Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Fanfic Secret Class (NTR Stories)

ursagemini

Semprot Kecil
Daftar
18 Mar 2021
Post
61
Like diterima
1.297
Bimabet
Cerita ini adalah fanfiction (fanfic) dari manhwa Secret Class dan berfokus pada karakter perempuan di manhwa ini. Mengandung unsur netorare, blackmail, dan ugly bastard (UB).


Secret Class (NTR Stories)
Pekerjaan Sampingan?
Ursagemini

“Ahh.. dimana ini?”

“.. aku ingat aku pernah kesini terakhir kali, tetapi sekarang aku sudah lupa jalannya..”

“.. jadi lewat gang ini? Haruskah aku ke kiri atau ke kanan? Serius ..”

Aku berjalan dengan tanpa arah yang jelas, sepertinya aku memang buruk dalam mengingat sesuatu. Sepanjang perjalanan aku menyadari satu hal bahwa banyak tatapan yang diarahkan kepadaku.

Bukan tanpa alasan pria-pria ini memperhatikan diriku. Saat ini aku sedang berjalan melewati keramaian hanya dengan berbalut bikini hitam yang banyak menonjolkan lekuk tubuhku. Bawahan bra yang cukup rendah ini membuat belahan dadaku terlihat penuh serta bawahanku yang menunjukan pantatku yang padat.

“.. sepertinya jalan ini..”

Tidak memperdulikan tatapan asing yang dengan seksama melihat tubuhku dari atas ke bawah, aku memfokuskan diri untuk mengingat jalan menuju toko. Cuaca yang panas ini membuat tubuhku berkeringat dan aku harus segera kembali ke mereka.

image.png

(Beberapa saat sebelumnya)

Suara deburan ombak terus berputar, angin laut datang dan berhembus melewati kulitku. Musim panas memang seharusnya tidak disia-siakan karena itu aku memutuskan membawa mereka berdua untuk menikmati waktu ini dengan bersantai di pantai.

“Dae-ho berhati-hati! Jangan masuk terlalu jauh!” teriakku kepada Dae-ho yang telah melompat masuk ke air.

“Sepertinya Dae-ho bersenang-senang meski sendirian ..” ucapku kepada wanita disampingku.

“Benar Mrs. Cha,” jawab Seol Hee-ssi

Menikmati waktuku dengan duduk bersantai, aku sedikit berbincang dengan Seol Hee-ssi membahas pertumbuhan Dae-ho yang cepat ini. Tidak berapa lama cuaca semakin panas dan Dae-ho sudah kembali duduk bersama kita.

“Benar, aku harus membeli beberapa minuman untuk kita.. cuaca agak panas hari ini” tawarku kepada mereka.

“Apa kau ingin pergi sendiri bibi? Terakhir kali kau pergi begitu lama karena tidak bisa menemukan tokonya,” ucap Dae-ho.

“Tidak apa-apa karena sekarang aku tahu jalannya, Dae-ho kau harus menemani tamu,” balasku meyakinkan dan memintanya untuk tetap bersama.

“Cepatlah kembali bibi!” kata Dae-ho dengan semangat.

Meninggalkan mereka berdua, aku langsung berjalan menuju toko tempat menjual minuman. Sebenarnya aku tidak terlalu mengingat dimana jalan menuju toko itu, semoga saja aku mendapat keberuntungan. Aku berharap Dae-ho bisa mengobrol dengan Seol Hee-ssi saat ini.

Setelah sempat tersesat akhirnya aku menemukan sebuah kursi panjang yang berada di taman. Secara tidak sengaja aku kembali mengingat pertemuanku dengan pria tua itu yang menunjukan jalan menuju toko, tidak itu bukan yang terpenting untuk saat ini. Aku harus segera membeli minuman dan membawanya kembali.

Tidak jauh dari sana aku akhirnya tiba di toko serba ada itu dan segera membeli persediaan air minum dingin. Sebenarnya aku merasa sedikit canggung dengan kondisiku sekarang, aku yang masih menggunakan bikini mengantri diantara orang-orang yang berpakaian normal.

“Yo! Sudah lama tidak bertemu nona,” suara muncul dari arah belakangku.

“Ehh, anda kan?!” balasku dengan terkejut.

(Flashback chapter 49-52)

“Mereka bilang tokonya dekat tapi aku sudah merasa berjalan sangat jauh, haruskah aku melangkah lebih jauh lagi” gerutuku dalam hati.

Ini pertama kalinya aku berjalan disini dan aku tidak tahu dimana toko terdekat. Setelah berjalan cukup jauh dari pantai aku merasa cukup malu, bagaimana tidak saat ini aku berjalan dengan masih mengenakan bikini yang terbuka ini.

“Oy nona cantik!” ucap seseorang.

Kemudian aku mengalihkan pandanganku dengan mencari sumber suara dan secara tidak sengaja mataku bertemu dengan pria lusuh yang tengah berbaring di atas kursi taman.

“Ah yah, aku bukan nona maaf,” ucapku mencoba sopan.

Bagaimana mungkin aku tiba-tiba berbincang dengan orang lusuh sepertinya, apakah dia gelandangan? Apalagi dia masih membawa bir di tangannya, apakah aku harus menjauh darinya?

“Kemana tujuanmu nona? ucap pria lusuh itu lagi.

“Tidak apa-apa, eh, bisakah aku bertanya apakah ada toko terdekat di sekitar sini? Tahu dimana?” aku yang semula hendak menjauh berbalik bertanya mengharapkan jawaban.

Kemudian dia mematikan rokoknya dan segera membangunkan dirinya dengan sempoyongan. Matanya terus memperhatikan setiap inci tubuhku, “kau jauh-jauh kesini dari pantai untuk mencari toko?”

“Oh tidak aku hanya ingin tahu ..” aku mencoba menarik ucapanku kembali.

“Uhm.. baiklah aku akan mengantarkanmu kesana. Ayo pergi, dekat dari sini kok!” ucapnya sambil berjalan di depanku.

“Oh ya, oke,” balasku dengan bingung.

Kemudian aku berjalan mengikutinya dari belakang. Sebenarnya aku tidak tahu kemana dia akan membawaku, apakah dia memang membawaku ke toko atau sebaliknya. Namun dengan terpaksa aku harus segera membeli minuman akibat cuaca yang panas serta aku yang cukup lelah berjalan.

“Kau bilang kau tidak ingin aku panggil dengan nona, lalu bagaimana aku harus memanggilmu?” ucap pria itu membuka obrolan.

“Ah, oh aku wanita yang sudah menikah,” balasku berharap dia berhenti memanggilku dengan panggilan nona.

“Baik itu bagus, aku lebih suka wanita yang sudah menikah,” ucap dirinya.

“Maaf ?!” aku tidak mengerti maksud perkataannya, mengapa dia mengatakan lebih suka wanita yang lebih tua.

Tidak butuh waktu lama sampai kita melewati jalan kota dan sampai di sebuah toko yang cukup besar dan menyediakan berbagai kebutuhan dan minuman dingin. Untung saja dia benar-benar membawaku ke toko.

“Nah kita sudah disini, ayo masuk ke dalam, bagaimana menurutmu, ini toko serba ada terdekat bukan?” ucap dirinya memintaku masuk.

“Sekarang aku memikirkannya .. aku tidak melihat anak-anak itu dimanapun, apa mereka pergi ke toko lain?” secara tidak sengaja suara keluar dari mulutku.

“Apa katamu? Kamu mencari anak-anakmu? Dimana kamu kehilangan mereka?” ucap pria itu yang sekarang berdiri disampingku.

“Ah mereka tidak hilang.. mereka cukup tua, mereka berdua berusia 20 tahun,” balasku.

“Begitu, jadi demikian kau tidak perlu khawatir, nah kenapa kita tidak memakan es krim untuk menenangkan diri dari panas. Pilih yang kau sukai!” ucapnya sambil membuka lemari pendingin.

“Ap-apa? Ah tidak, kamu ambil saja aku tidak..” ucapku menolak.

“Aku tidak menerima jawaban tidak-tidak, ayolah ambil satu,” ucap dirinya sambil mendorong tubuh atasku masuk ke dalam lemari pendingin.

“Ah tunggu,” sepertinya aku tidak punya pilihan, aku merasakan tangannya yang kasar itu langsung bersentuhan dengan kulit punggungku. Sepertinya aku tidak bisa menolaknya.

Pada posisi ini bagian pinggulku terangkat ke atas dan membuat pria tua itu dan pengunjung toko yang lain bisa melihat pantatku yang terpampang bebas di hadapan mereka di balik bikini merah yang tidak cukup menutupi seluruh permukaan pantatku.

“Hehe,” suara samar tertawa dari arah belakang.

“Mphh ..” setelah selesai melakukan pembayaran aku berjalan keluar sambil menghabiskan es krim di tanganku. Cuaca yang begitu panas ini membuatku benar-benar memakan es krim ini dan entah alasannya apa, pria tua itu masih berjalan di sampingku.

“A-apa?” aku bertanya kepada pria itu yang sedang mengarahkan senyumannya ke arahku.

“Sepertinya kau menikmati itu Jeje ..” ucapnya.

“Ah tidak, cuacanya sedang sangat panas,” aku dengan terpaksa menjawabnya dan mengapa dia dengan mudah memanggilku Jeje? aku hanya mengatakan nama asliku, June.

Kemudian dia berhenti sesaat dan mengarahkan pandangannya ke sebuah bangunan yang tersembunyi di balik bangunan lain. Mau tidak mau aku ikut berhenti sejenak dan ikut melihat bangunan itu.

“Bisakah kita pergi kesana sebentar .. toko ku ada di sana,” ucap pria itu dengan mengarahkan telunjuknya.

“Eh apa yang akan kita lakukan disana? Kenapa aku harus ..” aku sempat bingung atas perkataannya namun sebelum aku selesai bertanya tanganku sudah ditarik olehnya.

“Kau akan tahu jika kau ikut denganku, lagipula itu dekat,” balasnya sambil membawaku pergi.

“Ah, tunggu sebentar! Jangan lakukan ini!” ucapku dengan panik.

“Ayolah ini tidak akan lama,” ucap pria itu kembali.

“Berhenti menarikku, mengapa kau melakukan ini?” ucapku kembali.

Orang-orang yang berlalu lalang kemudian berhenti dan memperhatikan kita berdua. Sungguh pemandangan aneh ketika pria lusuh seperti gelandangan sedang berjalan bersama seorang wanita cantik dengan balutan bikini yang minim.

“Kita sudah sampai, ayo masuk,” ucapnya sambil mendorongku masuk ke dalam bangunan yang terlihat terbengkalai itu.

“Ahh ..” suaraku yang mulai panik dan aku dibawa masuk olehnya.

Pria ini kemudian menutup pintu dan menguncinya. “Fufufu ..”

Di dalam ruangan yang sunyi ini aku duduk diatas sebuah sofa yang dirangkai berhadapan. “Kenapa dia ingin aku datang kesini?” itu adalah pertanyaan yang ingin aku katakan kepadanya.

“Sini, oh dan minumlah ini,” ucap pria itu mendekat sambil memberikanku sebuah minuman kaleng dingin.

“Apa yang kita lakukan disini?” tanyaku kepadanya.

“Tokoku terlalu buruk kan?” bukannya menjawab pertanyaanku dia malah berbalik bertanya.

“Ah bagaimana ini bisa terjadi, kau adalah pemilik bar karaoke,” ucapku ketika melihat keseluruhan ruangan dan peralatan yang tersedia.

Kemudian dia mulai menceritakan kisah hidupnya sebelum menjalankan karaoke ini yang sama sekali tidak kumengerti. Untuk menjawab pertanyaan yang dia lontarkan, aku menjawab dengan terus terang, “aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, maaf.”

Dia berjalan menuju lemari dan mencari sesuatu, tidak lama dia berbalik sambil membawa sebuah mikrofon di tangannya, “oke sudah cukup bicaranya, mari kita nikmati momen ini jadi mari nyanyikan sebuah lagu.”

“Kamu memintaku bernyanyi?” ucapku sambil memegang mikrofon yang dia serahkan.

♬ Laa.. Laa.. Laa.. ♬

image.png

“Ooo, kamu adalah penyanyi yang bagus,” ucap pria itu memujiku nyanyianku.

“Benarkah? Aku menjadi malu ..” mendengar pujiannya aku merasa tersanjung.

“Baiklah kau memenuhi syarat, sekarang kau bisa bekerja sebagai pendamping di bar milikku,” ucap dirinya dengan santai.

“Pendamping?” tanyaku bingung.

Dia kemudian bangkit dari sofa dan berjalan mendekat ke arahku. Berdiri tepat di hadapanku dia berkata, “ketika pelanggan datang untuk bernyanyi kau masuk dan membantu mereka dengan ini dan itu .. kau akan bernyanyi dan menari menghibur mereka ..” ucap dirinya.

“.. ini adalah situasi yang saling menguntungkan, kau bisa mendapat sedikit uang dan kamu bisa bersenang-senang,” ucapnya melanjutkan.

“Tunggu, apa kamu memintaku untuk menjalankan pekerjaan paruh waktu? Maaf tapi aku punya kesibukan dan mengurus anak-anakku..” ucap diriku menolak tawarannya.

Wajahnya terlihat kecewa dengan jawabanku, kemudian dia menyerahkan sebuah kartu nama, “kamu lebih suka menjalankan hal yang menyedihkan, tapi kau bisa menghubungiku jika kau berubah pikiran.”

Kemudian dia berbalik dan berkata, “aku tidak memiliki pendamping yang baik, itu alasan mengapa pendapatan yang kudapat menurun, ketika melihatmu aku pikir semuanya bisa menjadi lebih baik”.

Entah mengapa aku menjadi kasihan dan tidak nyaman kepadanya, namun apa boleh buat, untuk saat ini aku masih memiliki kesibukanku sendiri, aku harap bisa membantunya nanti.

“.. kamu harus keluar lewat pintu belakang, pintu depannya belum kubuka,” ucapnya sambil mengarahkanku keluar.

“Ahh ya, kalau begitu aku pergi, bos,” ucapkuku sebagai perpisahan. Aku harap dengan memanggilnya bos bisa membuat dirinya merasa nyaman.

(Kembali ke saat ini)

“Bagaimana tawarannya? tertarik?” ucap dirinya meyakinkanku ikut.

“Hmm, sebenarnya untuk saat ini a-aku masih bingung dengan keputusanku,” balasku yang sedang bingung.

“Begitukah? Maaf kalau begitu ..” mendengar jawabanku dia memutuskan untuk pergi.

“T-tunggu dulu, hari ini aku cukup sibuk, b-bagaimana kalau lusa aku datang kesana?” entah mengapa kata-kata itu keluar dari mulutku.

“Benarkah? Kalau begitu aku tunggu jam 07.00 malam,” jawabnya dengan gembira dengan senyum lebar terpampang jelas di wajahnya.

“Ahh iya,” jawabku singkat.

“Ngomong-ngomong aku suka bikini yang kau pakai, kapan-kapan kau harus memakainya kembali!” ucap pria itu sebelum berpisah.

Pria tua itu kemudian menghilang di balik keramaian dan aku segera kembali ke mereka berdua yang sedang menungguku, aku rasa mereka sudah kehausan. Sepanjang jalan aku berpikir berkali-kali apakah aku akan benar-benar datang ke karaoke pria tua itu.

Glug.. Glug..

“Ah dingin, meskipun aku sempat tersesat namun aku bisa mendapat minum ini,” ucapku sambil membagikan minuman ini.

“Terimakasih banyak bibi,” ucap Dae-ho yang bersemangat dan dengan cepat meminum minuman kaleng itu.

“Aku akan meminumnya nanti,” ucap Seol Hee-ssi dengan nafas terengah.

“Kamu harus meminumnya, kau sungguh berkeringat, tunggu kau benar-benar basah!” ucapku melihat dirinya yang sangat basah terutama di area selangkangannya yang dia coba tutupi.

“A-ah benar juga, ya aku akan meminumnya,” kemudian secara tergesa dia mulai meminum air yang kuberikan.

Kemudian kita menghabiskan hari itu dengan bersantai dan kembali pulang beristirahat. Melihat ke arah dalam kamarnya, Dae-ho terlihat tidur terlelap tidak seperti biasanya, dia benar-benar kelelahan setelah beraktivitas di pantai.

(Dua hari berselang)

Berkali-kali aku melihat ke arah jam yang tersimpan rapi di dinding kamarku. Aku mencoba berpikir untuk benar-benar datang menepati janjiku atau tidak, sungguh aku sangat kebingungan. Aku melihat ke kartu nama yang pria itu berikan kembali dan mencoba berpikir sejenak.

Ting.. Ting.. Tingg..

Lamunanku terhenti ketika aku mendengar suara bel pintu berbunyi, segera aku berjalan turun untuk melihat siapa tamu yang datang. Sebelum aku tiba aku bisa melihat Dae-ho yang sudah berdiri di depan pintu.

“Halo Dae-ho!” suara dari depan pintu.

“Kobong masuklah,” ucap Dae-ho memintanya masuk.

Bersamaan dengan mereka masuk aku sudah berada tidak jauh dari sana dan segera menyiapkan teh untuk mereka. Sepertinya Kobong datang untuk bermain.

“Terimakasih bibi, tehnya sangat enak,” ucap Kobong sambil memperhatikanku secara menyeluruh, matanya seolah-olah ingin menerkamku.

“Ah iya, silahkan,” ucapku membiarkan mereka bermain.

Melihat mereka yang sedang asyik bermain, aku menjadi berpikir untuk meninggalkan rumah sejenak untuk datang ke karaoke pria itu, aku harap itu tidaklah lama karena mereka berdua sepertinya akan terlarut dengan dunianya.

Segera aku meninggalkan mereka dan berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diriku dan segera bersiap. Membasahi tubuhku di bawah pancuran air aku menyabuni seluruh tubuhku tanpa terlewatkan bagian terkecil pun.

Mencukupkan acara mandiku aku segera mengeringkan tubuhku dan membalut diriku dengan handuk. Tunggu sepertinya aku salah mengambil handuk, aku menyadari handuk yang kuambil adalah handuk kecil yang bahkan tidak cukup menutupi tubuh bagian depan dan membiarkan tubuhku belakangku terbuka.

“Ya sudahlah, sepertinya aku terlalu banyak berpikir .. eh Kobong?!” aku memutuskan untuk membuka pintu dan begitu terkejut melihat Kobong sudah berdiri di depanku.

“Bibi apakah ini benar kamar mandi?” ucap Kobong dengan polos dengan tetap memperhatikan diriku yang masih basah di balik balutan handuk ini.

“Ah iya, berhati-hatilah lantainya licin,” ucapku sambil menyingkir dari depan pintu membiarkannya masuk.

Aku tersadar kalau handuk yang kupakai ini terlalu kecil yang tidak bisa menutupi bagian tubuhku. Sepertinya Kobong dapat melihat pahaku yang terbuka lebar serta bagian dadaku yang menyembul di balik handuk bagian atas.

“Tidak-tidak, aku harus segera memakai pakaianku kembali,” ucapku dalam hati.

Kemudian aku berjalan pergi ke lantai atas, sepertinya kesalahanku untuk lupa kalau Kobong ada disini sehingga aku malah memilih mandi di lantai bawah. Aku mencoba melirik ke arah belakang dan melihat Kobong yang masih belum masuk ke kamar mandi dan berdiam diri.

Aku membiarkannya dan langsung pergi ke atas sampai aku tahu kalau tubuh bagian belakangku tidak tertutupi oleh handuk dan terbuka secara bebas untuk dilihat olehnya. Berarti Kobong dapat melihat punggung dan pantatku, tidak, dia mungkin dapat melihat daerah intim ku ketika menaiki tangga.

Ah betapa bodohnya, aku lalu mencoba melupakan kejadian itu dan segera bersiap memilih pakaian dan menyadari jam sudah menunjukan pukul 18.20. Sial aku harus segera berangkat, aku tidak ingin membuat bos menunggu.

image.png

Tok.. Tok..

“Kau benar-benar datang, kemarilah!” ucapnya meminta masuk ke dalam ruangan pribadinya.

Kemudian aku diminta untuk duduk sambil mendengar arahan darinya. “Kebetulan sekali sudah ada pelanggan yang datang, sepertinya mereka baru selesai dari pekerjaannya, bawa ini dan bergabung lah dengan mereka,” ucap bos kepadaku.

Dia memberikan sebuah nampan berisi beberapa botol alkohol dan memintaku membawanya, namun sebelum itu dia menghentikanku.

“Sebentar aku rasa pakaianmu tidak cocok, hmm ..” dia melihat ke arahku dan secara seksama melihat pakaian yang kugunakan. Tiba-tiba dia langsung membongkar lemarinya yang berisi beberapa pakaian dan melemparnya ke atas meja.

“Pakailah ini sekarang ..” ucapannya terpotong oleh teriakan dari dalam ruang karaoke.

“Oyy pak tua, bagaimana kita bisa memutar musik ini!” teriak pengunjung pria dari dalam ruangan.

“.. sepertinya orang-orang itu sulit diberitahu, cepatlah ganti dengan ini dan bawa itu ke mereka, habis ini aku perlu keluar sebentar untuk mengobrol dengan supplierku,” ucapnya dan langsung pergi meninggalkanku.

“B-baik,” balasku singkat.

Kemudian aku mengambil pakaian yang sebelumnya dia lempar di atas meja, “t-tunggu pakaian ini?!”

Aku begitu terkejut melihat pakaian yang dia pilih untuk aku gunakan. Sebuah bikini two-piece dengan motif hijau-pantai, meskipun dia seterbuka bikini yang kupunya tetap saja apakah harus aku memakai ini?

“Jeje cepat bawakan minumannya!” teriak bos yang memintaku segera datang.

“Segera!” balasku.

Mau tidak mau aku harus memakai bikini ini, karena terbatasnya waktu dan aku masih belum hafal letak kamar mandi di gedung ini aku memutuskan untuk menanggalkan seluruh pakaian ku disini.

Melihat ke arah luar berharap tidak ada orang yang melintas, aku sedikit menutup pintu dan mulai melepas pakaianku satu per satu. Dimulai dari atasan aku melepas kemeja lalu rok yang kukenakan sebelum akhirnya aku benar-benar telanjang dan memakai bikini ini.

“Uhh, rasanya tidak begitu nyaman,” sepertinya bikini ini sudah lama tersimpan dan terasa tidak nyaman ketika bergesekan dengan kulit tubuhku. Langsung saja aku membawa minuman ini dan masuk ke dalam ruangan.

Sebelum aku masuk ke dalam ruangan aku berpapasan dengan bos, “kamu terlihat sangat cantik dengan itu, cepat bawa minum itu masuk, mereka sudah mengomel,” ucapnya lalu berjalan ke arah pintu keluar.

Berarti hanya aku sendiri yang harus melayani pelanggan ini. Menarik nafas yang dalam aku bersiap menyambut para tamuku ini.

“Maaf lama menunggu, ini minumannya,” ucapku kepada mereka sambil membawa minuman yang kubawa ke atas meja.

“Wow kau benar-benar cantik!”

“Siapa yang menduga di tempat seperti ini terdapat bidadari.”

“Ini baru yang dinamakan hidden gem.”

Aku sedikit tersipu mendengar pujian dari mereka semua, untuk wanita seumurku rasanya begitu menyenangkan mendengar hal itu. Setelah selesai aku segera berjalan keluar membiarkan mereka menghibur diri.

Sekembalinya di ruangan bos aku segera duduk karena tidak tahu yang harus aku lakukan. Apakah aku harus menyanyi untuk mereka? Tidak aku benar-benar bingung.

“Hey nona cantik kemarilah!” teriak seorang pelanggan.

“Baik segera,” mendengar itu aku berjalan masuk ke dalam ruangan.

“Tutuplah pintu dan bernyanyilah bersama kita,” ucap pria itu yang terdengar sedikit mabuk.

“M-maaf,” aku yang baru dengan hal ini segera menutup pintu dan duduk diantara mereka bertiga. Mereka sudah melepaskan dasi mereka dan membuka kancing atasnya dan terlihat sangat lelah dan mulai mabuk.

“Nona menyanyilah! Putarlah lagu kesukaanmu!” ucap pria lainnya.

Aku berdiri dan mengambil mikrofon itu dan mencoba memilih lagu yang bisa kunyanyikan. Aku harap mereka bisa menikmati dan terhibur dengan suaraku.
“Baik aku mulai,” ucapku mulai mempersiapkan musik dan mulai bernyanyi.

♬ Laa.. Laa.. Laa.. ♬

“Yo, yo, yo, suaramu sangat merdu nona,” ucapnya.

“Terima kasih,” balasku mendengar pujiannya.

Melihat ke arah mereka, mereka masuk ke dalam irama nyanyian dan terus meminum alkohol yang ada di depannya. Tunggu mereka benar-benar sudah menghabiskan tiga botol itu?

“Nona bernyanyi dengan musik yang temponya lebih cepat, suasana terasa lebih panas,” ucap salah satu dari mereka.

“B-baik,” ucapku mengubah lagu dan menyanyikan musik populer.

Mata mereka tidak berhenti memperhatikan tubuhku, rasanya mereka terus memperhatikan area dadaku yang sedikit terbuka dan area pantatku yang tertutupi bikini ini.

Aku mencoba fokus bernyanyi dan tidak memperdulikannya sampai salah seorang pria itu kemudian ikut berdiri dan bernyanyi.

“Ayolah nona jangan hanya bernyanyi, gerakkanlah tubuhmu yang seksi itu!”

“Ah iya,” aku segera menggerakan tubuhku maju dan mundur.

Pria yang ada di depanku ini terlihat menikmati lagu ini dengan berdansa, entah karena dia terbawa oleh ritme cepat musik ataupun terpengaruh oleh alkoholnya. Dia tidak hanya berdansa seorang diri, kemudian dia meraih tanganku dan mengajakku berduet.

“Bagus nona, ke kanan.. ke kiri, bagus gerakan tubuhmu itu!”

Tanganku dipegang olehnya, sambil menggenggam mikrofon aku mencoba mengikuti gerakannya. Aku menyesuaikan dengan gaya tariannya sambil memperhatikan pria lain yang sepertinya tertarik dengan ikut menari.

“Hey aku ingin juga,” ucapnya dan menarik tubuhku ke arahnya.

“E-eh sebentar,” aku yang menjadi panik ketika tubuhku didekap olehnya dari belakang.

“Perhatikan tanganmu, sebagai pemandu lagu kamu harus bisa menghiburkan pelanggan mu,” ucapnya.

Pria yang masih duduk itu perlahan mulai tertidur karena terlalu mabuk menyisakan diriku dengan kedua pria ini yang sangat bersemangat untuk bernyanyi dan menari.

“Wow, wow, lihatlah pantat dan dada itu, kamu benar-benar seksi nona!”

“Coba naik dan turunkan tubuhmu, haha, lihatlah dada itu bergetar!”

Aku hanya bisa pasrah mengikuti mereka, secara tidak sadar mereka memberikan aku gelas dan memintaku untuk ikut minum bersama mereka. Meskipun aku mencoba menolak tapi aku terpaksa sedikit meminumnya.

Plak!

“Aah!” aku terkejut ketika pantatku ditepuk oleh mereka.

Pria yang berada di belakangku hanya memberikanku senyuman dan kembali mengajakku menari. Dia mulai berani mengarahkan tangannya menyusuri tubuhku secara langsung.

Sebenarnya aku merasa tidak nyaman, aku harus menahannya sampai mereka benar-benar mabuk dan tertidur. Keduanya menyentuh dan meremas pantatku yang terus aku jauhkan tetapi mereka mencoba mendekat.

Tidak ini tidak benar, aku kemudian mendorong mereka berdua ke atas sofa, “baiklah untuk menambah suasana aku akan membuat tantangan, bila masing-masing dari kalian bisa menghabiskan satu botol lagi maka aku akan menanggalkan pakaian ini dan menari terlanjang di depan kalian.”

“Huh, tantangan yang tidak buruk, cepat berikan satu botol lagi!”

“Kamu benar-benar meragukanku nona!”

Tubuhku benar-benar basah oleh keringat. Aku tanpa berpikir panjang membuat tantangan ini berharap mereka sudah K.O ketika meminum satu botol lagi, namun akan menjadi masalah kalau mereka masih sadar dan aku harus telanjang di depan mereka berdua.

“Haha kamu meragukanku nona, lihatlah ..” kemudian pria itu jatuh tertidur disusul oleh pria lainnya.

Betapa beruntungnya, perkiraanku rupanya tepat, mereka sudah terlalu mabuk untuk bisa menghabiskan satu botol lagi. Kemudian aku kembali ke ruangan bos berharap bos yang menyelesaikan mereka dan aku menyelesaikan bill pembayaran.

“Dasar, mereka benar-benar terlalu mabuk!” ucap bos ketika melihat ke arah mereka.

“Ya mereka benar-benar terlalu menikmati karaokenya,” ucapku bergurau.

“Terima kasih Jeje, kamu bisa segera pulang, aku yang akan membereskan mereka,” ucap bos memujiku.

Mendengar itu aku mengambil kembali pakaian yang kubawa dan berjalan menuju bos yang hendak membangunkan mereka. “Bisakah kamu memberitahuku dimana letak kamar mandinya?”

“Ah diujung lorong sana, padahal kamu masih terlihat sangat berkeringat Jeje,” balas bos yang memperhatikan tubuhku.

“Ah ya aku ingin segera mandi dan pulang,” balasku singkat dan segera masuk ke dalam kamar mandi dan menyegarkan diriku sebelum pulang.

Setelah selesai membersihkan diri bos mengantarkanku ke pintu keluar dan bertanya, “Bagaimana June, kamu ingin melanjutkan pekerjaan sampingan ini besok?”

“Hmm .. aku belum memutuskan, tetapi bila aku punya waktu luang aku akan memikirkannya kembali. Baiklah sampai jumpa bos!” ucapku.

“Sampai jumpa dan terima kasih banyak!” balas bos sambil menutup pintu dan harus membereskan pembayaran dari pelanggannya yang masih lelap tertidur di karaokenya.

(POV bos)

“Hoho, apakah kamu melihat tubuh wanita itu, tubuhnya benar-benar memenuhi hasratku, bersyukur sekali suaminya untuk bisa melahap tubuh itu setiap malam .. ngomong-ngomong aku harap cctv di kamar mandiku masih berfungsi, fufu ini sepertinya akan menyenangkan,” ucap diriku sambil membuka komputer dan melihat isi rekaman yang kudapat.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd