Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FADILAH [By. Rangga]

Bimabet
@TS waah ternyata om rangga penulis terjenal disini.. Maaf brad ane telat mampir dimari..
Keep berkarya yah.. Sukses selalu..

:ampun:
 
Siapa Aku?





Entah sudah berapa lama aku menjalani kehidupan ini. Terkadang ada perasaan aneh dalam hatiku. Tentang Papa yang seakan terabaikan olehku, tentang keberadaan beliau termasuk mengapa Papa tak ada hingga sekarang. Aku ingat bahwa sebuah tragedi kecelakaan telah membuat Papa pergi dari kami, kesuatu tempat yang jauh.
Lalu, tentang Mama yang terus bertahan sendiri, mengasuh dan membesarkanku sejak kecil hingga sebesar ini. Tentang Lala yang entah dimana sekarang, dan banyak lagi hal yang kadang membuat denyutan dikepalaku semakin terasa kuat dan menyakitkan.

Saat ini pun, menjalani hubungan pacaran dengan Fadilah terasa seperti menjalani sesuatu yang tak ada tujuan akhirnya. Yang aku tahu dan aku rasakan hanyalah bahwa aku mencintainya, menginginkan yang terbaik buatnya. Tak dapat kulukiskan bagaimana bentuk rasa cinta untuknya itu. Yang aku tahu pula bahwa aku sering mengalami hal-hal indah bersamanya. Menjalani hari-hari yang menyenangkan, mengalami mimpi-mimpi indah bersamanya, dan banyak hal lainnya...

Seperti siang ini. Kepalaku terasa sangat sakit. Denyutannya semakin kuat seakan sebuah vyrus demikian dahsyatnya menggerogoti syaraf di kepalaku. Hampir saja aku tak sanggup menopang berat sepeda motorku dengan kedua kakiku saat ku parkirkan motorku dibagasi mobil.
Dengan sedikit sempoyongan ku jawab sekenanya saja pertanyaan mama yang menanyakan kenapa aku seperti jalannya orang mabuk. Kulirik sekilas ada rasa khawatir diwajah wanita terkasih itu.

"Tak apa, Ma. Dimas baik-baik saja koq. Hanya sedikit pusing..."

Segera ku masuk kamar dan menghempaskan tubuh ke atas ranjang tanpa membuka sepatu dan baju. Aku capek, lelah dan seperti diserang rasa kantuk yang luar biasa.

Hari ini aku ingin istirahat total. Rasa sakit dikepala masih begitu kuatnya, tapi aku berusaha untuk tidak menampakkannya didepan mama. Ini tak boleh diketahui mama, agar beliau tak merasa khawatir. Maklumlah, mama paling khawatir bila aku sakit.
Beberapa hari yang lalu aku sempat memeriksakan diri ke dokter sehubungan dengan rasa sakit dikepala yang aku alami beberapa hari belakangan ini. Menurut analisa dan hasil pemeriksaan, aku tak mengidap penyakit apapun. Ini hanya sakit kepala biasa, jadi aku tak perlu merasa khawatir.
Mungkin benar apa kata dokter. Ini hanya sakit kepala biasa. Tapi, sungguh ada sedikit rasa bingung dihatiku. Entah mengapa aku merasakan suatu keganjilan dalam diriku. Otakku kadang seperti tidak berfungsi lagi. Kadang juga telingaku seperti telah menjadi tuli, mataku seakan telah menjadi buta.
Terkadang saat aku menatap wajah Fadilah, lama-lama wajah itu berubah berganti wajah lain. Kadang menjelma menjadi wajah seorang wanita dewasa dengan kerutan-kerutan diwajahnya, kadang pula menjelma menjadi wajah seorang gadis kecil berusia enam tahunan.


~~~*****~~~​



Ada apa lagi ini...! Fadilah tiba-tiba hamil!
Dengan wajah kusust berurai airmata Fadilah mendatangiku. Aku yang sedang berusaha memejamkan mata diatas tempat tidur terkejut dengan gedoran dipintu kamarku...

"Dimas...! Dimas...! Banguuuuuun...!"

Teriakan mama terdengar agak kasar. Sepertinya mama sedang marah. Tak biasanya mama seperti ini jika hendak membangunkanku.

"Iya..., sebentar..." Jawabku.

Wajah mama terlihat panik dan marah. Tangannya mencengkeram bahuku segera setelah aku membukakan pintu.

"Ada apa, Ma?" Tanyaku bingung.

"Fadilah..., Dia..., Ah..., cepetan temui...!" Jawab mama dengan suara makin meninggi.

Keningku berkerut memandangi mama. Entah ada masalah apa lagi sehingga beliau bersikap seperti ini.

"Cepatannn!, temui Fadilah!"

Teriakan mama membuatku tersentak dan segera keluar menemui Fadilah.

Gadis itu sedang duduk. Rambut panjangnya yang biasanya diikat rapi kini dibiarkan terurai. Wajahnya tertunduk lesu. Sama sekali dia tak menoleh kearahku saat aku mendekatinya.
Aku langsung duduk disampingnya, memandanginya dan berusaha mencari tahu lebih dahulu melalui pandangan akan suasana yang aneh ini.

"Fadilah..., ayo cerita, Nak..." Suara mama terdengar lembut.

"Iya, Fadilah. Kamu kenapa?" Tanyaku.

Masih dengan wajah tertunduk dan rambut terurai kusut, Fadilah menjawab dengan suara yang nyaris tak terdengar...

"Saya..., saya..., hik..hik.." Pundak Fadilah terguncang-guncang menahan isak.

"Iya, kau kenapa?"

"Aku..., aku hamil...."

What?????! Hamil???!

"Sama siapa?!" Teriakku berbarengan dengan teriakan mama.

Perlahan Fadilah mengangkat kepalanya dan memandangku tajam. Bekas airmata dipipinya dibiarkan tanpa diusap sama sekali. Sorot mata itu menyiratkan amarah dan kesal yang dalam.

"Masih nanya?!" Bentak Fadilah. "Aku pacaran sama kamu. Aku selama ini dekatnya hanya sama kamu. Lalu kau pikir aku hamil sama siapa lagi??!"

"What??!" Mataku melotot tak percaya.

"Bagaimana mungkin?"

"Apanya yang tak mungkin!?"

"Mana mungkin aku yang menghamilimu, kita kan..."

"Jangan mengelak dari tanggung jawab!" Potong Fadilah sambil berdiri dari kursi dengan berkacak pinggang. "Enak saja setelah meniduriku hingga aku jadi hamil begini, lalu kamu menyangkal kalau telah menghamiliku?"

Aku bingung, juga panik menghadapi tuduhan ini. Ditambah lagi pandangan garang dari mama yang seakan siap memberi hukuman terberat untukku.

"Tapi..., tapi..."

"Tak bisa! Kau harus bertanggung jawab, Dimas!" Bentak mama.

"Tapi aku tidak..."

"STOP!"

"TIDAK!"

"Aku tak bisa...!"

"Kenapa tak bisa?"

"Karena aku tak pernah menyentuhmu...!"

"BOHONG...!"

"Kamu yang Bohong...!"

"Tidak!, Aku tak bohong!"

"Pokoknya aku tak bisa...!"

"STOOOOOOOOOPPPP!"

Kulihat mama berdiri limbung. Tubuhnya gemetar. Wajahnya pucat. Lalu..., mamapun pingsan.

"Mama....!" Teriakku berusaha menyambut tubuh mama yang hendak jatuh, tapi terlambat. Tubuh mama jatuh berdebuk ke atas lantai keramik.
Aku segera memeluk tubuh mama dan mengangkat kepalanya ke atas pangkuanku. Anehnya Fadilah berdiri tanpa bergerak sedikitpun. Bibirnya menyunggingkan senyum kemenangan.
Kupeluk tubuh mama dengan erat sambil mengguncang-guncangnya. Entah mungkin karena kepanikan ini atau mungkin kepalaku yang mulai sakit, matakupun tiba-tiba tak mampu melihat lagi, kepalaku pusing, pandanganku benar-benar kabur, lalu..., entah apa yang terjadi selanjutnya aku tak tahu lagi.


~~~*****~~~​



Aku berdiri disebuah persimpangan yang padat dengan kenderaan lalu lalang. Suara kalkson dan deru kenderaan saling bersahutan tak karuan. Bau khas knalpot kenderaan terus menerpa hidungku yang tanpa sanggup kutepis atau kuhindari.
Udara telah benar-benar tercemar, namun siapakah yang sempat mempedulikan hal itu ditengah kesibukan seperti ini? Sebagian besar orang-orang berpacu dengan waktu mengejar segala bentuk keuntungan, segala macam kepentingan dengan sangat melupakan dampak bagi tubuh terutama kesehatan.
Trotoar yang dikhususkan untuk pejalan kaki nyaris tak ada ruang lagi. Penuh dengan deretan kios-kios, lapak-lapak kecil para pedagang makanan kecil jualan. Mereka tak pernah peduli dengan Satpol PP yang sering kali menggusur tempat mereka. Seakan Trotoar itu dibuat demi kepentingan mereka.

Inilah hidup. Berbagai daya dan upaya dilakukan manusia untuk mempertahankannya, kalau perlu dengan mengorbankan hidup orang lain. Setiap orang harus bergerak cepat. Merencanakan hidup sesegera mungkin bila tidak ingin menjadi bagian dari rencana hidup orang lain.

"Hidup tak selalu mudah, namun tak juga sesulit yang kita takutkan..." gumamku perlahan.

Sebuah mobil berhenti tepat didepanku. Mobil putih berbentuk kotak dengan sedikit warna merah bagian belakangnya. Tak lama kemudian dari dalam mobil keluar seorang wanita cantik nan anggun memakai gaun indah layaknya seorang wanita kaya. Tatapan matanya nampak berbinar memandangku. Sesekali alisnya berkerut, matanya menyipit dengan senyum terindah menghiasi bibirnya yang mungil terpoles lipstick merah.

Heran aku melihatnya. Wanita ini seperti mengenaliku. Seakan dia sangat gembira menemukanku berdiri ditepi jalan seorang diri. Kulihat sekelilingku, memang tak ada orang lain selain aku disini. Arinya wanita ini memang sedang menjadikanku pusat perhatiannya.
Sedikit bergegas dia medekatiku...

"Papi???... kaukah itu???"

Papi? Wanita ini memanggilku papi???




Bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd