Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
burnaskopen
Semprot Baru
- Daftar
- 3 Feb 2018
- Post
- 44
- Like diterima
- 14
Sabar menunggu part 1 Finding Ena Ena
MangUjangGarisKeras
Semprot Lover
- Daftar
- 9 Mar 2017
- Post
- 230
- Like diterima
- 8
Nah ini cocok buat judul nya "Dinding Ena Ena" wkwkwk
H4n53n
Tukang Semprot
- Daftar
- 5 Feb 2018
- Post
- 1.312
- Like diterima
- 3.695
Itu digaruk, gatel soalnya
Anin nya kegatelan
Wahh sangat ditunggu nih cerita barunya dari suhu hansen, nitip Greshan boleh?
Nitip?
Maksudnya?
Gapapa kok, panjang juga tetep saya baca.
Ingat waktu bedah lirik lagu 'Party Di Sudut Jalan'?
Semua orang boleh mengungkapkan pendapatnya dengan berkomentar.
Kecuali kalo komennya kayak yang saya sebutkan diatas,.....
Hehe. Makasih atas komentarnya ya
Waduh, judul buat part 1 'Welcome Back' dibocorin
Harus ganti judul part sih ini
Yang artinya part 1 harus ketunda dulu
(Padahal mah cari-cari alasan aja)
Bales apa ya?
Nungguin Pucchi nampar Tama aja deh
Waduh waduh pindah thread baru ternyata
Komen dulu biar dapat notif.
Silahkan saja berkomentar, kecuali komentar yang,......
Ya udah tau lah ya
Oh, silahkan
Sambil nunggu, baca cerita yang lain dulu aja, gapapa kok
Finding apa ya enaknya?
Finding Aby?
Finding Naomi?
Finding Yon Yon? (Ah, males sih kalo Yona. Suka nampar soalnya)
Alias
Ditunggu update nya ya.
Wah, salah satu cast-nya muncul nih.
Hai, Gracia~
Males banget punya abang kayak gitu
Ketawa aja nih?
Gak update?
Aib kalo punya abang kayak gituAbang nya adrian muncul
Baru 'kata pengantar' lho, kok udah dikatain kampret sih?
Waduh, mujinya ketinggian
Belum apa-apa udah ngasih beban aja
Halo, MasPut (Dimas Putra, diambil tengahnya doang
)Mie Goreng?
Thacil dong
Silahkan memantau
Biar seru
Abang GD lagi wamil huYusa pikir ini judul lagunya G-Dragon tapi di twist
Jebal dan han beonirado~
Neoreul bol su itdamyeon~
Nae modeun geol da ireodo~
Gwaenchana~
(Seandainya.... aku bisa, lihatmu sekali saja.
Aku rela, kehilangan segalanya~)
Kira-kira gitu lah artinya
Kayak pernah denger, dimana ya?
Silahkan
Saran judul yang sungguh berfaedah sekali
Dinding?
Dinding Badinding?
Wizard Kid
Semprot Addict
Sikat aja kalo yg tersebut diatas tadi, asal jgn sentuh yang jadi Avatar gw, kalo sampe di finding Ads tavvuran kita
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
User is banned, content is deleted automatically.
spearofreigns
Semprot Baru
- Daftar
- 16 Feb 2015
- Post
- 34
- Like diterima
- 5
wah ini nih yang ditunggu-tunggu ehehe
MangUjangGarisKeras
Semprot Lover
- Daftar
- 9 Mar 2017
- Post
- 230
- Like diterima
- 8
Typo auto correct wkwkwkwk
Samean
Semprot Addict
Ninggal jejak
Ijin mantau threadnya ya kak ads
Ijin mantau threadnya ya kak ads
aesthetics
Tukang Semprot
- Daftar
- 18 May 2017
- Post
- 1.121
- Like diterima
- 74
astaga Anin cubit cubit tetek
H4n53n
Tukang Semprot
- Daftar
- 5 Feb 2018
- Post
- 1.312
- Like diterima
- 3.695
Sabar ya
Waduh,.... takut takutSikat aja kalo yg tersebut diatas tadi, asal jgn sentuh yang jadi Avatar gw, kalo sampe di finding Ads tavvuran kita
Padahal kayaknya seru lho kalo dikocokin cewek kidal, sensasinya pasti,.......
Tapi kalo gak boleh ya udah lah
Wanjer!!
Eh, tapi ada benernya juga sih
Waduh, itu koleksi pribadi, hu.
Gak tau tuh, Anin tiba-tiba minta di videoin waktu ulang tahun kemaren
Selamat menunggu
Typo kek onta arab
Oh, silahkanNinggal jejak
Ijin mantau threadnya ya kak ads
Kangen Inyiastaga Anin cubit cubit tetek
dinoboyxxx
Semprot Kecil
- Daftar
- 6 Sep 2016
- Post
- 82
- Like diterima
- 11
Wah uda ada judulnya, pertanda mau update part 1 ini.
dinoboyxxx
Semprot Kecil
- Daftar
- 6 Sep 2016
- Post
- 82
- Like diterima
- 11
Waduh sorry dopost
JuraganDelusi
Semprot Addict
- Daftar
- 20 Aug 2017
- Post
- 468
- Like diterima
- 119
Ceritany ni judul gabungan marvel sama dc gitu?
H4n53n
Tukang Semprot
- Daftar
- 5 Feb 2018
- Post
- 1.312
- Like diterima
- 3.695
Part 1: Seven Days
Hai, namaku bla bla bla. Umurku bla bla bla. Aku adalah seorang,......
Kapiten~
Mempunyai pedang panjang~
Kalau berjalan Prok! Prok! Prok!
Aku seorang kapiten~
Apa'an sih?
Kok malah nyanyi?
Maaf maaf.
Kayaknya udah gak perlu ya nyebut nama, umur, dan yang lain.
Udah terlalu umum intro yang kayak gitu, kalian pasti sudah tahu siapa aku bukan.
Ya sudah, tanpa banyak basa-basi lagi, kita mulai saja cerita ini,.....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Akhirnya selesai juga ini cerita, haduh.... capeknya" kataku sambil sedikit merenggangkan otot.
Tunggu, kayak pernah denger kata-kata itu deh, batinku.
"Dimana ya?" tanyaku pada diri sendiri.
"Apanya kak yang dimana?" tanya seseorang yang tiba-tiba memelukku dari belakang.
"Gracia....?"
Ya, memang Gracia lah yang memelukku. Ingat ya, Gracia yang memelukku bukan aku yang memeluknya.
Jadi jangan berfikir macam-macam tentang ku lagi.
"Iiihh,.... udah dibilangin juga. Panggil 'Gre' aja" balasnya sambil memanyunkan bibirnya.
Jangan gitu dong, jadi pengen nyosor nih, batinku.
"Lagi ngapain sih kak?" tanyanya kemudian sambil meletakkan dagunya di pundakku dan melihat layar komputerku. "Kok beberapa hari terakhir kayaknya sibuk banget"
"Gak. Gapapa" jawabku.
"Ngerjain tugas?" tanyanya lagi sambil menusuk-nusuk pipiku menggunakan jari telunjuknya.
"Enggak kok, kan lagi libur kuliahnya" jawabku. "Iseng-iseng aja, nulis cerita"
"Liburan itu jalan-jalan gitu lho, kak. Kok malah dirumah doang nulis cerita" sindirnya. "Gak punya pacar sih, makanya cari pacar sana!"
"Lah, kan gue udah punya tunangan. Ngapain harus cari pacar?" balasku.
Gracia terdiam sejenak, kemudian dia membalasnya dengan berkata,.....
"Padahal kan aku mau" katanya pelan.
"Hah?! Mau? Mau apa?"
"E-Enggak. Ini,..... Apa,...... Mau...... Mau baca cerita yang kakak tulis" jawabnya lalu memfokuskan pandangan kearah layar komputerku.
"Oh"
Firasat ku mengatakan kalau dia berbohong sih. Tapi,....
Ya sudah lah.
"Finding Os- Eh, ini cerita tentang aku ya?" tanyanya sumringah.
"Ya,...... bisa dibilang gitu, gue ceritain semuanya...... disini" balasku yang menekankan kata 'semuanya'. "Berbagi cerita aja"
"Semuanya? Maksudnya kak?" tanyanya lagi lalu melepaskan pelukannya.
Kok dilepas sih?, batinku.
"Eh, jangan bilang kalo yang waktu video call itu diceritain juga?"
Aku hanya tersenyum semanis mungkin menanggapinya.
"Iiih, kok gitu sih?" rengeknya sambil memasang wajah cemberut. "Kalo dibaca orang gimana?" tanyanya panik.
Duh, gemes banget sih, batinku.
"Kak Ads~ Kangen, kangen, kangen" kataku menirukannya.
"Aahhh,...... kak Ads mah" rengeknya sambil memukul-mukul lenganku pelan.
"Habis dipeluk-peluk kok sekarang malah dipukul-pukul sih?"
"Yah, habisnya kak Ads, aku kan malu"
"Ngapain malu sih?" tanyaku sambil menahan kedua tangannya agar berhenti memukulku sebentar. "Justru karna itu, banyak yang jadi suka sama lo kok" tambahku.
"Masa? Yang bener, kak?" tanyanya tidak percaya.
"Iya" jawabku. "Gak percaya?"
"Percaya kok. Aku percaya aja deh kalo sama kakak" balasnya sambil tersenyum senang.
Harusnya jangan deh, bahaya kalo terlalu percaya sama gue, pikirku.
"Tapi, kak..... Aku bingung deh" katanya lagi.
"Bingung apa?"
"Kakak tadi bilang kan,.... banyak yang suka sama aku..... Berarti aku udah matahin hati banyak orang dong" balasnya. "Aku kan sukanya sama kakak doang" tambahnya sambil mendekatkan wajahnya ke arahku dengan tiba-tiba.
Matanya menatap tajam ke arahku, lebih tepatnya ke mataku. Secara reflek aku juga ikut mendekatkan wajahku dengan perlahan. Gracia pun memejamkan matanya dan,....
"Cek! Cek! Ekhem!!"
Begitu mendengar suara itu aku pun langsung menjauhkan diri dari Gracia.
"Ci,..... Kok diganggu sih? Kan kurang dikit lagi tadi" kata Gracia merajuk pada Shani yang sedang berdiri di depan kamarku.
Ya, bagaimana aku tidak langsung menjauh tadi. Yang meng 'Cek cek ehem' kan aku dan Gracia tadi adalah Shani.
"Jurus 'Cek cek ehem' aku dipake lagi" kata Gracia lagi.
"Adrian!!! Katanya kamu cuma mau jadi fansnya Gracia, terus tadi kamu mau ngapain hah?!!" bentak Shani sambil melotot dan melangkah masuk ke dalam kamarku.
"Itu, Shan,...... Tadi mata aku kelilipan, terus minta tolong sama Gracia buat niupin" jawabku sekenanya.
Shani masih melotot setelah mendengar jawabanku seperti tidak percaya.
"Beneran, Shan. Kalo gak percaya, tanya sendiri aja sama Gracia" kataku lagi. "Ya kan" aku menyenggol Gracia sambil mengedipkan sebelah mataku guna memberi kode untuk sedikit berbohong.
"Apa sih, kak. Genit deh, pake kedip-kedip segala" balas Gracia.
Nih anak gak bisa diajak kerjasama apa ya?, batinku.
Tampol juga nih lama-lama.
"Bohong, ci. Orang tadi kak Ads mau nyium aku kok" tambah Gracia.
"Gracia,..."
"Tuh, kan. Bener dugaan aku. Kalian ini ya,.... Emang gak bisa kalo ditinggalin berduaan aja" omel Shani pada kami berdua.
"Ada apa nih kok ribut-ribut?" tanya orang yang tiba-tiba masuk ke kamarku.
"Ini, Ta. Mereka nih gak bisa kalo ditinggal berdua doang. Bahaya" jawab Shani pada Okta.
Ya, memang Okta lah orang yang tiba-tiba masuk itu.
Tunggu, kenapa dia bisa masuk seenaknya ke dalam rumahku?
Inilah salah satu hal yang masih aku bingungkan meskipun cerita ini sudah masuk ke season 2-nya.
"Ya udah ci, ditinggal bertiga aja sama aku. Kan bertigaan lebih baik daripada berduaan aja" balas Okta. "Sama biar bisa threesome ya" tambahnya dengan setengah berbisik padaku.
Nih anak kok jadi gini ya?, batinku.
"Okta!!"
"Bercanda, ci. Hehe. Biar bisa aku awasin maksudnya" kata Okta mengoreksi. "Tapi kalo Adrian nya minta, aku gak nolak lho"
"Okta!! Enggak ya"
Saat Shani dan Okta berdebat, Gracia masih sempat-sempatnya mencuri kesempatan dengan duduk di pangkuanku lalu memperhatikan kedua temannya yang sedang berdebat. Aku jadi ikut menikmatinya, maksudku menikmati menonton debat antara Shani dan Okta.
"Kamu sendiri?" tanya Shani kemudian pada Okta.
"Gimana gak sendiri, ci. Orang aku masih digantungin sama Adrian" jawab Okta.
Wah, makin kacau nih anak, batinku.
"Maksud aku, kamu dateng kesini sendiri?" kata Shani lagi. "Kok malah jadi baper sih?"
Gracia masih memperhatikan kedua temannya sambil duduk di pangkuanku, dan aku sendiri mematikan komputerku setelah menyimpan terlebih dahulu ketikan tadi. Bahaya kalau mereka melihat isinya, bisa-bisa aku mendapat tamparan combo.
Kalau sampai mereka tahu isinya, pasti mereka akan marah besar, terutama Shani. Sejauh ini hanya Vanka yang mengetahui.
Beruntung tadi Gracia hanya membaca judulnya.
"Aku dateng sama Thacil"
"Trus sekarang Thacil dimana?" tanya Shani lagi.
"Katanya sih masih ada urusan dibawah" jawab Okta. "Makanya aku naik duluan"
Kok firasat gue gak enak ya, batinku.
Nih anak juga anteng banget lagi di pangkuan gue, sampe-sampe dua temennya ini gak nyadar, pikirku.
Aku mendengar sesuatu.
Seperti langkah kaki.
Satu orang.
Hmm,..... sepertinya bocah itu sudah selesai dengan 'urusannya', batinku.
"Kak Iaannn,......"
Tuh kan, benar lagi kan firasat ku.
"Ehh,...... Aku juga mau dipangku dong" pinta Vanka setelah melihat Gracia yang sedang duduk di pangkuanku sambil senyum-senyum lucu.
"Dipang,....? Gree......."
Shani dan Okta pun langsung kompak menarik Gracia dari pangkuanku. Yang lucu adalah, reaksi Gracia setelahnya,.....
Dia mengulurkan tangannya ke arahku sambil setengah berteriak,...
"Kak Ads~~~"
Drama banget sih nih anak, batinku.
Dia seperti tidak mau dipisahkan dariku.
Atau memang dia,....
Ah, sudahlah.
"Oke sip. Sekarang aku yang dipangku" kata Vanka tiba-tiba sambil berjalan santai ke arahku.
Tapi langkahnya terhenti karena Okta menarik kerah bajunya ke belakang.
Jadinya, yang sekarang terlihat di depanku adalah Shani sedang sibuk menahan Gracia yang seperti ingin kembali kepadaku, ke pangkuanku maksudnya. Dan Okta sibuk menahan kerah baju Vanka agar tidak bisa mendekat ke arahku.
"Duh, bisa gak sih,.... Sehari aja,...... kasih gue ketenangan" kataku pada mereka.
Mereka yang mendengar keluhanku langsung diam, tapi tiba-tiba salah satu dari mereka maju dan,....
"Muaach,.... Maaf ya, kak Ian"
Ya, dia menciumku. Vanka menciumku. Beruntung aku masih sempat sedikit menghindar, sehingga ciumannya hanya mendarat di pipiku.
Eh, beruntung atau malah apes ya?
"Thacil!!"
"Thacil...!"
"Cill.......!!!"
"Udah udah, gak usah ribut lagi" kataku sambil mengelap pipiku dengan punggung tangan.
"Kok di lap sih, kak?" tanya Vanka dengan wajah sedih.
Ya wajahnya emang selalu terlihat seperti sedang sedih sih.
Aku diam saja tidak menjawabnya.
"Udah selesai 'urusannya'?" tanya Okta pada Vanka.
"Udah kok" jawab Vanka cepat.
"Urusan apa sih?" tanya Gracia.
"Bersih-bersih" jawab Vanka lagi.
"Bersih-bersih? Seorang Thacil bersih-bersih?" tanya Okta heran.
Shani dan Gracia pun memandang heran kearah Vanka. Aku jadi ikut melakukannya, memandang heran kearah Vanka.
"Seriusan?" tanyaku yang masih tidak percaya.
Itu memang hal yang sulit untuk dipercaya.
"Iya" jawabnya. "Aku bersih-bersih kulkas. Bersihin isinya"
Wah, kacau nih anak, batinku.
"Isinya kebanyakan sih, jadi aku kurangin sedikit"
"Thacil, kok lancang sih?!" protes Shani.
Iya, Shan. Marahin aja, capek aku marahin nya, pikirku.
"Iya, Thacil nih,......" kali ini Okta yang bersuara.
Wah bagus, makin banyak yang marahin, makin bersalah nih anak nantinya, batinku.
"Sorry" kata Vanka menyesal.
Tuh kan, merasa bersalah kan dia.
"Thacil ih, kok gak ngajak-ngajak sih" tambah Gracia.
Lah, kirain mau marahin juga, batinku.
"Udah udah, gak usah ribut lagi. Ya udah, gapapa" kataku akhirnya. "Tapi lain kali lo gak boleh gitu" kataku memperingatkan Vanka.
Emang dirumahnya gak dikasih makan apa, pikirku.
"Trus sekarang pertanyaannya, kalian berdua kesini mau ngapain?" tanyaku.
"Tadi habis jalan-jalan bareng anak-anak team T, udah capek, terus kesini" jawab Okta.
"Kalo capek harusnya kalian pulang, bukan malah kesini" balasku.
"Iihhh,..... Perasaan Gracia gak pernah tuh ditanyain kayak gitu" balas Vanka.
"Iya juga, kalo Gracia kayak diistimewakan gitu ya, Cil" tambah Okta.
"Ya,.... dia kan....."
"Oshi kamu?" potong Shani. "Tapi sekarang Gracia kan lagi gak pake seragam JKT dan gak lagi joget-joget di theater"
Shan, kamu jangan bikin aku makin terpojokkan dong, batinku.
"Adri,......"
Aduh, ini kenapa pake dateng juga sih. Nambah-nambahin masalah aja, pikirku.
Stefi yang baru datang segera menuju ke arahku dan langsung duduk di pangkuanku seperti Gracia tadi. Bedanya, kalau Gracia tadi memunggungiku, sedangkan Stefi menghadap ke arahku.
"Do you miss me?" tanya disertai kedipan menggoda sambil merangkulkan tangan kebelakang leherku.
Aku hanya mengangguk pelan mengiyakannya.
Ya, karena aku memang sedikit merindukannya. Merindukan saat dimana kami bisa,.....
Kalian pasti mengerti lah.
Kemudian Stefi pun mendekatkan wajahnya sambil memejamkan matanya. Jika tidak mengingat disini ada Shani dan yang lain, mungkin aku akan langsung menciumnya.
Tapi sekarang aku memilih untuk menahan bibirnya yang semakin maju ke arahku dengan jariku.
"Kenapa?" tanya Stefi bingung.
Aku hanya tersenyum ke arahnya tanpa menjawab pertanyaannya.
"Stefi!" bentak Shani dan yang lain secara kompak.
"Kenapa sih? Bukannya aku disuruh ngawasin Adrian ya?" tanya Stefi balik.
"Ya, buat waktu itu aja, Stef. Kalo sekarang gak usah" jawab Shani.
"Oh,... Ya udah" balas Stefi.
Tapi dia masih tidak beranjak dari pangkuanku.
"Ya udah. Turun!" perintah Shani.
"Tapi sebenernya aku udah disuruh ngawasin Adrian dari lama sih, sebelum ci Shani minta ngawasin" terang Stefi.
Oh iya, benar juga. Sebelum Shani meminta Stefi untuk mengawasiku, dia sudah diminta oleh Manda terlebih dahulu.
Hmm, Manda.
"Lagian, Adrian nya sendiri gak masalah kok aku duduk disini" tambah Stefi. "Ya kan?" tanyanya padaku.
"Eh, itu,...."
Saat aku sedang kebingungan harus menjawab apa, tiba-tiba.....
"Muaach"
Stefi mencium pipiku. Kalau tadi Vanka mencium pipi kiriku, kali ini Stefi mencium pipi kananku.
Harusnya bisa lengkap kalau saja tadi,....
"Adrian!!" bentak Shani.
"Kak Ads~" Gracia memandangiku dengan ekspresi sedih.
Duh, salah apa lagi gue? Kan gue yang dicium, gue yang jadi korban lho disini, batinku.
"Ci Shani sih. Harusnya tadi aku jangan dihalangin, biar komplit" protes Gracia pada Shani. "Kalo gini kan kasihan kak Ads, jadinya ada yang kurang ya, kak. Kurang yang tengah" kata Gracia padaku.
Wah, bisa baca pikiran gue apa gimana nih anak, pikirku.
"Iya sih" balasku.
"Hehehe" Gracia cengengesan.
"Adrian!!"
"Adri,...."
"Yan,...."
"Kak Ian,..."
Duh, makin ribut nih. Ini ketambahan satu orang lagi, langsung makin rusuh sih ini. Tinggal snap finger aja gue, pikirku.
"Hey,.. Hey,... Hey,...."
Baru aja dipikirin, udah dateng aja. Lengkap deh.
"Kalian para bocah jangan coba-coba ngelangkahin yang lebih senior ya" tambahnya.
"Kak Shania,....."
Gracia, Okta dan Vanka menunduk takut akan kedatangan Shania. Bahkan Stefi tanpa disuruh pun langsung turun dari pangkuanku.
Sepertinya Shania memang menjadi sosok yang ditakuti oleh para member yang lain semenjak dia diangkat menjadi kapten JKT48. Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku pada Shani. Shani seperti biasa saja dengan kehadiran Shania.
Iya, Shan. Kamu harus gitu. Gak perlu takut sama Shania. Itu baru calon istri aku, batinku.
"Apa sih, kak Shania. Orang kita seumuran juga" balas Shani. "Cuma senior di JKT aja"
"Ci Shan,..." Gracia seperti panik melihat apa yang baru dikatakan Shani pada Shania.
"Kenapa sih, Gre? Emang bener kan, cuma kalo dilihat dari muka sih emang,....."
"Udah, udah" kataku melerai mereka.
Berbahaya jika Shani meneruskan kata-katanya tadi. Masalahnya Shania sudah sempat melotot tadi.
Ya, omongan Shani sebenarnya tidak sepenuhnya salah sih. Usia mereka memang tidak terlalu jauh, tapi kalau dilihat dari wajahnya, Shania memang terlihat lebih tua.
Maaf ya, Nia, batinku.
"Gak usah ribut. Ngabis-ngabisin oksigen" kataku lagi. "Kamar ini gak terlalu luas"
Ya, mau bagaimana lagi kalau ada tujuh orang dalam satu ruangan. Pastinya ruangan akan terasa lebih sempit.
"Oh iya. Ini kenapa kalian bisa masuk seenaknya ke rumah gue sih?" tanyaku pada Okta dan Vanka.
Secara bersamaan mereka mengeluarkan sesuatu dari saku mereka. Melihat apa yang mereka keluarkan, aku langsung menoleh kearah Stefi.
Stefi hanya cengengesan kemudian berkata,....
"Kamu pikir, aku duplikat kunci satu aja?" katanya.
Huft~
Aku sedikit menghela nafas.
Ternyata, selama ini Stefi tidak hanya menduplikat kunci rumahku dan memberikannya pada Shania seorang. Tapi pada yang lain juga.
"Ya udah, berarti besok gue harus manggil tukang kunci biar ganti kuncinya" balasku.
"Jangan dong kak" pinta Gracia. dengan wajah memelas. "Aku juga punya kuncinya lho"
"Y-ya udah deh" kataku akhirnya.
"Dulu katanya setia sama ci Shani doang" sindir Okta.
"Ini juga, katanya cuma pengamat" kali ini Vanka menyindir Gracia.
"Kalo aku naik ke level yang lebih tinggi, emang salah aku?" tanya Gracia polos.
"Apa jangan-jangan sebenernya cuma terpaksa karena 'perjodohan' aja" tambah Shania.
"Nia,...." aku menatapnya tajam. "Gue kasih tau satu hal ya. Perasaan kalian berlima kalo digabungin pun, gak akan bisa ngalahin perasaan gue ke Shani"
Shani yang mendengarnya seketika wajahnya langsung memerah.
"Uuhhh,..... So sweet banget sih" kata Stefi.
"Penolakan beruntun ini ceritanya?" tanya Shania.
"Pake nanya lagi" jawab Shani.
Shania langsung melotot kearah Shani.
Duh, ribut lagi kan.
"Seru nih. Aku Team ci Shani ah,....." kata Okta sambil mengangkat tangan kanannya.
Apa lagi ini?, batinku.
"Secara aku satu generasi sama ci Shani, trus pernah bikin project bareng juga" tambah Okta. "Jadi aku dukung ci Shani"
"Kalo aku dukung kak Shania" sahut Vanka.
Bodo amat! Gak ada yang minta pendapat kalian, batinku.
"Emang aku dan kak Shania gak satu generasi, tapi kita pernah satu tim. Dan kalo aku emang harus ngalah, aku lebih setuju kalo kak Ian sama kak Shania daripada sama,....." Vanka menggantungkan kata-katanya sambil sedikit melirik kearah Shani dengan pandangan seperti meremehkan. "Mereka berdua udah sama-sama dari SMP lho"
Ya, itu wajar karena Shani dan Vanka dulu pernah,...
Ah, sudahlah jangan mengungkit-ungkit masa lalu.
(Ayo! Ayo! Keadaan masih 1 sama, saudara-saudara. Apakah sebentar akan ada yang ingin mengutarakan pendapat lagi?)
Kok ada komentator nya ya?, batinku.
"Stefi! Dukung siapa?" tanya Okta dan Vanka bersamaan.
"EHH!!"
Stefi langsung tersentak kaget karena langsung ditanya seperti itu.
"Tanya Gracia dulu aja deh" jawab Stefi.
"Kalo Gracia gak usah ditanya" balas Okta.
"Iya, kalo dia udah pasti dukung,...." Vanka lagi-lagi menggantungkan kata-katanya, tapi kali ini dia sambil memandang sinis kearah Shani.
"Eh, apa'an?!" kata Gracia. "Orang aku mau-"
"OK. OK" potong Stefi. "Aku,.... Aku dukung,....." Stefi seperti kebingungan harus menjawab apa.
"Jawab, Stef!" bentak Shania.
"Nia! Jangan dipaksa dong!" bentakku pada Shania. "Lagian ngapain sih pake gini segala, malah bikin kalian musuh-musuhan kan"
"Gini-gini" sela Stefi.
Apa lagi coba?, batinku.
"Aku kan satu generasi sama ci Shani" kata Stefi.
Astaga, masih mau dilanjutin lagi nih?, batinku.
"Aku juga pernah satu tim sama ci Shani" tambah Stefi. "Tapi itu dulu, sekarang kan aku satu tim sama kak Shania dan banyak belajar juga dari kak Shania. Nah,..... karna aku bingung, aku abstain aja ya"
Ngomong muter-muter, pada akhirnya malah gak milih nih anak, batinku.
Sebenarnya aku tahu siapa yang akan didukung oleh Stefi. Dia pernah mengatakannya bukan.
"So,.... Gracia yang jadi penentunya" kata Stefi sambil memegang pundak Gracia.
"Eh, kok aku?" tanya Gracia. "Aku mau bikin tim sendiri kok, Team Gracia. Hehehe"
Waduh, makin kacau aja nih, batinku.
"Okta kan dukung Team ci Shani, Thacil dukung Team kak Shania, terus Stefi abstain" kata Gracia. "Kak Ads dukung Team Gracia ya"
Lah, gimana sih nih anak? Kalo gue dukung Team Gracia, itu sama aja gue langsung nentuin sekaligus mupusin harapan yang lainnya dong, batinku.
"Ya? Ya? Aku oshi nya kak Ads kan" tambah Gracia sambil tersenyum.
"Kok gitu sih, Gre?" protes Okta.
"Kenapa? Gak boleh? Gak ada larangannya kan" balas Gracia polos. "Siapa suruh emang? Kalo aku sih, ya mending bikin tim sendiri, Team Gracia. Makanya, cerdas dikit dong" tambahnya dengan memasang ekspresi tengil sambil menepuk-nepuk kepalanya sendiri menggunakan telunjuk.
Tunggu, kalimat terakhirnya tadi itu sepertinya tidak cocok untuk diucapkan olehnya.
"Udah?" tanyaku sambil menatap mereka satu persatu.
Mereka membalasnya dengan tatapan bingung.
"Udah ributnya?" tanyaku lagi. "Kalo udah, sana! Keluar!" usirku pada mereka semua.
"Gak mau!" balas Gracia cepat. "Kita maunya disini! Iya kan"
"Iya" jawab yang lainnya kompak.
"Ya udah, Shan. Kita aja yang keluar yuk" ajakku.
"Maaf. Tapi aku juga mau disini" balas Shani.
Heh?!
Gue ditolak nih ceritanya?
Udah gue belain kayak tadi, tapi masih ditolak?
Beginikah balasanmu Shani?
Tunggu, kok sekarang gue yang drama ya?, pikirku.
"Ya udah, kalian boleh disini. Tapi jangan berantakin kamar gue" kataku lalu berdiri dan mengambil laptop dan earphone.
Kemudian aku memilih tempat agak menjauh dari mereka.
"Dan jangan ribut ya" tambahku memperingatkan mereka.
Yang akur dong, kalo kalian akur, kan gue juga ikut seneng, batinku.
"Ya udah, kita mulai aja rapatnya" ajak Shania.
Rapat?
Rapat apa'an ya?
Bodo amatlah.
Yang penting sekarang aku bisa menonton One Piece sembari mengawasi mereka agar tidak mengacak-acak kamarku.
Ngeringkuk dipojokkan lagi deh gue, batinku.
Ya udah lah, yang penting One piece arc Dressrosa.
Kita mulai.
.
.
.
.
.
Mau ditonton berapa kalipun, momen pertemuan kembali Luffy dan Sabo masih bisa aja bikin gue terharu.
Oke, next episode.
"Ian!"
"Yan!"
"Ian"
"Kak Ian"
"Ian"
"Adri"
Perasaan daritadi tenang, kok sekarang tiba-tiba berisik ya?, pikirku.
"Adrian!"
"Kak Ads~"
Seperti ada yang memanggilku, batinku.
Aku menoleh kearah mereka, dan kudapati Gracia sedang tersenyum ke arahku. Aku tidak memperhatikan yang lain, tapi karena Gracia sedang tersenyum ke arahku, aku pun berbalik senyum ke arahnya.
Setelah itu, aku kembali fokus ke layar laptop ku.
Tapi, tidak lama kemudian, tiba-tiba,....
•
Ikuze shining running forever!~
Mae e tsuki susumu no sa
Kawaru koto no nai kizuna wa kitto yume no hate terashi dasu
Wake up wake up wake up wake up heartbeat!~
We are the one! Go ahead!~
•
Suara dari laptop ku terdengar karena, ada seseorang yang dengan kasar menarik earphone ku hingga terlepas.
"Apa'an sih, Nia?!" kataku sewot.
Ya, siapa lagi kalau bukan Shania. Kalau Shani atau Stefi pasti menggunakan cara yang lebih lembut, Okta dan Vanka tidak mungkin berani menggangguku yang sedang khusyuk menonton anime. Dan Gracia, mungkin dia malah akan ikut menonton disebelahku meskipun tidak tahu jalan ceritanya.
"Huuu,..... dipanggil yang lain gak noleh, giliran dipanggil Gracia baru noleh. Pake senyum-senyum lagi" kata Vanka.
"Hah?!" tanyaku tidak mengerti.
"Kak Ads~" panggil Gracia lagi.
Aku langsung menoleh ke arahnya.
"Aku emang cantik,...." kata Gracia.
Jangan kepancing! Apapun yang dikatakannya, jangan kepancing! Jangan kepancing! Jangan kepancing!!
"Tapi jangan sampe jatuh cinta sama aku ya" lanjut Gracia.
Oh, sial! Aku terpancing.
Aku yang bakal bikin kamu jatuh cinta sama aku, Gracia, batinku.
"Inget hubungan kita itu antara idola dan fans. Ada batasannya" tambahnya.
Aku terdiam memikirkan kata-katanya.
"Yee,... patah hati tuh habis ditolak Gracia" ledek Stefi.
"Ada apa? Kenapa manggil manggil?" tanyaku tanpa menanggapi ledekan Stefi.
"Gimana menurut lo?" tanya Shania.
"Apanya?" tanyaku balik.
"Senin: Stefi, Selasa: Gue, Rabu:, Gracia, Kamis: Shani, Jum'at: Okta, trus Sabtu: Thacil" kata Shania.
"Apanya nih?" tanyaku lagi.
"Jadwal buat bareng sama lo" jawab Shania.
Emang gue apa'an? Pake digilir gini, batinku.
"Gimana? Setuju gak?" tanya Shania.
"Terserahlah" jawabku mengalah.
Kalau masing-masing dari mereka sudah setuju semua, lebih baik dituruti saja daripada mereka ribut lagi.
"Permasalahannya, hari minggu lo sama siapa?" tanya Shania lagi.
"Ya sama aku dong kak, Shan. Kan sekalian sabtu-minggu gitu" kata Vanka.
"Enak aja, sama aku dong" Okta mulai bicara lagi. "Aku udah digantungin Adrian lama, masa jatah aku cuma sehari"
"Kalo masalah digantungin, gue juga udah digantungin, Ta" balas Shania.
"Bukannya udah ditolak ya" sindir Stefi pelan.
"Stefi!!" Shania melotot kearah Stefi.
Mulai ribut lagi kan, batinku.
"Enggak enggak. Hari minggu itu waktunya kak Ads buat theateran, jadi hari minggu sama aku" kata Gracia.
"Minggu itu Shanday" balas Shani.
"Ci Shani kan udah tinggal serumah, gak perlu dong" balas Gracia. "Harusnya kamis nya sama aku lho, kak. Tapi ci Shani maksa minta tuker" adu Gracia padaku.
Waduh, sayang banget kalo malem jum'at gak sama Gracia. Kalian pasti langsung paham kan.
Tunggu, apa yang barusan gue pikirin?, batinku.
Stefi yang sudah selesai dipelototi Shania hanya memandangku sambil tersenyum lalu menunjuk dirinya sendiri sambil mengangguk-angguk, mengisyaratkan agar aku memilihnya.
Tapi kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya yang paling dapat keuntungan adalah Stefi. Secara hari senin adalah hari mereka libur kegiatan JKT apalagi sekarang adalah masa dimana sedang libur semester jadi tidak akan terganggu oleh jadwal kuliah mereka. Dan meskipun Okta yang mendapat hari sabtu, justru itu adalah hari sibuknya JKT yang mengadakan 2 show theater pada akhir pekan.
Mereka dibodohi Stefi atau bagaimana?, pikirku.
Tapi,..... besok itu hari selasa. Jadi siapa yang membodohi siapa sebenarnya?
"Jadi gimana? Lo pilih siapa?" tanya Shania untuk kesekian kali.
"Gak. Gak ada. Minggu libur" jawabku cepat. "Gue juga butuh istirahat"
Lagian kalo kayak gitu terus, dengkul gue bisa-bisa kopong, batinku.
"Tinggal pilih aja, susah banget sih!" bentak Shania.
"Ya udah" kataku. "Shani"
"Alasannya?" tanya Shania lagi.
"Ya karna-"
"Kalo alasannya gak jelas, gak disetujui" potong Shania.
"Jelas kok ini" kataku
"Kalo alasannya karna kalian udah tunangan, juga gak disetujui" potong Shania lagi.
"Heh?! Kok gitu?"
"Liat nih!" perintah Shania sambil mengangkat tangan kanan Shani. "Gak ada cincin-nya kan, yang artinya lo sama Shani emang belum sepenuhnya resmi tunangan" tambah Shania.
Sial, aku tidak bisa mengelak. Perkataan Shania tidak sepenuhnya salah. Tapi,.. Bagaimana ya?
"Ya udah, batalin aja jadwal jadwalannya" balasku.
Emang gue cowok apa'an, batinku.
"Gak. Gak bisa. Kita berenam udah setuju kok. Enam suara lawan satu suara. Lo kalah" balas Shania.
Sialan. Kenapa harus gini sih?, batinku.
"Shan, bantu aku dong. Kamu juga harus tegas" kataku. "Kok kamu malah dukung mereka sih"
"Oh iya ya" balas Shani seperti baru tersadar.
"Keseringan bareng Gracia sih. Kamu pasti dipengaruhi dia ya"
"Kok malah nyalahin aku sih, kak" kata Gracia cemberut.
Huft~
Aku sedikit menghela nafas.
"Padahal ci Shani setuju kan soalnya mmppphh....."
Perkataan Gracia tertahan oleh bungkaman tangan Stefi.
"Kalian nyembunyiin sesuatu ya" tuduhku sambil menatap tajam kearah mereka.
"Gak usah ngalihin pembicaraan, lo pilih siapa?!" tanya Shania sekali lagi. "Harus adil"
"Ya udah. Biar adil, gini aja" kataku akhirnya. "Kalian bentar lagi mau ada sousenkyou kan"
"Ya. Trus...?"
"Hari minggu, gue sama yang jadi center nantinya" tambahku sambil tersenyum.
"Eh, gak adil dong. Yang punya peluang kayak gitu cuma ci Shani" protes Vanka.
"Iya. Bener itu. Gak adil" tambah Okta. "Kalopun bukan kemungkinan besar yang punya potensi buat geser ya kak Shania atau Gracia" tambahnya.
"Jadi kalian gak percaya sama dukungan fans kalian?" tanyaku pada mereka berdua.
"Berarti kakak dukung aku ya, kan kakak fans aku" celetuk Gracia.
"Adrian!!"
"Shan, aku bisa jelasin-"
"Ya udah. Gapapa pake cara itu" potong Shania.
Nia, biarin gue jelasin ke Shani dulu dong, batinku.
Oh iya, ada cara itu.
"Tapi,...." kataku lagi. "Jadwal jadwalan konyol ini, bisa dibatalin kalo gue udah punya pacar kan"
Mereka semua seperti tersentak kaget.
Jika status 'tunangan' antara Shani dengan diriku belum diakui, aku tinggal membuat status hubungan baru. Mungkin itu membuat Shani menjadi 'turun' dari tunangan menjadi pacar. Tapi tidak apa-apa, itu layak untuk diperjuangkan.
"Wait! I have question" kata Stefi.
Aku yang sedang membereskan laptopku, menoleh sebentar ke arahnya.
"Ini soal sousenkyou tadi" kata Stefi lagi. "Kalo yang jadi peringkat satu nanti bukan salah satu diantara kamk berenam gimana?" tanya Stefi kemudian.
Benar juga, kenapa tidak terpikirkan olehku.
Ah, tapi itu bisa dicegah kalau jadwal jadwalan konyol mereka bisa dibatalkan bukan.
Tapi, agar seru,......
"Ya, setelah gue pikirin lagi,...." kataku.
Setelah selesai membereskan laptop ku, aku berjalan pelan kearah pintu. Dan begitu aku sampai di dekat pintu,....
"Tujuh itu adalah angka yang bagus kan" tambahku.
"Eh?!" mereka semua kompak untuk kaget.
Aku langsung keluar kamar dan menutup pintu kamarku lalu menguncinya dari luar sebelum mereka,.....
"Ian......!!"
"Adrian..!"
"Adri,......."
"Yan,......"
"Kak Ian,...."
"Kak Ads,........"
.....meneriakkan namaku.
Karena kelemotannya, sudah wajar kalau dia yang berteriak terakhir.
"Kalian disana dulu ya" kataku setengah berteriak.
"Gak boleh ada yang ketujuh!!" teriak Shani.
Jangankan yang ketujuh, yang kedua itu aja harusnya udah gak boleh Shan, batinku.
"Ian!! Bukain gak pintunya!" ancam Shania.
"Kalo kalian gak bisa akur, gak akan gue bukain!" balasku.
Lebih baik aku segera turun ke bawah sebelum,....
"Kak Ads~"
Aku langsung menutup telingaku sebelum Gracia meneruskan kata-katanya. Jika Gracia yang meminta, ada kemungkinan aku tidak bisa menolaknya. Entah kenapa?
Kenapa aku tidak bisa menolak jika Gracia yang meminta?
Apa sebenarnya yang kurasakan terhadap Gracia?
Apa aku tidak salah sudah memilihnya sebagai oshi?
Apa alasannya?
Karena aku sering memikirkannya?
Kenapa aku sering memikirkannya?
Karena aku memang 'mengagumi' dirinya sebagai sosok gadis idola?
Atau malah 'mengagumi' sebagai sosok gadis biasa?
-Bersambung-
Hai, namaku bla bla bla. Umurku bla bla bla. Aku adalah seorang,......
Kapiten~
Mempunyai pedang panjang~
Kalau berjalan Prok! Prok! Prok!
Aku seorang kapiten~
Apa'an sih?
Kok malah nyanyi?
Maaf maaf.
Kayaknya udah gak perlu ya nyebut nama, umur, dan yang lain.
Udah terlalu umum intro yang kayak gitu, kalian pasti sudah tahu siapa aku bukan.
Ya sudah, tanpa banyak basa-basi lagi, kita mulai saja cerita ini,.....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Akhirnya selesai juga ini cerita, haduh.... capeknya" kataku sambil sedikit merenggangkan otot.
Tunggu, kayak pernah denger kata-kata itu deh, batinku.
"Dimana ya?" tanyaku pada diri sendiri.
"Apanya kak yang dimana?" tanya seseorang yang tiba-tiba memelukku dari belakang.
"Gracia....?"
Ya, memang Gracia lah yang memelukku. Ingat ya, Gracia yang memelukku bukan aku yang memeluknya.
Jadi jangan berfikir macam-macam tentang ku lagi.
"Iiihh,.... udah dibilangin juga. Panggil 'Gre' aja" balasnya sambil memanyunkan bibirnya.
Jangan gitu dong, jadi pengen nyosor nih, batinku.
"Lagi ngapain sih kak?" tanyanya kemudian sambil meletakkan dagunya di pundakku dan melihat layar komputerku. "Kok beberapa hari terakhir kayaknya sibuk banget"
"Gak. Gapapa" jawabku.
"Ngerjain tugas?" tanyanya lagi sambil menusuk-nusuk pipiku menggunakan jari telunjuknya.
"Enggak kok, kan lagi libur kuliahnya" jawabku. "Iseng-iseng aja, nulis cerita"
"Liburan itu jalan-jalan gitu lho, kak. Kok malah dirumah doang nulis cerita" sindirnya. "Gak punya pacar sih, makanya cari pacar sana!"
"Lah, kan gue udah punya tunangan. Ngapain harus cari pacar?" balasku.
Gracia terdiam sejenak, kemudian dia membalasnya dengan berkata,.....
"Padahal kan aku mau" katanya pelan.
"Hah?! Mau? Mau apa?"
"E-Enggak. Ini,..... Apa,...... Mau...... Mau baca cerita yang kakak tulis" jawabnya lalu memfokuskan pandangan kearah layar komputerku.
"Oh"
Firasat ku mengatakan kalau dia berbohong sih. Tapi,....
Ya sudah lah.
"Finding Os- Eh, ini cerita tentang aku ya?" tanyanya sumringah.
"Ya,...... bisa dibilang gitu, gue ceritain semuanya...... disini" balasku yang menekankan kata 'semuanya'. "Berbagi cerita aja"
"Semuanya? Maksudnya kak?" tanyanya lagi lalu melepaskan pelukannya.
Kok dilepas sih?, batinku.
"Eh, jangan bilang kalo yang waktu video call itu diceritain juga?"
Aku hanya tersenyum semanis mungkin menanggapinya.
"Iiih, kok gitu sih?" rengeknya sambil memasang wajah cemberut. "Kalo dibaca orang gimana?" tanyanya panik.
Duh, gemes banget sih, batinku.
"Kak Ads~ Kangen, kangen, kangen" kataku menirukannya.
"Aahhh,...... kak Ads mah" rengeknya sambil memukul-mukul lenganku pelan.
"Habis dipeluk-peluk kok sekarang malah dipukul-pukul sih?"
"Yah, habisnya kak Ads, aku kan malu"
"Ngapain malu sih?" tanyaku sambil menahan kedua tangannya agar berhenti memukulku sebentar. "Justru karna itu, banyak yang jadi suka sama lo kok" tambahku.
"Masa? Yang bener, kak?" tanyanya tidak percaya.
"Iya" jawabku. "Gak percaya?"
"Percaya kok. Aku percaya aja deh kalo sama kakak" balasnya sambil tersenyum senang.
Harusnya jangan deh, bahaya kalo terlalu percaya sama gue, pikirku.
"Tapi, kak..... Aku bingung deh" katanya lagi.
"Bingung apa?"
"Kakak tadi bilang kan,.... banyak yang suka sama aku..... Berarti aku udah matahin hati banyak orang dong" balasnya. "Aku kan sukanya sama kakak doang" tambahnya sambil mendekatkan wajahnya ke arahku dengan tiba-tiba.
Matanya menatap tajam ke arahku, lebih tepatnya ke mataku. Secara reflek aku juga ikut mendekatkan wajahku dengan perlahan. Gracia pun memejamkan matanya dan,....
"Cek! Cek! Ekhem!!"
Begitu mendengar suara itu aku pun langsung menjauhkan diri dari Gracia.
"Ci,..... Kok diganggu sih? Kan kurang dikit lagi tadi" kata Gracia merajuk pada Shani yang sedang berdiri di depan kamarku.
Ya, bagaimana aku tidak langsung menjauh tadi. Yang meng 'Cek cek ehem' kan aku dan Gracia tadi adalah Shani.
"Jurus 'Cek cek ehem' aku dipake lagi" kata Gracia lagi.
"Adrian!!! Katanya kamu cuma mau jadi fansnya Gracia, terus tadi kamu mau ngapain hah?!!" bentak Shani sambil melotot dan melangkah masuk ke dalam kamarku.
"Itu, Shan,...... Tadi mata aku kelilipan, terus minta tolong sama Gracia buat niupin" jawabku sekenanya.
Shani masih melotot setelah mendengar jawabanku seperti tidak percaya.
"Beneran, Shan. Kalo gak percaya, tanya sendiri aja sama Gracia" kataku lagi. "Ya kan" aku menyenggol Gracia sambil mengedipkan sebelah mataku guna memberi kode untuk sedikit berbohong.
"Apa sih, kak. Genit deh, pake kedip-kedip segala" balas Gracia.
Nih anak gak bisa diajak kerjasama apa ya?, batinku.
Tampol juga nih lama-lama.
"Bohong, ci. Orang tadi kak Ads mau nyium aku kok" tambah Gracia.
"Gracia,..."
"Tuh, kan. Bener dugaan aku. Kalian ini ya,.... Emang gak bisa kalo ditinggalin berduaan aja" omel Shani pada kami berdua.
"Ada apa nih kok ribut-ribut?" tanya orang yang tiba-tiba masuk ke kamarku.
"Ini, Ta. Mereka nih gak bisa kalo ditinggal berdua doang. Bahaya" jawab Shani pada Okta.
Ya, memang Okta lah orang yang tiba-tiba masuk itu.
Tunggu, kenapa dia bisa masuk seenaknya ke dalam rumahku?
Inilah salah satu hal yang masih aku bingungkan meskipun cerita ini sudah masuk ke season 2-nya.
"Ya udah ci, ditinggal bertiga aja sama aku. Kan bertigaan lebih baik daripada berduaan aja" balas Okta. "Sama biar bisa threesome ya" tambahnya dengan setengah berbisik padaku.
Nih anak kok jadi gini ya?, batinku.
"Okta!!"
"Bercanda, ci. Hehe. Biar bisa aku awasin maksudnya" kata Okta mengoreksi. "Tapi kalo Adrian nya minta, aku gak nolak lho"
"Okta!! Enggak ya"
Saat Shani dan Okta berdebat, Gracia masih sempat-sempatnya mencuri kesempatan dengan duduk di pangkuanku lalu memperhatikan kedua temannya yang sedang berdebat. Aku jadi ikut menikmatinya, maksudku menikmati menonton debat antara Shani dan Okta.
"Kamu sendiri?" tanya Shani kemudian pada Okta.
"Gimana gak sendiri, ci. Orang aku masih digantungin sama Adrian" jawab Okta.
Wah, makin kacau nih anak, batinku.
"Maksud aku, kamu dateng kesini sendiri?" kata Shani lagi. "Kok malah jadi baper sih?"
Gracia masih memperhatikan kedua temannya sambil duduk di pangkuanku, dan aku sendiri mematikan komputerku setelah menyimpan terlebih dahulu ketikan tadi. Bahaya kalau mereka melihat isinya, bisa-bisa aku mendapat tamparan combo.
Kalau sampai mereka tahu isinya, pasti mereka akan marah besar, terutama Shani. Sejauh ini hanya Vanka yang mengetahui.
Beruntung tadi Gracia hanya membaca judulnya.
"Aku dateng sama Thacil"
"Trus sekarang Thacil dimana?" tanya Shani lagi.
"Katanya sih masih ada urusan dibawah" jawab Okta. "Makanya aku naik duluan"
Kok firasat gue gak enak ya, batinku.
Nih anak juga anteng banget lagi di pangkuan gue, sampe-sampe dua temennya ini gak nyadar, pikirku.
Aku mendengar sesuatu.
Seperti langkah kaki.
Satu orang.
Hmm,..... sepertinya bocah itu sudah selesai dengan 'urusannya', batinku.
"Kak Iaannn,......"
Tuh kan, benar lagi kan firasat ku.
"Ehh,...... Aku juga mau dipangku dong" pinta Vanka setelah melihat Gracia yang sedang duduk di pangkuanku sambil senyum-senyum lucu.
"Dipang,....? Gree......."
Shani dan Okta pun langsung kompak menarik Gracia dari pangkuanku. Yang lucu adalah, reaksi Gracia setelahnya,.....
Dia mengulurkan tangannya ke arahku sambil setengah berteriak,...
"Kak Ads~~~"
Drama banget sih nih anak, batinku.
Dia seperti tidak mau dipisahkan dariku.
Atau memang dia,....
Ah, sudahlah.
"Oke sip. Sekarang aku yang dipangku" kata Vanka tiba-tiba sambil berjalan santai ke arahku.
Tapi langkahnya terhenti karena Okta menarik kerah bajunya ke belakang.
Jadinya, yang sekarang terlihat di depanku adalah Shani sedang sibuk menahan Gracia yang seperti ingin kembali kepadaku, ke pangkuanku maksudnya. Dan Okta sibuk menahan kerah baju Vanka agar tidak bisa mendekat ke arahku.
"Duh, bisa gak sih,.... Sehari aja,...... kasih gue ketenangan" kataku pada mereka.
Mereka yang mendengar keluhanku langsung diam, tapi tiba-tiba salah satu dari mereka maju dan,....
"Muaach,.... Maaf ya, kak Ian"
Ya, dia menciumku. Vanka menciumku. Beruntung aku masih sempat sedikit menghindar, sehingga ciumannya hanya mendarat di pipiku.
Eh, beruntung atau malah apes ya?
"Thacil!!"
"Thacil...!"
"Cill.......!!!"
"Udah udah, gak usah ribut lagi" kataku sambil mengelap pipiku dengan punggung tangan.
"Kok di lap sih, kak?" tanya Vanka dengan wajah sedih.
Ya wajahnya emang selalu terlihat seperti sedang sedih sih.
Aku diam saja tidak menjawabnya.
"Udah selesai 'urusannya'?" tanya Okta pada Vanka.
"Udah kok" jawab Vanka cepat.
"Urusan apa sih?" tanya Gracia.
"Bersih-bersih" jawab Vanka lagi.
"Bersih-bersih? Seorang Thacil bersih-bersih?" tanya Okta heran.
Shani dan Gracia pun memandang heran kearah Vanka. Aku jadi ikut melakukannya, memandang heran kearah Vanka.
"Seriusan?" tanyaku yang masih tidak percaya.
Itu memang hal yang sulit untuk dipercaya.
"Iya" jawabnya. "Aku bersih-bersih kulkas. Bersihin isinya"
Wah, kacau nih anak, batinku.
"Isinya kebanyakan sih, jadi aku kurangin sedikit"
"Thacil, kok lancang sih?!" protes Shani.
Iya, Shan. Marahin aja, capek aku marahin nya, pikirku.
"Iya, Thacil nih,......" kali ini Okta yang bersuara.
Wah bagus, makin banyak yang marahin, makin bersalah nih anak nantinya, batinku.
"Sorry" kata Vanka menyesal.
Tuh kan, merasa bersalah kan dia.
"Thacil ih, kok gak ngajak-ngajak sih" tambah Gracia.
Lah, kirain mau marahin juga, batinku.
"Udah udah, gak usah ribut lagi. Ya udah, gapapa" kataku akhirnya. "Tapi lain kali lo gak boleh gitu" kataku memperingatkan Vanka.
Emang dirumahnya gak dikasih makan apa, pikirku.
"Trus sekarang pertanyaannya, kalian berdua kesini mau ngapain?" tanyaku.
"Tadi habis jalan-jalan bareng anak-anak team T, udah capek, terus kesini" jawab Okta.
"Kalo capek harusnya kalian pulang, bukan malah kesini" balasku.
"Iihhh,..... Perasaan Gracia gak pernah tuh ditanyain kayak gitu" balas Vanka.
"Iya juga, kalo Gracia kayak diistimewakan gitu ya, Cil" tambah Okta.
"Ya,.... dia kan....."
"Oshi kamu?" potong Shani. "Tapi sekarang Gracia kan lagi gak pake seragam JKT dan gak lagi joget-joget di theater"
Shan, kamu jangan bikin aku makin terpojokkan dong, batinku.
"Adri,......"
Aduh, ini kenapa pake dateng juga sih. Nambah-nambahin masalah aja, pikirku.
Stefi yang baru datang segera menuju ke arahku dan langsung duduk di pangkuanku seperti Gracia tadi. Bedanya, kalau Gracia tadi memunggungiku, sedangkan Stefi menghadap ke arahku.
"Do you miss me?" tanya disertai kedipan menggoda sambil merangkulkan tangan kebelakang leherku.
Aku hanya mengangguk pelan mengiyakannya.
Ya, karena aku memang sedikit merindukannya. Merindukan saat dimana kami bisa,.....
Kalian pasti mengerti lah.
Kemudian Stefi pun mendekatkan wajahnya sambil memejamkan matanya. Jika tidak mengingat disini ada Shani dan yang lain, mungkin aku akan langsung menciumnya.
Tapi sekarang aku memilih untuk menahan bibirnya yang semakin maju ke arahku dengan jariku.
"Kenapa?" tanya Stefi bingung.
Aku hanya tersenyum ke arahnya tanpa menjawab pertanyaannya.
"Stefi!" bentak Shani dan yang lain secara kompak.
"Kenapa sih? Bukannya aku disuruh ngawasin Adrian ya?" tanya Stefi balik.
"Ya, buat waktu itu aja, Stef. Kalo sekarang gak usah" jawab Shani.
"Oh,... Ya udah" balas Stefi.
Tapi dia masih tidak beranjak dari pangkuanku.
"Ya udah. Turun!" perintah Shani.
"Tapi sebenernya aku udah disuruh ngawasin Adrian dari lama sih, sebelum ci Shani minta ngawasin" terang Stefi.
Oh iya, benar juga. Sebelum Shani meminta Stefi untuk mengawasiku, dia sudah diminta oleh Manda terlebih dahulu.
Hmm, Manda.
"Lagian, Adrian nya sendiri gak masalah kok aku duduk disini" tambah Stefi. "Ya kan?" tanyanya padaku.
"Eh, itu,...."
Saat aku sedang kebingungan harus menjawab apa, tiba-tiba.....
"Muaach"
Stefi mencium pipiku. Kalau tadi Vanka mencium pipi kiriku, kali ini Stefi mencium pipi kananku.
Harusnya bisa lengkap kalau saja tadi,....
"Adrian!!" bentak Shani.
"Kak Ads~" Gracia memandangiku dengan ekspresi sedih.
Duh, salah apa lagi gue? Kan gue yang dicium, gue yang jadi korban lho disini, batinku.
"Ci Shani sih. Harusnya tadi aku jangan dihalangin, biar komplit" protes Gracia pada Shani. "Kalo gini kan kasihan kak Ads, jadinya ada yang kurang ya, kak. Kurang yang tengah" kata Gracia padaku.
Wah, bisa baca pikiran gue apa gimana nih anak, pikirku.
"Iya sih" balasku.
"Hehehe" Gracia cengengesan.
"Adrian!!"
"Adri,...."
"Yan,...."
"Kak Ian,..."
Duh, makin ribut nih. Ini ketambahan satu orang lagi, langsung makin rusuh sih ini. Tinggal snap finger aja gue, pikirku.
"Hey,.. Hey,... Hey,...."
Baru aja dipikirin, udah dateng aja. Lengkap deh.
"Kalian para bocah jangan coba-coba ngelangkahin yang lebih senior ya" tambahnya.
"Kak Shania,....."
Gracia, Okta dan Vanka menunduk takut akan kedatangan Shania. Bahkan Stefi tanpa disuruh pun langsung turun dari pangkuanku.
Sepertinya Shania memang menjadi sosok yang ditakuti oleh para member yang lain semenjak dia diangkat menjadi kapten JKT48. Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku pada Shani. Shani seperti biasa saja dengan kehadiran Shania.
Iya, Shan. Kamu harus gitu. Gak perlu takut sama Shania. Itu baru calon istri aku, batinku.
"Apa sih, kak Shania. Orang kita seumuran juga" balas Shani. "Cuma senior di JKT aja"
"Ci Shan,..." Gracia seperti panik melihat apa yang baru dikatakan Shani pada Shania.
"Kenapa sih, Gre? Emang bener kan, cuma kalo dilihat dari muka sih emang,....."
"Udah, udah" kataku melerai mereka.
Berbahaya jika Shani meneruskan kata-katanya tadi. Masalahnya Shania sudah sempat melotot tadi.
Ya, omongan Shani sebenarnya tidak sepenuhnya salah sih. Usia mereka memang tidak terlalu jauh, tapi kalau dilihat dari wajahnya, Shania memang terlihat lebih tua.
Maaf ya, Nia, batinku.
"Gak usah ribut. Ngabis-ngabisin oksigen" kataku lagi. "Kamar ini gak terlalu luas"
Ya, mau bagaimana lagi kalau ada tujuh orang dalam satu ruangan. Pastinya ruangan akan terasa lebih sempit.
"Oh iya. Ini kenapa kalian bisa masuk seenaknya ke rumah gue sih?" tanyaku pada Okta dan Vanka.
Secara bersamaan mereka mengeluarkan sesuatu dari saku mereka. Melihat apa yang mereka keluarkan, aku langsung menoleh kearah Stefi.
Stefi hanya cengengesan kemudian berkata,....
"Kamu pikir, aku duplikat kunci satu aja?" katanya.
Huft~
Aku sedikit menghela nafas.
Ternyata, selama ini Stefi tidak hanya menduplikat kunci rumahku dan memberikannya pada Shania seorang. Tapi pada yang lain juga.
"Ya udah, berarti besok gue harus manggil tukang kunci biar ganti kuncinya" balasku.
"Jangan dong kak" pinta Gracia. dengan wajah memelas. "Aku juga punya kuncinya lho"
"Y-ya udah deh" kataku akhirnya.
"Dulu katanya setia sama ci Shani doang" sindir Okta.
"Ini juga, katanya cuma pengamat" kali ini Vanka menyindir Gracia.
"Kalo aku naik ke level yang lebih tinggi, emang salah aku?" tanya Gracia polos.
"Apa jangan-jangan sebenernya cuma terpaksa karena 'perjodohan' aja" tambah Shania.
"Nia,...." aku menatapnya tajam. "Gue kasih tau satu hal ya. Perasaan kalian berlima kalo digabungin pun, gak akan bisa ngalahin perasaan gue ke Shani"
Shani yang mendengarnya seketika wajahnya langsung memerah.
"Uuhhh,..... So sweet banget sih" kata Stefi.
"Penolakan beruntun ini ceritanya?" tanya Shania.
"Pake nanya lagi" jawab Shani.
Shania langsung melotot kearah Shani.
Duh, ribut lagi kan.
"Seru nih. Aku Team ci Shani ah,....." kata Okta sambil mengangkat tangan kanannya.
Apa lagi ini?, batinku.
"Secara aku satu generasi sama ci Shani, trus pernah bikin project bareng juga" tambah Okta. "Jadi aku dukung ci Shani"
"Kalo aku dukung kak Shania" sahut Vanka.
Bodo amat! Gak ada yang minta pendapat kalian, batinku.
"Emang aku dan kak Shania gak satu generasi, tapi kita pernah satu tim. Dan kalo aku emang harus ngalah, aku lebih setuju kalo kak Ian sama kak Shania daripada sama,....." Vanka menggantungkan kata-katanya sambil sedikit melirik kearah Shani dengan pandangan seperti meremehkan. "Mereka berdua udah sama-sama dari SMP lho"
Ya, itu wajar karena Shani dan Vanka dulu pernah,...
Ah, sudahlah jangan mengungkit-ungkit masa lalu.
(Ayo! Ayo! Keadaan masih 1 sama, saudara-saudara. Apakah sebentar akan ada yang ingin mengutarakan pendapat lagi?)
Kok ada komentator nya ya?, batinku.
"Stefi! Dukung siapa?" tanya Okta dan Vanka bersamaan.
"EHH!!"
Stefi langsung tersentak kaget karena langsung ditanya seperti itu.
"Tanya Gracia dulu aja deh" jawab Stefi.
"Kalo Gracia gak usah ditanya" balas Okta.
"Iya, kalo dia udah pasti dukung,...." Vanka lagi-lagi menggantungkan kata-katanya, tapi kali ini dia sambil memandang sinis kearah Shani.
"Eh, apa'an?!" kata Gracia. "Orang aku mau-"
"OK. OK" potong Stefi. "Aku,.... Aku dukung,....." Stefi seperti kebingungan harus menjawab apa.
"Jawab, Stef!" bentak Shania.
"Nia! Jangan dipaksa dong!" bentakku pada Shania. "Lagian ngapain sih pake gini segala, malah bikin kalian musuh-musuhan kan"
"Gini-gini" sela Stefi.
Apa lagi coba?, batinku.
"Aku kan satu generasi sama ci Shani" kata Stefi.
Astaga, masih mau dilanjutin lagi nih?, batinku.
"Aku juga pernah satu tim sama ci Shani" tambah Stefi. "Tapi itu dulu, sekarang kan aku satu tim sama kak Shania dan banyak belajar juga dari kak Shania. Nah,..... karna aku bingung, aku abstain aja ya"
Ngomong muter-muter, pada akhirnya malah gak milih nih anak, batinku.
Sebenarnya aku tahu siapa yang akan didukung oleh Stefi. Dia pernah mengatakannya bukan.
"So,.... Gracia yang jadi penentunya" kata Stefi sambil memegang pundak Gracia.
"Eh, kok aku?" tanya Gracia. "Aku mau bikin tim sendiri kok, Team Gracia. Hehehe"
Waduh, makin kacau aja nih, batinku.
"Okta kan dukung Team ci Shani, Thacil dukung Team kak Shania, terus Stefi abstain" kata Gracia. "Kak Ads dukung Team Gracia ya"
Lah, gimana sih nih anak? Kalo gue dukung Team Gracia, itu sama aja gue langsung nentuin sekaligus mupusin harapan yang lainnya dong, batinku.
"Ya? Ya? Aku oshi nya kak Ads kan" tambah Gracia sambil tersenyum.
"Kok gitu sih, Gre?" protes Okta.
"Kenapa? Gak boleh? Gak ada larangannya kan" balas Gracia polos. "Siapa suruh emang? Kalo aku sih, ya mending bikin tim sendiri, Team Gracia. Makanya, cerdas dikit dong" tambahnya dengan memasang ekspresi tengil sambil menepuk-nepuk kepalanya sendiri menggunakan telunjuk.
Tunggu, kalimat terakhirnya tadi itu sepertinya tidak cocok untuk diucapkan olehnya.
"Udah?" tanyaku sambil menatap mereka satu persatu.
Mereka membalasnya dengan tatapan bingung.
"Udah ributnya?" tanyaku lagi. "Kalo udah, sana! Keluar!" usirku pada mereka semua.
"Gak mau!" balas Gracia cepat. "Kita maunya disini! Iya kan"
"Iya" jawab yang lainnya kompak.
"Ya udah, Shan. Kita aja yang keluar yuk" ajakku.
"Maaf. Tapi aku juga mau disini" balas Shani.
Heh?!
Gue ditolak nih ceritanya?
Udah gue belain kayak tadi, tapi masih ditolak?
Beginikah balasanmu Shani?
Tunggu, kok sekarang gue yang drama ya?, pikirku.
"Ya udah, kalian boleh disini. Tapi jangan berantakin kamar gue" kataku lalu berdiri dan mengambil laptop dan earphone.
Kemudian aku memilih tempat agak menjauh dari mereka.
"Dan jangan ribut ya" tambahku memperingatkan mereka.
Yang akur dong, kalo kalian akur, kan gue juga ikut seneng, batinku.
"Ya udah, kita mulai aja rapatnya" ajak Shania.
Rapat?
Rapat apa'an ya?
Bodo amatlah.
Yang penting sekarang aku bisa menonton One Piece sembari mengawasi mereka agar tidak mengacak-acak kamarku.
Ngeringkuk dipojokkan lagi deh gue, batinku.
Ya udah lah, yang penting One piece arc Dressrosa.
Kita mulai.
.
.
.
.
.
Mau ditonton berapa kalipun, momen pertemuan kembali Luffy dan Sabo masih bisa aja bikin gue terharu.
Oke, next episode.
"Ian!"
"Yan!"
"Ian"
"Kak Ian"
"Ian"
"Adri"
Perasaan daritadi tenang, kok sekarang tiba-tiba berisik ya?, pikirku.
"Adrian!"
"Kak Ads~"
Seperti ada yang memanggilku, batinku.
Aku menoleh kearah mereka, dan kudapati Gracia sedang tersenyum ke arahku. Aku tidak memperhatikan yang lain, tapi karena Gracia sedang tersenyum ke arahku, aku pun berbalik senyum ke arahnya.
Setelah itu, aku kembali fokus ke layar laptop ku.
Tapi, tidak lama kemudian, tiba-tiba,....
•
Ikuze shining running forever!~
Mae e tsuki susumu no sa
Kawaru koto no nai kizuna wa kitto yume no hate terashi dasu
Wake up wake up wake up wake up heartbeat!~
We are the one! Go ahead!~
•
Suara dari laptop ku terdengar karena, ada seseorang yang dengan kasar menarik earphone ku hingga terlepas.
"Apa'an sih, Nia?!" kataku sewot.
Ya, siapa lagi kalau bukan Shania. Kalau Shani atau Stefi pasti menggunakan cara yang lebih lembut, Okta dan Vanka tidak mungkin berani menggangguku yang sedang khusyuk menonton anime. Dan Gracia, mungkin dia malah akan ikut menonton disebelahku meskipun tidak tahu jalan ceritanya.
"Huuu,..... dipanggil yang lain gak noleh, giliran dipanggil Gracia baru noleh. Pake senyum-senyum lagi" kata Vanka.
"Hah?!" tanyaku tidak mengerti.
"Kak Ads~" panggil Gracia lagi.
Aku langsung menoleh ke arahnya.
"Aku emang cantik,...." kata Gracia.
Jangan kepancing! Apapun yang dikatakannya, jangan kepancing! Jangan kepancing! Jangan kepancing!!
"Tapi jangan sampe jatuh cinta sama aku ya" lanjut Gracia.
Oh, sial! Aku terpancing.
Aku yang bakal bikin kamu jatuh cinta sama aku, Gracia, batinku.
"Inget hubungan kita itu antara idola dan fans. Ada batasannya" tambahnya.
Aku terdiam memikirkan kata-katanya.
"Yee,... patah hati tuh habis ditolak Gracia" ledek Stefi.
"Ada apa? Kenapa manggil manggil?" tanyaku tanpa menanggapi ledekan Stefi.
"Gimana menurut lo?" tanya Shania.
"Apanya?" tanyaku balik.
"Senin: Stefi, Selasa: Gue, Rabu:, Gracia, Kamis: Shani, Jum'at: Okta, trus Sabtu: Thacil" kata Shania.
"Apanya nih?" tanyaku lagi.
"Jadwal buat bareng sama lo" jawab Shania.
Emang gue apa'an? Pake digilir gini, batinku.
"Gimana? Setuju gak?" tanya Shania.
"Terserahlah" jawabku mengalah.
Kalau masing-masing dari mereka sudah setuju semua, lebih baik dituruti saja daripada mereka ribut lagi.
"Permasalahannya, hari minggu lo sama siapa?" tanya Shania lagi.
"Ya sama aku dong kak, Shan. Kan sekalian sabtu-minggu gitu" kata Vanka.
"Enak aja, sama aku dong" Okta mulai bicara lagi. "Aku udah digantungin Adrian lama, masa jatah aku cuma sehari"
"Kalo masalah digantungin, gue juga udah digantungin, Ta" balas Shania.
"Bukannya udah ditolak ya" sindir Stefi pelan.
"Stefi!!" Shania melotot kearah Stefi.
Mulai ribut lagi kan, batinku.
"Enggak enggak. Hari minggu itu waktunya kak Ads buat theateran, jadi hari minggu sama aku" kata Gracia.
"Minggu itu Shanday" balas Shani.
"Ci Shani kan udah tinggal serumah, gak perlu dong" balas Gracia. "Harusnya kamis nya sama aku lho, kak. Tapi ci Shani maksa minta tuker" adu Gracia padaku.
Waduh, sayang banget kalo malem jum'at gak sama Gracia. Kalian pasti langsung paham kan.
Tunggu, apa yang barusan gue pikirin?, batinku.
Stefi yang sudah selesai dipelototi Shania hanya memandangku sambil tersenyum lalu menunjuk dirinya sendiri sambil mengangguk-angguk, mengisyaratkan agar aku memilihnya.
Tapi kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya yang paling dapat keuntungan adalah Stefi. Secara hari senin adalah hari mereka libur kegiatan JKT apalagi sekarang adalah masa dimana sedang libur semester jadi tidak akan terganggu oleh jadwal kuliah mereka. Dan meskipun Okta yang mendapat hari sabtu, justru itu adalah hari sibuknya JKT yang mengadakan 2 show theater pada akhir pekan.
Mereka dibodohi Stefi atau bagaimana?, pikirku.
Tapi,..... besok itu hari selasa. Jadi siapa yang membodohi siapa sebenarnya?
"Jadi gimana? Lo pilih siapa?" tanya Shania untuk kesekian kali.
"Gak. Gak ada. Minggu libur" jawabku cepat. "Gue juga butuh istirahat"
Lagian kalo kayak gitu terus, dengkul gue bisa-bisa kopong, batinku.
"Tinggal pilih aja, susah banget sih!" bentak Shania.
"Ya udah" kataku. "Shani"
"Alasannya?" tanya Shania lagi.
"Ya karna-"
"Kalo alasannya gak jelas, gak disetujui" potong Shania.
"Jelas kok ini" kataku
"Kalo alasannya karna kalian udah tunangan, juga gak disetujui" potong Shania lagi.
"Heh?! Kok gitu?"
"Liat nih!" perintah Shania sambil mengangkat tangan kanan Shani. "Gak ada cincin-nya kan, yang artinya lo sama Shani emang belum sepenuhnya resmi tunangan" tambah Shania.
Sial, aku tidak bisa mengelak. Perkataan Shania tidak sepenuhnya salah. Tapi,.. Bagaimana ya?
"Ya udah, batalin aja jadwal jadwalannya" balasku.
Emang gue cowok apa'an, batinku.
"Gak. Gak bisa. Kita berenam udah setuju kok. Enam suara lawan satu suara. Lo kalah" balas Shania.
Sialan. Kenapa harus gini sih?, batinku.
"Shan, bantu aku dong. Kamu juga harus tegas" kataku. "Kok kamu malah dukung mereka sih"
"Oh iya ya" balas Shani seperti baru tersadar.
"Keseringan bareng Gracia sih. Kamu pasti dipengaruhi dia ya"
"Kok malah nyalahin aku sih, kak" kata Gracia cemberut.
Huft~
Aku sedikit menghela nafas.
"Padahal ci Shani setuju kan soalnya mmppphh....."
Perkataan Gracia tertahan oleh bungkaman tangan Stefi.
"Kalian nyembunyiin sesuatu ya" tuduhku sambil menatap tajam kearah mereka.
"Gak usah ngalihin pembicaraan, lo pilih siapa?!" tanya Shania sekali lagi. "Harus adil"
"Ya udah. Biar adil, gini aja" kataku akhirnya. "Kalian bentar lagi mau ada sousenkyou kan"
"Ya. Trus...?"
"Hari minggu, gue sama yang jadi center nantinya" tambahku sambil tersenyum.
"Eh, gak adil dong. Yang punya peluang kayak gitu cuma ci Shani" protes Vanka.
"Iya. Bener itu. Gak adil" tambah Okta. "Kalopun bukan kemungkinan besar yang punya potensi buat geser ya kak Shania atau Gracia" tambahnya.
"Jadi kalian gak percaya sama dukungan fans kalian?" tanyaku pada mereka berdua.
"Berarti kakak dukung aku ya, kan kakak fans aku" celetuk Gracia.
"Adrian!!"
"Shan, aku bisa jelasin-"
"Ya udah. Gapapa pake cara itu" potong Shania.
Nia, biarin gue jelasin ke Shani dulu dong, batinku.
Oh iya, ada cara itu.
"Tapi,...." kataku lagi. "Jadwal jadwalan konyol ini, bisa dibatalin kalo gue udah punya pacar kan"
Mereka semua seperti tersentak kaget.
Jika status 'tunangan' antara Shani dengan diriku belum diakui, aku tinggal membuat status hubungan baru. Mungkin itu membuat Shani menjadi 'turun' dari tunangan menjadi pacar. Tapi tidak apa-apa, itu layak untuk diperjuangkan.
"Wait! I have question" kata Stefi.
Aku yang sedang membereskan laptopku, menoleh sebentar ke arahnya.
"Ini soal sousenkyou tadi" kata Stefi lagi. "Kalo yang jadi peringkat satu nanti bukan salah satu diantara kamk berenam gimana?" tanya Stefi kemudian.
Benar juga, kenapa tidak terpikirkan olehku.
Ah, tapi itu bisa dicegah kalau jadwal jadwalan konyol mereka bisa dibatalkan bukan.
Tapi, agar seru,......
"Ya, setelah gue pikirin lagi,...." kataku.
Setelah selesai membereskan laptop ku, aku berjalan pelan kearah pintu. Dan begitu aku sampai di dekat pintu,....
"Tujuh itu adalah angka yang bagus kan" tambahku.
"Eh?!" mereka semua kompak untuk kaget.
Aku langsung keluar kamar dan menutup pintu kamarku lalu menguncinya dari luar sebelum mereka,.....
"Ian......!!"
"Adrian..!"
"Adri,......."
"Yan,......"
"Kak Ian,...."
"Kak Ads,........"
.....meneriakkan namaku.
Karena kelemotannya, sudah wajar kalau dia yang berteriak terakhir.
"Kalian disana dulu ya" kataku setengah berteriak.
"Gak boleh ada yang ketujuh!!" teriak Shani.
Jangankan yang ketujuh, yang kedua itu aja harusnya udah gak boleh Shan, batinku.
"Ian!! Bukain gak pintunya!" ancam Shania.
"Kalo kalian gak bisa akur, gak akan gue bukain!" balasku.
Lebih baik aku segera turun ke bawah sebelum,....
"Kak Ads~"
Aku langsung menutup telingaku sebelum Gracia meneruskan kata-katanya. Jika Gracia yang meminta, ada kemungkinan aku tidak bisa menolaknya. Entah kenapa?
Kenapa aku tidak bisa menolak jika Gracia yang meminta?
Apa sebenarnya yang kurasakan terhadap Gracia?
Apa aku tidak salah sudah memilihnya sebagai oshi?
Apa alasannya?
Karena aku sering memikirkannya?
Kenapa aku sering memikirkannya?
Karena aku memang 'mengagumi' dirinya sebagai sosok gadis idola?
Atau malah 'mengagumi' sebagai sosok gadis biasa?
-Bersambung-
H4n53n
Tukang Semprot
- Daftar
- 5 Feb 2018
- Post
- 1.312
- Like diterima
- 3.695
Catatan Penulis:
Yo,... Yo,..... Yo,.......
Pertama saya ingin mengucapkan kata maaf.
Maaf ya, lagi males masukin mulustrasi banyak-banyak.
Maaf juga karena tidak bisa menepati janji.
Waktu itu saya kan janjinya kalo bakal rilis sekuel setelah bulan puasa. Tapi nyatanya apa?
Lebih cepat dari janji.
Maaf ya.
Habisnya, mau gimana lagi, di cerita sebelah Adrian dijelek-jelekin, jadi dia nya melas-melas ke saya biar nama baiknya balik lagi.
Sebenernya saya sih bodo amat ya, yang dijelek-jelekin kan bukan saya. Tapi karena saya kasihan sama doi, ya udah saya rilis sekuel lebih cepat.
Kemudian saya mau bilang terimakasih.
Terimakasih atas dukungannya, baru 'kata pengantar', udah banyak aja yang ninggalin jejak.
Oke, lanjut ya.
Jadi,.....
Kenapa judulnya, 'Our Twenty War #OTW'?
Ini bukan saya menyombongkan gelar MU yang udah 20 lho ya. Bukan. Jangan berfikir kesitu dulu, atau jangan jangan malah kalian sama sekali tidak berfikir kesana?
Udah udah, lanjut!
Sebenarnya ada banyak referensi untuk judul, seperti,...
'Our Twenty For',
'Twenty For War',
'Its Twenty War',
'Fate Twenty War',
'The War of Twenty',
'What Twenty For',
'War Twenty For' (kalo disingkat gak enak ini),
Ada beberapa usulan juga dari para pembaca, tapi kebanyakan ngaco semua.
Ada persamaan ya.
Ya, selalu ada kata 'Twenty' yang merujuk pada 'Pemilihan single ke-20'. Dan ada juga kata 'War' yang maksudnya bukanlah berarti perang secara harfiah melainkan 'persaingan para member untuk mendapatkan gelar center'.
Tapi kenapa yang terpilih akhirnya 'Our Twenty War'?
Karena sekilas terdengar mirip 'Infinity War', sama seperti 'Finding Oshi' yang sekilas terdengar mirip 'Finding Dory'. Jadi referensinya memang sama-sama dari film.
Lalu 'Finding Justice'?
Mungkin bisa dibilang cuma alternatif title aja.
Karena season pertama ada kata 'Finding', rasanya kurang pas kalo season 2 gak ada kata 'Finding' di dalamnya. (Buat formalitas aja).
Tapi kenapa 'Finding Justice'?
Ya karena 'Our Twenty War' terinspirasi dari film Marvel, kayaknya gak adil kalo DC gak masuk juga. Iya, 'Justice League'. Biar adil, tidak memihak.
Dan mungkin nanti di ceritanya akan ada pencarian soal 'keadilan'.
Nah, sekarang sudah jelas kan kenapa saya pilih judulnya seperti itu?
Jadi kesimpulannya, timeline cerita ini mungkin kisaran awal agustus tahun lalu sampai akhir tahun lalu/awal tahun ini.
Iya, memang lebih lama dari cerita sebelumnya yang hanya kisaran akhir april sampai awal agustus tahun lalu.
Kesannya udah basi ya?
Jadi,.... tetap mau membaca cerita ini atau tidak?
Saya serahkan semuanya pada anda.
Kalau masih mau, saya ingatkan juga daripada anda semua nanti menagih-nagih.
Di beberapa part awal ini, bagian ena2 nya mungkin sedikit, atau malah tidak ada sama sekali.
Ya udah lah, mungkin gitu aja.
Satu lagi, sebenarnya saya mau update nya minggu depan, pas ulang tahunnya Jennie KW a.k.a 'Loli Legal'.
Tapi kayaknya kelamaan, nanti kalian protes lagi.
Dan setelah saya pikir lagi,.....
"Tujuh itu adalah angka yang bagus kan"
Jadi update tanggal 7 deh.
Okelah.
Makasih.
• TTD H4N53N
Yo,... Yo,..... Yo,.......
Pertama saya ingin mengucapkan kata maaf.
Maaf ya, lagi males masukin mulustrasi banyak-banyak.
Maaf juga karena tidak bisa menepati janji.
Waktu itu saya kan janjinya kalo bakal rilis sekuel setelah bulan puasa. Tapi nyatanya apa?
Lebih cepat dari janji.
Maaf ya.
Habisnya, mau gimana lagi, di cerita sebelah Adrian dijelek-jelekin, jadi dia nya melas-melas ke saya biar nama baiknya balik lagi.
Sebenernya saya sih bodo amat ya, yang dijelek-jelekin kan bukan saya. Tapi karena saya kasihan sama doi, ya udah saya rilis sekuel lebih cepat.
Kemudian saya mau bilang terimakasih.
Terimakasih atas dukungannya, baru 'kata pengantar', udah banyak aja yang ninggalin jejak.
Oke, lanjut ya.
Jadi,.....
Kenapa judulnya, 'Our Twenty War #OTW'?
Ini bukan saya menyombongkan gelar MU yang udah 20 lho ya. Bukan. Jangan berfikir kesitu dulu, atau jangan jangan malah kalian sama sekali tidak berfikir kesana?
Udah udah, lanjut!
Sebenarnya ada banyak referensi untuk judul, seperti,...
'Our Twenty For',
'Twenty For War',
'Its Twenty War',
'Fate Twenty War',
'The War of Twenty',
'What Twenty For',
'War Twenty For' (kalo disingkat gak enak ini),
Ada beberapa usulan juga dari para pembaca, tapi kebanyakan ngaco semua.
Ada persamaan ya.
Ya, selalu ada kata 'Twenty' yang merujuk pada 'Pemilihan single ke-20'. Dan ada juga kata 'War' yang maksudnya bukanlah berarti perang secara harfiah melainkan 'persaingan para member untuk mendapatkan gelar center'.
Tapi kenapa yang terpilih akhirnya 'Our Twenty War'?
Karena sekilas terdengar mirip 'Infinity War', sama seperti 'Finding Oshi' yang sekilas terdengar mirip 'Finding Dory'. Jadi referensinya memang sama-sama dari film.
Lalu 'Finding Justice'?
Mungkin bisa dibilang cuma alternatif title aja.
Karena season pertama ada kata 'Finding', rasanya kurang pas kalo season 2 gak ada kata 'Finding' di dalamnya. (Buat formalitas aja).
Tapi kenapa 'Finding Justice'?
Ya karena 'Our Twenty War' terinspirasi dari film Marvel, kayaknya gak adil kalo DC gak masuk juga. Iya, 'Justice League'. Biar adil, tidak memihak.
Dan mungkin nanti di ceritanya akan ada pencarian soal 'keadilan'.
Nah, sekarang sudah jelas kan kenapa saya pilih judulnya seperti itu?
Jadi kesimpulannya, timeline cerita ini mungkin kisaran awal agustus tahun lalu sampai akhir tahun lalu/awal tahun ini.
Iya, memang lebih lama dari cerita sebelumnya yang hanya kisaran akhir april sampai awal agustus tahun lalu.
Kesannya udah basi ya?
Jadi,.... tetap mau membaca cerita ini atau tidak?
Saya serahkan semuanya pada anda.
Kalau masih mau, saya ingatkan juga daripada anda semua nanti menagih-nagih.
Di beberapa part awal ini, bagian ena2 nya mungkin sedikit, atau malah tidak ada sama sekali.
Ya udah lah, mungkin gitu aja.
Satu lagi, sebenarnya saya mau update nya minggu depan, pas ulang tahunnya Jennie KW a.k.a 'Loli Legal'.
Tapi kayaknya kelamaan, nanti kalian protes lagi.
Dan setelah saya pikir lagi,.....
"Tujuh itu adalah angka yang bagus kan"
Jadi update tanggal 7 deh.
Okelah.
Makasih.
• TTD H4N53N
Terakhir diubah:
Similar threads
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
