Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Fenny (a tribute, a fanfic, a spin-off) [Tamat]

Makasih suhu @pimp lord, ane juga penggemar cerita2 suhu di KBB.. sadis memang tapi ane tetep crottt...syukur2 kalo ada kelanjutannya nih atau cerita baru tapi model2 kayak gini..disiksa,diancurin dll :)
 
Thanks all buat apresiasinya.

Well, there might be another two or three sequel sebelum spin-off ini saya tamatkan.

Saya ngga akan janji waktu update nya.
Dan untuk type cerita.... Depends on my mood...
Bisa hard, bisa soft or something in between....

I already have the ending for this spin-off....
Semoga penulis aslinya berkenan meneruskan cerita magnificent ini....

Cheers

Just remember.... God only knows when the update will be
 
Fenny - Behind her origin Story


Warning….


Cerita kali ini mungkin sedikit lebih sadis atau kasar buat sebagian readers.

Kalau bro / sis tidak terlalu suka dengan type cerita yang terlalu sadis, silahkan close cerita ini.

Otherwise, enjoy the story….

Just remember….

You've been warned….

****


Jum’at itu sepulang sekolah, Fenny mendapati mobil yang sudah sangat dikenalinya telah menunggu di sudut parkiran yang cukup tersembunyi di luar sekolahnya.


“Fen, main ke rumah gua, ya?” Kata Ivana yang membuat Fenny terkejut dan sadar dari lamunanya.

“Elo ngga kenapa-napa, Fen?” Tanya sahabatnya itu, demi melihat Fenny yang nampak terkejut ketika ia menyapanya


Ivana yang memang sejak dari SMP sudah menjadi sahabat Fenny, tahu betul sifat Fenny memang yang pada dasarnya pemalu dan sedikit tertutup. Tapi tidak sampai seperti ini, yang nampak ketakutan.


“Ngga, ko…. Ngga kenapa-napa.” Kata Fenny dengan suara pelan. “Kangen mami sama…. Papi….” Katanya lagi sambil menggigit bibirnya, yang diasumsikan Ivana sebagai rasa rindu sahabatnya pada sosok sang ayah yang disayanginya….


“Ya udah, biar ngga bt, nginep di rumah gua aja.” Ajak Ivana lagi.


Ingin sekali Fenny menerima ajakan sahabatnya itu, namun demi melihat mobil yang sudah menunggunya, Fenny tahu kalau ia akan mendapat masalah besar kalau ia memutuskan menerima ajakan Ivana dan pergi dengan sahabatnya itu.


Sedangkan ketika ia menuruti kemauan Erick saja, hidupnya sudah berantakan. Tak bisa dibayangkan olehnya penyiksaan fisik maupun degradasi mental yang akan didapatnya jika ia sengaja mengacuhkan perintah lelaki itu.


Fenny memaksakan dirinya untuk tersenyum, “Makasih, Na. Aku mau pulang aja. Gua juga lagi mau bersih-bersih rumah.”


“Yawdaaaah…. Tapi kalau udah beres-beres, maen ke rumah, ya…. Sekalian beresin rumah gua, hihihi” kata sahabatnya sambil melambaikan tangan dan pergi menuju gerbang sekolah.

****”


“Temen elo manis juga, ya?” Kata Erick sambil mengemudikan mobilnya.


Tak ada jawaban dari Fenny, karena kini sang gadis sedang menelan penis Erick di dalam mulut dan tenggorokannya, sementara tangannya memijat-mijat pangkal penis sang lelaki.


“Kanyanya boleh juga tuh kalau dia nemenin elo ngelonte….”


Fenny melepaskan penis Erick dari mulutnya…. “Please…. Jangan Ivana…. Jangan sahabat gua….” Mohon Fenny…


“Kenapa?” Tanya Erick, “Paling ngga bisa sedikit ngurangin beban elo waktu ngelonte…. Dan biar elo ada temennya….”


“Please…. Gua mohon…. Jangan sahabat gua…. Gua layanin siapapun, gua layanin berapapun…. Jangan rusak sahabat gua…. Please….” Kata Fenny yang segera mendeepthroat penis Erick dengan harapan lelaki itu mau melepaskan Ivanna


“Berapapun?” Tanya Erick

“Mmm...mmm…” jawab Fenny memandang ke arah Erick, menganggukkan kepalanya sambil terus menghisap, menyedot penis Erick yang mulai berkedut

“Siapapun?” Tanya lelaki itu lagi dengan suara bergetar. Menahan desakan di ujung penisnya


Fenny menghisap dengan kuat, membuat Erick tak mampu lagi bertahan….

Sang gadis menelan seluruh semburan yang masuk ke dalam mulutnya. Ia bahkan menjilati lelehan sperma yang tersisa di penis sang lelaki yang nampak puas….

****


Fenny memandang dengan raut wajah memelas ke pada Erick.

Mereka berada di depan pagar seng yang membatasi sebuah proyek pembangunan. Di baliknya Fenny bisa mendengar kesibukan para pekerja yang sedang bekerja keras.


Sang gadis memegang erat lengan Erick.

“Terserah Elo…. Elo udah bilang sanggup buat ngelayanin siapapun dan berapapun. Kalau elo mundur, siap-siap aja temen elo bakal sangat benci sama elo. Kerena elo yang bikin dia jadi penampungan peju seperti elo.”


Fenny meneteskan air mata, dia diberi pilihan yang sama sulitnya. Kehilangan seorang sahabat, atau tubuhya akan menerima siksaan fisik dan mental, yang brutal.


Dengan terisak ia menekapkan kepalanya ke lengan Erick, tetap menggenngam tangannya erat.

“Tolong…. Jangan sentuh Ivana….” Pintanya…


“Kalau begitu, berhenti nangis. Kita masuk.” Kata Erick tegas sambil berjalan ke arah pintu seng. Dan Fenny, tetap memegang lengan Erick seperti seorang anak yang meminta perlindungan ayahnya.


Erick bisa merasakan tubuh Fenny mengegang dan bergetar. Cengkraman di lengannya makin kuat.


Aku bisa mati…. Batinnya demi melihat puluhan pekerja bangunan yang nampak kasar, keras, dan tanpa senyuman bekerja keras menghancurkan pondasi lama dan sebagian mulai membangun.

Tubuh para pekerja nampak keras ditempa pekerjaan mereka, tubuh mereka kotor, dekil, kusam.


“Bayangin Ivana yang ngelayanin mereka semua….” Bisik Erick pada sang gadis….

“Bayangin Ivana kehilangan keperawanannya, dijarah habis-habisan, jadi pembuangan peju, jadi toilet mereka semua.” Katanya lagi yang membuat Fenny menyerah…. Sahabatnya tak boleh mengalami nasib seperti yang ia derita.

Cukup ia saja yang hancur….


“Boss Erick…. Maaf saya ngga tau boss mau datang.” Kata mandor kepala yang datang menghampiri mereka.


Fenny bisa merasakan pandangan bernafsu mandor itu dan para pekerja yang kini semakin menjadi mencuri pandang ke arah tubuh nya.

Tubuh yang sebentar lagi akan luluh lantak.


“Siapa 'tu cewek, boss?” Kata sang mandor, tak bisa lagi menahan nafsunya.


“Kumpulin anak-anak!” Kata Erick tegas.


Di antara ketakutan Fenny akan nasibnya, ia sedikit bertanya dalam hatinya.

Siapa Erick sebenarnya...


Sang mandor berteriak memanggil semua anak buahnya, yang segera berkumpul membentuk lingkaran, berdesakkan dengan pandangan lapar ke arah tubuh indah Fenny yang masih terbungkus seragam smu nya.


“Gua dapat laporan kalau kerja kalian bagus. Gua seneng.” Kata Erick dengan suara lantang.

“Sebagai hadiah, sore ini sampai minggu besok, kalian boleh libur.” Kata Erick yang diiringi sorak sorai para pekerja yang langsung menyusun rencana untuk mengisi liburan mereka.

“Dan sebagai bonus….” Kata Erick sambil memegang kedua pundak Fenny dan membuat sang garis berdiri di depannya.


“Perkenalkan diri elo, dan bilang elo akan melayani mereka dari urusan dapur, sampai urusan kasur. Inget, ngga pake bayaran” katanya lirih di telinga sang gadis.


Tubuh Fenny bergetar hebat…. Pandangan para kuli bangunan itu membuatnya ketakutan.

“Nurut, atau temen elo yang bakal muasin mereka semua.” Kata Erick pelan namun tegas.


“Bapak-bapak semua….” Kata Fenny pada akhirnya dengan suara yang dibuat setenang mungkin.

“Saya Fenny…. Saya masih sekolah kelas xi smu…. Sekarang ini, sampai minggu nanti, saya….” Fenny terdiam. Kalimat berikutnya akan menyegel nasibnya.

“Saya alan ngelayanin bapak-bapak semua, dari urusan dapur, sampai urusan…. Kasur…. Gratis….”


Sorak sorai bergemuruh melebihi sorakan karena mereka diberi libur. Bahkan mereka yang tadinya hendak jalan-jalan langsung memutuskan untuk tinggal di bedeng mereka.


“Makasih boss Erick…. Tadinya kita mau cari lonte murahan, eh…. Si boss malah ngasih yang gratisan, abg amoy lagi, hehehe…. Makasih bos…” seru mereka bersahutan.


“Nah, sekarang gua pulang dulu, minggu sore saya dateng buat jemput ‘ni lonte. Selama itu, terserah kalian nih lonte ini mau kalian apain, ngga usah mikirin pake kondom. ‘Ni perek lebih seneng dipejuhin langsung di dalem memeknya.”

****


Begitu pintu seng tertutup, para kuli dipimpin sang mandor langsung merubung Fenny yang terjepit ditengah-tengah para pekerja kasar yang bau matahari, dekil, dan berkeringat.


Tubuh nya yang beberapa saat lalu masih menyisakan aroma wangi, kini ternoda aroma masam para kuli yang berebutan mengelus tubuh indahnya, menciumi pipinya, merabai tangannya, menyingkap rok smu nya ke atas hingga paha putih dan indahnya kini ternoda debu semen, pasir dan thinner.


“Minggir lu pada!” Bentak sang mandor. Dan anak buahnya sedikit mundur, memberi ruang pada Fenny dan sang mandor yang berwajah garang.


Fenny sedikit berharap mandor itu berubah pikiran dan akan menyelamatkan dirinya.

Namun….

Breeek….

Mandor itu merobek seragam smu sang gadis. Memperlihatkan sports bra yang menyangga payudara indahnya yang tak terlalu besar namun ranum dan sekal itu.


Para kuli bersorak riang dan bersiul, mengucapkan kata kata kotor dan jorok yang melecehkan Fenny.


Sang mandor lalu memeluk Fenny dan memagut bibir sang gadis dengan buas.

Fenny berusaha menghindar, namun cekalan tangan sang mandor di kepalanya membuatnya tak bisa bergerak dan hanya bisa pasrah merasakan lidah basah sang mandor berusaha menerobos mulutnya, lidah yang pekat dengan aroma rokok, dan asam karena jarang sikat gigi.


Dengan kasar sang mandor lalu mendorong Fenny hingga berlutut di atas tanah yang penuh dengan brangkal, membuat lutut sang gadis perih tergesek berangkal tersebut.


Sang mandor lalu menurunkan celana dan celana dalamnya yang lusuh. Aroma masam penis yang belum dibersihkan, dengan bulu kemaluan yang lebat, dan kulit penis yang nampak berdaki. langsung menyeruak ke rongga hidung dan ke dalam paru-paru Fenny.


Sang gadis berusaha menahan paha sang mandor yang mendesakkan penis kotor dan baunya ke wajah sang gadis.


“Eh…. Ngelawan lu ya!” Bentak sang mandor sambil menampar pipi kiri Fenny dengan sekuat tenaga sehingga wajah sang garis terlempar ke kanan.


“Ampun…. Ampun pak…. Sakit…..” kata Fenny merasa giginya sedikit ngilu akibat tiga tamparan brutal dari sang mandor, matanya berair, pipinya terasa panas, bibirnya nampak terluka.


“Sekali lagi elo ngelawan, gua masukkin elo ke dalam adukan pondasi. Ngarti!”


Ia lalu kembali menjambak rambut sang gadis yang kini pasrah, membuka mulutnya, dan membiarkan penis busuk dan nista itu memperkosa mulutnya dengan brutal.


Mandor itu memegang bagian belakang kepala Fenny, memaju mundurkan kepala sang gadis dengan kuat sementara pinggulnya sendiri menyentak-nyentak kasar membuat penisnya merejok masuk sampai mengenai anak tekak sang gadis membuatnya terbatuk dan hampir muntah. Dan penderitaan sang gadis bertambah karena hidungnya tertanam di rambut kemaluan sang mandor yang lebat, berbau asam dan kotor, serta berbenturan dengan perut bawah buncit bergelambir milik sang mandor.


Sementara sang mandor memperkosa mulutnya. Para kuli yang lain yang sudah tak sabar segera menelanjangi sang gadis, lalu berebutan menikmati kemulusan tubuh gadis smu yang kencang dan sekal itu.


Mereka berebutan menciumi sekujur tubuh Fenny, menjilati kulit bersihnya, mencupangi leher dan bagian tubuhnya yang lain.

Sementara itu kedua tangannya dipaksa mengocok penis-penis para kuli, bahkan rambut indahnya digulungkan ke sebuah penis dan dipakai untuk bermasturbasi.


Fenny berusaha merapatkan pahanya namun tak bisa. Pahanya dipaksa meregang dalam.posisi berlutut, ia bisa merasakan jari-jari kotor yang penuh debu, semen dan tanah bergantian mengorek-ngorek lubang vagina dan anusnya. Memaksa ke dua lubang pribadinya membuka lebar.


Mereka kagum karena memang nyatanya vagina muda sang gadis masih elastis, terbukti dengan merapatnya kembali vagina itu setelah mereka regangkan begitu rupa.


“Rebahin nih perek” perintah sang mandor yang langsung dituruti anak buahnya yang segera membaringkan tubuh sang gadis di atas tumpukan berangkal kotor, berdebu.


Sang mandor mengangkat belakang lutut Fenny, hingga kini sang melengkung ke atas. Punggung sang gadis terasa sakit menahan beban tubuhnya yang dilipat begitu rupa.


“Aaaagggghhh” teriak Fenny keras ketika tanpa peringatan, sang mandor langsung menyodokkan penisnya ke dalam anus sang gadis dengan kasar dan langsung memompa anus sang gadis dengan kasar dan brutal.


“Bool elo memang enak, neng…. Kualitas nomor satu bakal puas gua ngelobangin nih bool ampe ancur!” Katanya beringas sambil menghentak-hentakan pinggulnya dengan kasar, membuat penisnya menghujam dengan keras ke dalam anus sang gadis yang nampak terluka karena selama ia di sodomi, baru kali ini ia benar benar dikasari dengan brutal.


“Auggghh…. Ampun…. Ampun pak…. Sakiiit…. Cabut…. Aduuuh….” Erang dan rintih Fenny ditengah-tengah genjotan sang mandor yang justru makin kasar menghentak pinghulnya hingga berbenturan dengan bulatan pantat sang gadis. Dan rasa sakit itu bertambah akibat beban yang ditahan tubuhnya yang dipaksa melengkung, dan gesekan berangkal di punggungnya yang kini lecet-lecet.


“Sumpel mulut nih lonte! Gua males denger lonte ngerengek!” Perintah sang mandor yang langsung disambut senang oleh anak buahnya yang langsung menarik dagu Fenny hingga terdongak ke belakang, dan dengan kasar menjejalkan ke mulut sang gadis.


Tenggorokan Fenny memperdengarkan suara gelegak dan tersedak. Penis kotor dan berdaki itu dihujam sangat dalam hingga scrotum sang kuli menutup hidung sang gadis yang menggapai-gapai mencoba mendorong paha sang kuli agar bisa menarik nafas. Dan yang membuat rasa sakit itu bertambah karena sang kuli tidak menurunkan celananya utuh, hingga bahan celana yang kasar dan zipper itu menggesek kulit kepala sang gadis.


Penderitaan Fenny bukan hanya di mulut dan anusnya, payudara mudanya diremas kasar, ditampar hingga berwarna kemerahan, bahkan putingnya digigit dengan keras hingga sang garis menjerit tertahan. Dan hasilnya membuat penis di mulutnya mendapat sensasi vibration yang membuat pemilik penis itu tak kuat lagi menahan ejakulasinya.


Fenny kembali tersedak ketika kuli itu menyemburkan spermanya langsung dalam tenggorokan sang gadis, bahkan hingga ke luar melalui hidungnya seperti ingus. Dan pemandangan itu membuat kuli yang lain bersorak seakan mendapat hiburan, sementara Fenny merasa bagai onggokan daging yang dipakai seenaknya untuk memuaskan nafsu mereka.


Setelah penis di mulutnya di tarik ke luar, sang mandor menjambak rambut Fenny.

“Lihat kontol gua yang baru ngerusak bool elo bakal gua cuci di memek elo!” Bentaknya sambil menarik penisnya dengan kasar dari anus sang gadis dan dengan kasar menghujam penis yang berjengit dan merintih kesakitan sambil melihat penis yang nampak kemerahan karena dibalur darah dari dinding anusnya yang lecet langsung dihujam dengan kasar ke dalam vaginanya yang masih kering.


Selama ini waktu ia di gangbang, ia selalu dirangsang dan dipaksa orgasme sebelum penis-penis para pemerkosanya menyerbu mulut, anus, dan vaginanya. Ia sedikitnya siap, dan lubang-lubangnya dilumasi walau seadanya. Namun saat ini, semuanya sangat berbeda, para kuli itu begitu kasar dan brutal. Tak peduli akan orgasme sang gadis. Buat mereka, Fenny sama sekali tidak berhak mendapatkan kenikmatan walaupun itu hasil paksaan.


Mereka seperti mendapatkan kepuasan dengan menyiksa dirinya dengan kejam. Seakan mereka ingin membalas rasa tertindas mereka selama dalam bekerja ke tubuh indah menggiurkan seorang amoy abg sma, yang dengan sukarela memberi tubuhnya untuk mereka gunakan sebagau pelepas stress, jenuh, marah, dan kesal.


Tubuh Fenny berguncang makin keras seiring deru nafas sang mandor yang semakin terdengar berat.


“Ampun…. Jangan…. Jangan di dalam, pak…. Fenny mohon…. Ampuun, jangan di… Aaaaaggghhhh!” Lenguh sang gadis, histeris, putus asa ketika sang mandor malah dengan brutal menggentakkan penisnya dalam-dalam menahannya di sana, dan menumpahkan benih jahanamnya ke dalam vagina sang gadis.


Setelah mencabut penisnya yang mengecil, sang mandor malah sengaja mengangkat paha Fenny sehingga semua spermanya tetampung di dalam vagina sang gadis sampai sang mandor merasa yakin kalau spermanya sudah terserap di dalam rahim sang gadis.

Mandor itu terlihat sangat puas karena ia memang berharap bisa menghamili Fenny, ia tersenyum sinis melihat wajah ketakutan Fenny yang khawatir akan hamil oleh perkosaan biadab, brutal, dan memalukan ini. Wajah memelas sang gadis yang sampai saat ini belum mengetahui fungsi implan yang ditanam Nat atas permintaan Erick.


“Bantai!” Seru sang mandor tegas sambil melepas paha Fenny, hingga pantat sang garis berdebam di atas brangkal berdebu.


Para kuli bersorak-sorai, mereka lalu mengangkat Fenny dalam posisi terlentang di atas tangan merereka, lalu membawa sang gadis yang tak berdaya itu masuk ke dalam bedeng mereka.


Mereka membawa Fenny ke ruang yang menjadi gabungan ruang makan dan ruang hiburan mereka.

Mereka melempar gadis itu ke atas meja makan dari bahan deklit yang masih penuh piring plastik kotor hingga bertebaran.


Seorang dari kuli kemudian naik dan memposisikan Fenny terlentang di atasnya.


Fenny kembali mengerang kesakitan, kuli itu kembali menyodomi anusnya yang perih hasil karya sang mandor yang kini menyaksikan pembantaian sang gadis di tangan para anak buahnya.


“Please…. Please…. Satu-satu…. Satu-sa Aaaarrrgghhhh….” Kembali sang gadis meraung.

Vaginanya kembal digenjot kasar oleh seorang kuli lainnya yang dengan kasar juga mencengkram payudara Fenny, membenamkan cakarnya di payudara sang gadis yang kini berwarna kemerahan akibat remasan dan tamparan keras di sana.


Tubuh sang gadis terguncang guncang hebat oleh genjotan kasar kedua kuli itu. Mulutnya untuk kesekian kali harus menelan penis kotor dan bau.


Dan tangannya begitu pegal dipaksa mengocok penis demi penis yang disodorkan padanya.

****

Malam sudah datang, tetapi perkosaan yang dialami sang gadis malah semakin liar.


Tubuh Fenny sudah sangat mengkhawatirkan, tubuhnya begitu lemah, mukanya pucat, rambutnya kusut masai. Sperma nampak betebaran disekujur tubuhnya, dan mengalir tak hentinya dari vagina dan anusnya yang tak lagi sanggup menampung deposit sperma dari para kuli.


Mata Fenny yang mengabur melihat ada dua kuli yang bertubuh tinggi besar mendekatinya.


“Please…. Gua mohon…. Ampun…. Bisa sobek…. Ampun….”

Fenny memohon ketakutan, penis kedua kuli itu merupakan penis terbesar dari yang pernah Fenny lihat sebelumnya. Entah itu natural atau bukan, yang jelas, Fenny merasakan takut yang amat sangat.


Seorang dari kuli tadi tiduran di bawah Fenny, sementara temannya tadi mengangkat tubuh lemah Fenny yang menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memohon…

****


Kedua mata Fenny membelalak, mulutnya membuka tanpa suara. Posisi kakinya yang dikangkangkan membuat tubuhnya tak mempunyai penahan ketika dengan paksa vaginanya ditekan ke bawah.


Penis itu mentok, dan masih menyisakan beberapa centimeters di luar vaginanya.


Mata sang gadis mendelik ke belakang hingga hanya terlihat bagian putihnya saja ketika kuli di belakangnya menekan bahunya turun sementara kuli di bawahnya mendorong pinggulnya ke atas sambil menarik pinggulnya ke bawah.


Selangkangan sang kuli akhirnya bersentuhan langsung dengan vagina sang gadis.


Entah bagaimana kondisi vagina Fenny, namun sang kuli tak peduli dan mulai menyentak nyentak pinggulnya ke atas, membuat sang gadis terlempar lempar di atas tubuhnya.


Fenny yang kini hanya bisa mengerang ngerang tak menyadari kalau kini kuli di belakangnya mengambil posisi.

****


Teriakan sang gadis terdengar sangat keras dan memilukan.

Dua penis terbesar yang pernah Fenny jumpai kini mendobrak anus dan vaginanya. Dan dengan kasar kedua orang itu memacu tubuh Fenny, yang nyaris jatuh pingsan akibat tak tahan menahan sakit yang mendera tubuhnya. Namun, tamparan di wajahnya meyadarkan sang gadis yang merasa kesakitan akibat serangan dua kuli biadab yang itu yang akhirnya bersama-sama mendepositkan sperma mereka ke dalam anus dan vagina sang gadis.


Setelah ke duanya selesai melepaskan hajatnya di tubuh Fenny yang kini tergeletak tak berdaya di atas meja, para kuli lain maju dan kembali merangsek sang gadis yang kini bagai kain usang yang dilempar ke sana ke mari. Hingga sang gadis tak lagi bisa menahan kesadarannya, bahkan tamparan keras di wajahnya tak bisa membuatnya sadar.

****


Rasa dingin yang menusuk serta gatal yang menyerang menyadarkan sang gadis dari pingsannya.


Fenny memandang sekelilingnya.


Para kuli itu membiarkannya pingsan di luar bedeng mereka.


Lehernya terasa lebih dingin, tangannya bergerak menyentuh lehernya.


Sebuah rantai anjing di eratkan di lehernya. Sang gadis berusaha melepaskan rantai itu, namun gembok kecil itu mementahkan usahanya

Fenny menarik rantai itu dan menyadari kalau ujung rantai itu di pasak ke sebuah struktur.


Fenny merasa kalau kini dirinya direndahkan bagai hewan. Dibiarkan di luar rumah, kedingian, dan diserbu rombongan nyamuk yang membuat tubuh mulusnya kini bentol-bentol kemerahan. Dan tubuhnya bisa merasakan serbuan semut-semut yang merubung dan mengigiti dirinya, tertarik dengan aroma sperma yang pekat melekat di tubuhnya.


Dengan tubuh yang lemah, dan sakit di sekujur tubuhnya, terutama di anus dan vaginanya, sang gadis merangkak pelan ke arah pintu bedeng.


Tangannya hanya berjarak satu meter dari pintu. Rantai yang membelenggu lehernya sudah teregang maksimal.


Sang gadis meringkuk tersedu di depan pintu bedeng. Penyiksaan dan pelecehan kali ini benar-benar membuat dirinya jatuh ke level yang paling rendah dalam hidupnya.


Bukan saja dirinya hanya dianggap sebagai onggokan daging pemuas nafsu, penampungan sperma, ia juga kini diperlakukan lebih rendah dari manusia, bahkan lebih rendah dari hewan peliharaan. Karena hewan peliharaan masih diperlakukan lebih baik daripada dirinya saat ini.


Sang gadis meringkuk di depan pintu bedeng, dengan tangan yang diselipkan ke antara pahanya, menahan dingin dan lapar diatas kubangan air seninya sendiri yang tak dapat ditahannya lagi.


Bahkan langit seakan ingin ikut menyiksa sang gadis dengan menumpahkan hujan besar ke atas tubuh Fenny yang tak bisa berlindung, akibat rantai di lehernya.

****

Semburan air hangat beraroma pesing dan kelat itu membuat Fenny gelagapan dan megap-megap mencari udara.


“Bangun, anjing!” Maki sang mandor yang kemudian menarik rantai di leher Fenny hingga sang garis terhenyak dan tercekik.


“Elo itu udah janji buat ngurus kita-kita, kasur dan dapur. Sekarang elo masak aer. Cepet!” Bentaknya lagi sambil menarik rantai Fenny yang terseret seret mencoba mengikuti langkah sang mandor ke arah dapur yang kotor, licin berlumut.


Fenny yang tak pernah mengenal kompor minyak tanah jelas kebingungan.


“Dasar ******!” Maki sang mandor sambil mencubit puting payudara Fenny dan memuntirnya keras hingga sang gafis menjerit-jerit kesakitan


“Elo ngga tau nyalain kompor?! Dasar lonte kaya! Sombong! Lonte ngga berguna! Emang pantes kalo elo di jadiin lonte! Karena elo cuma perlu ngangkang dan dijejelin kontol! Rasain sekarang nikmatnya jadi orang susah. Lonte! Umpat sang mandor sambil menyalakan kompor. Laku memaksa Fenny mengangkat dandang berat berisi air.

****


Fenny merasa tidak nyaman, pantat indahnya kini duduk di atas bangku kayu kecil berlumut dan berjamur di depan tumpukan piring plastik dan kaleng kotor.


Fenny yang memang senang kebersihan tidak terlalu masalah untuk mencuci piring-piring itu, namun kondisi tempat cuci yang kotor itu yang membuatnya risih, karena kini ia merasa seperti ada cacing-cacing kecil yang merayap mencoba menginfiltrasi anus dan vaginanya


“Hoi! Lonte! Kopi!” Teriak beberapa kuli.

Dengan tergopoh-gopoh Fenny membawa thermos air panas ke meja ruang makan.

Ia lalu mengambil cangkir-cangkir dan menyeduhkan kopi, teh maupun susu bagi para kuli.

Sementara ia melakukan itu semua, pelecehan tak henti diterimanya.


“Aw aw aw….” Ringis Fenny ketika payudaranya di remas kasar

“Waah… padahal pengen minum kopi pake susu seger.” Kata sang kuli sambil lalu menampar payudara Fenny dengan keras.


“Ini pantat bikin gemes.” Kata kuli yang lain sambil mermas kasar pantat Fenny yang memang bulat indah itu dan lalu menamparnya dengan keras


Remasan, tamparan, cubitan mendera sekujur tubuh sang gadis yang kewalahan memenuhi keinginan para kuli yang senang karena mereka selama dua hari ini tidak perlu mengurus diri mereka sendiri.


Sudah ada “pembantu” yang siap melayani mereka siang malam, di manapun, kapanpun.


Sang mandor yang duduk terpisah kemudian menarik rantai di leher sang gadis hingga terjerembab di depan nya, dan memaksa Fenny untuk men deepthroat penisnya yang dari kemarin, sejak mandor itu memperkosanya berkali kali, belum lagi mandi.

****


“Heh Lonte!” Bentak sang mandor, “Lo pergi ke kios si Jaka di depan bedeng ini. Lo beliin gua rokok. Dan jangan berani pulang kalau Elo ngga bawain itu rokok. Kalau elo mau coba-coba kabur silahkan. Boss Erick telepon gua, temen elo yang bakal kita jadiin ganti elo di sini.”


Fenny langsung lemas…. Ia tak mau Ivana sampai menerima penderitaan ini. Maka kini dengan berbalut singlet lusuh, kumal, dekil, sibek-sibek dan boxer dekil milik kuli yang entah mana, sang gadis melangkah ke luar bedeng, bertelanjang kaki.


Ia bisa melihat orang orang yang lalu lalang, memandangnya heran, dan segera berpura-pura tak melihatnya. Atau malah memandang iba karena menyangka gadis yang kucal itu orang gila. Dan parahnya, banyak juga yang memandang sang gadis dengan bernafsu.


Fenny malah bisa mendengar kalimat mereka

“Eh…. Tuh cewek kayanya baru aja gila nya…. Masih lumayan bersih, bro…. Wuih…. Sexy juga ya…. Kita mandiin terus kita pake aja…”

Lalu mereka tertawa-tawa sambil pergi menjauhi gadis “gila” itu...


Fenny menundukkan kepalanya dan berjalan ke kios yang diperintahkan sang mandor.


“Si Somad minta rolok lagi?! Ngga!” Bentak pemilik kios sambil mendorong Fenny menjauh, seakan mengusir pengemis, atau gelandangan yang mengotori kiosnya.


“Bang…. Tolong…. Pak Somad bisa marah kalau saya ngga bawa rokok…. Kasihani saya bang….” Pinta Fenny mengiba…


“Gua yang rugi ******. Ngga bisa!”


“Bang… tolonglah….” Kata Fenny lagi mengiba.


“Oke, kalo elo punya duit, gua kasih elo rokok.” kata Jaka sambil memandang ke tubuh Fenny yang menggiurkan walaupun nampak kusam.


Fenny bingung, ia sama sekali tak diberi uang oleh sang mandor….

“Udah. Pergi sana…. Badan dekil elo bikin rusak pemandangan.” Kata Jaka lagi sambil masuk ke dalam kios.


“Bang…. Tolong bang…. Kasihani saya bang….” Iba Fenny sambil menahan pintu kios.


“Emang elo punya duit, hah? Elo mau bayar pake apa?! Hah! Cuih” hina Jaka sambil meludahi wajah Fenny yang menangis tersedu.


“Oke, gua entot elo, baru gua kasih elo rokok. Mau apa kagak?!” Kata Jaka memberi solusi.


Tak punya pilihan, Fenny mengangguk.

Jaka nampak senang ia lalu memerintahkan Fenny untuk masuk ke dalam kiosnya yang sempit dan menelanjangi dirinya sendiri.


Jaka menurunkan celana pangsinya dan dengan tak sabar menghujam penisnya yang tegang ke vagina sang gadis.

Kios sempit itu berderit-derit ketika sang pemilik memacu penisnya, menghujam vagina ranum seorang gadis belia yang kini menitikkan air mata, karena masih belum percaya dan tidak bisa terima kalau kini tubuhnya hanya dihargai sebungkus rokok.


Sementara itu di belakang kepala sang gadis, layar hp murahan sang pemilik kios nampak menyala, sebuah pesan nampak di sana


“Gimana lontenya, Jak…. Mantap kan?”

***


Tangan Fenny terasa panas akibat deterjen murah yang digunakannya untuk mencuci pakaian kumal dan dekil para kuli.

Fenny bukannya tak pernah mencuci, gaya hidupnya yang bersih membuatnya biasa mencuci, namun tidak dengan tangan seperti ini….

Kekakuan itu membuat sang mandor seakan mendapat angin untuk melecehkan sang gadis.


“Masak ngga bisa, nyuci ngga bisa!” Bentaknya sambil mencambuk tubuh Fenny dengan sabuk kulit yang dipakainya.

“Dasar amoy sombong! Elo biasa hidup enak! Biasa di suapin! Di manja!” Bentaknya sambil terus mencambuki Fenny yang meraung-raung minta ampun, berguling-gulung di atas tempat cuci, sehingga tubuhnya makin perih terkena detergent.

“Sekarang lo rasain apa udah elo bikin ke pembantu elo!” Bentak sang mandor sambil menendang punggung Fenny hingga sang gadis tersungkur menumpahkan pakaian yang batu selesai dicucinya hingga sang gadis harus.kembali membilas pakaian-pakaian itu.


Selama mencuci ia juga tetap mengalami pelecehan lain seperti ketika kepalanya ditutupi celana dalam dekil dan bau, atau wajahnya diusap-usap celana dalam yang sengaja dikencingi sebelumnya.


Dan ia harus menjemur pakaian mereka semua dengan telanjang bulat di atas deck bangunan yang sudah jadi, hingga tubuh telanjangnya bisa saja terlihat oleh orang-orang yang melintas di sekitar bedeng proyek.


Selain itu, dirinya juga dipaksa untuk menyapu seluruh bedeng, mengepel sambil merangkak yang memudahkan para kuli untuk memperkosa anus dan vagina sang gadis, atau sekedar buang angin tepat di wajah sang gadis, atau sengaja kencing di lantai tepat di depan Fenny yang sedang mengepel, malah sengaja mengencingi kepala sang gadis hingga dirinya harus kembali mengepel lantai itu. Dan ia juga harus membersihkan lubang wc yang penuh kotoran, karena para kuli hanya buang air besar dan cebok seadanya tanpa menyiram wc, lalu Fenny dipaksa menyikat lubang toilet itu dengan sikat tangan tanpa tangkai.


Dan ketika mentari meninggi, mereka membawa Fenny ke kamar paling kotor dan jorok yang juga berfungsi sebagai gudang yang ada di sebelah toilet.


Di atas kasur lipat, tipis, kotor, bau pesing, apek dan penuh kutu busuk, Fenny harus melayani para kuli bergantian maupun bersamaan.


Fenny benar-benar dipaksa melayani mereka, dapur dan kasur...

*****


Malam minggu kembali menjadi neraka bagi Fenny. Sang mandor dan para kulinya kembali menjarah tubuhnya.


Kembali tubuh sang gadis menjadi penampungan sperma para kuli yang seakan tak bosan menikmati tubuh sang gadis yang sudah kepayahan itu


Mereka menidurkan Fenny di atas bangku yang hanya cukup untuk pungggung dan pinggangnya. Kakinya diangkat hingga menempel di payudaranya yang sudah memar, dan para kuli dengan brutal memperkosa anus dan vaginanya.


Posisi bangku itu membuat kepala sang gadis terjuntai ke bawah, membuat mulut sang gadis tak dapat menutup dan para kuli memanfaatkannya untuk memperkosa mulut sang gadis dengan brutal dengan menyodokkan penis mereka se dalam yang mereka bisa.


Fenny berkali kali kesulitan bernafas karena hidungnya tertutup scrotum para kuli, dan sang gadis muntah berkali-kali mengotori wajahnya sendiri karena tenggorokannya disodok dengan kasar begitu rupa.


Keganasan mereka bahkan makin bertambah.

Kini, Fenny kembali dikangkangkan di atas penis seorang kuli dengan posisi reverse cowgirl.

Kembali sang gadis memohon pada para pemerkosanya ketika untuk kesekian kalinya lututnya di angkat.


“Aaauuuu…. Ampuuunnn…. Nanti sobek…. Ampuuun….” Jerit Fenny ketakutan….

Jari kotor kuli itu mengait vagina Fenny tepat di bawah clitnya, dan menariknya ke atas, melebarkan vagina sang gadis yang sudah terisi penis sambil ia menjejalkan penisnya sendiri dengan paksa ke vagina Fenny yang mengiba-iba tanpa hasil…...

“Pantat Fen aja…. Please…. Pake lobang pantat aja…. Please…. Memek Fen bisa sobekk…. Aaaaarrrrrggggghhhh”

Dan kembali jeritan pilu, parau dan semakin serak sang gadis terdengar ketika akhirnya kepala penis kuli itu berhasil masuk ke dalam vaginanya yang dipaksa membuka dengan sangat lebar.


Memang vaginanya pernah dijejali dua penis sekaligus, namun itu penis anak smp yang belum lagi berkembang sempurna. Dan waktu itu, Fenny hanya merasakan penis itu mengobrak abrik vaginanya bersamaan. Dengan posisi WOT, ia tak sampai melihat ke dua penis itu menyiksa vaginanya.


Namun kini dengan posisi dipangku terlentang seperti ini, Fenny dipaksa melihat dua penis lelaki dewasa berusaha menghancurkan vaginanya agar tak bisa kembali normal lagi. Menguji batas elastisitas vaginanya. Dan dua penis itu adalah milik mereka dua kuli dengan penis terbesar yang kemarin menyandwichnya dengan brutal.


Mereka lalu menarik keluar penis mereka dan mereka takjub melihat vagina sang gadis perlahan kembali menutup walau belum sempurna


Kedua kuli itu mengedip, tersenyum jahat.


Mata Fenny membeliak ke belakang hingga hanya terlihat bagian putihnya saja, dari mulutnya berhamburan liur, tubuhnya menegang, urat-urat di leher dan dahinya muncul.


Sang gadis jatuh pingsan, sementara dua kuli itu tak peduli, dan menyodomi anus sang gadis bersamaan.

*****


Fenny hanya bisa merayap perlahan-lahan menggunakan tangannya, bagian pinggang sampai ke ujung kakinya serasa mati, terutama vagina dan anusnya yang dibombardir puluhan penis lelaki dewasa nyaris tanpa jeda, tanpa ampun dan belas kasihan. Kedua lubangnya nampak memar memerah, vaginanya memerah, bengkak walaupun memang lubangnya menutup kembali, hanya lubang anusnya yang masih membuka akibat seorang kuli memaksa fisting ke dalam anus sang gadis dan memutar-mutar tinjunya di sana dan membuat Fenny melejang-lejang kesakitan.


“Pulang…. Ampun…. Pengen pulang….” Kata sang gadis lirih, lemah, dan parau ketika ia menggengam sepatu Erick dan menciumi sepatu itu seakan pemiliknya adalah tuhan.


Erick memandang tanpa ekspresi ke tubuh berantakan di bawah kakinya. Banyak memar di sekujur tubuh sang gadis yang nampak kusut, lunglai, layu, memar-memar. Wajahnya sembab memerah akibat tamparan bertubi tubi di sana, bibirnya nampak terluka, baik akibat tamparan maupun sodokan penis-penis brutal di sana, kantung matanya yang gelap menunjukkan kelelahan fisik dan mental yang dialami sang gadis.


Dan tubuh kotor itu diperparah kerak-kerak sisa makanan, muntahan, aroma pesing, dan sperma yang belepotan di sana


Erick memberi tanda ke arah mobil.


Seorang gadis remaja langsung menyerbu ke arah Fenny..


“Maafin…. Maafin aku Fen…. Ini semua salah gua sampai kamu jadi kaya gini….”


“I…. Ivana….” Kata Fenny lirih tak percaya…. Fenny mengangkat kepalanya dengan susah payah, memandang ke arah Erick


“Elo udah janji…. Gua udah lakuin mau elo…. Gua udah layanin semuanya….” Kata Fenny sambil kini bersimpuh bersandar ke kaki Erick.


Erick hanya diam, memandang tajam ke arah Ivana yang tersedu-sedu, menutup wajahnya dengan tangannya.


Erick lalu mengangkat tubuh lemah Fenny dan menggendongnya ke mobil, sementara Ivana berdiri memating dikepung para kuli beringas yang mendapat mangsa baru.

*****


Fenny mengayuhkan tangannya, menyepakkan kakinya agar bisa terapung di samudra berwarna putih keruh, lengket, dan beraroma sperma yang khas itu….

Sang gadis kemudian mencoba berenang mencari daratan, mencoba ke luar dari lautan sperma itu ketika ia merasaka ada gelembung-gelembung yang mengurungnya….

Gelembung itu makin banyak, makin bergelora.


Fenny menjerit, sulur-sulur menyerupai penis menyeruak ke luar dari bawah permukaan cairan kental itu.

Sulur-sulur itu membelitnya, sang gadis memberontak sebisanya ketika tubuhnya di tarik masuk ke bawah permukaan cairan kental itu.


Fenny meronta sekuatnya, sulur-sulur penis itu membelit pahanya, meregangkannya….

Fenny menjerit tertahan dalam lautan sperma itu ketika sulur-sulur itu seakan berlomba, menyeruak masuk ke dalam vaginanya, anusnya, mulutnya, lubang telinganya, menusuk matanya, memperkosa rongga matanya yang berlubang, memperkosa seluruh pori-pori di tubuhnya…. Mencabik tubuhnya...

****

Fenny terbangun dari mimpi buruk itu...


Ia berada di kasur empuk dan nyaman. Ia mendesis, meringis. Seluruh tubuhnya terasa sakit terutama vagina dan anusnya.


Sang gadis beringsut melihat Erick datang dengan membawa sebuah nampan berisi jarum suntik dan beberapa tube. Lelaki itu lalu memasang nitrile gloves dan mengambil jarum suntik yang berisi cairan itu.


“Ini antibiotic…. “ Katanya sambil menggenggam lengan Fenny yang tak sanggup melawan karena lemahnya, lalu mengoles alcohol swab dan menyuntikkan cairan itu ke dalam tubuh sang gadis.


Setelah itu Erick ke luar dan kembali masuk membawa bed tray berisi bubur kentang halus, roti bakar mentega, dan segelas susu.


“Makan pelan-pelan….” Katanya mengingatkan sang gadis yang begitu kelaparan dan langsung makan dengan rakusnya, karena selama dua hari dua malam di sana, ia hanya sekali diberi makan, itupun nasi basi sisa dengan lauk kornet yang mulai berair dan berbau busuk, yang terpaksa di makannya karena ia sangat kelaparan. Selain itu, Fenny hanya bisa mengisi perutnya dengan semburan sperma yang dibuang di mulut atau langsung di kerongkongannya.


Tak lama setelah makan, Fenny merasakan perutnya mulas. Namun ia tak punya tenaga untuk bangkit.


Erick menggendong Fenny yang melingkarkan tangannya ke leher sang lelaki yang membawanya ke kamar mandi dan mendudukannya di atas toilet.


Fenny merasa jengah dan malu. Erick menungguinya buang air besar dan buang angin yang berbunyi cukup keras karena anusnya yang belum lagi menutup sempurna hingga ia tak begitu bisa menahan kotoran yang ke luar.


Fenny menahan tangan Erick, namun lelaki itu tetap memaksa.

Wajah sang gadis merah bagai udang rebus. Erick membasuh bersih lubang pantatnya dengan lembut. Tangan Fenny menggenggam erat tangan sang lelaki. Menggigit bibirnya malu.

Terlebih ketika ia tak bisa menahan kencingnya dan membasahi tangan Erick yang tersenyum nakal dan menceboki vagina sang gadis dengan lembut.


Karena tubuh Fenny yang masih lemah, Erick mendudukkan gadis itu di bawah shower, dan mulai memandikan sang gadis.


Fenny bagai anak kecil yang sedang dimandikan ayahnya. Tubuh mungilnya di lap dengan halus oleh Erick, menghilangkan debu dan kotoran di tubuhnya, namun menampilkan memar-memar disekujur tubuhnya.

Erick mengeramasi rambut sang gadis yang kaku, kotor, kusam dan dekil karena terpapar debu semen, tanah dan sisa makanan.


Setelah itu Erick mengangkat Fenny dan meletakkan sang gadis dalam bathtub berisi air hangat dan sabun wangi. Membiarkan sang gadis berendam di sana sementara ia ke luar dari kamar mandi.


Tak lama Erick kembali dengan bathrobe dan handuk bersih.

Ia lalu memapah Fenny agar duduk di atas toilet. Ia menghanduki tubuh sang gadis dengan telaten hingga kering,


Ia lalu mengambil shaving cream dan barber’s blade….

“Do you trust me?” Tanya Erick….

Fenny mengangguk sambil menunduk malu.


Erick melebarkan paha Fenny, meletakkan kakinya di atas dudukan toilet hingga mengangkang.


Walau lelaki itu sudah sering melihat dan menikmati vaginanya, Fenny tetap merasa malu karena wajah lelaki itu begitu dekat dengan area paling pribadinya. Bahkan ia bisa merasakan hembusan nafas sang lelaki di vaginanya. Dan itu membuat vaginanya lembab.


Sang gadis merasakan dinginnya shaving cream menyentuh vagina hingga ke anusnya yang masih terasa perih akibat perkosaan brutal yang dialaminya.


Nafas sang gadis tertahan demi merasa dinginnya blade itu menyentuh kulit vaginanya. Ia mengigit bibir bawahnya, sambil sesekali mendesis. Bukan karena Erick melukai dirinya, tapi memang vagina dan anusnya masih terasa sangat perih.


Setelah vagina dan anusnya bersih dari rambut, dan Erick mengelap selangkangan Fenny dengan lembut, ia lalu memakai nitrile gloves lalu menuang lube yang tadi dibawanya di tangannya.


Vagina dan anus Fenny terasa dingin dan nyaman ketika Erick membalur kedua lubang yang disiksa brutal selama dua hari dua malam itu dengan aftercare. Dan selain itu, lelaki itu juga membalur seluruh tubuh sang gadis dengan aftercare lotion.


Setalah memakaikan bathrobe yang nyaman, Erick kembali menggendong Fenny lalu mendudukkan sang gadis di atas kasur yang spreinya sudah diganti.


“Apa yang elo pikirin?” Tanya Erick yang melihat Fenny kembali murung.


“Gua udah nyerahin tubuh gua buat para kuli itu…. Badan gua dihargain sebungkus rokok…. Gua dibikin lebih rendah dari hewan. Dijadikan budak….” Kata Fenny dengan bergetar….

“Gua turutin semua mau elo…. Tapi kenapa elo ingkar janji….” Tanya sang gadis lagi dengan tatapan mata antara marah, sedih, penuh tanda tanya.

Air matanya mengalir….


Erick mengambil remote tv dan memberikannya pada Fenny.

“Lo bakal tau jawabannya….” Kata lelaki itu sambil ke luar kamar. Meninggalkan Fenny seorang diri.

****


Fen...

Kalau kamu ngelihat video ini, artinya aku sedang ngalamin siksaan seperti yang kamu jalanin. Mungkin lebih parah, dan aku sudah tidak ada lagi di dunia ini….


Aku mohon maaf yang sebesar-besarnya, Fen….

Karena aku….

Karena aku, kamu jadi budak sex…

Karena aku, kamu jadi pelampiasan nafsu….


Kamu bukan korban random….

Aku yang ngumpanin kamu ke Erick dan teman-temannya….


Kamu pasti tahu kalau Geng Erick punya banyak korban seperti kamu…. Dia pasti udah pernah ngelihatin video beberapa korbannya supaya kamu takut dan nurut maunya dia.


Yang kamu ngga tahu, Fen…

Aku salah satu korban itu….

Aku memang mereka incar….

Dan aku juga ngalamin apa yang kamu alamin….


Dan kamu pasti ngga nyangka, kan…. Kalau kamar kost yang kamu sewa karena suruhan Erick itu tadinya kamar aku, kan?...


Dan satu hari, Fen…. Erick ngasih aku pilihan.

Jadi budaknya dia, atau bebas dengan syarat….


Aku harus ngasih korban baru buat Erick….

*****


Fenny menekan tombol pause….

Kepalanya pusing….

Kenyataan ini begitu mengejutkan….

Ia benar benar tak mempercayai apa yang ditontonnya….

****


Aku bener-bener minta maaf, Fen….

Aku kalut…. Namamu terlontar begitu saja dari mulutku….

Dan ternyata kebebasan yang dijanjikan Erick memiliki syarat yang berat.

Aku belum bener-bener bebas sebelum kamu cari korban lain buat gantiin kamu….


Semua cara aku lakuin biar kamu nyerah, Fen….

Kamu tahu siapa yang pertama kali nyebarin foto waktu kamu diperkosa preman pasar di mobil box? Aku…


Yang ngasih ide biar kamu dinikmatin sama anak jalanan…. Aku…


Tapi kamu ngga pernah minta Erick untuk nyari pengganti kamu sebagi budak. Atau lapor polisi….


Erick malah ngomong kalau sampai kamu ngga nyerah juga, aku yang bakal gantiin posisi kamu.


Aku ngga sanggup lagi, Fen…

Aku ngga sanggup lagi nampung penis di semua lobangku….

Nampung sperma di luar dan dalam tubuhku….

Aku takut hamil Fen….

Aku ngga mau hancur….


Makanya aku minta Erick kasih aku satu kesempatan lagi…. Dan kamu akhirnya di bawa ke bedeng itu.


Selama itu Erick, Pandu dan pegawai rumah Erick yang lain memaksaku menonton livestream waktu mandor dan para kuli itu membuatmu lebih rendah dari hewan.

****

Fenny meneteskan air matanya melihat sahabatnya itu menangis.

****

Aku ngga pantes jadi sahabatmu….

Aku ngga pantes dapetin kamu sebagai sahabat ku….


Kamu ngga nyerah…. Kamu rela menderita demi aku…. Kamu rela mati demi aku….

****


Seandainya sahabatnya tahu…


Ia sudah menyerah….

Ia sudah menyentuh handphone sang mandor yang tergeletak sembarangan untuk menelpon Erick, untuk memohon belas kasihannya.

Hanya saja seseorang menarik tubuhnya dan memperkosanya dengan brutal, dan handphone itu terlempar lepas…

*****


Akhirnya aku memohon agar kamu dilepaskan dari neraka itu.

Aku yang harus menanggung derita ini…. Bukan kamu….


Selamat jalan sahabatku….

Aku harap kamu mau memaafkan aku.

****

Fenny menangis sejadinya ketika layar berubah menjadi hitam.


Dan ketika Erick masuk ke dalam kamar, sang gadis meraih tangan sang lelaki.


“Please…. Lepasin Ivana…. Gua sudah mau nyerah…. Biar gua gantiin Ivana…. Please…” hiba sang gadis memohon.

“Gua udah mau nelepon…. Beneran…. Tolong…. Ivana bisa mati…. Tolonglah…. Please…. Gua aja…. Please….” kata Fenny sambil menangis tersedu-sedu dengan wajah yang di benamkan ke tangan Erick.


“Gua tau….” Kata lelaki itu….

“Emang elo pikir siapa yang cegah elo buat nelepon gua….”


“Lihat….” Kata Erick sambil memutar ulang rekaman ketika Fenny yang begitu lemahnya, ngesot di lantai bedeng kotor itu hampir menyentuh handphone sang mandor.


Fenny memandang tak percaya…. Ia bisa mengenali orang yang menarik pinggulnya menjauh dari handphone. Membuatnya menungging, dan menghujam penisnya ke dalam vaginanya….

Erick….


“Ke…. Kenapa….” Tanya Fenny tak percaya….


Erick memutar rekaman lain….

****


Fenny bisa melihat Pandu yang memegang dagu Ivana.


Kayanya elo bakal ngegantiin tuh lonte buat digangbang sama tuh kuli-kuli…. Temen elo sama sekali ngga nyerah….


Gadis itu melihat Pandu memegang sebuah cellphone.


Gua suka sama elo…. Gua bisa tolong elo…. Kata Pandu sambil menggoyang-goyangkan cellphone di hadapan Ivana.


Gua punya nomor hp Somad…. Lo tinggal bilang sama dia buat ninghalin hp nya di tempat yang bisa kejangkau temen lonte elo…

Dan elo bakal bebas…. Gua cuma mau sesudah elo bebas, gua bebas ngentot elo kapanpun gua mau.


Fenny bisa melihat kegalauan Ivana. Mata sahabatnya itu memandang bergantian antara layar yang menampilkan pembantaian dirinya dan cellphone yang dipegang Pandu.


Pilihan ada di elo…. Cukup ngelayanin gua…. Atau gantiin Fenny buat dibantai di bedeng itu…. Kata Pandu dengan menekankan namanya untuk mengintimidasi mental sagabatnya.


Satu kontol di tiga lobang elo…. Atau puluhan kontol non-stop sampe elo mati…. Kata Pandu lagi….


Hati Fenny mencelos ketika melihat tangan sahabatnya memilih untuk mengambil cellphone dari tangan Pandu, dan menelpon sang mandor.


Pilihan pintar…. Kata Pandu, mengambil cellphone dari tangan Ivana yang tertunduk dan menangis, tak menyadari kalau Pandu menelepon setelahnya sambil meningalkannya ke luar kamar.

****


Tak lama Pandu masuk ke dalam kamar membawa tray berisi suntikan lainnya.


Erick lalu memakai nitrile glove lagi, lalu mengambil suntikan tadi.


“Buka aja robe kamu….” Katanya sambil mengisi jarum suntik dengan cairan dari sebuah ampule.


Fenny yang tahu kalau tak ada gunanya ia melawan, lagi pula ke dua lelaki itu sudah terlalu sering melihat tubuhnya telanjang. Dengan perlahan karena sekujur tubuhnya masih terasa sakit, membuka sabuk robe, meloloskan robe nya, hingga kini ia duduk bersandar di atas robe. Memar-memar hasil tamparan dan cubitan masih membekas di tubuh sang gadis.


Erick mengoles alcohol swab di pangkal paha sang gadis lalu menginjeksi cairan itu ke tubuh Fenny.

Kemudian kembali lelaki itu mengoleskan aftercare ke vagina dan anus sang gadis, juga ke seluruh tubuhnya yang penuh memar itu.

****


Erick memberi gesture ke arah Pandu yang kemudian naik ke pembaringan dan ke duanya mengapit Fenny yang jantungnya mulai berdegup agak kencang. Putingnya mengeras tanpa disadarinya..


“Kenapa kalian ngelakuin ini semua….?” Tanya Fenny pada ke dua lelaki itu….


“Kita ngga ngelakuin apa-apa. Kita kasih temen elo pilihan…. Dan dia milih kamu buat ngegantiin dia….” Kata Erick.


“Kalian ngga akan pernah lepasin kami, kan?” Tanya Fenny lagi, sceptical dengan pernyataan Erick yang akan membebaskan mereka.


“Kami udah kasih mereka pilihan, seperti gua kasih elo pilihan. Udah berapa bulan sejak gua ajak elo ke Thailand? Ada gua ganggu elo? Ada gua suruh elo ke kost?” Katanya lagi


Fenny terdiam, memang benar Erick tidak menghubunginya sama sekali sejak mulai dari kepulangannya dari Thailand.


“Elo kebawa masalah ini karena temen lo yang gelap mata dan langsung nyebut nama elo buat dijadiin tumbal.” Kata Pandu sambil menggenggam tangan Fenny lembut.


“Tapi kuli-kuli itu…. Mereka kasar sekali…. Lebih kasar dari preman sama anak jalanan yang pernah make gua…. Gua bener-bener ngga tahan…. Sakitnya ngga ketahan….” Kata Fenny sambil menangis dan mendekapkan wajahnya ke dada Erick.


“Karena ini harus terjadi, Fen.” Kata Erick, “Ini test buat Ivana dan peringatan buat elo.”

“Buat temen elo, ini test apa dia memang setega itu buat ngehancurin sahabatnya sendiri demi nyelamatin dirinya sendiri. Dan dia memang tega….”

“Dan buat elo…. Gua mau kasih lihat sama elo kalau gua bisa aja buat elo hilang tanpa jejak. Dan gua mau ngasih lihat sama elo apa yang namanya pemerkosaan itu….”


Fenny bingung…. Lalu selama ini yang di alaminya itu apa?


“Elo dapet waktu gua pake memek ama pantat elo?” Tanya Erick….


Fenny terkejut dengan pertanyaan mendadak itu….

“I…. Iya…. Gua dapet waktu elo entotin gua….” Jawabnya pelan menahan malu


“Elo dapet waktu gua make elo?” Gilian Pandu yang bertanya yang dijawab dengan anggukan kecil sang gadis.


“Kita emang kasar sama elo, kita sakitin badan elo, kita siksa elo…. Tapi kita bikin elo dapet sebelom kita gangbang elo, kan? Elo berkali-kali orgasme, kan? Dan elo mulai nikmatin orgasme demi orgasme yang elo dapet dari rasa sakit itu, kan?” Tanya Erick lagi

Kembali anggukan dari sang gadis.


“Sekarang, gua yang mau nanya sama elo, Fen. Lo jawab jujur….” Kata Erick

“Selama gua ngga kontak elo sesudah pulang kemaren, elo pasti kepikiran pengen banget dateng ke sini, kan. Pengen ngerasain kontol di semua lobang elo kan? Badan elo udah nagih, kan?.” Kata lelaki itu.


Ke dua lelaki itu tersenyum nakal dan penuh kemenangan karena sang gadis dengan wajah merah, mengigit bibir bawahnya, dan menunduk malu, lalu mengangguk pelan.


Erick benar…. Tubuhnya mulai berubah…. Lelaki itu mulai berhasil mengubah fisik dan mentalnya menjadi seorang pain slut…. Beberapa kali ia memang sudah begitu inginnya untuk datang ke rumah Erick, mengantarkan tubuhnya untuk mereka gangbang dengan sukarela…. Terutama buat Erick….


“Jadiin bedeng itu sebagai reminder buat kamu…. Selama kamu nurut, everything is gonna be alright.” Katanya tegas yang membuat Fenny merinding mengingat kejadian itu.


Boss, gua ke kost-kostan dulu, ya…” kata Pandu sambil beranjak ke luar kamar

“Sekalian, ya, Ndu.” Kata Erick. “Oh, iya…. Bawa Tania dari kost, kasih ke satpam di kompleks Fenny buat semalem…. Itu Perek perlu sedikit diberi pelajaran.” Lanjut lelaki itu. Pandu mengangguk hormat dan kemudian menutup pintu kamar.


Fenny sedikit bingung….


Kost-kostan? Apa itu maksudnya rumah kost yang ditempatinya atas perintah Erick? Apa maksudnya?....


“Lo ngga usah ke kost lagi. Lo tinggal di sini sampe elo kuat buat sekolah. Gua bakal siapin surat sakit buat elo. Lagian juga orang tua elo lagi ke luar kota, kan? Biar Pandu sama anak-anak yang rapihin rumah elo, sekalian mereka ngambil jatah mereka di rumah kost.” Kata Erick sambil membenahi Fenny agar berbaring dengan nyaman, lalu menarik bedcover dan menutupi tubuh telanjang sang gadis.


Erick memandang tangan Fenny yang mencekal lengannya….

“Gua takut sendiran….” Kata sang gadis dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca…. “Temenin gua tidur…. Please….”

*****


“Fen…. Kamu sakit apa?” Tanya teman-temannya ketika Fenny akhirnya cukup kuat untuk bersekolah, tiga hari sesudah ia keluar dari neraka itu…

“Cuma lagi ngga enak badan aja….” Kata Fenny sambil tersenyum lemah. Gadis itu mengenakan turtleneck nyaman pemberian Erick untuk menutupi memar-memar yang masih membayang di tubuhnya.

****


“Ivana…. Ivana ada?” Panggil sang guru, mengabsen para muridnya.

“Ada yang tahu kemana Ivana? Fenny… kamu tahu di mana teman kamu? Sudah seminggu ini dia tidak sekolah….”


Sang gadis menggeleng lemah…. Ia memandang bangku kosong yang biasanya diisi sahabatnya itu.

Airmatanya menitik….

*****


Satu minggu setelah Fenny tebebas dari bedeng neraka itu….


“Sebelah sana udah siap cor pondasi?!” Kata sang mandor pada anak buahnya.

“Iya boss…. Semua udah siap.”


Adukan demi adukan semen yang di tuang ke dalam pondasi semakin tinggi. Pembesian dalam pondasi itu mengurung sosok tubuh luluh lantak, penuh luka dan memar, yang bila tak diperhatikan dengan baik tak akan meperlihatkan tanda kalau dada yang memar parah itu, dengan sebelah puting yang putus karena di gigit dengan kasar, masih naik turun dengan lemah dan putus-putus.


Mata sang pemilik tubuh menatap kosong ke arah langit, ia masih bisa sedikit merasakan panasnya beton campuran yang mulai meninggi, menutupi tubuhnya. Pembesian itu menahan tubuhnya hingga tak bisa terangkat dari dalam pondasi.


Dan ketika campuran beton itu mulai mengenai pipinya, sosok itu meneteskan air mata….


Maafkan aku, sahabatku…. Maafkan aku…. Fenny…..”

****
Sudah meninggal dong ivana?
 
Thanks all buat apresiasinya.

Well, there might be another two or three sequel sebelum spin-off ini saya tamatkan.

Saya ngga akan janji waktu update nya.
Dan untuk type cerita.... Depends on my mood...
Bisa hard, bisa soft or something in between....

I already have the ending for this spin-off....
Semoga penulis aslinya berkenan meneruskan cerita magnificent ini....

Cheers

Just remember.... God only knows when the update will be

respect hu! godbless!
 
Fanny yang tidak merasa funny

Fanny dipinjemkan ke om2 pecinta bdsm, dikalungin rantai anjing selama seminggu sptnya asyik nih :pandaketawa:
 
Let's play


“”Aduh…. Aduuuh… Pelan…. Ampuuuunnn… Nggghhh…. Pleaseeee….”

Fenny hanya bisa mengerang-ngerang menahan sakit di kedua pergelangan tangannya yang terbelenggu menggunakan leather handcuffs. Tangannya terikat ke sela kepala ranjang.


Kedua lututnya menempel di telinganya.


Tubuhnya kembali terlipat, melengkung karena lelaki yang sedang memborbardir vaginanya dengan kasar dan brutal nampak sama sekali tak peduli dengan kondisi sang gadis.


Lelaki itu lalu melepas kedua lutut Fenny, hingga paha sang gadis berdebam di atas kasur yang menjadi ajang persetubuhan brutal itu.


“Auuugghh…. Ampuuun…. Sakiit….”

Fenny kembali menjerit kesakitan karena kini lelaki itu meremas sebelah payudaranya dengan kasar mengigit dan menarik puting nya.


Sang gadis megap-megap mencari udara ketika tangan lelaki itu meremas lehernya. Dan dirinya semakin sulit bernafas karena sang lelaki dengan sengaja meludahi mulutnya yang berusaha menghirup udara hingga tersedak.

Dan rontaan frantic nya justru membuat lelaki itu puas. Penisnya seakan diperas vagina sang gadis yang berkontraksi akibat siksaannya.

Dan yang membuat sang gadis tak berdaya adalah ke tidak mampuannya untuk sedikit menahan tubuh lelaki yang kini sedang menyetubuhinya dengan brutal, tangannya yang terbelenggu membuatnya hanya bisa menghiba…


Tubuh sang gadis sendiri sudah sangat tak bertenaga. Bagaimana tidak. Sejak Jumat sore sepulangnya dari sekolah, Fenny sudah harus melayani tujuh lelaki dewasa secara bersamaan. Tujuh lelaki yang pertamakali menikmati tubuhnya. Ke tujuh lelaki yang mengubah hidupnya, merenggut kehidupan mudanya yang seharusnya indah. Mengubahnya menjadi onggokan daging pemuas nafsu….


Sejak kakinya menginjak bagian dalam rumah yang menjadi saksi bagaimana ia untuk pertama kali dipaksa memperlihatkan tubuh ranum mudanya, telanjang di hadapan delapan lelaki dewasa, rumah yang menjadi saksi bagaimana untuk pertamakalinya ia dipaksa orgasme di hadapan para lelaki itu, rumah yang menjadi saksi bagaimana akhirnya ia kehilangan seluruh keperawanannya, kehormatannya, harga dirinya, dan untuk pertamakalinya ia merasakan gangbang brutal yang meluluh lantakkan tubuhnya.


Kini rumah itu kembali menjadi saksi bagaimana gugupnya dirinya ketika ia menekan bel rumah. Rumah itu menjadi saksi riuhnya suara tawa kemenangan, cemooh vulgar, kata-kata melecehkan menyambut kedatangan sang gadis yang kini secara sukarela mengantarkan dirinya ke rumah itu. Rumah itu menjadi saksi bagaimana sang gadis menerima dengan pasrah pelecehan yang didapatnya, bagaimana tangan-tangan kasar itu menggerayangi tubuhnya yang tetap indah dan ranum walaupun sudah tak terhitung berapa banyak penis yang sudah berlabuh di tubuhnya.

Bagaimana seraga smu nya tak lama kemudian tercampak tanpa daya tersebar di seluruh penjuru rumah dengan kancing yang sudah terlepas, beterbangan entah ke mana beserta singlet, cute bra dan underwearnya.


Rumah itu menjadi saksi ketika sebuah leather choker di kalungkan ke Fenny, dan kini sang gadis telanjang bulat, merangkak mengikuti tarikan rantai yang terhubung dengan choker di lehernya.


Rumah itu pun kembali menjadi saksi bagaimana ketujuh lelaki dewasa itu menjarah tubuhnya dengan kasar, tanpa belas kasihan, seakan gadis itu tak lebih dari sex toy yang bisa dikasari seenaknya dan dilemparkan ke sana kemari dan dipakai bergatian maupun bersamaan.


Yang berbeda kini, rumah itu menyaksikan walaupun sang gadis merintih, mengerang, bahkan menjerti tertahan menahan sakit dan siksaan ditubuhnya, namun kini sang gadis nampak lebih menikmati hujaman demi hujaman penis yang merangsek menyakiti vagina, anus dan mulutnya dengan brutal.


Tak jarang desahan dan erangan tanda birahi yang meninggi ke luar dari mulut sang gadis tanpa bisa ditahannya lagi, seiring gelombang orgasme yang silih berganti menghantam dirinya dihantar paksaan penis-penis jahanam itu. Bagaimana tubuh sang gadis menggeliat erotis ketika vagina dan anusnya disumpal penis secara bersamaan. Bagaimana tangan dan mulutnya kini lebih aktif memuaskan penis yang disodorkan ke wajahanya


Dan rumah itu bisa melihat bagimana senyum tipis nampak tersungging dari bibir sang gadis yang bergetar, terkejang kejang dihantam badai orgasme ketika dua penis yang bersarang di dalam vagina dan anusnya menyemprotkan benih nista mereka secara bersamaan. Menambah deposit sperma yang sebelumnya sudah memenuhi vagina dan anus sang gadis. Benih nista yang kini lebih sering mengalir keluar dibanding tertahan di dalam vagina dan anusnya.


Nampak kalau gadis itu mulai bisa menerima…. Bukan menikmati…. Manerima rasa sakit itu…. Masih ada sebagian kecil dalam dirinya yang belum mau mengakui seutuhnya kalau dirinya memang mulai menikmati rasa sakit yang menghantarkannya ke gelombang orgasme tanpa henti. Ia masih tidak mau mengakui kalau dirinya memang seperti apa yang mereka bilang….


A Masochist.


Seandainya bisa, tentunya rumah itu sudah bercerita bagaimana Fenny di paksa berlutut di tengah ke tujuh lelaki yang mengocok penis mereka, lalu meminta sang gadis membuka mulutnya lebar lebar dan menjulurkan lidahnya, lalu secara bergantian mengisi mulut sang gadis dengan sperma nista mereka, lalu memaksa sang gadis memainkan lidahnya, mengaduk sperma yang hampir tumpah dari dalam mulutnya yang terpaksa menganga sangat lebar, lalu menelan cairan kental itu dan menjulurkan kembali lidahnya dan mulutnya yang bersih dari sperma.


Atau bagaimana Fenny dipaksa mengangkang di atas meja makan, lalu memerintahkan sang gadis untuk menstimulasi vaginanya sendiri, perlahan, membuat birahi sang gadis mulai naik, lalu mereka meminta sang gadis mulai mengelusi dan memijat vaginanya lebih cepat, menampari vaginanya sendiri sambil meremas bagian private nya itu dengan kuat.


Mereka tertawa melihat ekspresi wajah sang gadis yang nampak sangat erotis karena rangsangan tangannya sendiri.

Eranga, desahan, desis…. Semuanya terlontar dari mulut sang gadis…..

Nafas Fenny tertahan ketika kini, sesuai perintah mereka, ia memasukkan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manisnya, lalu mulai mengaduk vaginanya sendiri.


Rumah itu menyaksikan bagaimana sang gadis melenguh-lenguh, dan tanpa bisa dikontrolnya mulai memaju mundurkan pinggulnya, memutar mutar pinggulnya, sembari hujaman tiga jari di vaginanya makin cepat.


Rumah itu melihat ketika mulut sang gadis menganga lebar menahan sakit ketika mereka memaksa dirinya untuk memasukkan jari keingkingnya juga ke dalam vaginanya yang masih terisi tiga jarinya sendiri.


Seandainya rumah itu bisa berkata, ia tentu sudah bercerita bagaimana tangan sang gadis nampak menggaruk-garuk dinding vaginanya sendiri, sementara ibu jarinya meremas clitorisnya. bagaimana kalimat yang tak pernah terlontar dari mulut sang gadis meluncur tanpa terkontrol dari mulutnya….

“Fuuuuuuuccckkkkk…. God….. Fuuuuuucccckkkkk……. Nggghhhh….. Aaaahhhhh…. Sssshhhhiiiiiiittttt……"


Rumah itu juga menyaksikan bagaimana ketujuh lelaki itu melongo dengan mulut menganga dan tertawa liar, tak menyangka kalau sang gadis akan memenuhi permintaan gila mereka. Dan kini, perlahan, dengan mata membuka lebar dan mulut menganga tanpa bisa berkata kata, Fenny bisa melihat bagaimana dengan perlahan namun pasti, ibu jarinya ikut masuk ke dalam vaginanya yang kini teregang lebih lebar dari sebelum-sebelumnya, bahkan lebih lebar dari ketika dua kuli di bedeng neraka itu menghujam vaginanya bersamaan.


Seandainya juga meja itu bisa berjkata kata tentang bagaimana gadis itu bergerak tak beraturan di atasnya, ketika kepalan tangannya yang kini bersarang di vaginanya sendiri mengaduk, memutar, menghujam. Bagaimana sang gadis meremasi payudaranya dengan kasar, memuntir putingnya sendiri, mermasi rambutnya, meremas lehernya sendiri, lalu tangannya yang bebas menstimulasi clitorisnya sendiri, hinga…..


Meja dan lantai ruang makan itu menjadi saksi bagaimana kaki sang gadis melejang-lejang tak karuan, bagaimana tubuhnya bergetar, bagaimana punggungnya melenting ke atas hingga payudaranya mencuat ke atas, bagaimana kepalanya mendongak ke belakang, bagaimana matanya mendelik hingga hanya putihnya yang terlihat. Bagaimana vagina itu squirts dengan sangat dahsyat untuk pertama kalinya, seiring tercabutnya kepalan tangan nya dari vagina yang tak lama kemudian, perlahan namun pasti kembali menutup walaupun belum sempurna.


****


Ketika ke tujuh orang itu akhirnya puas mempermainkan tubuhnya sesuka hati mereka, Erick sang pemilik rumah, lelaki yang menjadi otak di atas segala penyiksaan dan kegilaan yang dialaminya turun dari lantai dua rumah di mana kamar utama yang ditempatinya berada.


Penisnya nampak mengacung tegak bagai kayu kokoh, ia baru saja melihat live feeds kegilaan yang berlangsung hampir semalaman di lantai satu rumahnya melalui 70 inch flatscreen yang terpasang di dinding kamarnya.


Sejak Jumat sore ketika Fenny menginjakkan kakinya ke rumahnya hingga kini ketika hari menjelang malam di hari sabtu. Ia menahan nafsunya yang sudah menggelegak bagaikan magma gunung berapi yang hendak erupsi.


Ia mendekati meja makan yang kini basah, di mana Fenny masih terbaring dengan nafas putus-putus, tubuhnya masih sesekali terlonjak-lonjak.


*****


Fenny panik, tangannya menggapai-gapai ke belakang lehernya, mencakar-cakar tanpa hasil….

Ia kesulitan bernafas… Ia tercekik oleh leather choker di lehernya.

Sang gadis meronta-ronta sebisanya dengan tubuh yang masih lemah akibat orgasme terdahsyat yang dirasakannya.


Erick…. Lelaki itu tanpa belas kasihan menarik bagian belakang leather choker di leher sang gadis, menyeretnya ke arah tangga, memaksa sang gadis terseok-seok dengan wajah yang mulai menunjukkan kurangnya supply oksigen ke kepalanya


“Kamu suka, ya dilecehin kaya tadi, hah!”bentak Erick kasar setibanya mereka di kamar tidur sang lelaki. Ia menjambak rambut Fenny, menggoyang-goyang kepala sang gadis yang masih tergagap, dan meludahi wajah sang gadis.


“Kamu seneng,kan jadi tontonan!”katanya lagi keras sambil menarik leather choker di leher Feny dengan tangan kirinya, mencekik leher sang gadis, dan menampari payudara sang gadis yang sudah kemerahan akibat remasan kasar, cupangan liar ketujuh lelaki yang menikmati tubuhnya tadi.


“Auuuggghhhh…. Ampun…. Ampuunnn….”Erang Fenny menahan sakit di payudaranya yang ditampari dengan kasar, sementara ia tetap berusaha melepaskan tangan Erick yang menarik leather choker di lehernya.


Erick lalu membanting Fenny ke atas tempat tidur, lalu dengan sigap memborgol lengan sang gadis ke selasar tempat tidur dengan leather hadcuffs .Ia lalu membalik tubuh sang gadis, membuatnya menungging dengan posisi bulatan pantat yang mencuat tinggi. Ia lalu kembali menarik choker di leher Fenny, hingga sang gadis hanya bisa mengeluarkan suara nafas tercekik,


"Eeeekkkkk… uhuk…. Gasp… gasp… please… uhuk…. Gua… gak… bisa…. Nafasshhhh… please…..” Hiba sang gadis dengan nafas tersengal, mata nya mulai berair.


Namun tanpa perasaan lelaki itu malah menghujamkan penisnya yang keras bagai besi itu ke dalam anus Fenny dengan sekali hentak.


“Elo seneng jadi mainan banyak kontol, kan!” Kata Erick keras di telinga Fenny sambil ia dengan brutal menyodomi anus sang gadis yang terlonjak-lonjak tak berdaya dengan liur yang mengalir dari mulut yang membuka karena kesulitan bernafas.


“Elo seneng dikontolin banyak orang, kan!’ Kata Erick lagi di telinga sang gadis yang kontraksi otot di anusnya malah membuat sang lelaki senang karena anus sang gadis makin meremas erat penisnya yang kini sedang membombaridir rectum sang gadis.


“Uhuk…. Pleaseeesshhhhh…. Gua…. Gua kepaksaaah….. Gua…. ngga…. Terlalu… banyak…. uggghhhh… Pleaasseeeehhhhh… Gak…. bisa… Uhughhh…” Kata Fenny tersengal sengal semakin lirih, pandangannya mulai berkunang-kunang….


"Elo? Kepaksa” Kata Erick lagi sambil kini menjambak rambut Fenny yang langsung menarik nafas dalam-dalam, mengisi paru parunya dengan oksigen.


“Elo berapa kali dapet tadi, hah!”bentak Erick sambil menampar bulatan pantat Fenny yang terus disodominya dengan brutal.


“Gua…. Aduhhh… Please…. Pelan…. Perih….” Pinta sang gadis agar lelaki itu tak menghajar anusnya dengan sangat kasar.


“Berapa kali!” Bentak Erick lagi

“Ngga inget…. Oh Please…. Ooocchh… Nggghhh… Ngga… ke…. Ooohhhh… Itungnngghhhh”

Jawab Fenny di antara desahannya. Setelah lehernya tak tercekik, sodokan di rectumnya mulai memberi sensasi mulas yang membuat birahinya meninggi. Ditambah kini Erick mencubit dan memuntir putingnya, serta sebelah lengannya mengobel vaginanya, dan lelaki itu menggigit lehernya.


“Elo mau dapet lagi, kan, Perek?!” Kata Erick keras sambil mencabut penisnya dari anus sang gadis dan membalik tubuh sang gadis hingga terlentang. Lelaki itu tersenyum jahat demi melihat Fenny menggoyang-goyangkan pinggulnya, matanya melihat ke arah dirinya dengan pandangan memohon…..


Erick lalu mengangkat kedua lutut Fenny dan mendorongnya hingga tubuh sang gadis terlipat, dan kedua lututnya menempel di telinganya.


Ia lalu menghujam penisnya ke dalam vagina sang gadis yang mulutnya langsung membuka terkesiap karena tak siap mendapat seranga di vaginanya yang sebenarnya masih terasa linu setelah dihajar kepalan tangannya sendiri.


“Please….. Aduuuuhhh…. Ampunnn… oooohhh… please…… ngga…. Aduuuhhhh… ngga kuat lagiiiiii” Erang Fenny, air matanya mengalir, matanya menatap menghiba ke pada lkelaki yang menggenjot vaginanya dengan brutal


Mata Fenny memandang sayu ke arah Lelaki yang masih menggempur vaginanya, mengejar kepuasannya sendiri….

Jantungnya berdegup memandang tatapan tajam mata lelaki itu, yang mendengus dengan berat…. Setelah ia melepaskan lututnya hingga paha dan bagian bawah tubuh sang gadis berdebam di atas kasur


“Cum!” Perintah Erick dengan hentakan kuat yang membuat penisnya menyentuh mulut rahim sang gadis dan menyemburkan benihnya mengisi ruang vagina Fenny yang menyedot penisnya seperti vacuum itu.


Fenny tanpa sadar justru mengaitkan pergelangan kakunya ke pinggang Erick sebelum akhirnya sang gadis melepaskan orgasmenya yang ditahannya sedari tadi. Pinggulnya terlonjak lonjak. Tubuhnya menggelepar…..


Dari semua orgasme yang menderanya sedari tadi, bahkan squirt dari kepalan tangannya tadi…...

****


Fenny terbangun ketika sinar mentari sudah meninggi, menerpa wajahnya, di hari minggu itu. Ia tak mendapati Erick ada di dalam kamar.


Perlahan ia bangkit dari pembaringan yang menjadi saksi bisu bagaimana brutalnya Erick menyetubuhi dirinya, dan bagaimana dirinya kembali diterjang badai orgasme yang diakuinya berbeda dengan orgasme yang diperolehnya dari ketujuh lelaki maupun siapapun yang beruntung dapat menikmati tubuhnya.


Dengan terseok ia melangkah masuk ke dalam kamar mandi, lalu menyalakan shower.

Ia mendesis ketika ia membilas tubuhnya. Semua memar dan lecet yang ditinggalkan ke delapan lelaki dewasa itu mulai terasa perih di tubuhnya.

****


Fenny terkesiap ketika ia ke luar dari kamar mandi

Erick sudah berada di dalam kamar, duduk di belakang meja kerja yang memang ada di kamar itu.


“Keringin badan elo, terus pake itu.”Katanya sambil menganggukkan kepalanya ke arah kasur.


Fenny memandang ke arah pembaringan yang masih berantakan itu dan mendapati sleeveless maid uniform sudah terhampar di atasnya.

Maid uniform yang sama yang pernah dikenakannya di Thailand dulu, sewaktu tubuhnya dijadikan pelampiasan nafsu empat orang ladyboy.


Tanpa disadarinya, sang gadis menggigit bibir bawahnya mengingat kalau sebelum dirinya dinikmati habis-habisan oleh para ladyboy, Erick begitu terpana melihat dirinya dalam balutan uniform itu, dan bagaimana bernafsunya lelaki itu menyetubuhi mulutnya…..

Dan tanpa bisa ditahannya, sang gadis dapat merasakan vaginanya menjadi lembab….


Perlahan Fenny melepas bathrobe yang membungkus dirinya, Ia berdiri, telanjang di hadapan sang lelaki yang memandangnya dengan tatapan tajam. Ia lalu mengambil stocking putih yang menyertai seragam itu. Menaikkan sebelah kakinya ke ranjang, Fenny lalu menarik stocking yang terasa lembut meraba kulitnya, naik dari telapak kaki, betis, lutut, hingga naik ke pertengahan pahanya.


Setelah kedua kakinya terbungkus balutan lembut stocking itu, Sang gadis lalu mengambil Maid uniform yang terhampar di pembaringan, lalu mengenakannya. Rok costume itu hanya beberapa centimeter di bawah vaginanya yang telanjang. Ia kemudian mengambil maid wrist cuff dan mengenakannya.


Dengan tangan bergetar karena mengingat bagaimana accessories yang berikutnya akan dikenakannya telah dipergunakan untuk membuatnya meronta-ronta kehabisan nafas. Ia memandang mengiba ke arah Erick yang di jawab dengan tatapan mata yang begitu tajam hingga perlahan sang gadis mengambil choker itu dan mengeratkannya di lehernya.


Kemudian ia meraih maid shoes dan mengenakannya.

*****

Nampak jelas Erick berusaha menampakkan wajah datar, namun sinar matanya yang berbinar menunjukkan betapa penampilan gadis belia remaja di hadapanya membuat birahinya kembali menggelegak seperti magma yang mulai mendidih.

Ia lalu mengguakan telunjuknya memerintahkan sang gadis berjalan mendekatinya….

****


Dengan jantung berdebar, dengan tangan yang saling meremas di depan nya, Fenny melangkahkan kakinya ke arah meja kerja di mana sang lelaki menantinya dengan wajah datar nyaris tanpa emosi.


Sang gadis kini berdiri di hadapan Erick, terjepit antara kursi dan meja kerja. Kaki lelaki itu melekat di halusnya stocking yang dikenakannya, membuat kulitnya mengeluarkan goosebumps. Terlebih ketika kedua lengan lelaki itu mengusap betisnya perlahan, naik ke pahanya, bermain main di sana, merasakan sensasi halusnya stocking yag melekat di pahanya.


Fenny berusaha menahan desahannya. Erick mengusap usap pahanya lembut sebelum ke dua tangannya merayap naik dan akhirnya meremas pinggulnya dengan lembut.


“Naik ke atas meja, posisi merangkak ke arah kasur….”


Fenny menggigit bibirnya mendengar perintah yang kemudian perlahan dilakukannya.


Tubuh sang gadis bergetar halus, tangannya mencengkram erat pinggiran meja kerja, wajahnya memerah bagai udang rebus. Ia bisa merasakan Erick sedang menikmati pemandangan yang tersaji di hadapannya.

Anus dan vaginanya terekspose dengan bebas di hadapan lelaki yang sebenarnya sudah sering melihat, bahkan menikmati ke dua lubang itu.

Fenny dapat merasakan vagina dan anusnya berdenyut seiring hembusan nafas hangat dari hidung lelaki yang terasa sangat dekat dengan kedua lubangnya.


Nafas sang gadis tercekat, kemudian desahan dan tarikan nafas terputus-putus keluar dari bibir sang gadis ketika ia merasakan kecupan bibir sang lelaki di vaginanya, dilanjutkan dengan jilatan, kuluman, hisapan…. Permainan lidah sang lelaki yang bergerak bebas, termasuk menjilati lubang anus yang belum sepenuhnya menutup akibat banyaknya penis yang belabuh di sana sejak jumát sore kemarin.


Tubuh sang gadis bergetar halus ketika merasakan lidah Erick menari-nari disekeliling lubang anusnya, dan menelusup masuk ke dalam lubang anus yang sebelumnya dipakai untuk memuaskan penisnya.


Nafas Fenny kembali tercekat ketika Erick tiba-tiba menghisap lubang anusnya seperti vacuum. Dan tanpa bisa ditahannya, cairan bening nampak membasahi vaginanya, sebagian meleleh turun ke pahanya, sebagian menetes, membasahi meja kerja sang lelaki.

*****


Di tengah nafasnya yang masih belum teratur, tubuh sang gadis kembali menegang. Ia tak berani melihat ke belakang tanpa adanya perintah dari sang lelaki, namun ia jelas bisa merasakan sebuah logam dingin yang berujung runcing menempel di mulut anusnya yang langsung mengerut…. Di awal pemerkosaannya, ia sudah mengetahui butt-plug silicone yang digunakan untuk meregangkan anusnya sebelum akhirnya penis para lelaki itu menggantikan sex toys itu dengan penis-penis mereka.


Sang gadis bisa merasakan cairan hangat dan lengket mengenai mulut anusnya… Erick meludahi lubang yang mengerut ketakutan itu, dan Fenny kembali bisa merasakan butt-plug berbahan stainless itu kembali di tekan ke dalam anusnya. Sang gadis menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya. Ia berusaha membuat tubuhnya relaks, untuk menerima rasa sakit yang akan datang…


Ekspresi wajah sang gadis campur aduk, terkadang ia memejamkan matanya dan mendesis menahan perih dan sakit, lalu membuka dan mengangakan mulutnya. ketika akhirnya ujung butt-plug itu masuk ke dalam anusnya, diikuti oleh bagian yang membuat anusnya perlahan mulai meregang, melebar sebelum akhirnya sepenuhnya tertanam dalam rectumnya.


Fenny merasakan sedikit geli di bulatan pantat dan pahanya, seperti ada rumbai-rumbai halus yang menempel pada base butt-plug itu.


“Bangun, lihat dirimu di cermin.”Perintah Erick pada sang gadis yang lalu merangkak turun lalu melangkah ke hadapan cermin besar yang ada di kamar itu, dan kembali semburat merah menhiasi pipinya yang putih itu demi melihat sebuah fox tail butt-plug kini bersarang dengan nyamannya dalam anusnya.


Dada Fenny kembali berdegup melihat Erick yang telanjang dengan penis yang kembali mengacung kokoh menghampirinya.


Lelaki itu mencangkram bahunya lalu membaliknya kasar.

Ia lalu mengangkat tubuh mungil Fenny dan mendesakkan tubuh sang gadis ke tembok kamar.

Dengan kasar lelaki itu kemudian mengangkat ke dua kaki Fenny dan menghujamkan penisnya yang ereksi sempura ke dalam vagina sang gadis dan langsung membombardirnya dengan kasar .


Fenny yang terlonjak-lonjak, mengerang menahan perih di vaginanya yang belum terlumasi dengan sempurna, mancakari tembok dan dinding sebisanya, agar dirinya tak sampai terjatuh karena begitu kasarnya sang lelaki menyetubuhinya.

*****


Ketujuh lelaki yang menanti di lantai satu rumah itu untuk sesaat tak bisa bekata-kata melihat betapa manisnya gadis yang sebetulnya sudah berkali-kali mereka nikmati itu, terutama dengan tambahan hiasan fox ears headband yang menambah kesan imut pada diri gadis belia itu.


“Kita break dulu make memek sama pantat elo, Fen…. Sekarang elo, urusin kita, seperti waktu elo ngurusin kuli-kuli di bedeng”Kata Erick yang membuat sang gadis menundukkan wajahnya, dan menitikkan air matanya….


Ivana….

****


Di ruang tv itu, Fenny terpaksa menulikan telinganya, para lelaki itu memasang rekaman ketika dirinya sedang dinikmati empat ladyboy dengan mengenakan maid costume yang kini kembali dikenakannya.


“Lo emang parah banget, Fen” Kata Pandu sambil menanmpar pantat Fenny ketika sang gadis membungkuk membersihkan meja dekat lelaki itu


“Lo ngga puas, ya maen sama laki, sampe perlu banci buat menuhin semua lobang elo” hina yang lainnya.


“Sayangnya elo ngga sampe hamil, hehehe… Kebayang kalo elo sampe hamil sama banci, hahahaha” leceh mereka yang membuat Fenny sedikit bersyukur karena benih para ladyboy itu tak sampai membuahi sel telurnya.

Sepertinya sampai saat ini sang gadis masih belum sadar fungsi implant yang tertanam di bawah bicep kanannya.


Tak lama berselang, denting bell membahana memenuhi ruangan.


“Buka gih…. Kayanya pesenan kita udah dateng…”Kata Erick.


Fenny terkesiap, ia harus berjalan dengan maid costume yang sangat pendek ke luar rumah, ke arah gerbang rumah Eric dan membuka gerbang itu. Ia memandang ke arah Erick, yang mengulurkan telunjukknya, menunjuk ke arah tv….

****


Delivery man itu serasa mendapat berkah, demi meihat sosok lucu, imut dengan pakaian yang begitu menggoda menghampirinya setelah gerbang elektronik itu membuka di hadapannya. Ia bisa merasa penisnya yang langsung bergejolak demi melihat bagian bawah bulatan pantat sang gadis, yang kini berjan membelakanginya setelah menerima orderannya, terekspose karena begitu pendeknya maid skirt yang membalut bagian bawah tubuhnya.

Dan kelelakiannya semakin keras demi melihat fox tail butt-plug yang menancap di anus sang gadis.

Setelah gerbang itu kembali menutup dengan otomatis, sang delivery man segera mematikan handphone yang merekam kemolekan bagian belakang sang gadis. Dan ia sudah berencana untuk menguploadnya ke situs dewasa yang memiliki logo spray can itu.

****


Fenny kemudian mengambil delapan piring dan meletakkannya di ruang tv di mana kedelapan lelaki itu kini asyik menyaksikan bagaimana tubuhnya disetubuhi dengan brutal oleh ayahnya sendiri….


“Elo tau ngga, Fen…. Bokap elo pernah nelefon gua…. Dia pengen make “Fenny”lagi…. Hahaha… Kayanya bokap elo ketagihan memek elo, deh”Ejek Pandu yang membuat Fenny terperangah, tak percaya....


Papa….???


“Apa sebaiknya gua iyahin permintaan bokap elo?”sambung Erick yang kakinya langsung di serbu sang gadis yang berlutut di hadapannya…


“Please…. Jangan papa…. Please….”Kata sang gadis, memohon pada Erick…..


“Kenapa? Elo juga dapet kan waktu pantat elo dikontolin sama bokap elo… Waktu memek elo dipejuhin sama bokap elo?”kata lelaki itu lagi sambil mengibaskan kakinya hingga Fenny terjengkang. Bibir lelaki itu menyunggingkan senyum jahat demi melihat sang gadis merangkak dan kembali mendekap kakinya.


“Gua mohon…. Please…. Gua memang dapet waktu dipejuhin sama papa, disodomi papa…. Tapi tolong…. Jangan papa lagi…. Gua ngga bisa…. Please…. Gua nga sanggup….”Iba Fenny dengan sangat


“Well….. Gua ngga bakal janji apa-apa ke elo… tapi buat sekarang ini, asal elo ngurusin kita dengan bener, gua ngga bakal ngelempar elo ke bokap elo.”Kata Erick yang mendapat ucapan terimakasih tak terhingga dari sang gadis yang kini juga menciumi kakinya sebagai tanda terimakasihnya.


Fennypun kini berusaha mengurus semua keinginan delapan lelaki itu. Mulai dari mempersiapkan makanan mereka, menuangkan minuman dengan kadar alcohol 40% ke gelas-gelas yang sudah menanti. Bahkan menuruti keinginan Erick untuk merangkak di hadapannya dan membiarkan punggungnya menjadi sandaran kaki sang lelaki yang duduk santai, memakan pizza dan meminum absolut vodka straight sambil bersenda gurau dengan ketujuh anak buahnya.

****


Erick memandang ke arah Fenny yang berdiri agak limbung, ia bisa mendengar suara kerucuk dari perut sang gadis yang memang sedari tadi belum diisi.

Hari telah larut malam.

Ke tujuh anak buah Erick sudah tidak ada di sana, mereka kembali ke kamar mereka masing-masing, atau pergi ke kontrakan untuk menikmati gadis-gadis mangsa mereka di sana.


“Elo lapar?” tanya Erick, memandang wajah sang gadis yang pucat dengan bibir bergetar.


Sang gadis mengangguk lemah.


“Ngerangkak….”Perintahnya pada Fenny yang perlahan, menjaga agar tubhnya tidak terjatuh merangkak mendekatinya.


Erick lalu mengambil sisa pizza yang ada, mencabik-cabiknya kecil-kecil, mengaduknya dengan sisa salad, lalu meletakkan ke lantai di hadapan Fenny…


Tangan sang gadis terhenti di udara….


“Elo pake tangan elo, dan gua bakal nelefon bokap elo biar dia bisa nikmatin badan elo lagi. Dan gua pastiin kalau identitas elo ngga bakal aman lagi.”


Airmata sang gadis berlinang ketika dengan terpaksa ia memakan sisa-sisa adukan pizza dan salad langsung dengan mulutnya. Bahkan ia terpaksa menghirup langsung minuman berkarbonasi yang menjadi paket dari pizza delivery itu.


Perasaan sang gadis campur aduk ketika Erick mengusap kepalanya dan berbisik lirih di telinganya….

“Good Bitch….”

****


Perlahan Fenny kembali merangkak mengikuti Erick ke dalam kamar tidurnya sebelum lelaki itu akhirnya mememerintahkan sang gadis untuk berdiri.


Kembali sang gadis bergetar ketika lelaki itu berada begitu dekat dengan dirinya. Ada aura yang tak dapat dijelaskan sang gadis yang membuat Erick bisa mengontrol tubuh dan pikirannya.

Ia begitu pasrah pada lelaki itu…. Sesadis apapun perlakuannya pada dirinya....


Kulitnya kembali meremang ketika perlahan lelaki itu, mencampalkkan fox ear headband itu dari kepalanya, melepaskan apron kecil yang melingkari pinggangnya yang ramping, membuka zipper maid costumenya dan meloloskan costume itu ke lantai, hingga kini sang gadis berdiri, telajang, hanya berbalut stocking putih, karena sepatunya sudah dilepaskan atas perintah Erick.


Erick kemudian membimbing sang gadis untuk naik ke ujung ranjang, ass up face down.


Kembali sang gadis merasakan sensai yang membuatnya melenguh kecil ketika lidah sang lelaki kembali melumasi keliling butt-plug base, dan kemudian….


“Gasp….. Ngghhh…..”

Fenny tercekat ketika butt-plug itu dicabut dari anusnya dan digantikan oleh daging keras dan panas yang seakan tak bosan mengisi liang anusnya.


Sang gadis mendesis, dan mendesah-desah, tangannya meremasi sprei kasur sementara vagina dan anusnya kembali disetubuhi dengan kasar oleh Erick secara bergantian, sementara bungkahan pantatnya ditampari dengan kasar, sementara payudaranya disakiti dengan kasar….


Dan untuk kesekian kalinya…. Fenny menyerah terhadap orgasme yang diantarkan padanya oleh lelaki yang sudah menghancurkan masa mudanya yang seharusnya simple dan sederhana itu….

****


Suara alarm membangunkan sang gadis.

Sayup ia mendengar suara air di dalam kamar mandi yang terbuka.


“Matiin alarm di samping meja, udah itu ke sini.” Terdengar perintah Erick dari dalam kamar mandi.


Fenny sedikit mengeluh…. Apakah lelaki itu tidak puas sudah menyetubuhinya habis-habisan?

Terlebih hari inii hari senin… Ia harus….


“Ayo…. Cepat mandi, nanti kamu terlambat.”Kata Erick sambil mengeringkan rambutnya, hanya berbalut handuk di pinggangnya.

****


Astaga…. Apalagi maunya?....

Batin Fenny demi melihat Erick memegang segelondong hemp rope dan memberi gesture agar sang gadis mendekatinya.


Erick kemudian mengalungkan hemp rope itu ke leher sang gadis yang kini sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi.


Lelaki itu lalu membuat sebuah knot di atas belahan payudaranya, lalu di uluhatinya, di pusarnya, dan satu knot lagi tepat di atas clitorisnya.

Sang gadis mengigit bibirnya ketika Erick menyelipkan hemp rope itu melalui vagina dan belahan pantatnya, naik dan menyelipkannya ke ujung takli yang terkalung di lehernya.


Perlahan namun pasti, Erick menarik tali itu, membuat sang gadis mengernyit menahan sakit di clit, vagina dan anusnya yang tergesek hemp rope itu.


Erick kemudian menyelipkan tiap tali ke area antara tiap knot dan menarik dan membuat simpul dengan cekatan.


Fenny memandang hasil karya lelaki itu di tubuhnya…. Ini Karada pertama yang dikenakan pada tubuhnya…. Dan apa yang dilihatnya membuat birahi sang gadis naik. Payudaranya jadi lebih mencuat, pinggangnya lebih ramping, dan…. Stimulasi tanpa henti di vagina dan anusnya…

*****


Fenny yang memandang Erick penuh harap….

Tali berwarna merah itu pasti akan terlihat jelas di balik seragam putihnya, terlebih Erick melarangnya mengenakan bra dan singletnya….

Dan… bagaimana ia menjelaskan cupangan dan bilur biluur di leher dan tangannya?


Lelaki itu tertawa kecil melihat wajah Fenny yang nampak bagai anak yang memohon pengampunan dari ayahnya.


“Pakai ini..... Bilang sama guru elo, elo lagi ngga enak badan” katanya sambil menyerahkan turtleneck yang dipakainya ketika ia menyembunyikan bekas siksaan para kuli di bedeng itu.

****


“Bu…. Maaf…. Ijin ke belakang….”kata Fenny sambil bangkit dan menuju toilet.


Sang gadis bernafas lega ketika ia mengendurkan temali yang ketat mengikat tubuhnya, menyingkap tali yang terselip di vagina dan belahan pantatnya, lalu menuntaskan hajatnya.


Elo mau kencengin lagi, atau ngga, itu terserah elo….


Kalimat Erick tadi ternginang, saat gadis itu selesai membasuh lubang anusnya yang terasa perih akibat bergesekan secara konstan dengan rope itu dan menekan tombol flush yang membawa semua kotoran yang didepositkan perutnya.


Tangannya bergerak…. Ia merintih…. Tali itu makin kencang membelit tubuhnya…. Menekan lebih dalam vaginanya, belahan pantatnya…


Nafas lega terlontar dari bibir sang gadis yang bergetar karena birahi yang kembali tak terkendali.


She has decided….

****

Wow…. Keren….

Gagah, ya….

Jemput siapa ya?.....



Kasak kusuk kagum para murid wanita dan tatapan iri murid pria tertuju pada seseorang yang mengendarai 2006 VRSCSE2, mengenakan black denim jacket, black fullface Italian helmet.

Jelas lelaki itu menunggu seseorang, karena jelas terdapat extra helmet di motornya.


Hah….

Masa sih?

Setau gua dia belum punya pacar….

Jangan-jangan oom senang lagi….

Hush… jangan ngaco…. Mana ada oom senang jemput naik motor, masih terang kaya gini lagi…



Fenny kembali menulikan telinganya mendengar kasak-kusuk para siswa yang kagum, iri, cemburu berceloteh seiring langkahnya dengan kepala tertunduk, membuat wajahnya yang memerah tak begitu kentara ketika ia menghampiri lelaki yang menyerahkan helm yang dipegangnya ke tangan sang gadis, yang kemudian mengenakannya lalu dengan hati-hati agar bagian bawah tubuhnya yang tak tertutup pakaian dalam tak terekspose, naik dan duduk di sadel v-rod itu. Kemudian memeluk lelaki yang langsung memacu motornya meninggalkan gerombolan siswa yang masih tak percaya kalau Fenny memiliki seorang kekasih segagah itu.

****


Kejutan seakan tak pernah berhenti dari hidup Fenny selama ia berada di dalam genggaman Erick, yang begitu enigmatic


Seharian itu mereka berkendara, having nice meal, bahkan selama berkendara, rangkulan Fenny di pinggang Erick berubah menjadi pelukan di dada sang lelaki, dan kepalanya yang bersandar nyaman di punggung sang lelaki.


Namun kini, kembali dirinya dihadapkan pada kenyataan, kalau ada kegilaan latent dalam diri lelaki itu.


Erick menarik tali di belakang tubuhnya hingga makin menyakiti kulit halusnya, dan membuatnya tak bisa melawan ketika lelaki itu membawanya masuk ke sebuah tattoo parlor yang walau nampak exclusive karena hanya menerima tamu berdasarkan appointment, tetap membuatnya ketakutan.


“Erick…. Dia?” tanya pemilik tattoo parlor yang menyambut Erick dengan salam ramah, sambil memandang ke arah Fenny….

“You one crazy bastard, you know…” katanya sambil berjalan mengiringi Erick dan sang gadis menuju ruang kerjanya yang steril, seperti ruang kerja dokter gigi.


“Yeah, I know” jawab Erick sambil tersenyum dan memaksa Fenny untuk duduk di sebuah stool di ruang kerja sang tattoo artist.

“Aku siapin dulu peralatannya” Kata sang artist sambil meninggalkan kedua nya di ruang kerjanya.


Mata sang gadis berurai air mata….

“Please…. Gua mohon…. Jangan rajah badan gua…. Please….”


Sang lelaki tersenyum dingin, sambil menarik lepas turtleneck sang gadis, lalu membuka seragam yang dikenakan gadis itu.


“Please…. Gua bakal layanin elo, temen-temen elo…. Siapapun yang elo minta gua layanin…. Tapi, Please…. Jangan rajah gua…. Gua mohon….”


“Ssshhhh”

Hanya itu yang diucapkan sang lelaki, menyuruh Fenny untuk diam.


“A girl must have at least a piece of jewelry on her you know…. You will have them” Katanya lagi yang makin membuat Fenny ketakutan.

Terbayang olehnya kalau Erick akan membuat tattoo dengan design vulgar di tubuhnya, atau menulis kalimat jorok dan merendahkan di tubuhnya….


“Karadamu impressive seperti biasanya, bro…” kata sang artist yang masuk dengan membawa tray ke dalam ruangan itu.


“Kapan kamu show lagi?” Tanya artist itu lagi sambil membenarkan posisi duduknya di hadapan sang gadis yang nampak gemetar ketakutan, terintimidasi sang artist dengan tattoo disekujur tubuhnya


“You’ll be invited, bro… that’s for sure” Katanya sambil kemudian mengambil stool lain dan duduk di belakang Fenny, dan memegang sang gadis yang ketakutan demi melihat clamp dengan lubang di ujungnya mendekati puting kanannya.


Fenny merasakan dinginya clamp itu menekan putingnya dan menariknya maju.


“Tahan sakitnya, Fen…. Dan semuanya akan cepat berakhir….” Bisik Ercik di telinganya..

*****


Jeritan Fenny terdengar ketika sang artist menghujamkan sebuah jarum sterile melalui putingnya, lalu dengan cekatan memasang stud di sana.

Dada sang gadis terbakar, rasa perih yang menyengat ke dua putingnya membuatnya shock dan lemas hingga dirinya pasrah ketika Erick membantu sang artist untuk membuka dan mengunci rahangnya.

Fenny setengah sadar ketika clamp itu digunakan menarik lidahnya.

Matanya membelalak ketika rasa sakit itu kembali menyengatnya, dan membuatnya jatuh pingsan…

****


Fenny terbangun di atas ranjangnya sendiri karena rasa sakit yang kembali menyerang di payudaranya.

Perlahan ia bangun dari tidurnya dan mendapati kalau tubuhnya masih telanjang bulat, dengan Karada dan piercings yang masih terpasang di tubuhnya.

*****


Seandainya saja bisa….

Tentunya cermin di kamar sang gadis akan bercerita bagaimana sang gadis terduduk bersimpuh di hadapannya… lalu menarik lututnya dan membenamkan kepalanya di sana sementara tangannya memeluk kakinya…..


Dan menangis sejadinya….
 
Thanks for the update, suhu pimp lord! :semangat:

Klitorisnya si Fenny kok gak ditindik aja sekalian? Biar bisa dikasih rantai anjing atau bel persis di klitorisnya, hehehe... :D
 
Thanks for the update, suhu pimp lord! :semangat:

Klitorisnya si Fenny kok gak ditindik aja sekalian? Biar bisa dikasih rantai anjing atau bel persis di klitorisnya, hehehe... :D

Hahaha....
Di nipple juga bisa di kasih rante, kan? hahaha
Sama di lidah.... kebayang kalau ditarik paksa....

Anyway.... Thanks buat apresiasinya...
Glad you like it
 
ngarep si fenny diajak ke private sex party dimana banyak alat2 bdsm dan digangbang sm expatriat/negro :)
 
Bimabet
Thank you all guys, buat apresiasinya

Juga ide dan masukan yang sejujurnya sejalan dengan storyline yang sedang saya buat.
Well, mungkin ngga akan persis dengan harapan bro / sis semua....
I just hope kalau nantinya cerita yang hampir berakhir ini, cukup mewakili fantasy bro / sis, sekalian...

Next part is already in progress....

And all I can say, It will only two more part including the one in progress, and I will end this spin-off.

So... Stay tuned....

Just remember....
Don't hold your breath....
God only knows , kapan saya akan update.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd