayang... Lama juga tidak apa-apa..."
Ucap ibuku tersenyum.


"Dasternya diangkat Bu.. kakinya yang sebelah ditaruh di atas ember besar... Ucup ingin menjilati memek ibu pasti wangi..." Ibu pun mengangkat sebelah kakinya keatas tutup ember, sehingga bibir memeknya melebar dan terlihatlah lobang memeknya masih malu-malu sembunyi dicelah memek ibuku yang tembem.


"Udah ibu cuci bersih lho sayang pake daun sirih yang ibu tumbuk... Hihi..!"


"Wahh! Coba Bu Ucup pengen nyium memeknya..."
Saya cium belahan memeknya yang merekah berwarna kemerahan bagian dalamnya dan agak hitam pinggirannya.


Ketika aku tempelkan hidungku dilembah kenikmatan ibuku, benar juga! Memeknya wangi daun sirih yang terasa hidungku nyaman menghirupnya. Baunya yang legendaris begitu istimewa merasuk dan mengalir mengikuti aliran darahku.


Dengan lahapnya saya jilati memek ibuku secara brutal, kedua tangan ibuku memegang erat pundak ku, dengan kaki kirinya diangkat keatas tutup ember yang besar. Sehingga memeknya terbuka sampai aku lihat lobangnya mengap-mengap seperti bekicot yang nempel dikaca jendela.


"Uugghh! Sayang enak banget sihh jilatan kamu... Oohhhh... Aaahhhh.... Ooouuugggghhhh....!!!" Itilnya saya hisap kuat-kuat, sambil ujung lidahku menggelitik menari-nari, sehingga membuat itil ibuku bergoyang-goyang mengikuti irama tarian lidahku yang liar.


Beberapa menit kemudian ibuku melenguh diiringi semburan air cinta yang memancar dari lobang surgawinya, meskipun leherku pegal karena menengadah, tapi dengan penuh semangat birahi untuk ngentot ibuku, aku tampung lendir orgasmenya dengan rakus.


Mungkin karena efek lapar dan birahi yang membuncah didalam diriku, saya habiskan lendirnya sampai tak keluar lagi tak tersisa.


Bahkan aku masih menyedot lobang memeknya seperti menyedot Tutut sawah sampai membuat ibuku kelojotan, lemas.


Seandainya ibuku tak berpegangan pada pundakku, pasti ibuku ambruk karena tak kuat kakinya menahan serangan kasih sayang dari lidahku yang membelai memeknya begitu mesra.


Puas saya menikmati tekstur kulit memeknya yang lembut dan rasanya yang gurih, saya pun ikut berdiri lalu melepaskan celanaku. Seperti biasa aku tidak memakai celana dalam, sehingga ketika celana terlepas. Kontolku berdiri tegak menjulur kedepan siap disarungkan.


Setelah aku dekati ibu, ujung kontolku aku oles-oles dipermukaan bagian dalam memeknya. Ahh..! Rasanya sungguh luar biasa, ketentraman dan kedamaian aku dapatkan dari memeknya. Lalu dengan sekali hentakkan aku majukan pantatku kedepan, dengan batang kontolku mengarah keatas sesuai posisi lobang memeknya yang menganga Blessssskkk...!! Aaahhhhh...!! Kami sama-sama melenguh ketika kontolku masuk dan mengisi lorong surgawi ibuku, kubiarkan sejenak merasakan kedutan-kedutan lembut yang seakan meremas batang kontolku.


Ibu pun memeluk leherku dan memandangku dengan perasaan kasih sayang dan birahi yang menggebu-gebu. Wajahnya yang putih terlihat memerah sampai aku merasa gemas melihatnya, lalu aku ciumi wajah ibuku mulai dari kening, kedua pipinya, dagu lalu bibirnya.


Dengan kecepatan sedang aku mulai menggerakkan pantatku dan kontolku sangat senang sekali menerobos keluar masuk didalam lorong memek ibu yang lembut.
"Bu, memek ibu enak sekali... Ahhhh...terasa menggigit ahhh..." Kataku kepada ibuku yang sedang memeluk leherku.


"Ibu juga sayang, kontol kamu lebih nyaman ibu rasakan... Sampai memek ibu ketika kontol kamu masuk... Tanpa ibu sadari berkedut hebat melekat erat kontolmu... Ahhhh... Ibu sungguh bahagia sayang...." Ucap ibuku yang terpancar raut kebahagiaan dari wajahnya.


"Bu, ibu lepaskan saja dasternya..." Kataku kepada ibu.


"Iya sayang..." Ibu pun melepas dasternya, ketika mengangkat dasternya payudara ibuku yang besar ikut terangkat lalu terjatuh kembali bergoyang-goyang. Sungguh pemandangan yang luar biasa.


Aku juga membuka kaosku lalu ditaruh di atas tutup ember tempat kaki ibuku yang terangkat.


Lalu ku arahkan ujung moncong meriamku ke lobang memeknya yang licin dan hangat, dengan sekali tekan Blesssskkk!!! Seluruh batang kontolku masuk kedalam ditelan memek ibuku sampai hanya tersisa pangkalnya saja yang menempel dengan pubisnya.


Setelah masuk aku peluk ibuku, sedangkan ibu memeluk leherku sambil aku ciumi bibir juga lehernya.


Tubuhku sampai gemetaran merasakan kenikmatan yang begitu dahsyat didalam memek ibuku, rasanya seperti dikunyah oleh daging lembut yang bergerinyal, meremas erat dan seakan menyedot batang kontolku sampai kedasar lobang memeknya.


Otot bagian dalam memek ibu pun seperti sengaja mencengkeram batang kontolku, sampai aku dan ibuku kelojotan merasakan kenikmatan persetubuhan sedarah ini.


Kami tahu bahwa yang sedang kami lakukan ini salah.


Perselingkuhan, pengkhianatan, serta cinta terlarang yang dilakukan kami berdua memang sudah keluar dari jalur kodratnya sebagai manusia yang berakal.


Kuatnya cinta yang bersemayam di hati kami, kenikmatan yang didapatkan dari penyatuan kelamin senasab, sudah membutakan semua larangan yang mengekang kebebasan kami.


Hentakan demi hentakan selangkangan yang beradu, begitu merdu menggema seperti suara adonan roti yang di pukul-pukul dengan telapak tangan Plok! Plok! Plok! Suara itu mengisi dapur ini.


Tungku yang menyala menjadi saksi bisu persetubuhan terlarang ini.


Lendir memek ibu yang membalut kontolku membangkitkan birahiku, keringat yang bercampur semakin membuat kami lupa jati diri kami. Serta penyatuan alat kelamin, semakin menambah kesempurnaan persetubuhan kami.


"Ohh ibu, Ucup sangat mencintaimu Bu... Memekmu sungguh luar biasa nikmatnya... Ugghh...!!" Aku hentakkan sedalam-dalamnya lalu ku diamkan sambil merasakan pijatan lembut otot memek ibuku yang berkontraksi hebat!.


"Kontol kamu pasti akan menjadi kontol yang akan selalu ibu rindukan sayang... Ahhh.... Terus siksa ibu seperti ini sayang.... Uuuhhhhh... Kontol kamu terasa hangat didalam memek ibu lho.... Enak sekali....!" Ucap ibu meracau. Aku tidak menyangka kalau ibu sudah terbiasa berkata seperti itu tanpa malu dan beban.


"Sini biar Ucup pangku ibu..."


"Gak berat emang memangku ibu sayang...?"


"Bagi Ucup, ibu mah ringan... Yuk Bu biar Ucup pangku ibu..."
Kataku kepada ibu.


Dengan masih kontolku bercokol didalam memeknya, tidak dilepaskan. Ibu memeluk leherku lalu kedua kakinya melingkar di pinggangku erat sekali. Kedua tanganku merangkul pantatnya yang besar agar ibuku tidak jatuh.





Posisi saya saat seperti seperti sedang memangku bayi besar, hanya perbedaannya kontolku dihujamkan kedalam memeknya yang dalam.


Rasanya benar-benar tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, seluruh batang kontolku dikunyah oleh ribuan daging hangat dan licin yang bergerinyal, terasa disedot kuat sampai menyentuh mulut rahimnya.


Ibu merangkul leherku lalu diciuminya bibirku hingga kami saling beradu lidah secara bergiliran didalam mulut kami berdua.


Ruangan didapur terasa hangat karena ada tungku yang menyala, aku dan ibuku menjadi semakin liar dan tak terkendalikan dengan terus mengangkat dan menurunkan pantat ibuku, sedangkan kontolku mengunci lobang memeknya tidak saya lepaskan.


"Aahhh .... Aaahhhh... Sayang.... Ibu mau kelluuaaarrr nak... "


"Kita bareng Bu... Sebentar lagi Ucup akan keluar juga.... "


Plok! Plok! Plok! Crek! Crek! Crek!
Suara selangkangan dan suara kelamin saling beradu dan terasa becek oleh lendir yang keluar dari dalam memek ibuku.


Lalu tiba-tiba ibuku memelukku erat dan merapatkan tubuh bagian bawahnya dengan merangkul pinggangku oleh kedua kakinya yang melingkar.


"Aaaaahhhhhh.... Sayyyaaannnngggghhh ibu kellllluuaaarrrhhhh.... Uuuuhhhhggggghhhhh.... Aaahhhh.... Aaaaahhhh.... Enak sekali ngentotttt sama kamu sayangku... Suami ibu....!"


"Ucup juga mau kelluaar buuu.... Aaaahhhhhh...."
Ada sesuatu yang melesak keluar dari dalam tubuhku mengalir deras dibatang kontolku.


Crottttt.... Crrrrroooootttt.... Ccccrrroooooottttt.... Cccrrroooottttt....!!! Begitu banyak air mani yang aku semburkan kedalam memek ibuku, sampai ibu pun merasakannya semburan spermaku memancar dimulut rahimnya.


Entah karena begitu nikmatnya semburan itu didalam memeknya, ibuku mendapatkan kembali orgasmenya yang begitu dahsyat! Sampai bola matanya mengarah keatas.


"Ibu kelluaarrr lagggiiiii... Aaaaaahhhhhhhh.....!!!" Cret! Cret! Cret! Aku rasakan kepala kontolku seperti disiram cairan hangat yang membuat lobang memeknya menjadi semakin licin berlendir.


Kami berdua sama-sama diam merasakan sisa-sisa orgasme dengan nafas yang terasa berat, sambil melihat sekeliling aku lihat ada dipan jati tempat kami makan, lalu aku duduk dengan ibu masih aku pangku dilahunanku.


Saya usap-usap kepalanya agar ibuku tenang kembali, karena aku rasakan tubuhnya terasa lemas setelah melepaskan double orgasmenya.


Setelah tenang ibuku menatapku dengan tatapan penuh kasih sayang, lalu ibu tersenyum mengusap pipiku dan mencium keningku.


"Sayang, ibu benar-benar salut sama kamu... Kamu sungguh kuat mengangkat ibu yang gendut ini bahkan sampai buat ibu orgasme dua kali berturut-turut.. ibu mencintaimu nak... Sangat menyayangimu... Sering-seringlah entot ibu ya sayang...?" Kini ibu mengelus kepalaku.


Dengan sendirinya kontolku terlepas dari cengkeraman gigitan mulut memeknya, "iya ibuku sayang... Ucup akan selalu entot ibu kapanpun dimana pun... Buatin Ucup jamu itu lagi ya istriku hehee...!" Kataku kepada ibu.


"Pasti akan ibu buatin setiap hari tanpa bapakmu tahu sayang... Makan dulu yuk sayang...?"


"Iya Bu, Ucup juga lapar... Kita makannya telanjang aja disini Bu sekali-sekali kayaknya seru.. hehee!"
Kataku sambil mengusap-usap pinggulnya yang lebar.


"Ibu terserah kamu aja nak... Ibu akan menurut sama kamu..."


Ibu pun bangkit sambil aku bantu berdiri, ku lihat lendir dari dalam memek ibuku mengalir dipaha bagian dalam sampai ke mata kakinya, bahkan ada yang menetes karena saking banyaknya.


Aku dan ibuku sampai tertawa melihat memek ibuku basah kuyup oleh lendir kami yang sudah tercampur menjadi satu.


Kami pun akhirnya makan sepiring berdua dengan telanjang bulat didapur depan tungku yang menyala, aku suapi ibuku dan ibu menyuapiku.


"Bu, Ucup senang mendengarnya ibu akan menurut sama Ucup... Tapi Ucup juga akan menurut sama ibu, karena ibu tetap ibu Ucup yang harus Ucup hormati sebagai orang tua... Bu, makasih yaa memeknya...?"


"Sama-sama sayang memek ibu boleh kamu nikmati kapanpun asal jangan sampai ada yang tahu... Kontol kamu juga enak banget didalam memek ibu... Sekarang juga masih terasa nyut-nyutan lho..!"


"Maaf yaa ibuku sayang, diperut ini akan tumbuh anak kita..."
Kataku sambil mengusap perut ibuku.


Setelah makan, kami saling membersihkan alat kelamin yang berlumuran lendir. Malam ini kami tidak mandi, karena mana mungkin kami kuat menahan rasa dinginnya air dimalam hari.


Dalam keadaan sama-sama telanjang bulat, kami menuju kamar ibuku dan tiduran sambil berpelukan di atas kasur. Ngobrol ngalor-ngidur hingga akhirnya kami pun tidur menanti hari esok yang lebih baik.

Selama ayahku dikota, siang malam aku setubuhi ibuku. Sejak saat itu aku merasa bahagia dalam menjalani kehidupan sehari-hari, banyak sekali perubahan yang telah terjadi pada kami berdua.


Setiap pulang dari hutan sehabis menggembala kambing, ibu selalu memberiku ramuan ajaibnya, sehingga aku selalu ingin menyetubuhi ibuku dan mengeluarkannya didalam rahimnya.


Kami benar-benar sudah menikmati rutinitas seperti ini, dirumah bambu yang sudah dimakan usia akan menjadi awal keturunanku dimulai. Mandi bersama, makan sepiring berdua, tidur pun sekasur berdua, kami tak mau dipisahkan oleh jarak dan waktu. Seakan hati kami terikat kuat, sampai posisi ayah Dirumah ini pun tak akan mampu mempengaruhi cinta kami yang sudah mendarah daging.


Selama ayah dikota kami selalu melakukannya bersama-sama, bersetubuh mengisi rahimnya dengan benih-benih cintaku. Bahkan setelah bersetubuh, aku dan ibuku saling membersihkan kelamin yang becek dengan jilatan lidah kami secara bergiliran. Tentunya tak ada sedikitpun rasa jijik pada diri kami, malah kami merasa apa yang keluar dari kelamin kami seperti air pelepas dahaga dari birahi kami yang membuncah.


Hingga sudah delapan hari ayahku dari kota akhirnya pulang ke kampung dengan membawa oleh-oleh khas dari kota, kami sebenarnya antara senang dan khawatir. Senangnya ayah pasti melanjutkan kerja kerasku membuat anak sehingga takkan menaruh curiga, khawatirnya takut jika ayah tak pulang sampai berlama-lama, bisa gawat ibuku hamil tanpa disetubuhi ayah.


"Yah, kok lama sekali di kotanya? Bukannya katanya tiga hari ?"tanyaku kepada ayahku.


"Tadinya pikir ayah begitu cup, tapi ternyata ada acara lain yang mengharuskan ayah menghadirinya. Tapi Alhamdulillah semua terbayarkan, berkat ayah menghadiri acara itu, ayah dikasih banyak kebutuhan pokok juga uang yang cukup untuk sebulan. Gimana Bu, dirumah baik-baik saja..?" Kata ayah bertanya kepada ibu setelah menjawab pertanyaanku.


"Alhamdulillah pak baik-baik aja tak ada masalah.... Malah Ucup selalu ada menjaga ibu dirumah..." Ucap ibuku kepada ayah lalu melirik ke arahku.


"Syukurlah, padahal waktu bapak dikota tiba-tiba ingat ibu, seolah-olah seperti telah terjadi sesuatu pada ibu dan Ucup, makanya bapak khawatir waktu disana. Tapi ternyata tidak terjadi apa-apa, mungkin itu perasaan bapak kali..." Kata ayahku.


"Tenang aja pak, kan ada Ucup dan ibu yang menjaga rumah ini... Lagi pula, bapak kan bukan pertama kalinya pergi ke kota ya kan pak..?" Ucap ibu menenangkan hati ayah.


"Iya juga.., ya sudah bapak mau tidur dulu, rasanya tubuh bapak lelah sekali Bu..." Kata ayah memijit-mijit kakinya.


"Biar ibu pijit pak, ibu ke dapur dulu ngambil minyaknya, bapak ke kamar aja. oiya nak bawaan bapak kamu masukin ke dapur ya...?" Suruh ibu kepadaku lalu tersenyum.


"Baik Bu.." balasku kepada ibuku.


Kami memang sudah membicarakan hal ini ketika sedang bersetubuh, jika ada ayah atau didepan orang lain akan bersikap seperti selayaknya seorang ibu kepada anaknya. Begitu pula sebaliknya, aku akan bersikap menjadi seorang anak yang berbakti kepada ibuku, meskipun kami sudah menjadi budak seks bagi diri kami sendiri.


*****


Meninggalkan ibu yang sedang mijitin ayah, saya pergi dari rumah menuju ke rumahnya bibiku sekedar main dan menonton tv. Jarak dari rumahku ke rumah bibi sekitar ± 100 meter melewati jalan petakan sawah dan hutan bambu.


Ketika melewati jalan tidak terlalu seram seperti hutan, ada beberapa rumah panggung yang semuanya saya kenal.


Hari ini saya tak menggembala kambing atau nyari rumput, sudah ada dua karung rumput yang saya stok dipinggir kandang buat makan beberapa ekor kambing.


Aku dan bibiku seperti ibu kandung keduaku, sebab dulu saya pernah disusui oleh bibiku itu. Beliau memiliki 2 orang anak, laki-laki dan perempuan. hanya saja anak pertama yang laki-laki meninggal dunia karena penyakit panas, sedangkan yang perempuan masih ABG dan sedang ranum-ranumnya.


Meskipun saya bukan anak kandung bibiku, tapi bibiku itu sudah menganggapku anak kandungnya. Beliau jika memandangku seakan seperti putranya sendiri dan putrinya menganggapku sebagai kakaknya, sehingga kami memang sudah sama-sama memiliki ikatan batin yang kuat, walaupun tidak lahir dari rahim yang sama.


Gambaran tentang bibiku, beliau namanya Bi Sarah, usianya 30 tahunan. Nikah sangat muda diusia belasan tahun dengan mang Amar yang usianya sudah menginjak 45 tahun.





Bibiku itu orangnya putih alami, seperti kebanyakan orang-orang yang tinggal di pegunungan yang dingin. Dimataku bi Sarah adalah orang terdekat yang saya sukai, mulai dari postur tubuhnya yang ramping dengan pinggulnya yang bulat, wajahnya yang selalu ceria dan jujur saja, bi Sarah ini terkadang sering jadi bahan pembangkit birahiku setelah ibuku disaat onani.


Meskipun bibiku selalu menjadi bahan maksiatku ingin merasakan kehangatan tubuhnya, namun aku tidak mau berbuat hal demikian, karena bi sarah orangnya sangat baik kepadaku. Juga Marni anak perempuannya sudah ku anggap saudara kandung yang saya sayangi juga.


Hanya saja Mang Amar bagiku kurang bersahabat, kata-katanya yang kasar dan temperamental terkadang tidak hanya anak istrinya yang jadi korban, saya pun sering jadi sasaran emosinya yang tidak jelas dasar alasannya.


Tapi suaminya bi Sarah itu asal tidak ada sesuatu yang membuatnya terpancing emosinya, semua baik-baik saja. Saya pun kadang sangat akrab dengan mang Amar, pernah nyari kayu bakar bersama buat memasak bibiku, mencangkul sawah dan kegiatan bertani lainnya.


Setelah sampai di rumah bibiku yang terbuat dari anyaman bambu seperti halnya rumahku, ku lihat pintu depan terbuka dan ku ketuk pintunya.





"Assalamualaikum bi...?"


"Waalaikumsalam, ehh Ucup kemana aja kamu? udah seminggu gak pernah berkunjung ke rumah bibi..? Masuk cup...?!!"
Ucap bibiku menghampiriku yang berjalan dari arah dapur, lalu sebelum aku jawab saya cium tangannya.


"Maaf bi... Ucup lagi jagain ibu dirumah, soalnya ayah waktu itu lagi pergi ke kota bersama ketua adat menghadiri pesta rakyat. Makanya Ucup khawatir kalau ibu butuh apa-apa tapi tak ada Ucup dirumah kan kasian..." Saya masuk lalu duduk di lantai yang terbuat dari anyaman bambu


"Sekarang bapak kamu udah datang..?"
Tanya bi Sarah ikut duduk di sampingku.


"Udah bi, makanya Ucup main kesini karena kangen sama bibi dan Marni hehee..!"


"Bibi juga Cup khawatir sama kamu, kirain bibi kamu sakit atau lupa sama bibi... Kamu tahu sendiri kalau kamu itu sudah bibi anggap putra bibi sendiri..."


"Iyaa bi, maafin Ucup yaa...? Oiya, Marni kemana bi? Kok gak keliatan..?"
Aku lihat isi rumah tak melihat adik sambungku itu.


"Ohh.. si Marni adik kamu lagi main, udah beberapa hari ini nanyain kamu terus tuhh..!! Sampai dia kalau makan suka melamun... Ibu tanya 'kenapa?' dia bilang 'gak nafsu makan kalau gak ada kakak...' dasar marni-marni.. udah gede manja banget sama kamu..." Kata bibi sambil bersandar di dinding bilik bambu.


"Saya juga sudah menganggap bibi ibu Ucup, Marni pun sudah seperti adik kandung Ucup bi... Kecuali.. heheee...!" Bibiku tahu apa yang tersirat di kalimat terakhirku, dia hanya tersenyum dan mencubit perutku.


"Udah makan belum kamu? Bibi didapur ada sayur daun ubi sama ikan asin... Ambil aja di dapur, rumah bibi rumah kamu juga..." kata bibi melihat kearahku.


"Iyaa bi Ucup lupa belum makan soalnya pas ada ayah dirumah, Ucup pergi kangen bibi sampai perut belum diisi nasi..." Kataku sambil mengusap perut.


"Tuhh kan, makan dulu sana..! nanti kamu sakit lho..."


"Bibi sendiri udah makan..?"


"Kalau bibi udah tadi..."


"Ngomong-ngomong mang Amar kemana bi..?"
Tanyaku pada bi Sarah, karena kulihat seisi rumah tak ada mang amar.


"Mamang kamu lagi disawah... Setelah itu pasti kehutan nyari kayu bakar..." Kata bibiku yang duduk di sampingku dengan memakai daster.


Tiba-tiba datang Marni dari arah pintu depan, melihatku ada dirumahnya dia girang banget sampai duduk dilahunanku yang sedang bersila.


"Kak Ucup kemana aja sihh..?? Marni berhari-hari gak dikunjungi... Apa jangan-jangan kak Ucup udah punya pacar ya? Jadi melupakan marni...?!" Kata adikku ini yang sebenarnya kami sudah seumuran, hanya beda bulan saja.


Hanya didepan bibiku saja Marni mau duduk dilahunanku, jika ada ayahnya mang amar dia takut dimarahi karena sudah gede tapi masih seperti bocah kelakuannya.


Didepan bibiku aku dan Marni sudah terbiasa melakukan hal seperti ini, tak ada pikiran buruk tentangku walaupun kami pernah tidur bersama dikamarnya.


Untuk itulah kami bertiga bagaikan kopi dan gula, pelengkap suasana. Jika tak ada salah seorang diantara kami, seakan ada yang kurang dikeluarga bibiku ini.


"Kakak lagi jagain ibu dirumah dek, soalnya ayah Ucup lagi keluar kota... Kasian kan kalau ibu ditinggal dirumah sendirian? Maafin kak Ucup yaa..? Kangen gak sama kakak?" Kataku sambil ku usap-usap perutnya.





"Kangen banget atuh kak... Emang kak Ucup gak kangen sama Marni..??"
Kata Marni menoleh ke arahku, hampir tuh bibir bertemu membuat kontolku bereaksi dibawah pantatnya, tapi aku tahan sekuat tenaga agar tenang tak tegang.


"Kangen banget adek bawel... Huhhhhh...!!!" Aku kelitik pinggangnya sampai Marni naik turun sambil bilang aduh-aduh!


"Ihhh..! Kakak gellliiii...." Tapi anehnya Marni tak melawan, malah tetap diam saja pantatnya terus menekan-nekan batang kontolku.


Bibiku hanya tersenyum melihat keakraban kami berdua, "Marni, kakakmu itu belum makan lho..!"


"Kak Ucup belum makan..? Marni ambilin ya kak..? Marni juga mau makan..?"
Kata Marni bangkit dari lahunanku, meskipun sudah sangat sering melakukan seperti ini, tapi saya selalu hampir khilaf pada adikku yang cantik ini.


"Bukannya kamu tadi udah makan Marni sama ibu? Mau makan lagi...??" Ucap bi Sarah kepada Marni anaknya.


"Marni mau makan lagi bareng kak Ucup Bu..." Kata Marni langsung ke arah belakang, dapur.


Tinggal aku dan bi Sarah ditengah rumah, kami berdua asyik ngobrol tersenyum, tertawa sampai aku remas-remas jemari tangannya hingga membuatnya keenakan. Entah kenapa? kebiasaan aneh kepada mereka berdua ini selalu tak ada larangan atau berpikir buruk bahwa saya sebenarnya menginginkan mereka.


Ketika datang Marni pun aku dan bibiku masih berpegangan tangan, niatku yang iseng ingin merangsang birahinya jadi terpotong oleh kedatangan adikku yang membawa piring.


"Kak Ucup makan dulu..." Kata Marni menaruh piring berisi nasi dan lauk pauknya, lalu duduk bersila gaya wanita didepanku.


"Kamu gak makan sayang...?" Tanya kepada Marni, kata (sayang) itu kadang suka aku ungkapkan kepada Marni sehingga membuatnya begitu senang sampai memerah pipinya.


"Ihh.. kak Ucup mah selalu bikin Marni deg-degan aja..." Katanya cemberut manja.


"Tapi suka kaan...? Hehee..!"


"Apa sih yang Marni gak sukai dari kakak? Marni selalu suka kok... Kak Ucup, aku pengen makan sepiring berdua sama kakak.."


"Ywdh, sini kita makan... "
Ajakku kepada marni.


"Bi? Bibi yakin gak mau makan lagi...?" kepada bibiku.


"Nggak, bibi udah kenyang ... Bibi senang aja liat kalian berdua begitu akur... Cup, bibi titip Marni tolong dijaga ya..?! " Kata bibiku saat kami sedang makan.


"Iya bi tenang aja... Ucup akan jagain Marni.." mendengar aku mengatakan demikian, Marni menyuapiku dan aku pun giliran menyuapinya.


Kami bertiga sangat senang dengan keadaan seperti ini, komunikasi yang baik, perhatian yang terus menerus diberikan, sampai kebiasaan-kebiasaan tabu seperti adikku sering duduk dilahunan meskipun seumuran denganku, tidur dikamar Marni bersama. Bukanlah hal tabu Dimata kami bertiga.


Bahkan tanpa sepengetahuan Marni dan mang amar, aku dan bibiku suka saya peluk dari belakang dan kejadian itu memang sudah dilakukan sejak dulu, sehingga kami menganggapnya sebuah kebiasaan yang membuat kami merasa nyaman.


Jujur saja meskipun aku sangat menyayangi mereka, menghormati bibiku, tapi sejujurnya aku melihat Marni dan bi Sarah sebagai ladang untuk menanam benih-benih keturunanku.


Saya tidak tahu kedepannya akan seperti apa? antara mereka berdua denganku, hanya saya berjanji, kelak suatu hari nanti rahim mereka, sel telurnya akan aku isi dengan jutaan spermaku seperti yang sedang terjadi pada ibuku.


Setelah makan, ngobrol dan bersenda gurau aku jadi mengantuk. Bibi pun sudah melakukan lagi pekerjaan rumahnya.


"Dek, pinjemin kakak bantal dong? Kak Ucup ngantuk pengen tidur..." Kataku langsung tiduran di tikar.


"Dikamar Marni aja kak tidurnya...?"


"Gpp kakak tiduran disini aja..."
Kataku meringkuk.


Tiba-tiba Marni menghampiriku lalu jemari tangannya ditempelkan dipipiku, ibu jarinya mengusap kulit pipiku sehingga mataku terbuka melihatnya.


"Kenapa dek..?"


"Sini kak, tiduran di pangkuanku aja..."
Kata Marni bersender didinding bilik bambu sambil kedua kakinya diselojorkan lurus kedepan.


"Beneran gpp dek..?" Tanyaku.


"Iyaa gpp, malahan Marni senang kalau kak Ucup tiduran dilahunan Marni... Lagian ini kan bukan pertama kalinya lho... Udah sering kita lakuin yang lebih dari ini...hihi.." kata Marni yang membuatku penasaran.
Dalam hatiku berkata, 'apa yang sering aku lakukan padanya?'.


"Apaan sih ? Kakak beneran gak ngerti...?"
Kataku heran. Kepalaku sudah tiduran dipahanya menghadap kearah perutnya.


Lalu Marni menunduk sehingga mulutnya hampir mengenai telingaku, dia berbisik.
"Waktu kita tidur bareng, kakak suka meluk Marni sambil menggesek penis kakak dipantat Marni.." aku kaget sampai menelan ludah, bagaimana kalau Marni lapor bibi tentang kelakuan bejatku? Bisa gawat.


"Ja..jadi selama ini kamu tahu dek? Kalau kakak suka gesek penis kakak dipantat kamu?"


"Iya, Marni tahu... Dari dulu kakak melakukan itu sama Marni.."
Tegasnya.


"Maafin kakak ya dek..? Kalau Marni mau marah atau benci sama kakak, kakak terima. Memang sudah selayaknya kamu marah sama kakak..." Karena rasa malu yang amat sangat, aku bangkit dari lahunan adikku. Tapi Marni menahan kepalaku agar tidak menjauh dari lahunannya.


"Udah kak, kakak tiduran disini... Kakak mau kemana..?" Ucap Marni dengan wajah memelas.


"Kakak malu sama kamu dek.. ternyata kakak bukan kakak yang baik buat kamu..." Kataku menunduk masih tiduran dilahunannya menghadap perutnya. Mataku tak berani menatap mata adikku karena tak kuat menahan rasa malu.


Tiba-tiba Marni menggenggam erat jemari tanganku, "kak liat Marni.. kak Ucup..?!" Ku lihat mata adikku berkaca-kaca, "apa kak Ucup melihat Marni sedang marah sama kakak? Kalau Marni marah.. tak mungkin Marni selalu diam ketika kakak menggesek-gesek penis kakak di pantat Marni? Marni sangat menyayangi kakak... Marni percaya meskipun kakak seperti itu, tetap dihati Marni yakin kalau kakak menyayangi Marni .." Ku lihat adikku Marni menangis tanpa suara, air matanya menetes ke wajahku bahkan tepat mengenai mataku. Ku rasakan kehangatan dari air matanya.


Aku lihat wajah Marni yang menunduk menatap wajahku, tatapan yang penuh rasa kasih sayang. Kecantikannya, kepolosannya, keterbukaannya membuatku jatuh cinta.


Tangan Marni yang menggenggam tanganku aku remas balik, lalu dengan mantap aku mengatakannya, "Dek, kamu sudah punya pacar..?"


"Belum kak.."
jawabnya.


"Kalau kakak katakan sama kamu.. kakak jatuh cinta sama kamu lalu kakak jadikan kamu pacar, kamu akan menolak?"


"Marni akan menolaknya kak..."
Jawabnya singkat.


"Ohh.. begitu ya.." aku menarik nafas, lemas dan kecewa.


"Kak, Marni belum selesai ngomongnya..! Kenapa sih kak harus pake kata 'kalau?' Pertanyaan kakak itu ngambang. Kakak harus serius ngomongnya...?!" Ucap Marni menatapku, sehingga kami saling bertatapan mata.


"Dek, kak Ucup jatuh cinta sama kamu. Andai kita bukan saudara sedarah.. kakak ingin menjadikanmu sebagai pacar kakak... Tapi dihati kakak, kamu begitu istimewa, sampai kakak tak rela rasanya kamu dimiliki lelaki lain selain kakak. Dek, maukah kamu jadi pacar kakak..?" Segala uneg-uneg didalam hatiku aku tumpahkan semuanya, lalu kulihat adikku terdiam dan aku pun dengan berdebar-debar menunggu jawabannya.

"Marni senang sekali kakak mengatakannya, akhirnya yang Marni rasakan selama ini mendapatkan jawabannya. Iya kak, Marni mau kok jadi pacar kakak. Karena dari kecil sampai sekarang kakak memang sudah menjadi lelaki yang masuk kriteria suami Marni..." Ucap Marni dengan wajah yang berseri-seri, ku lihat Marni menjilati bibirnya sampai terlihat basah, bahkan menggigit bibir bawahnya sehingga terlihat menggoda.


Tangan Marni yang aku genggam terasa basah oleh keringat yang keluar dari pori-pori kulitnya, aku beranikan diri untuk mencium dalam-dalam aroma kulitnya dengan penuh rasa sayang.


"Dek, makasih yaa...? Kak Ucup senang kamu mau jadi pacarnya kakak. Sekali lagi kakak minta maaf.. karena dari dulu sampai sekarang kakak suka gesek-gesek penis kakak dipantat kamu disaat tidur..."


"Hmmm... Kak, kakak mau lagi...?"


"Mau apa dek..."
Kataku pura-pura tidak tahu.


"Meluk Marni sambil menggesek-gesek penis kakak dipantat Marni...?"


"Emang boleh dek...?"


"Boleh dong kak... Marni mau kok... Terserah kakak maunya gimana... Marni percaya kok sama kakak... Karena aku yakin kakak gak mungkin menyakiti Marni..."
Ucapnya sambil tersenyum.


Betapa bahagianya hatiku mendengar secara langsung adikku mau mengulangi masa-masa itu, masa disaat kami tak tahu nikmatnya berhubungan kelamin.


Karena mendapat lampu hijau, aku yang tadinya mau tiduran dilahunannya mengajak Marni kekamarnya.


"Kita ke kamar yuk...?"


"Iyaa kak.."



Aku tuntun tangannya menuju ke kamar, kebetulan sekali bi Sarah sedang didapur dan mang amar sedang dihutan. Walaupun kami berdua dikamar, baik bibiku atau mang amar takkan menaruh curiga atau marah, karena memang sudah biasa sejak dulu aku dan Marni sering tidur bersama.


Setelah kami berdua dikamar, aku kunci pintu papan kayu lalu ku tutup jendela rapat-rapat. Banyak niatku yang awalnya ingin bermain dan nonton tv, jadi berubah 180⁰ ingin berbuat mesum dengan adikku.


Ketika aku membalikkan badan setelah menutup jendela, Marni sudah naik keatas kasur, kulihat dia tidur miring melihat kearah ku dengan memakai kaos dan rok panjangnya.


Lalu aku pun naik ke atas kasur dan memeluk tubuh Marni dari belakang, sambil ku rapatkan tubuhku dengannya aku berkata, "Dek, kalau yang kakak lakukan ini membuatmu tidak nyaman bilang yaa? Biar kakak sudahi dan tidak melanjutkannya.."


"Iyaa kakak sayang... Aku jadi ingat dulu lho kak... Waktu pertama kali aku sadar ada sesuatu benda tumpul menyodok-nyodok pantat aku... Tadinya aku mau marah karena ada orang yang mau berbuat tak senonoh denganku... Lalu aku tahu kalau itu adalah kakak... Waktu itu aku hanya mendengar nafas kakak berat sekali lalu melenguh... Marni diam saja karena Marni sangat menyayangi kakak... Sampai paginya ketika aku bangun tidur dikain rokku ada lendir yang menempel, setiap paginya aku membersihkannya agar ayah ibu Marni tidak tahu..."
Ucap Marni bercerita dimasa lalunya panjang lebar.


"Makasih ya dek, kamu memang adik kakak yang baik. Kalau kamu mau bisa saja kamu lapor ibumu bahwa kakak nakal kalau lagi tidur bareng.." kataku sambil menekan penisku dibelahan pantatnya.


Padahal aku dan Marni sama-sama memakai celana, tapi rasanya begitu nikmat, sampai hawa hangat dari tubuhnya seakan berhembus menghangatkan tubuhku. Secara reflek tanganku meraba-raba perutnya, lalu semakin naik keatas menyentuh payudaranya yang mengkal.


"Gpp dek payudaranya kakak pegang..?" Bisikku dibelakang telinganya sehingga membuatnya bergidik geli.


"Pegang aja kak, terserah kakak... Nanti kalau menurut Marni itu gak boleh.. pasti Marni ngomong kok.." ucapnya dengan nafas yang tertahan.


"Kamu baik banget dek sama kakak, kakak doakan kamu selalu bahagia ya sayang...?" Sambil aku remas payudaranya, pantatnya pun aku gesek-gesek dengan penisku yang sudah mengeras menusuk pantatnya.


Leher belakannya pun tak luput aku ciumi, sehingga semakin membuat Marni menggelinjang kegelian, dengan diiringi desahan nafas yang terasa nikmat aku dengar erangannya Ahh~ Ahh~!


Otak mesumku semakin menjadi-jadi, tanganku mulai meraba pinggulnya, lalu dengan perlahan mengangkat rok panjangnya sampai tersingkap hingga pinggangnya.


Tentunya telapak tanganku dengan leluasa mengusap, menekan dan memijiti pangkal pahanya yang mulus.


Adikku tetap dengan pendiriannya, dia tidak melarangku tubuhnya saya gerayangi. Lalu akhirnya saya pun nekat menurunkan celanaku dan terlepaslah penisku dari kurungannya berdiri tegak dengan kerasnya.


Aku berusaha mengangkat cd-nya yang menutupi pantatnya kesamping, lalu aku kumpulkan air ludahku sebanyak-banyaknya, terus aku ludahi telapak tanganku sampai ludahku terkumpul. Setelah terkumpul, penisku aku baluri dengan air ludahku sehingga batangnya belepotan oleh air ludahku yang aku kumpulkan.


Setelah basah semuanya aku peluk lagi adikku, lalu penisku yang sudah licin itu aku arahkan ke belahan pantatnya. Ketika ujung kepalanya menyentuh belahan pantat Marni, adikku terkejut sekaligus tegang, karena ada benda asing yang menyentuh belahan pantatnya!.


Ahh~! begitu hangatnya sekaligus geli meskipun tidak masuk, penisku dijepit bongkahan pantat adikku yang padat.


Marni tetap diam meskipun penisku dengan sekali hentakan amblas dijepit pantatnya, aku dengar lenguhan dari mulutnya yang semakin membuatku ingin melakukannya lebih jauh.


Untuk pertama kalinya secara langsung aku menggesek belahan pantat Marni, padahal dulu aku hanya menggesek-geseknya saja dibalik celananya.


Kini dengan posisi menyamping, aku tarik ulur penisku dibelahan pantatnya yang lembut dan mulus.


"Dek, enak sekali pantatmu sayang... Kakak gesek sampai kak ucup keluar sperma ya sayang...?"


"I..iyyaa kak... Ahh~..!"
Penisku menyundul dan menggesek bagian luar lobang vaginanya, sampai aku rasakan seperti melewati dua pintu lobang kenikmatan, lobang memek dan pantatnya. Aku belum berani menyetubuhinya secara total disaat rumah ada penunggunya, apalagi hari masih siang menuju sore, tak mungkin aku melakukannya hari ini juga.


Berkali-kali aku gesekkan batang kontolku dibelahan pantat Marni, menggesek bagian luar anus dan lobang memeknya. Semakin lama aku menempelkan selangkanganku dengan pantatnya, semakin aku jatuh cinta kepada adikku Marni.


Pantat Marni begitu padat dan lembut seperti adonan roti yang difermentasikan, membusung dan menempel erat dengan kontolku.


Sungguh nikmatnya memeluk Marni dengan menyelipkan kontolku dipantatnya, sesekali Marni pun memundurkan pantatnya menekan kearahku, karena diapun mungkin merasa nyaman dengan hubungan tabu ini.


"Marni, kakak sayang sama kamu..." Kataku sambil mendiamkan sejenak kontolku dibongkahan pantatnya.


"Aku juga kak... Marni beruntung punya kakak seperti kak ucup... Ahh... Jangan dilepas kak... Emmhhh..." Pantat Marni digoyang-goyang sampai terasa geli kurasakan.


Dibelakang tubuhnya aku terus memajukan pantatku, sambil merasakan hawa hangat dan licin dibongkahan pantatnya.


Aku tak menyangka kalau Marni dengan senang hati mau aku perlakukan begini, andai saja dulu aku dan dia mau disetubuhi.. aku ingin sekali merasakan vaginanya yang mungil dan super sempit diterobos kontolku yang besar.


Plok! Plok! Plok! Sesekali aku keraskan kecepatan sodokanku sampai beberapa menit kemudian Marni tiba-tiba Marni melenguh sambil berkata, "Ahh... Kakk... Marni... Aduhhh.. Mmauu kelluarrhh... Ahh~ Ugh~!" Andai aku memeluknya dari depan pasti aku sumbat mulutnya dengan mulutku, bagaimana nanti kalau bibi mendengar lenguhan Marni? Tapi aku tak peduli karena aku merasakan ada sesuatu yang sangat besar mencoba mendesak dari dalam tubuhku ingin melepaskan diri, sesuatu yang begitu nikmat saat pertama kali aku keluar air mani.


Marni sudah duluan orgasme, kurasakan batang kontolku terasa licin seperti disiram minyak yang hangat. Lalu aku pun menekan sedalam-dalamnya dibongkahan pantat Marni Croot..! Ccrroott..! Cccrroot...! menyemburlah spermaku sampai muncrat mengenai dinding bilik bambu. Mungkin karena hanya batangnya saja yang dijepit pantatnya, tapi kepalanya tembus kedepan, sehingga mulut kontolku mengarah ke dinding bambu.


Kedutan demi kedutan aku rasakan begitu dahsyat! Aku dan Marni lemas sekali setelah mengeluarkan sesuatu yang nikmat dari dalam tubuh kami, aku masih memeluknya erat Marni dari belakang, sambil merasakan detik-detik terakhir muntahan spermaku dipantatnya.


"Dek, makasih ya..? Pantat kamu memang luar biasa nikmatnya...kenapa gak dari dulu kita melakukannya sayang...?"


"Iyaa kak Marni juga menyesal, kenapa kita tak melakukannya dulu... Tadi waktu kakak menempelkan penis kakak dipantat Marni, Marni kaget merasakan secara langsung hangatnya penis kakak... Kak kalau Marni hamil gimana?"


"Kakak akan bertanggung jawab dek, tapi kakak yakin kamu takkan hamil... Soalnya kakak tidak memasukkannya didalam sayang..."
kataku menenangkan hati Marni yang mungkin takut kalau dirinya hamil.


"Janji ya kak, kalau Marni ternyata hamil kakak akan bertanggung jawab..?"


"Iya sayang sayang kakak janji... Sekarang kamu kekamar mandi kencing ya.. lalu cebokin memek kamu yaa sayang..?" Kataku setelah melepaskan dari jepitan belahan pantatnya.


"Ihh.. kakak mah ngomongnya jorok..."


"Kamu gak suka yaa...?"


"Bukan gak suka kak, tapi gak percaya aja kak ucup ngomongnya gitu... Gak usah dipikirin kak, kakak tetap kakak aku yang sekarang jadi pacar Marni, segala yang ada pada kakak Marni suka kok..."
Tiba-tiba Marni membalikkan tubuhnya, setelah memandangku saling bertatapan, arah mata Marni melihat kebawah ke bagian penisku.


"Kak..! Gede bangett...ohh.. gitu ya bentuknya..."


Saya pun untuk pertama kalinya melihat dengan jelas bentuk memek Marni yang tembem membusung dihiasi bulu-bulu halus. Ku beranikan diri menyentuh memeknya terasa begitu hangatnya.


"Ugh.. memek kamu tembem banget dek...kakak suka.." kataku mengusap belahan memeknya dengan jari tengahku, lalu berakhir di clitorisnya.


"Dek nanti kita bersetubuh yuk sayang...?"


"Bakalan sakit gak kak? Soalnya lobang Marni masih kecil kak...?"


"Sebenarnya kakak juga belum tahu gimana rasanya buat kamu untuk pertama kalinya menyatukan penis kakak di memek kamu dek, kalau kamu ragu lebih baik jangan soalnya kakak gak mau buat kamu sakit..."
Aku elus kepalanya.


"Kalau kakak mau.. Marni rela disetubuhi oleh kakak..." Tawar marni


"Beneran sayang? Kamu mau disetubuhi kakak..?!" Jawabku.


"Iyaa boleh kakakku sayang..."



Ketika sedang asyik-asyiknya ngobrol sama adikku, tiba-tiba pintu kamar kami diketuk Tok! Tok! Tok! "Marni ucup..! Bibi buatin kalian bubur ketan nak..!"


"Iya Bu Marni mau... Kak ucup juga mau..!"


"Dek jangan lupa memeknya dicuci ya.. jangan lupa kencing.. ya sayang..??"


"Iyaa kak..."



Setelah melakukan perbuatan terlarang itu, kami berdua membereskan sprei lalu mengelapnya dengan kain untuk menghilangkan jejak sperma yang berhamburan.


Kami pun keluar dari kamar, Marni kekamar mandi belakang, sedangkan aku menghampiri bibiku makan bubur bersamanya.


"Maaf ya cup bibi ganggu tidur kamu sama Marni.."ucap bibiku yang duduk didepan ku.


"Gpp kok bi, ucup senang bibi begitu baik sama ucup.. bagaimana caranya ucup membalas kebaikan dan perhatian bibi sama ucup.. ucup sebenarnya malu sama bibi, soalnya ucup belum bisa membalasnya..."


"Adanya kamu disini sudah membuat bibi senang cup... Jangan lama-lama tinggalin bibi sama Marni ya..? Karena kamu bagi bibi sudah seperti anak sendiri..."
Kulihat bibi memandangku dengan tatapan yang aku rasakan seperti seorang ibu yang menyayangi anaknya.


"Iya Bi... Bagi ucup bibi sudah seperti ibuku sendiri.. bibi sangat baik... Ucup sayang sama bibi..." Aku dan bibiku saling bertatapan lalu kami sama-sama tersenyum.


Bi Sarah begitu cantik, kulit pipinya yang putih kemerahan membuatku ingin menciumnya.


Dari arah dapur datang Marni sudah selesai mandinya, terlihat dari rambut panjangnya yang basah menetes air.


Adikku duduk disampingku makan bubur di piring yang sudah disediakan oleh bibi. Tercium dari rambutnya wangi shampo yang sebenarnya mengundang birahiku, Marni tidak tahu bahwa diantara selangkanganku ada sesuatu yang terbangun dan mencoba berontak.


"Kamu mandi tak mandi tetap aja cantik dek... " Puji aku pada Marni.


"Kan aku mandi hanya untuk kakak biar selalu bersih dan wangi..." Ucap Marni melihatku dengan senyuman manisnya. Manjanya Marni kepadaku berbanding terbalik jika sedang berada diluar rumah jauh dariku, pikirannya dewasa tapi ketika ada saya disisinya manjanya seperti seorang kekasih yang dimabuk cinta.


"Iyaa kamu memang adikku yang cantik, siapa dulu ibunya sudah cantik, murah senyum lagi. Iya kan bi..?" bi Sarah bengong ketika aku memujinya, tak ku sangka bibiku tersipu malu sampai memerah pipinya.


"Pantesan Marni begitu sayang sama kamu cup, kamu selain perhatian sama Marni dan bibi, pandai juga kamu membuat hati bibimu ini bahagia. bibi gak menyesal menganggap kamu putra kandung bibi.. andai kamu bukan saudara bibi, sudah bibi jodohkan sama Mirna cup..." Ucap bi Sarah kepada kami berdua, tentu saja aku terkejut sekaligus senang mendengar ucapan dari Bi Sarah, bahkan ku lihat raut muka Marni tatkala mendengar ucapan ibunya sampai salah tingkah.


Aku sungguh beruntung punya keluarga seperti mereka, kebaikan dan rasa sayang yang begitu dalam dihati kami bertiga, bagai tali simpul mati yang tak bisa dilepas.


Jalan hidup seperti ini aku sangat mensyukurinya, meskipun sedikit demi sedikit selama bertahun-tahun ada niatan dalam hati untuk menitipkan setetes air mani dirahim mereka berdua.


Kini pikiranku semakin terbuka, berusaha mencoba bangkit dari kehidupan yang serba kekurangan.


Tidak terasa ngobrol bersama mereka, hari pun sudah menjelang sore hari. Aku pamitan sama bibi dan Marni. Saat Marni nganter aku keluar rumah, tangan Marni menggenggam erat tanganku.


"Kak ucup jangan lama-lama sering kesini ya..?" Ucapnya dengan mimik yang seakan khawatir tak akan kesini lagi.


"Iyaa sayang... (Lalu aku berbisik pada telinga adikku) pantat kamu enak banget lho tadi.. makasih ya dek..? Maafin kakak ya sayang... kamu gak takut kan nanti kakak bakalan ngajakin kamu bersetubuh..?" Tanyaku kepada Marni yang masih menggenggam tanganku.


"Nggak kak, Marni gak takut.. juga Marni tak perlu menanyakan kepada kakak apakah akan bertanggung jawab atau tidak. Karena Marni yakin dan percaya kalau kakak memiliki sifat tanggung jawab pada keluarga..." Jawab Marni dengan begitu yakinnya pada kakaknya ini.


"Baiklah! kakak merasa tenang sekarang... Jadi nanti kakak gak malu ngajakin kamu buat bersetubuh.. kalau begitu kakak pulang dulu ya? Assalamualaikum dek.."


"waalaikumsalam kak..."



Aku lepas genggaman tangan adikku, lalu pergi meninggalkan Marni.



Ketika aku menyusuri jalan setapak di persawahan, aku mencoba untuk menoleh kebelakang. Astaga! Marni masih berdiri dihalaman rumah melihatku dari kejauhan, berat rasanya meninggalkan dirinya yang dengan sukarela menyerahkan pantatnya untuk aku nikmati.


Aku lambaikan tanganku kearahnya dari jauh, dia pun membalasnya meskipun aku tahu pasti berat jauh dari orang yang disayanginya.


Terimakasih Marni, kamu memang wanita yang luar biasa.
Tak sabar rasanya kakakmu ini ingin merasakan vaginamu yang sempit itu.

Terima Kasih hu...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd