Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

Part 25: Miss Wednesday



IMG-20190825-203439.jpg



Sedang apa... Kamu?
Sedang apa... Dirimu?
Ku disini... Rindukanmu...
Cause I'm lonely.. lonely...


"Apa'an banget sih lagunya?" sahut Vivi yang kemudian langsung mematikan radio di mobilku.

Padahal lagunya pas banget lho, gue kan lagi kangen sama dia, batinku.

"Lo kan sekarang lagi gak sendiri.. Ada gue" ucap Vivi dengan lirih.

"Ini kita mau kemana sih?" tanyaku kemudian.

"Gak tau. Terserah lo aja" jawab Vivi cepat.

"Terserah gue? Yakin nih?" tanyaku lagi berusaha memastikan.

"Jangan macem-macem" balas Vivi mengancam.

"Iya deh, iya" balasku lagi.

Apa yang sedang terjadi?
Ini sudah 2 hari setelah kejadian aku 'merenovasi' apartemenku.

Kenapa saat itu Vivi menelfon?
Kalau ditanya seperti itu, berarti harus kembali ke 2 hari yang lalu.
.
.
.
.
.
.
.
.
**Flashback Di Dalam *Flashback (Ah, shit! Here we go again)

"Apa'an, Vi?" sapaku ditelfon.

"Lo kesini, sekarang!!" perintah Vivi kemudian. Ya, perintah.

"Huh?! Apa'an?" tanyaku balik. "Mau ngapain? Udah malem ini. Males gue" tolakku kemudian karena mengingat ini sudah pukul 11 malam lewat.

"Manja banget sih! Baru juga jam segini. Udahlah, pokoknya lo gue tunggu!" balas Vivi yang kemudian memutus sambungan telefon.

"Apa'an sih nih cewek?" keluhku kemudian.

Males gila!
Mendingan gue tidur, pikirku cepat.

TING~
HP-ku berbunyi menandakan ada pesan masuk.

Palingan Vivi. Bodo amatlah, cuekin aja, batinku.

TING~
HP-ku berbunyi lagi.

Dua kali?
Ya, tapi seengaknya gue liat dulu aja kali ya, batinku.

Kuambil HP-ku dan,...

TING~
HP-ku berbunyi sekali lagi.

"Iya, iya!!" ucapku seakan berbicara pada seseorang.

Kulihat layar HP-ku, dan ternyata memang benar, Vivi yang mengirimiku pesan. 3 kali berturut.
Ya, itu semua adalah pesan dari Vivi. Isinya...

"Pokoknya lo gue tungguin disini sekarang. Cepetan!!"

"Jangan lama-lama. Jangan ngebuat gue nunggu"

"Awas aja kalo lo gak dateng, gue bakal benci sama lo seumur hidup"

Ah, elah. Ancemannya, batinku.

Kemudian aku menelefon Vivi balik. Dan begitu tersambung,...

"Udah dimana lo? Udah sampe mana?" Vivi langsung memberikan pertanyaan beruntun.

"Hei! Lo itu nyuruh-nyuruh 'kesini, kesini'. Kesini itu kemana?" tanyaku balik.

Tapi bukannya menjawab pertanyaanku, Vivi malah memutus sambungan telefon ini.

"Maunya apa sih?" tanyaku mengeluh.

TING~
HP-ku kembali berbunyi.

Ada satu lagi pesan masuk. Dari Vivi.
.
.
.
.
.
.
.
Akhirnya aku pergi juga menemui Vivi karena ancamannya itu. Pesan terakhir darinya tadi itu adalah lokasi keberadaan dia. Dia jadi detective..... Share loc. Hehehe..


((Itu kan...))
((Pengen gue tampol, tapi tuaan dia..))


Suara itu muncul lagi?
Terserahlah.

Sekarang, aku sudah bersama Vivi. Tepatnya kami berada di mobilku dan akan menuju ke...

Tunggu sebentar.

"Ini kita mau kemana sih?" tanyaku lagi pada Vivi berusaha memastikan.

"Udah... Lo ikutin aja arahan dari gue" balas Vivi cepat. "Udah deket kok.."

"Daritadi juga lo bilangnya 'udah deket, udah deket'. Tapi ini kita gak nyampe-nyampe..." balasku. "Dimana sih tempatnya?" tanyaku lagi.

"Percuma. Lo gak bakal tau tempatnya" bantah Vivi. "Lo kan kelamaan di luar negeri" tambahnya dengan nada sinis seperti menyindir.

Emang salah, kalo gue kuliah di luar negeri ya?, batinku bingung.

"Ya udah, gini aja.. Lo kasih tau aja sama gue alamatnya itu ada dimana. Kan gue bisa pake maps" balasku masih berusaha memberi solusi.

"Kalo pake maps itu ribet. Dibawa ke gang-gang kecil. Dibawa muter-muter" ucap Vivi.

Aku langsung menepikan mobilku dan berhenti.

"Kok malah be-"

"Gue kasih tau ya, Vi. Ini daritadi kita juga udah muter-muter" potongku sebelum Vivi protes terlebih dahulu.

"Maksud lo?" tanya Vivi.

"Gue cuma ngasih tau, kalo sekarang ini kita-"

"Lo mau ngatain gue bego?" tuduh Vivi tiba-tiba.

Astaga, batinku.

"Gue gak ada maksud buat kesitu ya. Gue gak ada.."

"Gue gak ada niat mau ngomong kayak gitu" sahut Vivi seakan melanjutkan kalimatku.

"Gue gak..."

"Gue gak ada mau niat buat ngomong kayak gitu" sahut Vivi lagi yang seakan memang tahu aku akan berkata seperti itu.

Kali aku diam saja, aku malas untuk berdebat dengannya.

"Kebiasaan lo dari SMA kalo lagi berantem sama cewek masih sama aja" celetuk Vivi pelan.

Huh?!

"Sekarang lo diem, tapi di otak lo sekarang, pasti lagi ngomongin gue kan" tuduhnya tiba-tiba. "Cewek itu ya,.. Selalu aja gitu, kalo mau apa-apa, pasti gak di-prepare dulu. Cuma dandan aja yang lama..." ucap Vivi kemudian yang seperti menebak-nebak isi pikiranku.

Kok malah kemana-mana sih pembahasannya?
Random banget. Terlalu random malah, batinku.

"Padahal kita ini dandan buat siapa? Ya buat kalian cowok-cowok" ucap Vivi yang melakukan tanya jawab dengan dirinya sendiri. "Emang gak pada seneng apa kalo punya pacar yang cantik? Dandan itu juga buat kalian cowok-cowok. Tapi perjuangan kita kayak gak dihargai sama sekali, padahal sampe udah beli parf.." Vivi tidak jadi melanjutkan kalimatnya.

Udah selesai sesi curhatnya nih?, tanyaku. Tapi dalam hati. Karena kalau di ucapkan langsung... Ya, tahu sendiri lah ya.

Saat aku menengok ke arah Vivi, dia terlihat seperti sedang bersedih.
Sedih karena sesuatu?
Atau seseorang?

Sebaiknya aku melakukan sesuatu.

"Jadinya mau kemana nih?" tanyaku kemudian.

"Ah.. Eee... Kita.. Kita jalan aja dulu" balas Vivi terbata-bata.

"Huh?? Kita jalanin dulu?" tanyaku bermaksud menggodanya.

Vivi langsung melotot ke arahku setelah aku berkata begitu.

"Bercanda gue.. Jadi kemana nih?" tanyaku lagi.

"Lo ikutin aja arah-"

"Arahan lo itu gak jelas" potongku.

"Hah?! Maks-"

"Gak percaya? Mau gue contohin?" potongku lagi. "No,.. Depan nanti belok kiri ya.. 'Iya'. 'Belokannya yang mana?' Baru aja kelewat" terangku mencontohkan sebagian percakapan kami tadi saat aku menyetir diarahkan oleh Vivi.

Dan Vivi langsung terlihat melotot ke arahku.

Iya, Vi. Gitu aja.
Mendingan gue ngeliat lo marah-marah ke gue, daripada gue ngeliat lo sedih, batinku.
.
.
.
.
.
.
.
"Ini beneran nih? Lo ngajakin gue kesini?" tanyaku tidak percaya karena ternyata tempat yang dituju Vivi adalah sebuah klub malam. "Kacau lo, Vi" ledekku kemudian.

"Apa'an sih" balas Vivi yang kemudian turun dari mobilku.

Tentu saja aku pun juga turun dari mobil kemudian mengikutinya untuk masuk ke dalam klub malam itu.

"Ngapain lo?" tanya Vivi heran saat melihatku berjalan di sampingnya. "Gue cuma minta dianterin, bukan ditemenin" tambahnya.

Dih,.. seenaknya banget nih cewek, batinku.

Aku tetap berjalan masuk ke dalam klub malam tersebut.

"Hei!! Mau ngapain lo?" tanya Vivi lagi yang kemudian menghentikan langkahnya.

"Lo minta dianterin kan.. Udah gue anterin. Tugas gue udah selesai dong. Sekarang terserah gue kan, gue mau ngapain" balasku menanggapinya dengan santai.

Vivi tidak membalasku, dia kemudian kembali berjalan.

Tapi saat dia hampir melewatiku, aku langsung menahannya dengan memegang lengannya.

"Ap.."

Vivi tidak melanjutkan protesnya saat kemudian aku mengambil kacamata yang sedari tadi dia pakai.

"Masa mau masuk ke tempat gini, pake kacamata. Culun amat" sindirku memberikan alasan. "Ini klub malam, bukan klub buku"

"Biarin" balas Vivi yang kemudian mengambil kacamatanya lagi. "Lagian kalo gue gak pake kacamata, jadi burem" tambahnya.

Dan saat dia hampir memakai kembali kacamatanya, aku langsung menahan lengannya kembali.

"Tapi kalo lo pake itu kacamata, gue cuma takut kalo nanti disana banyak cowok yang ngincer lo" ucapku sambil menatapnya tajam. "Yang bikin sakit itu, karna gue gak bisa protes soalnya lo bukan cewek gue" tambahku kemudian.

"Ap.. Apa'an sih?!" bentak Vivi yang kemudian langsung berjalan melewatiku dan masuk terlebih dahulu.
.
.
.
"Lo gak pesen minum?" tanyaku pada Vivi tepat setelah aku memesan minuman ke bartender.

Tapi Vivi masih saja terlihat celingukan seperti sedang mencari seseorang.
Tak lama kemudian, minuman pesananku pun akhirnya datang.

"Tujuan lo kesini mau ngapain sih? " tanyaku lagi. "Nyari orang? Nyari siapa?"

Vivi masih tetap saja diam tanpa memperdulikanku.

Ya udahlah, batinku.

"Banyaknya wanita disini, bagaikan air hujan
Tapi ku tak basah adakah payung di atas kepala~" gumamku sambil bersenandung.

"Apa'an sih" sahut Vivi tiba-tiba. "Kalo lo mau nyari cewek, ya udah sana.. Banyak cewek tuh" tambahnya.

"Vivi... Kalo gue emang niat kayak gitu daritadi, begitu masuk gue pasti bakal langsung ninggalin lo" balasku. "Tapi apa yang gue lakuin tadi?" tanyaku kemudian menyinggung satu diantara sekian banyak perbuatan baikku padanya.

Vivi melirikku sedikit sebelum akhirnya kembali celingukan. Dia seperti benar-benar tidak memperdulikanku.

"Sama-sama ya btw" sindirku lagi.

"Iya, iya. Makasih buat tadi" sahut Vivi akhirnya.

Ya, memang sudah seharusnya Vivi berterimakasih padaku. Saat baru masuk kesini tadi, entah kenapa dia seperti langsung menjadi incaran seluruh laki-laki disini. Dan aku dengan cepat dan tanggap langsung melindungi Vivi sebelum terjadi hal-hal yang mereka inginkan.
Tapi berikutnya malah,... Aku yang dikerubungi oleh para wanita disini. Ya, sudah biasa sih sebenarnya yang seperti itu.

"Kalo lo gak ada perlu lagi, lo boleh pulang kok. Gue bisa pulang naik tak-"

"Gak mau" sahutku cepat. "Gue maunya disini" tambahku kemudian. "Nemenin lo, jagain lo" tambahku lagi dengan pelan.

Huh~
Vivi terlihat menghela nafas sebentar.

"Sebenernya gue nyariin Adit" celetuk Vivi tiba-tiba.

Aku yang sedang meminum minumanku langsung kaget dan terbatuk-batuk.

"Ngapain sih lo?! Minum jus mangga aja pake acara keselek segala" ledek Vivi kemudian.

"Maksud lo nyariin Adit?" tanyaku berusaha memastikan.

"Jadi,..."

Kemudian Vivi mulai bercerita kalau sebenarnya dia sudah curiga juga kalau Adit sedikit 'nakal' di belakangnya. Sebenarnya tidak sedikit sih. Mungkin banyak. Mungkin.
Itu karena sikap Adit yang semakin lama semakin dingin dan hanya bersikap manis jika ada 'maunya' saja. Tapi Vivi sendiri berusaha menghilangkan pikirannya itu.
Dan akhirnya kecurigaannya itu muncul lagi karena akhir-akhir ini Adit semakin sulit untuk dihubungi, tapi sekali lagi Vivi masih berusaha untuk menghilangkan pikirannya itu.
Sampai pada akhirnya kecurigaannya semakin menjadi saat kami berdebat saat itu. Lalu Vivi berusaha menyelidiki Adit dan singkat cerita dia mendapatkan informasi kalau Adit sering datang ke tempat ini.
Tapi karena dia tidak berani untuk datang sendiri ke seperti ini, akhirnya dia meminta... memaksa lebih tepatnya. Dia memaksaku untuk mengantarnya, dengan alasan kalau aku pasti akan 'melindunginya' disini. (Akhirnya dia mau jujur kan, tapi kenapa dia begitu yakin padaku ya?)
Begitu ceritanya bagaimana akhirnya Vivi meminta untuk kesini.

"Ee... Jangan geer dulu..." tambah Vivi. "Sebenernya gue minta ditemenin sama lo cuma karna gue kira lo diluar negeri sering ke tempat kayak gini. Eh, gak tau nya malah pesennya jus mangga"

Oh,.. dan ya, aku memang memesan jus mangga tadi. Gapapa, sehat kan.

"Cuek" balasku yang lalu kembali meminum jus manggaku. "Terus Adit mana? Informasi lo bener gak sih?" tanyaku kemudian.

"Bener kok" balas Vivi yakin.

"Emang siapa sih yang ngasih tau lo?" tanyaku yang sedikit penasaran.

Tapi Vivi malah diam tanpa menjawab pertanyaanku.

"10 menit. 10 menit lagi gak ada tanda-tanda Adit. Gue anterin lo pulang" sahutku.
.
.
.
.
.
"No.. No... Itu, No... Itu... Itu Adit" Vivi seperti orang kepanikan sendiri sambil mencengkeram lenganku dengan sangat keras saat akhirnya melihat dari kejauhan Adit datang. Dan memang jelas kalau itu Adit.

"Biasa aja dong" balasku sambil berusaha melepaskan cengkeraman tangan Vivi.

Kemudian aku mengelus-elus... Tangan Vivi.
Ya, memang. Tangan Vivi yang kuelus. Lenganku memang terasa sedikit ngilu, tapi aku yakin kalau tangan Vivi yang dia gunakan untuk mencengkeram lenganku juga merasakan sakit.

"Sakit?" tanyaku yang masih mengelus tangan Vivi.

"Apa'an sih lo" balas Vivi yang kemudian menepis tanganku yang sedari tadi mengelus-elus tangannya.

Ya udahlah. Udah agak lama juga, batinku.

"Sama cewek tuh" komentarku kemudian.

"Diem!! Gue juga tahu, gue bisa liat sendiri" bentak Vivi dengan nada yang lumayan tinggi.

Dengan cepat aku langsung menarik Vivi ke arahku dan mendekatkan wajah kami seakan aku hendak menciumnya. Tapi sebenarnya aku tidak benar-benar menciumnya. Ini hanya kamuflase agar orang-orang yabg melihat kami mengira kami sedang berciuman.

"L-"

"Diem" potongku dengan berbisik tepat sebelum Vivi melayangkan protesnya. "Jangan noleh kebelakang" cegahku kemudian. "Adit ngeliat kearah sini, kalo dia ngeliat lo, malah bisa jadi panjang urusannya"

"Tapi..."

"Udah, lo nurut aja dulu sama gue" sahut masih dengan berbisik.

Karena tindakanku tadi, sekarang wajah Vivi dan wajahku menjadi sangat dekat. Dan aku baru menyadari bahwa ternyata wajah Vivi sangatlah cantik jika dilihat sedekat ini, mungkin tidak hanya cantik, tapi juga menawan dan menggemaskan. Tiba-tiba Vivi memejamkan matanya, yang membuatku malah ingin benar-benar menciumnya sekarang juga.
.
.
.
.
.
Pemandangan yang aku dan Vivi lihat selanjutnya adalah bagaimana sifat asli Adit yang sebenarnya terkuak. Bagaimana Adit dengan santainya menciumi gadis-gadis lain disana, bagaimana Adit menyentuh bagian-bagian terlarang dari gadis-gadis itu. Dan yang paling parah, Adit meminum minuman berakohol.

Parah! Gue aja minumnya jus mangga, batinku.

Sesekali aku juga menghalangi pandangan Vivi dengan telapak tanganku agar dia tidak semakin bersedih. Vivi terkadang juga menatapku disaat aku menghalangi pandangannya itu.

Dan tak lama kemudian, terlihat Adit seperti hendak pergi dari tempat ini. Tapi Adit tidak sendiri, dia terlihat membawa dua orang gadis bersamanya yang dia rangkul disisi kanan dan kirinya.

Vivi kemudian hendak menghampiri Adit, tapi langsung kutahan dia dengan cepat. Dan saat Vivi menengok ke arahku seperti hendak bertanya, aku langsung menggelengkan kepalaku sebagai tanda agar dia tidak melakukannya.

"Gue anterin lo pulang aja ya" tawarku kemudian.

Vivi menunduk sebentar sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan tawaranku.
.
.
.
.
.
"Ikutin dia, No.." ucap Vivi lirih.

"Huh?!"

"Ikutin Adit..." ucap Vivi lagi.

"Enggak, Vi" tolakku. "Lo gue anterin pulang ya.."

"Ikutin dia, No!!" bentak Vivi. "Biar gue makin yakin kalo Adit emang-"

"Lo cuma gak mau percaya sama apa yang tadi udah lo liat aja kan" potongku. "Iya kan"

"Gue..." suara Vivi bergetar seperti sedang menahan tangis.

"Gue gak mau ngeliat lo sedih, Vi" ucapku lagi.

"Tapi..."

"Udah. Udah cukup" balasku lagi.

Kali ini Vivi hanya diam.

"Ya udah gue anterin" sahutku akhirnya.
.
.
.
.
.
.
.
"Ke hotel, Vi...." ucapku ketika selesai mengikuti mobil Adit yang ternyata menuju ke sebuah hotel.

"Gue juga bisa liat!" balas Vivi dengan nada tinggi.

"Sekarang mau gimana?" tanyaku kemudian.

"Terserah.. Terserah lo mau bawa gue kemana. Pokoknya bawa gue jauh dari sini" balas Vivi dengan nada yang terdengar seperti orang yang sedang putus asa.

"Gue anterin pulang aja ya" ucapku menawarkan lagi.

Vivi hanya diam tidak menanggapiku. Dan akhirnya kuputuskan untuk melajukan mobilku saja terlebih dahulu. Yang terpenting sekarang adalah membawa Vivi pergi jauh dari tempat ini.
.
.
.
.
.
"Alamat lo ada dimana, Vi?" tanyaku ditengah konsentrasi menyetir.

Hening. Tidak ada jawaban dari Vivi.

"Vi..." panggilku.

Masih tidak ada jawaban.

Saat kutengok kearah Vivi, tenyata dia sudah tertidur. Sepertinya dia kelelahan karena bersedih.
Akhirnya kuputuskan untuk menepikan mobilku kemudian menyelimuti tubuh Vivi dengan jaketku.

"Permisi ya, Vi" ucapku berbisik meminta ijin saat menyelimuti tubuh Vivi.

Tubuhnya yang kecil dan mungil saat tertutup jaketku yang cukup besar baginya,.. itu membuatnya terlihat lucu.
Aku menjadi gemas dibuatnya.

"Permisi lagi ya, Vi" ucapku lagi lalu mengambil tasnya.

Setelah itu, aku membongkar tas Vivi.. Jangan curiga dulu.
Kemudian aku mengambil dompet Vivi dari tasnya.. Jangan curiga.
Dan saat akhirnya aku menemukan KTP-nya...

"Bogor?? Gila! Males banget kalo harus nganterin ke Bogor" keluhku saat akhirnya mengetahui alamat rumah Vivi. Ya, aku membongkar tas Vivi hanya untuk mengetahui alamat rumahnya. Kan tadi udah dibilang,.. Jangan curiga.

Aku berfikir sejenak. Sampai akhirnya,...

"Ah!!"

Aku mengeluarkan HP-ku dan membuka lagi history chat-ku dengan Vivi.

"Sekarang gue tau harus anterin dia kemana"
.
.
.
.
.
.
.
"Permisi, pak" sapaku kepada security berkumis yang sedang berjaga. "Bener ini kost-nya Viviyona?" tanyaku kemudian berusaha memastikan.

Akhirnya kuantarkan Vivi ketempat dimana aku menjemputnya. Kostannya.
Lokasi yang dikirimkan oleh Vivi tadi adalah lokasi kostnya.

Security itu memandangiku dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.

Risih banget, batinku.

"Ada perlu apa?" tanyanya kemudian dengan suara tegas yang dibuat-buat. "Mbak Yona pasti udah tidur di kamarnya"

Apa'an?!!
Lo kali yang daritadi tidur, batinku.

Vivi emang udah tidur, tapi dia tidur di mobilku, bukan di kamarnya.
Gimana sih jadi security. Masa gak tau siapa aja yang keluar masuk di kost yang dia jaga.

"Orangnya ada di mobil saya, pak" balasku. "Bukain pagernya, tunjukkin dimana kamarnya, nanti saya gendong orangnya ke kamarnya" pintaku kemudian.

"Anda ini siapa? Kenap-"

Sebelum dia semakin curiga, aku kemudian menjelaskan, siapa diriku, apa hubunganku dengan Vivi. Dan bagaimana akhirnya Vivi bisa tidur di mobilku.
Tapi aku tidak menceritakan semuanya. Karena kurasa aku tidak perlu menceritakan soal Vivi yang bersedih karena Adit.
.
.
.
.
.
"Ribet banget" keluhku yang sedang menggendong Vivi menuju ke kamarnya. "Dipikir gue bakal takut apa sama kumisnya" tambahku.

Saat aku sudah berada di depan kamar Vivi, langsung kukeluarkan kunci kamar Vivi dari sakuku yang tadi sudah kuambil dari tas miliknya. Setelah pintu kamar Vivi terbuka, aku langsung masuk ke dalam kemudian membaringkan Vivi ke tempat tidurnya.
Kuselimuti tubuhnya, kupandangi wajah cantiknya dan,...
Sebenarnya aku ingin memberinya ciuman selamat tidur juga, tapi kuurungkan niatku itu.

Akhirnya kuputuskan untuk langsung keluar dari kamar ini sebelum terjadi adegan-adegan yang pasti banyak dari kalian menginginkannya.
Tapi sesaat setelah aku menutup pintu kamar kost Vivi, aku kembali masuk kedalam dan mengambil kunci kamar Vivi.
Baru setelah itu aku keluar lagi dari kamar Vivi, kukunci kamar Vivi dari luar, kemudian ku masukkan lagi kunci kamar Vivi lewat celah bawa pintunya.

"Cepet-cepet turun deh, daripada si siluman kumis tadi jadi curiga lagi" gumamku.
.
.
.
"Makasih ya, pak. Udah jagain mobil saya" ucapku berterimakasih pada si security. "Ini ada sedikit" tambahku memberinya sedikit imbalan karena menjaga mobilku.

"Ah,.. gak usah, mas" balasnya seperti akan menolak tapi gerakan tangannya mengambil sesuatu yang ada di tanganku.

Mulut ngomong 'enggak', tangan 'iya-iya' aja, batinku.

"Tapi jangan cerita-cerita kalo Vivi pulang dianterin cowok, terus digendong ke kamarnya ya" ucapku lagi mengingatkan.

Aku hanya tidak mau image Vivi jadi jelek di mata para tetangganya.

"Beres, mas" balas si bapak itu sambil tersenyum berusaha ramah tapi malah terlihat seram.

Akhirnya bisa pulang deh, batinku.

Oh iya,.. Aku lupa.
Ku tengok kearah kamar Vivi dan,...

"Selamat tidur, tuan putri" ucapku pelan memberikan ucapan selamat tidur.

IMG-20190825-203437.jpg




Bersambung.jpg


-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan penulis:


"Miss Wednesday??
Tapi ini kan hari kamis...

Oh, itu kan Vivi yang...
Terserah lo lah"


Ya udah, kalo terserah



Makasih
• TTD H4N53N & Adrian

"Apa'an?!"


Ya udah, ini catatan penulisnya,...

Ada apa dengan kerajaannya mahyons?
Berita apa yang jadi headline?
Ada yang mati? Nama Sabo disebut-sebut?

Gak mungkin Sabo korban kan.
Apa mungkin Sabo itu pelaku? Atau cuma dijadiin kambing hitam?

Sabo ditangkep Marine? Mau dieksekusi?
Jadi akhirnya Kurohige mulai gerak buat nyerang Marine, biar bisa rebut Mera Mera no Mi?

Plot twist macam apa lagi yang ingin kau suguhkan Oda????

Btw, Hammock makin cakep ya


"Iya. Makin hehe..."


((Mas....))


"Ya, ampun.. Cuma karakter di manga sama anime doang.. Kamu masa cemburu"


Inspirasi Oda buat gambar Hammock itu dari mbak Sora Aoi kan ya


"Iya.."


((Siapa itu, mas?))


"Eh... Itu anu... Aku.. Aku bisa jelasin.. Jangan ngambek doong Sumini..."


Ee.. Yaudah deh...



Makasih
• TTD H4N53N

*NB: Maaf ya, lagi males nyari mulustrasi, jadi dikit doang
 
Terakhir diubah:
Ini kagak update" apa karena ditinggal partner ama mantan partner yg ngumumumin grad ya?? terus ngringkuk dipojokan kamar sambil nyanyi" kagak jelas:ha:
 
"Adriaaaaannn!!!!" Teriak shani a

Heh?!
Apa'an
Emmm Gre ya hmmmmn

Diam anda!!!
iya satu page buat updatean satu page buat catatan penulis iya

Waaahh... Ada tamagochi

Alias

Update dong, Tam
Laghi di goa???

Goa yg Mana ads

Goa hantu
Sampe pada apal

Iya ya, kok bisa ya
makin tidak sabar

Sabar aja
Masa ga ada special ultah gracia ??

Gak ada
Janji Lungo Mung Sedelo
Jare Sewulan Ra Ono
Lali Opo Pancen Nglali
Yen Eling Mbok Enggal Bali:((:((

Ambyar....
kak ads ditungguin org banyak

Emang iya? Masa?? Khekhekhe
Masih menunggu

Nunggunya di ruang tunggu?
Selalu menunggu

Cieee
Mana nihhh Adrian

Di Belanda kan
Absen dulu gan... ikut menunggu

Silahkan...
adrian kapan threesome shani ama gre

Kalo udah nikah sama Shani dan diijinin poligami, hehe
Jono karakter dr thread mana dh??

Wah, payah nih
Jono? Bukannya BOY y?

Boy??
Bang Boy?
Boy gak pernah update tuh, gucinya ilang kali
Ini kagak update" apa karena ditinggal partner ama mantan partner yg ngumumumin grad ya?? terus ngringkuk dipojokan kamar sambil nyanyi" kagak jelas:ha:

Sans.. Masih ada Abin sama...
Sama siapa ya satu lagi

BTW, Chikuy ini nakal ya, di beberapa show terakhir waktu wagamama nyidir-yindir terus ya,... Hmm....
Bisa nih bikin idol group hohoho:D

Btw Radit sama Dion gak masuk?

Radit itu yang K3luarga itu ya. Tamatnya udah lama, gak satu generasi dong sama 'worst generation'
Kalo Dion kan udah gak lanjut, udah kekunci juga

Worst generation itu 11 orang, udah pas

Udah diem!!
Udah untung Dino saya masukin

Pengamat alay kesayanganku :sendirian:
wagilasi ini

Ampooonn suhu....

Alias

Kalo gak di DM dulu di twit**ter gak bakal update-update saya
Punten slurd

Pu.... Pu... Pu.. Pucchi eh, punten
Butuh berapa ratus episode kalo mau nonton ulang sejak lawan doflamingo

Ini sebelum arc alabasta nih
Yang lawan mr. 3

Arc little garden, eps 70-an kalo gasalah
Update y ternyata...... trus yang ada di file itu videonya sapa?

Siapa hayooo....
Jangan2....

Jangan
 
King of forum fiksi:
- Jono

4 Kaisar:
- Rio
- Leon
- Rehan
- Yovie

Worst Generation:
- Benji
- Sagha
- Dimas
- Tama
- Yusa
- Senpai
- Dodo
- Adrian
- Dino
- Alfiansyah
- Ivan

Udah disamain ama bajak laut aje nih character, gak sekalian ama para marinir juga? biar makin afdol perangnya.
 
Bimabet
Part 23: Kucing Pencuri








"Mas, kapasitas flashdisk yang paling besar berapa ya?" tanyaku pada si mas penjaga toko. "Ada yang 1TB" jawab si penjaga toko. "2TB juga ada" "Yang 1TB aja deh, mas" balasku sambil mengeluarkan dompet. "Berapa?" "Gak jual mas" sahutnya santai. "Gimana?" tanyaku tidak mengerti. "Disini gak jual yang sampai 1TB, mas. Paling besar 128GB aja" jawabnya. Terus tadi ngapain lo jelasin kayak gitu, anjir!!, batinku.





-Bersambung-



nah elu, cak lontong lagi jualan pulsa+aksesoris diladenin:stress:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd