Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Follow Your Dreams

Bimabet
Didalam RL yg sehat terdapat cerita yg lancar... Sehat terus suhu @GGST
Maturnuwun updatenya... :D :ampun:
Mkasih gan doanya....

Wifi rumah dah lancar, jadi bisa update wkwkwkwk....

sekali muncul dikit....jangan* masih sopiler nihhh
Hasil ngetik satu hari tuh gan, tanpa edit langsung ane up, wkwkwkwk....

Lusa deh par selanjutnya, biar gak di bilang sopileerrr, 😂😂😂

efek lupa nama, apa efek punya banyak cerita om :Peace:
Dua2nya wkwkwkwk.....

Itu rian sama mitha kapan om upnya lagi??
Kalo ada yg mau nerusin, ane persilahkan deh... Otak dah buntu, 2x kehilangan data 😭😭
 
Wkwkwk, ajarin om biar gak nemu internet positif saat buka nih forum.... Biar lancar update nya...
Lah emang kena internet positif buka fs46 ini?? Klo gitu pake freeproxy dot win aja om bukanya.
Kalo ada yg mau nerusin, ane persilahkan deh... Otak dah buntu, 2x kehilangan data 😭😭
Wah specialnya cerita itu ya tentu saja subes @Phat-Phat yg mampu mengampunya.
 
Ane lebih enak menyimpan draft cerita secara online tanpa takut terhapus om untuk cadangan apabila entah salah tekan atau kena virus
 
-Part 3-




Neta


Jesi


Gladis


Vani



Pov Novan



"Pagi bang...." sapaku sambil memukul ringan punggung bang Fahri.

"Woi bikin kaget lo tuh...." bang Fahri neriaki gue. "Lagian lo tuh ngapain jam segini udah datang?...."

"Kan aku memang jam segini kerjanya bang. Emangnya aku ini bos yang bisa berangkat kerja agak siangan...."

"Lo memang bos, tapi lo tuh asisten bos. Jabatan lo tuh saat ini sama halnya dengan wakil bos, istilahnya sekretaris, tapi bedanya lo tuh cowok, sedangkan pada umumnya sekretaris tuh cewek...."

"Ribet bang ngomongin jabatan. Kerja ya kerja saja bang, kerjaku baik bos senang dapat gaji, dah tu saja prinsip kerjaku bang...."

"Ya kalo bos juga senang karena suka sama lo, artinya lo bisa naik jabatan. Siapa yang tau suatu hari lo nanti naik jabatan jadi suami bos...."

"Tar deh bang kalo aku dah tidur, baru deh aku mimpi jadi suami bu bos, hehehehe...."

"Mimpi mulu, usaha napa!...."

"Ini juga usaha bang, tapi kalo harapan itu ketinggian, takutnya jatuh sebelum menuhin harapan, dan rasanya itu sakit bang...."

"Yang pernah terlalu berharap tapi akhirnya di tinggal...."

"Hemmm...." seketika rusak mood ku begitu mendengar perkataan bang Fahri.

"Gak usah ngambek, lo tuh cowok, harus kuat...." kata bang Fahri sebelum dia pergi meninggalkanku.

Saat ini aku sedang di ruangan bu Jesi, duduk sendirian sambil menunggu kedatangan wanita itu. Bang Fahri barusan dari ruangan ini, seperti biasa dia membersihkan ruangan ini. Ada satu lagi OB selain bang Fahri yang tadi membantunya, kemarin aku memang melihat OB itu tapi aku lupa siapa namanya, tapi yang jelas dia cewek seumuran dengan bang Fahri.

"Resa, kenapa aku merasakan firasat yang kurang enak saat memikirkan wanita itu. Padahal jelas-jelas dia sudah memilih pria lain, bahkan dia sudah mengenalkan pria itu padaku. Alasan dia pergi keluar negeri juga karena pria itu. Aku sepertinya memang harus membencinya, dan berhenti pura-pura tidak tau alasan dia pergi...." gumamku begitu lirih.

"Cklek...." seseorang membuka pintu.

Saat aku melihat kearah pintu, pandangan mataku bertemu dengan mata bu Jesi yang juga sedang melihat ke arahku. Melihat kedatangan bu Jesi, aku segers berdiri dan menunjukkan sikap hormatku padanya.

"Santai saja Van gak usah kaku gitu. Gue bukan tipe orang yang gila hormat...." kata bu Jesi. "Duduk saja, dan dengarin yang akan gue katakan, karena ini soal kerja lo...."

Akupun duduk dan mendengarkan bu Jesi yang sedang menjelaskan semua tugasku. Sebuah buku kecil di berikan bu Jesi padaku, dalam buku pemberiannya ada penjelasan lebih rinci tentang semua tugasku, begitulah kataanya.

"Lo ada laptop gak Van?...." bu Jesi bertanya setelah selesai menjelaskan semua tugas-tugas ku.

"Sekarang belum punya bu, tapi jika sekiranya itu penting, saya akan segera membelinya...." jawabku.

"Lo gak usah beli, biar nanti gue yang pesanin buat lo. Seharusnya lo tuh memang dapat beberapa fasilitas dari kantor, seperti laptop, kebutuhan kerja, termasuk alat transportasi. Dalam waktu dekat gue bakal siapin semua untuk lo, asal kerjaan lo memuaskan...."

"Tanpa fasilitas yang baru saja bu Jesi katakan, saya akan tetap kerja sebaik mungkin bu...."

Mendengar jawabanku, seketika membuat bu Jesi mengarahkan pandangannya padaku. "Bisa gak kalau berdua begini lo bersikap sewajarnya saja, gak usah terlalu formal. Tadi juga gue udah katakan, gue bukan tipe orang yang gila hormat, dan jangan sampai gue mengulang untuk ketiga kalinya...." kata-kata bu Jesi sedikit mengintimidasi ku. Ngeri-ngeri bingung aku mendengar apa yang di katakan bu Jesi.

"Oh iya Van, ini jadwal kegiatan gue untuk satu minggu kedepan. Jadwal ini sudah gue buat sendiri, tugas lo cukup mengingatkan gue tentang semua jadwal itu, dan lo juga harus nemanin gue di tiap kegiatan itu tanpa terkecuali...." bu Jesi nyerahin sebuah buku catatan padaku. "Untuk tugas lo hari ini, dan apa saja kegiatan gue, lo tinggal baca di dua buku yang baru gue berikan ke lo. Ehm, apa masih ada yang kurang dari penjelasan gue?...."

"Semua sudah jelas bu...."

"Bagus, masih ada waktu satu jam sebelum pekerjaan di mulai. Gunakan waktu yang sedikit itu untuk membaca dua buku tadi. Sedikit saran gue, hafal dan ingat jadwal kegiatan gue hari ini, dan jangan sampai teledor...." kata bu Jesi yang setelahnya dia berjalan keluar ruangannya.

Jam di dinding menunjukkan pukul tujuh tiga puluh pagi, bukan hanya satu jam, tapi aku punya waktu satu setengah jam untuk belajar, karena seingatku semua petinggi baru mulai bekerja tepat pukul sembilan pagi.

Buku yang merincikan semua tugas-tugas ku, untuk saat ini aku menyingkirkannya. Sekarang aku fokus untuk membaca jadwal kegiatan bu Jesi hari ini.

Hari ini cuma ada tiga kegiatan, tapi menurutku semua kegiatan hari ini sangatlah penting. Kegiatan pertama rapat mingguan, jam 10 sampai selesai. Kegiatan kedua, makan siang bersama klien sambil menandatangani beberapa kontrak kerja. Kegiatan terakhir, mengunjungi tempat produksi.

Seusai membaca dan mengingat semua jadwal bu Jesi untuk hari ini, aku sedikit membaca buku yang satunya.

Hampir satu jam aku membaca, dan hampir semua garis besar tentang pekerjaanku sudah aku mengerti. Sekarang aku tinggal menunggu kedatangan bu Jesi, dan menunggu pekerjaan apa yang akan dia berikan padaku.

Pukul sembilan lebih lima belas menit, bu Jesi kembali ke ruangan ini. Dia kembali tidak dengan tangan kosong, melainkan dia membawa dua bungkusan yang aku tidak ketahui apa isinya.

"Lo duduk sini, dan nih temanin gue sarapan...." bu Jesi menyuruh aku duduk di sofa yang cocok untuk tempat santai setelah bekerja, dan sofa itu ada di ruangan kerja yang luas ini.

Awalnya aku ragu untuk menemaninya, tapi setelah bu Jesi melototiku, aku hanya pasrah menemaninya. Jika saja ada yang melihat apa yang sedang aku lakukan dengan bu Jesi, pasti dikiranya kami ada hubungan lebih.

Selesai makan, dan merapikan bajunya, bu Jesi mengajakku menuju tempat rapat. Kata bu Jesi, rapat ini biasanya hanya dihadiri empat orang, dia dan ketiga rekannya. Tapi mulai hari ini akan menjadi lima orang, karena bertambah aku.

"Lo masuk duluan, gue mau ke toilet sebentar...." kata bu Jesi.

Ruang rapat dan toilet letaknya memang searah, tapi gak berdekatan. Meninggalkan bu Jesi yang pergi ke toilet, aku pergi sendirian ke tempat rapat.

"Tok...tok...tok..." aku mengetuk pintu ruang rapat. Siapa tau sudah ada orang di dalam, jadi kedatanganku gak akan membuaatnya terkejut.

"Permiss....." aku terdiam melihat dua orang wanita yang sudah ada di ruang rapat.

"Novan...." wanita itu memanggilku. "Lo tuh kalo kangen tuh bilang, gak usah nyusul ke tempat kerja. Ini kamu bisa di marahin sama rekan kerjaku yang lain...."

"Eehhh...."

"Siapa yang marah Ta, kan nih si Novan kerja di tempat ini juga, dan lagi dia pasti ikut rapan ini, secara dia tuh asisten pribadinya si Jesi...."

"Bagaimana bisa Novan jadi asistennya si Jesi?.... Dan lagi bagaimana Novan sampai bisa di kantor ini?...."

"Lo lupa atau gimana, tuh abang Novan si Fahri kan kerja di tempat ini. Tuh orang lah yang bawa nih Novan ke tempat ini...."

"Terus soal dia jadi asisten Jesi?...."

"Biasa si jomblo, lihat yang bening langsung kepincut...."

"No..no..no, si Novan punya gue. Lo tau kan gue dah lama suka sama Novan, dan lo juga tau kan alasan dulu dia nolak gue. Nah sekarang hubungan dia sama adik lo kan udah berakhir, jadi cuma gue yang berhak dapetin Novan...."

"Gak semudah itu Neta sayang, lo kira cuma lo yang menginginkan Novan, masih banyak yang menginginkannya...."

"Banyak?.... Jangan-jangan lo juga, ingat lo tuh udah tunangan dan bentar lagi nikah, jangan aneh-aneh deh!...."

"Gue memang menyayangi Novan, tapi sebatas jadi adik gue. Lagian yang gue katakan menginginkan Novan tuh bukan gue, lo lupa soal Jesi dan jangan lupa si satunya...."

"Maksut lo selain Jesi, ah sial si Gladis pasti gak mau kalah. Dasar adik kakak gak pernah mau kalah, huh...."

Dari tadi aku cuma diam mendengar obrolan dua wanita. Kak Vani dan Neta, mereka terus saja ngomongin sesuatu yang gak aku ngerti.

Sebenarnya aku cukup terkejut dengan keberadaan Neta. Tapi setelah aku mengingat ada empat wanita petinggi di tempat ini, keberadaan Neta seharusnya melengkapi komposisi mereka. Bu Jesi, Gladis, kak Vani, dan terakhir Neta, kini aku sudah mengenal mereka semua.

"Ngapain lo masih berdiri di sini?...." tanya bu Jesi yang baru datang. "Jangan bilang lo lagi nungguin gue...." tuduhnya padaku.

"Kepedean lo kak, nih Novan lagi nungguin gue tau, ya kan Van?...." Gladis akhirnya datang dan menambah keramaian.

"Ehm, ngobrolnya nanti saja, sekarang waktunya rapat...." tegur kak Vani.

Rapat pun di mulai saat aku, bu Jesi, dan Gladis masuk ruang rapat dan duduk di kursi masing-masing.

Rapat ini membahas masing-masing produk yang dikeluarkan mereka berempat. Dari rapat ini juga aku tau produk apa saja yang dimiliki mereka berempat.

Bu Jesi, dia menggeluti bidang usaha parfum, dan produk parfumnya cukup laris di pasaran, bahkan sudah menembus pasar luar negeri.

Kak Vani, gak jauh-jauh dari jatidirinya yang merupakan seorang wanita, kak Vani mengeluarkan beberapa produk kosmetik. Produk kosmetik yang dikeluarkan kak Vani cukup unggul dari produk keluaran perusahaan lain. Dengan kualitas terbaik, kak Vani menjualnya dengan harga terjangkau.

Untuk Gladis dan Neta, mereka memiliki produk andalan yang cukup mencuri minat konsumen. Gladis dengan produk makanan ringan berbagai variasi, dan Neta dengan produk minuman berbagai jenis, ehm bahkan minuman beralkohol, tapi tentu minumannya sesuai peraturan pemerintah.

Ide-ide kreatif dan gagasan yang cukup menarik saling dikeluarkan mereka berempat. Aku di sini untuk saat ini cuma sebagai pengamat, tapi suatu saat aku ingin menyampaikan ideku juga, meski gak tau ide apa juga yang mau aku sampaikan.

"Kita tutup rapat kali ini...." kata kak Vani.

"Gue lega ternyata semua produk kita laku di pasaran...." ungkap Neta.

"Hohoho, kalian ingat, padahal awalnya kita cuma iseng ngeluarin produk-produk itu, tapi hasilnya jauh dari ekspektasi kita. Hasil yang maksimal dan sangat memuaskan...." tutur Gladis.

"Kalo selesai, gue duluan ya!.... Siang ini gue ada pertemuan dengan klien, gue mau siap-siap dulu...." kata Jesi.

"Mau di ekspor ke mana lagi Jes?...." tanya kak Vani.

"Salah satu rekan kerja bokap gue yang ada di US tertarik sama produk parfum gue, nih gue nanti mau nunjukin beberapa sampel parfum. Moga saja mereka suka, jadi gue bisa memperlebar bisnis. Oh iya, gue juga menawarkan produk kalian ke mereka. Mereka ada ketertarikan dengan produk kalian, mungkin satu atau dua minggu lagi mereka akan mengirim orang untuk melihat produk kalian...." kata Bu Jesi yang di sambut senyum bahagia ketiga rekannya.

"Lo memang kakak terbaik...." ungkap Gladis, sedangkan Neta dan kak Vani, mereka masih saja tersenyum.

"Van yuk balik ke ruangan!.... Masih ada satu dua hal yang perlu gue omongin sama lo...."

Aku pergi mengikuti bu Jesi, sebelum pergi aku sempat melihat Gladis dan Neta yang memasang wajah cemberut. Kak Vani yang berada di tengah mereka hanya menahan tawa ssmbil melihat kedua rekannya itu.

Tiba di ruangan bu Jesi yang juga ruangan kerjaku, bu Jesi menyuruh aku duduk di sofa, dan dia duduk tepat di sampingku.

"Gue akan minta satu hal dari lo, dan lo gak boleh menolaknya!...." seketika aku melotot begitu mendengar apa yang baru di katakan bu Jesi barusan. "Dengar baik-baik, gue minta lo pura-pura jadi kekasih gue. Cuma itu permintaan gue, dan jangan protes. Sekarang lebih baik kita segera ke lokasi pertemuan!...." tanpa memberikan sedikit waktu untukku memprotes permintaannya, bu Jesi begitu saja mengajakku ke tempat lokasi pertemuan.

"Lo bisa nyetir mobil?...." tanya bu Jesi saat tiba di parkiran.

"Bisa bu, dan aku juga punya SIM...." jawabku.

"Bagus, nih lo yang nyetir!...." bu Jesi nyerahin kunci mobilnya. "Untuk lokasi pertemuan, biar gue yang jadi penunjuk jalannya...." sebelum aku bertanya, bu Jesi sudah memberiku jawaban tentang kebingungan yang baru akan aku alami.

Begitu aku dan bu Jesi masuk mobil, aku segera menjalankan mobil dengan kecepatan sedang.

°°

°°

Sebuah restoran mewah yang berada di tengah pusat perekonomian ibukota. Di tempat inilah aku berada, duduk berdua dengan bu Jesi, menunggu klien yang ingin di temuinya.

"Van, ingat ya, lo tuh pacar gue dan jangan panggil gue bu lagi untuk saat ini!.... Lo bisa panggil nama gue, tapi untuk lebih meyakinkan lo boleh panggil gue, sayang...." waja bu Jesi seketika memerah saat dia menyelesaikan kata-katanya.

Aku cuma mengangguk tanpa mengeluarkan kata-kata.

Sekitar sepuluh menit menunggu, seorang pria dan wanita mendatangi kami. Bu Jesi mengenal mereka, artinya merekalah sosok klien yang kami tunggu.

Biarpun mereka ingin memasarkan produk ke negeri paman gober, tapi mereka ternyata orang Indonesia. Aku yang memang belum mengerti bisnis, hanya pura-pura ikut serius dan mendengarkan obrolan mereka.

Banyak yang mereka bicarakan, tapi kebanyakan aku gak ngerti apa yang mereka bicarakan. Yang aku tahu pembicaraan mereka berakhir saat kedua belah pihak mengatakan sepakat, dan mereka secara bergantian menandatangani kontrak kerja antara mereka.

"Dengan begini urusan bisnis telah selesai. Tapi sebelum saya pergi, ngomong-ngomong siapa pria di samping anda?...." tanya si pria sambil merapikan posisi jasnya.

"Maaf saya terlalu asik melihat bisnis yang kalian jalankan, sampai lupa memperkenalkan diri. Perkenalkan saya Novan, kekasih Jesi...." aku mengulurkan tangan, pria dan wanita itu bergantian menjabat tanganku.

Jika si wanita bertingkah biasa saja, aku sedikit melihat keanehan pada diri si pria setelah aku memperkenalkan diri.

"Senang mengenal anda, dan semoga hubungan kalian langgeng. Di zaman sekarang banyak hal yang bisa merusak hubungan, hubungan yang tidak kuat bisa hancur sewaktu-waktu...." kata si pria sambil tersenyum sinis kearah ku.

Mendengar kata-kata si pria, wanita yang ada di sampingnya sedikit memukul ringan punggung si pria, dan setelahnya mereka pergi tanpa permisi.

"Biarpun cuma satu kalimat, sepertinya lo sukses buat tuh cowok ngira lo beneran pacar gue...." kata bu Jesi ketika dua orang tadi sudah pergi menjauh.

"Sebenarnya ada apa bu?.... Jujur, pria tadi agak aneh tingkahnya...."

"Tuh cowok namanya Ziko, dia anak rekanan bisnis bokap gue. Dia tuh playboy, dari dulu dia terus bilang suka sama gue. Udah gak kehitung berapa kali gue tolak, dia gak juga jera. Dengan lo pura-pura jadi pacar gue, mungkin dia bisa sedikit jera, atau justru semakin ngelunjak...." kata-kata bu Jesi terdengar memiliki banyak arti.

"Lo tenang saja Van, bokap gue jauh lebih berkuasa dari mereka. Sekali tuh Ziko bertingkah aneh-aneh, gue bisa bikin tuh orang menyesal seumur hidupnya...."

Sekarang aku mengerti, sepertinya aku terlibat di sesuatu yang cukup sensitif. Mungkin aku saat ini juga dalam bahaya karena berurusan dengan si Ziko tadi.

"Van, kita tunda dulu ke tempat produksi, mungkin besok saja kita kesana. Hari ini gue capek, lo bisa kan anterin gue pulang?...."

"Bi..bi..bisa bu...."

"Gagap mulu lo tuh jadi cowok, dah ah yuk...." akupun akhirnya nganterin bu Jesi pulang.

Seperti tadi, aku mengemudikan mobil bu Jesi, dan dia duduk di sampingku.

"Makasih ya Van, lo udah mau nurutin kemauan gue...." kata bu Jesi.

"Bukannya ibu sendiri yang tadi bilang kalau aku gak boleh nolak...."

"Seumpama tadi gue bolehin lo nolak, apa lo milih opsi nolak kemauan gue?...."

"Bukannya aku milih nolak, mungkin aku lebih memilih meminta penjelasan, bu. Dilihat dari manapun walau hanya pura-pura, cukup gak cocok bu bawahan seperti ku jadi pacar ibu...."

"Itu menurut lo, bukan menurut gue. Kalo menurut gue, lo tuh lebih dari pantas bukan hanya jadi pacar bohong-bohongan...."

"Maksud bu Jesi?...."

"Sudah lo fokus saja pada jalan, gak usah dengerin omongan gue...."

Mendengar jawabannya, aku sedikit menoleh ke arahnya, dan yang aku lihat adalah sebuah senyuman terlukis di bibir bu Jesi.

"Van lo pakei saja nih mobil, gue masih ada mobil satunya...." kata bu Jesi begitu sampai di rumahnya.

"Tapi bu, aku tadi bawa motor ke kantor...."

"Tinggal saja tuh motor di kantor, gak bakalan hilang juga. Kalaupun hilang, nanti gue ganti dengan motor baru yang lebih keren, kalo perlu nih mobil lo ambil deh...."

"Nih cewek belum minum udah mabuk..." pikirku.

"Lo mau balik ke kantorkan?.... Itu gue tadi udah beliin lo laptop, lo ambil tuh laptop di resepsionis, mungkin udah sampai. Nanti lo bilang aja ke resepsionis, lo ngambil paketan milik gue...."

"Iya bu...."

"Hati-hati di jalan...." pesan bu Jesi sebelum dia masuk ke dalam rumahnya.

"Dari wajahnya yang terlihat begitu lesu, bu Jesi pasti benar-benar sangat kelelahan...." gumamku lirih, dan tanpa berlama-lama aku segera mengarahkan mobil bu Jesi menuju kantor.

°°

°°

Pov Neta


Saat ini gue sedang berada di ruangan Vani, barusan gue dan Vani baru selesai makan siang bersama, tadi ada Gladis juga, tapi tuh anak satu udah balik ke ruangannya.

"Ehm, lo sibuk gak Van?...." tanya gue.

"Gak nih Ta, kenapa?...."

"Ada yang mau gue omongin sama lo?...."

"Soal pekerjaan atau...."

"Soal Novan, dan mungkin soal adik lo juga...." potong gue.

"Kenapa dengan Novan dan adik gue, mereka kan udah gak ada hubungan apa-apa...."

"Iya gue tau mereka udah pisah, dan gue juga udah lo beritau alasan adiklo ninggalin Novan...."

"Terus, apa yang mau diomongin?...."

"Lo saja sebagai kakaknya gak bisa maafin adiklo, dan gue saja benci banget sama adik lo. Gue cuma penasaran, apa menurut lo Novan selama ini tau alasan sebenarnya yang membuat adik lo ninggalin dia?...."

"Menurut gue, Novan udah tau semuanya, tapi dia menyimpan sendiri rasa sakit yang dia alami. Jawaban gue ini gak mengada-ada, lo lihat kan senyum Novan saat ini...." Vani melihat kearah gue. "Itu senyum palsu. Yang sesungguhnya gue lihat, dia masih tenggelam dalam kesedihan...."

"Gue juga merasakannya Van. Karena itu gue ingin bikin dia seperti dulu, penuh keceriaan dan penuh motivasi hidup...."

"Berjuanglah, dan gue akan membantu juga...."

"Kalau usaha gue belum cukup, sepertinya gue harus berkoalisi dengan mereka berdua. Cinta di bagi tiga juga gak apa bagi gue, asal satu dari tiga itu untuk gue...."

"Cinta itu memang buta...." Vani tersenyum.

"Cinta memang buta Van, karena itu gue gak bisa pindah ke lain hati...." gue pun tersenyum.

°°

°°

Pov Ziko


"Kenapa lo tadi mukul gue?...."

"Karena gue gak ingin lo bertingkah lebih dari tadi...."

"Maksud lo?...."

"Lo pikir gue tadi gak tau apa kalau lo sebenarnya sedang mengancam pacar si Jesi...."

"Gue bukan sekedar mengancam, tapi gue benar-benar ingin hancurin hubungan mereka...."

"Gue saranin lebih baik lo buang jauh-jauh niat lo itu. Seharusnya lo tau siapa si Jesi, dan siapa orang di belakangnya. Lagian lo juga belum taukan siapa cowok tadi?...."

"Emang lo tau siapa cowok tadi?...."

"Novano Febrian, itu nama lengkap cowok tadi...."

"Terus ada apa dengan nama itu?...."

"Gue sendiri gak ada nyali untuk lanjutin penyelidikan jatidiri tuh cowok. Jujur gue masih sayang sama masa depan gue...."

"Lo gak sedang bercanda kan?...."

"Gue gak bercanda, dan stop usik mereka...."

Seorang Popi, wanita yang gue kenal gak punya rasa takut, begitu menutupi jatidiri Novan. Menarik, ini semakin menarik dan gue justru semakin penasaran.

"Lupakan rasa penasaran lo, ini peringatan keras dari gue...."

"Brak...." bunyi pintu ruangan gue yang di tutup Popi saat tuh cewek keluar ruangan gue.

"Tenang saja lo Pop, gue Ziko punya sejuta cara untuk jalanin rencana gue...."

°°

°°

Pov 3rd


Mereka sudah tiada, apa ini saat terbaik untuk muncul dihadapannya. Sepertinya belum saatnya, aku belum ingin melibatkan dia dengan duniaku. Sebaiknya dia memang tidak terlibat, semoga pria itu masih bisa menjaganya, cuma dia yang saat ini bisa aku andalkan untuk menjaganya.

"Apa kecelakaan itu benar-benar murni kecelakaan?...."

"Sudah setahun lebih kita melakukan penyelidikan, dan hasilnya sama. Itu memang murni kecelakaan, tanpa ada unsur kesengajaan...."

"Jadi sampai saat ini belum ada yang mengetahui keberadaannya?...."

"Itu bisa aku pastikan...."

Kini aku sedikit lega, dia pasti aman, aku akan memastikannya. Sekali ada yang berniat buruk padanya, aku sudah menyiapkan neraka buat orang itu.


°°


°°


Bersambung....
 
Bimabet
Pov 3rd


Mereka sudah tiada, apa ini saat terbaik untuk muncul dihadapannya. Sepertinya belum saatnya, aku belum ingin melibatkan dia dengan duniaku. Sebaiknya dia memang tidak terlibat, semoga pria itu masih bisa menjaganya, cuma dia yang saat ini bisa aku andalkan untuk menjaganya.

"Apa kecelakaan itu benar-benar murni kecelakaan?...."

"Sudah setahun lebih kita melakukan penyelidikan, dan hasilnya sama. Itu memang murni kecelakaan, tanpa ada unsur kesengajaan...."

"Jadi sampai saat ini belum ada yang mengetahui keberadaannya?...."

"Itu bisa aku pastikan...."

Kini aku sedikit lega, dia pasti aman, aku akan memastikannya. Sekali ada yang berniat buruk padanya, aku sudah menyiapkan neraka buat orang itu.
Siapa mereka ya.
Hhmmm.apa ada hubungannya dgn Novan.
Makin menarik nih.
Makasih updatenya suhu.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd