Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Follow Your Dreams

Ternyata novan tiba-tiba mengalami kecelakaan dan sedang dirawat dan tidak ada cerita lagi nunggu sembuh
 
-Part 6-



Jesi


Gladis


Desy


Pov Fahri


"Pertemuan penting, lagi!...." gue cukup terkejut saat membaca pesan di HP gue. Gak seperti biasanya, dua hari berturut-turut ada pertemuan penting.

Sore ini, artinya sekarang juga gue harus ke tempat si om.

"Bukannya pulang malah lo ngelamun di mari, kangen sama ponakan lo ya?...."

"Kangen apaan, nih gue baru baca pesan dari calon mertua lo. Emangnya lo gak di suruh datang ke pertemuan sore ini?...."

"Ini gue mau ke sana...."

"Ehmmm.... Gue jadi penasaran apa lagi yang bikin tuh orang ngumpulin kita?...."

"Daripada lo bingung, mendingan kita kesana. Gue mau tau, apa pertemuan kali ini ada hubungannya dengan peristiwa serangan beberapa hari yang lalu...."

"Yuk berangkat!...."

"Ehmmm...."

Setelah sedikit obrolan dengan wanita yang menjadi salah satu rekan gue di asosiasi. Gue segera naik ke motor dan segera menuju ke tempat om Zaki, orang yang paling gue hormati.

Arus lalulintas yang lumayan padat, membuat gue cukup lama terjebak di jalan. Tapi gue tetap lebih dulu sampai daripada rekan gue.

Kami tak saling menyapa. Saling melempar senyum dan terus berjalan ketempat si om, itulah yang kami lakukan.

Sampai di ruangan si om, kami berdua di suruh duduk di sofa yang masih kosong.

Di tempat ini selain gue dan orang yang datang bersama gue, ada tiga orang yang lainnya, salah satunya adalah om Zaki. Untuk dua orang yang lainnya, aku belum mengenal mereka, tapi mereka sama sepertiku, petugas lapangan.

"Aku akan langsung ke intinya...." seperti biasa, om Zaki selalu serius. "Misi awal berhasil di eksekusi, tapi aku khawatir mereka mulai curiga dengan pergerakan kita...."

"Misi awal, oh gue ingat, misi tentang pembersihan cabang luar negeri. Gue gak nyangka misi itu bisa begitu cepat selesai, tapi dilihat dari gelagat om Zaki, sepertinya ada yang kurang sempurna dari misi itu..." batin gue.

"Orang-orang yang aku kirim, mereka sedikit lengah...." seperti dugaan gue, misi itu belum sempurna. "Ada salah satu dari mereka yang lolos, dan aku baru dapat kabar orang yang lolos itu sudah sampai di negeri ini. Tanpa identitas dan tanpa petunjuk yang jelas, aku harap kalian lebih siaga...."

Lebih siaga, itu terdengar seperti kabar buruk, tapi bagi gue itu justru menyenangkan. Sudah terlalu lama gue cuma bertugas mengawasi dan menjaga, sedikit-sedikit gue juga butuh baku hantam untuk melemaskan otot tubuh gue.

"Kalian berdua aku harap lebih waspada...." om Zaki melihat kearahku dan wanita di sampingku. "Aku cukup yakin orang itu belum mengetahui identitas orang yang harus kalian jaga, tapi untuk berjaga-jaga kalian harus lebih waspada, karena itu, mereka berdua akan membantu tugas kalian...."

"Bertambah dua wanita, beruntungnya kau Van punya ayah seperti om Zaki...." pikir gue.

"Aku rasa cukup sampai di sini. Kalian bisa keluar dari tempat ini!...." gue hanya tersenyum mendengar perintah om Zaki.

"Gue duluan, masih ada hal penting yang harus gue beresin...." kata wanita yang datang berbarengan dengan gue, setelah kita keluar dari ruangan om Zaki.

"Kalian gak ingin memperkenalkan diri?...." tanya gue pada dua wanita yang masih berdiam diri di depan gue.

"Gue Sana...." kata wanita yang terlihat cukup pendiam.

"Perkenalkan senior, gue Nia...." wanita yang kedua terlihat lebih bisa diajak bicara.

"Kalian sudah tau tugas masing-masing?...." tanya gue.

"Tugas inti kami sudah mengerti, tapi kami masih butuh beradaptasi dengan lingkungan baru yang akan kami tempati...." jawab Sana.

"Hei senior, lo tau gak siapa tuh si Novan, dan kenapa si om nyuruh kita jaga tuh cowok?...." tanya Nia.

Wajar om Zaki masih menjaga rahasia soal Novan. Baginya belum saatnya semua orang tau identitas Novan yang sebenarnya.

"Dia orang penting, dan kita harus benar-benar menjaganya. Jangan sampai lengah, atau kalian sendiri yang akan menerima akibatnya...." jawab gue sambil berjalan meninggalkan mereka berdua.

Urusan dengan om Zaki sudah kelar, sekarang gue mau pulang. Gue udah gak sabar mau gendong anak semata wayang gue.

°°

°°

Pov Novan


Aku kembali duduk di kursi taman. Kepalaku menengadah ke atas, melihat awan putih yang menghiasi birunya langit.

"Janji ya, hah...." sejenak aku menghela nafas. "Janji itu sudah lama hilang, dan seharusnya kamu juga tau kapan hilangnya semua janji itu...."

"Semudah itukah kamu melupakan janjimu?...."

Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. "Resa, benarkan itu namamu, sepertinya benar. Apa yang kamu bilang mudah, itu memang mudah. Aku dengan mudah melupakan janji itu, saat aku sadar ternyata begitu mudahnya kamu membodohiku...."

"Aku gak pernah membodohimu!...."

"Aku juga gak akan pernah mempercayaimu lagi...." sedikit aku melirik Resa saat aku mengatakan itu padanya.

Dia terlihat terkejut, tapi aku gak akan tertipu untuk kedua kalinya. Wajahnya masih terlihat begitu polos seperti dulu. Tapi, dibalik wajah polos itulah dia menyimpan sejuta kebohongan. Selain itu, aku sendiri juga belum tau, apa sebenarnya tujuan dia kembali ke tempat ini. Saat terakhir bertemu, dia bilang padaku tak akan kembali lagi ke tempat ini, biarpun dia ingin kembali.

Tak lagi mendengar dia membalas perkataanku, aku kembali berdiri dan pergi melangkah menjauhinya.

"Apa kamu ingin membalas semua yang aku lakukan padamu?...."

"Srek...." langkahku terhenti dan kembali aku tersenyum, namun aku tak membalikkan badan untuk melihatnya. "Hanya pria pengecut yang membalas perlakuan seorang wanita...." jawabku begitu jelas, dan kembali aku melanjutkan langkah kakiku.

Sampai ditempat aku memarkirkan motor, aku segera menaiki motor dan mengendarainya, meninggalkan taman yang menyimpan begitu banyak kenangan masa lalu.

Sebenarnya aku ingin lanjut ke makam kedua orangtuaku, tapi teringat Desy, mungkin besok aku akan pergi kesana bersamanya.

Laju motorku yang tak terlalu kencang, membawaku ke hotel tempat aku menginap.

Setelah menyerahkan kunci motor ke pihak hotel, aku lanjut berjalan menuju kamarku. Belum juga sampai di kamar, aku sudah disambut Desy yang menatapku dengan ekspresi cemberut yang terlihat sangat menggemaskan.

"Darimana saja?...." tanya Desy setengah ngebentak.

"Itu, baru jalan-jalan sebentar...." jawabku sambil tersenyum masam.

"Kenapa aku gak diajak?.... Pasti mas ketemuan sama cewek ya?...." entah sejak kapan, aku merasa Desy semakin posesif padaku.

"Kamu tadi kan istirahat, gak tega aku ganggu istirahatmu. Lagian beneran aku cuma jalan-jalan, dan gak ketemuan sama cewek...." jawabku.

Secara sengaja aku memang gak ingin bertemu cewek, tapi secara tak sengaja aku ketemu dengan dia.

"Awas saja berani bohong...." ungkap Desy sambil memanyunkan bibirnya.

"Gak usah manyun gitu. Ehm, gimana kalau aku mandi dulu, setelah itu kita jalan-jalan. Ya meski gak seindah pantai di selatan pulau jawa, tapi di Surabaya ada pantai yang bagus untuk di kunjungi, apalagi menjelang malam...."

"Iya buruan, gak pakek lama!...." kata Desy. "Sekalian aku tunggu di kamar kamu biar kamu gak lama-lama mandinya...." lanjut Desy.

Mau aku larang, sepertinya percuma. Desy pasti punya seribu cara untuk membuat dia tetap bisa menungguku di kamar. Hah, dengan terpaksa aku mengizinkan dia masuk ke kamarku. Begitu masuk kamar, aku segera mengambil baju ganti dan dengan cepat aku berjalan menuju kamar mandi.

Aku mandi cukup cepat. Setelah menyabun seluruh tubuh dan membasuh dengan air, aku segera menggosok gigiku. Terakhir aku membersihkan mukaku dengan sabun muka, begitu selesai, aku mengeringkan tubuhku dengan handuk dan sebagai penutup, aku segera memakai baju ganti yang tadi aku bawa.

Saat keluar dari kamar mandi, saat itulah aku melihat Desy yang sedang duduk di tepian tempat tidurku. Baru aku sadari, penampilan Desy saat ini benar-benar mencuri perhatianku.

Dress terusan berwarna putih yang dia pakai, terlihat begitu serasi dengan warna kulitnya yang putih mulus tanpa noda. Makeup yang dia kenakan cukup tipis, membuat kesan kecantikan alami terpancar dari wajahnya. Ditambah lipstik merah yang menghiasi bibirnya, membuat siapapun pria yang melihatnya gak mungkin bisa memalingkan muka darinya.


"Kenapa bengong mas, ada yang salah dengan penampilanku?...."

"Eh itu, ehm kamu terlihat semakin cantik...." dengan malu-malu aku mengatakan itu.

"Ih mas, gombal...." balas Desy dengan wajah bersemu merah.

"Orang serius dikata gombal...." kataku lirih sambil menyisir rambutku yang sedikit berantakan, tak lupa aku menyemprotkan parfum ke bajuku. "Yuk berangkat!...." ajakku, dan seperti kemarin, Desy tanpa meminta izinku, dia begitu saja mengaitkan tangannya ke lenganku.

Jika tadi aku meminjam motor ke pihak hotel, kini aku meminjam mobil. Sebuah mobil pun disiapkan pihak hotel dan segera ditaruh di depan lobi hotel.

Aku membukakan pintu untuk Desy, yang sukses membuatnya sedikit malu dengan yang aku lakukan. Begitu Desy masuk ke mobil, aku bergegas menuju tempat sopir. Selesai memasang seat belt dan menyalakan mesin mobil, aku segera menjalankan mobil menuju lokasi yang ingin aku datangi.

Pantai ria kenjeran, lokasi itulah yang aku tuju. Waktu masih SMA, setidaknya sebulan sekali aku pasti ke tempat itu. Pantai kenjeran sudah dibangun sedemikian rupa, sehingga sangat cocok untuk dijadikan tempat melihat sunset dan menunggu datangnya malam.

"Wah ramai...." kesan pertama Desy begitu kami sampai.

Maklum saja, hari ini malam minggu, jadi wajar tempat ini begitu ramai. Banyak muda-mudi yang mengumbar kemesraan di sepanjang jalan yang kami lewati. Tak jarang ada jones yang melihat kearah kami dengan tatapan iri.

"Indah bukan?...." tanyaku ke Desy.

Desy hanya mengangguk dan tersenyum. Terlihat wajah yang begitu bahagia, meski sebentar tubuhku sempat bergetar saat melihat senyum Desy.

Semakin sore menjelang malam, tempat ini semakin ramai. Sebelum kehabisan tempat makan, aku segera mengajak Desy mencari tempat makan yang ada di tempat ini.

Sebuah tempat makan sederhana menjadi tempatku dan Desy menikmati suasana senja di pantai. Ditemani hembusan angin pantai, aku menikmati saat-saat berdua dengan Desy.

"Makasih, mas...." kata Desy di sela dia menikmati makanan ringan yang sedang kami makan.

"Terimakasih untuk apa?...." tanyaku.

"Meski ini tak selamanya, tapi aku bahagia bisa berdua dengan mas...." jawab Desy.

"Kamu tuh ngomong apaan?.... Dan siapa bilang ini hanya untuk sekarang. Kita masih punya banyak waktu kalau hanya ingin berdua. Kamu apa lupa, kosan kita saja dekat, jadi sebenarnya kita lebih punya banyak waktu untuk berduaan...."

"Hihihihi, iya ya, mas. Aku kok bisa lupa...." ungkap Desy sambil menggigit bibir bawahnya.

Melihat tingkahnya aku hanya bisa tersenyum sambil terus menikmati makanan yang sedang aku makan.

Tepat pukul 19.30, acara puncak di tempat ini yang hanya hadir dua kali dalam seminggu akhirnya di mulai.

Aku biasa menyebutnya acara ini sebagai pameran air mancur pelangi, karena di acara ini menampilkan koreografi air mancur berwarna-warni yang menari begitu indah.

Disampingku, aku merasa Desy semakin erat memeluk lenganku. Gundukan empuk dada Desy, terasa semakin menekan lenganku. Saat aku lirik, Desy hanya tersenyum dan kemudian menyandarkan kepalanya ke lenganku.

"Hah, jika ada yang melihat, pastinya mereka mengira aku dan Desy benar-benar sepasang kekasih yang dimabuk cinta...." gumamku sambil mencubit ringan hidung Desy yang dia balas dengan cubitan ke pinggangku.

Sekitar satu jam, air mancur berwarna-warni yang menghiasi pemandangan malam telah berakhir. Tapi bukannya sepi, tempat ini justru semakin ramai.

"Yuk balik ke hotel!...." ajak Desy yang sepertinya juga kurang nyaman dengan tempat ini yang semakin dipenuhi manusia pencari hiburan malam.

Tapi kalau balik ke hotel, aku sendiri yang bingung mau ngapain. Malam belum terlalu larut, dan mustahil bisa istirahat saat rasa kantuk belum melanda.

Ditengah kebingunganku, aku teringat akan suatu tempat dimana dulu aku sering menghabiskan malam. Aku begitu yakin, tempat itu masih sama seperti dulu.

"Daripada ke hotel, aku tau tempat yang pas untuk menikmati malam. Bagaimana, kamu mau ikut?...." ajakku.

Desy tersenyum. "Tentu aku ikut...." jawab Desy kemudian.

Aku dan Desy segera berjalan menuju mobil, dan dengan cekatan aku mengarahkan mobil menuju suatu tempat yang sangat aku rahasiakan. Jika harus jujur, Desy lah yang pertama kali aku ajak ke tempat itu.

Aku dan Desy sampai di sebuah bukit yang langsung disuguhi pemandangan indahnya kerlip lampu kota. Tempat ini lebih ramai daripada dulu, tapi masih ada banyak tempat yang bisa kita nikmati hanya berdua tanpa ada orang lain di sekitar kita.

"Kamu suka?...." tanyaku ke Desy.

"Ini tempat terindah yang pernah aku datangi...." jawabnya sambil menoleh melihat ke arahku.

"Mau keluar?...."

Desy menggelengkan kepalanya. "Aku ingin berdua di sini...." jawab Desy sambil memegang tangan kiriku.

Sejenak, aku dan Desy sama-sama diam. Sunyi, sepi, sampai-sampai aku bisa mendengar setiap helaan nafas yang keluar dari hidung Desy.

Entah siapa yang memulai, wajah kami perlahan semakin dekat. Kedua mata Desy terpejam, dan dengan gerakan yang begitu lembut, bibirku sudah menyatu dengan bibir Desy.

Kecupan kecil mengawali ciuman kami. Aku memegang dagu Desy sebelum aku melumat bibirnya. Desy tak tinggal diam, dia juga membalas ciumanku dengan melumat bibirku. Lidah kami perlahan bergerak, saling mengait dan kami saling bertukar air liur.

"Ahh...." ciuman kami terlepas.

"Mau lebih?...." kata Desy sambil tersenyum genit.

"Emang apa yang lebih?...." tanyaku pura-pura tak tau.

"Tapi maaf mas, aku gak bisa ngasih yang bawah, karena tadi bocor...."

"Bukannya kemarin kamu bilang lagi subur, kok bisa udah bocor lagi?...."

"Hihihi, maaf kemarin aku bohong. Biar dikata aman, kan gak ada yang bilang gak bisa hamil, ya kan mas?...."

"Iya sih...." jawabku sambil tersenyum.

"Biarpun yang bawah gak bisa, tapi yang atas masih bisa lo mas. Mau coba?...." tanya Desy yang menjilati bibirnya sendiri.

"Aa..aapa ga***k ke hotel dulu Des?...." tanyaku dengan suara sedikit gemetar, saat tangan Desy mulai bergerak menuju kancing celanaku.

"Di jalan lebih menantang...." jawabnya dengan suara lirih.

"Tar aja Des di hotel. Nih udah malam, kita balik dulu!...." kataku seraya mulai menjalankan mobil.

"Mauku sambil jalan...." tanpa mempedulikan kata-kataku, dengan tangan kanannya Desy mulai membuka ikat pinggangku.

Begitu lihai dia membuka ikat pinggangku, dan kini beralih ke kancing celanaku. Tak ketinggalan dia juga menarik turun resleting celanaku.

"Kemarin kelihatannya gak segede ini, sekarang kok kelihatan gede ya?.... Hihihi, pantesan memekku rasanya perih, mungkin robek karena benda gede ini...." kata Desy sambil dia membelai penisku dari luar celana dalamku.

Belaian Desy masih terbilang wajar, karena itu aku masih bisa fokus dengan tugasku mengemudi mobil.

Lama-lama belaian Desy semakin intens, dan entah sejak kapan, tangan hangat Desy sudah bersentuhan langsung dengan kulit batang penisku.

Disaat jari jemarinya menyentuh penisku, aku melihat Desy merubah posisi duduknya. Kini Desy duduk lebih merapat ke arahku.

"Aku keluarin ya mas...." kata Desy yang terdengar begitu menggoda.

Aku hanya mengangguk sambil terus mencoba konsentrasi dengan laju mobil yang aku kendarai.

Dengan kecepatan sedang, mobil yang aku kendarai melaju menuruni bukit. Satu dua kendaraan melintas berlawanan arah dengan tujuanku.

"Ehhmmmm...." suara desahku tertahan saat tangan Desy mulai mengocok batang penisku.

Pelan dia mengocok penisku, terkadang tangannya juga mengelus buah zakarku. Dalam beberapa saat, Desy kembali merubah posisi duduknya. Kini dia menungging di atas kursi dengan wajah menghadap ke arahku.

"Mas, aku mulai...." kata Desy disertai senyuman yang begitu menggoda.

Tanpa menunggu jawabanku, Desy mulai menundukkan kepalanya. Melalui celah dibawah lengan kiriku, kini wajah Desy tepat berada di atas selangkanganku. Sesaat kulihat Desy menyibakkan rambutnya ke samping, dan saat aku lirik, aku bisa melihat bibir Desy yang begitu dekat dengan kepala penisku.

Perlahan Desy semakin mendekatkan bibirnya kearah kepala penisku. Bibir Desy mulai merekah saat perlahan dia mulai memasukkan kepala penisku kedalam mulutnya, sedikit demi sedikit kepala penisku masuk ke mulutnya tanpa tersentuh sedikitpun oleh giginya.

Setelah kepala penisku sepenuhnya masuk kedalam mulutnya, Desy semakin dalam memasukkan penisku kedalam mulutnya hingga setengah bagian penisku kini sudah berada di dalam mulutnya. Dengan setengah bagian penisku di dalam mulutnya, aku bisa merasakan gesekan antara penisku dengan lidah Desy.

Tubuhku terasa bergetar saat dengan gerakan minimalis, lidah Desy menyentuh kulit penisku. Setelahnya aku semakin merasakan nikmat saat Desy merapatkan kedua bibirnya, dan kepalanya mulai bergerak naik turun mengulum penisku.

Dengan tangannya yang terus memainkan zakarku, dan lidahnya yang mulai menari-nari di kepala penisku. Aku semakin merasakan nikmat dengan perlakuan Desy.

Tanpa henti Desy terus merangsangku dengan menyerang titik sensitif yang bertitik pada batang kejantananku.

Hisapan mulutnya, dan jilatan lidahnya benar-benar membuatku urat syaraf ku menegang karena rasa nikmat.

Tak tahan dengan nafsuku sendiri, aku mulai meraba dan mengelus punggung Desy dengan tangan kiriku. Dari punggung bagian belakang, elusanku berpindah ke bagian depan. Kudapatkan payudara sebelah kanan miliknya, dan kemudian aku mulai meremas-remasnya dengan lembut.

Dress Desy yang longgar di bagian atas, membuat tanganku begitu mudah menyelusup kedalam bajunya. Begitu berada di dalam bajunya, aku kembali meremas-remas payudaranya yang masih terbungkus bra.

Aku terus meremas, dan mengelus payudara Desy bergantian kanan dan kiri, sambil menikmati kuluman mulut Desy di penisku.

Tanpa bosan terus ku elus-elus kulit payudaranya yang agak menyembul dari bra-nya, dan sesekali aku selipkan salah satu jariku diantara payudaranya yang begitu kenyal.

"Sssss.... Eehhhmmm...." desahku penuh kenikmatan saat merasakan kuluman Desy semakin cepat.

Membalas ulahnya, aku begitu saja menarik keatas bra yang menutupi payudaranya. Kembali aku raba payudaranya sembari mencari putingnya. Begitu puting payudara Desy yang sudah begitu mengeras telah berada di tanganku, dengan begitu lembut aku pilin-pilin puting payudaranya.

"Oouuhhhmmm.... Ssssaaahhmmm...." desah Desy bersamaan dengan dia melepas kuluman di penisku.

"Auhh...." teriakku saat Desy mencubit pinggangku.

Sepertinya dia gemas dengan ulahku barusan. Tapi tak butuh waktu lama, dia kembali menghisap, menjilat dan mengulum penisku.

Dia benar-benar lihai merangsangku, sampai akhirnya aku benar-benar sudah tak tahan lagi. Tangan kananku begitu erat memegang kemudi mobil, sedangkan tangan kiriku meremas lebih kuat payudara Desy.

"Sssss.... Ooouuuhhhh...." racau ku cukup keras saat menahan rasa ngilu bercampur nikmat yang semakin aku rasakan.

"Des, aku mau keluar!...." kataku begitu lirih.

Bukannya berhenti, Desy justru semakin liar mengulum penisku. Gerakan kepalanya semakin cepat turun naik di atas selangkanganku. Tangan kanannya juga tak tinggal diam, tangan itu ikut mengocok batang penisku seirama dengan gerakan mulutnya yang terus mengulum penisku.

"Aaarrrggghhhhhh...." Desahku keras, bersamaan dengan penisku yang menyemprotkan sperma ke dalam mulut Desy.

Entah berapa kali aku menyemprotkan sperma ke mulut Desy, yang jelas pasti cukup banyak. Tapi Desy sepertinya menelan semuanya, bahkan dia masih saja menjilati kepala penisku.

"Kok masih tegang?...." tanya Desy sambil tangannya memegang batang penisku.

Iseng, sedikit aku memegang selangkangannya. "Butuh yang di dalam sini, baru gak tegang...." kataku setengah berbisik.

"Ihhhh, mas nakal...." ungkap Desy sambil memanyunkan bibirnya.

"Salah sendiri, ada kesempatan malah ngundang yang merah-merah...." candaku sambil kembali fokus dengan mobil yang aku kendarai.

"Sabar ya dedek Novan, satu minggu lagi aku bikin kamu puas...." Desy sedang berkata dengan penisku.

Selesai dengan perkataan anehnya, Desy memasukkan kembali penisku kedalam celana dalam, dan setelahnya dia merapikan kembali celanaku.

"Mas ngantuk!...." katanya seraya merebahkan kepalanya ke lenganku.

"Sebentar lagi juga sampai...." kataku sambil mengelus kepalanya.

Sekitar 15 menit akhirnya kami sampai di hotel. Setelah memarkirkan mobil di tempatnya, aku bersiap keluar. Belum juga keluar, aku menyadari sesuatu yang membuatku tak rela jika ada orang lain yang melihatnya.

"Des, bra kamu...." kataku.

"Ups, hihihi...." Desy tertawa lirih sambil memperbaiki posisi bra-nya. "Mas sih nakal, habis di remas, gak di tutup kembali...." katanya begitu lirih.

"Maaf, lupa aku tadi...."

"Aku maafin, asal mas malam ini temani aku tidur, dan peluk aku...."

"Siksaan...." gumamku lirih sambil menundukkan kepala.

Tau maksud dari gumaman ku, Desy hanya tersenyum dan kembali dia mengaitkan tangannya ke lenganku. "Yuk mas ke kamar!...." ajaknya.

Aku hanya nurut dan segera masuk ke bangunan hotel.

Setelah menyerahkan kunci mobil ketempat aku meminjamnya, aku dan Desy segera berjalan menuju kamar. Saat aku ingin masuk ke kamarku untuk sekedar ganti baju, Desy melarangnya, dia justru terus menarikku ke kamarnya.

"Yuk mas tidur...." ajak Desy yang sudah mengganti baju, sedangkan aku, aku hanya melepas sepatuku.

Tibalah saatnya tidur. Dengan memeluk Desy dengan tangan kananku, aku mulai memejamkan mata.

"Selama tidur...." kata Desy.

Aku kembali membuka mata dan mendapati Desy yang sedang tersenyum.

"Cup...." aku cium keningnya.

"Selamat tidur juga...." balasku sambil membelai wajah Desy.

Matanya tampak sayu, dan tak butuh lama Desy pun tertidur. Aku segera menyusul memejamkan mata, dan sedikit aku mempererat pelukanku.

°°

°°

Pov Vani


"Ayah, Ibu...." gue menyapa kedua ortu gue saat baru sampai di rumah. Kebetulan mereka sedang duduk di teras, bertepatan dengan gue yang baru pulang main.

"Duh anak kesayangan baru pulang, sini duduk dulu...." seperti biasa nyokap gue sangat manjain gue.

"Iya sini dulu Van, ada yang mau Ayah beritahu ke kamu...." kata bokap gue.

Gue pun duduk di kursi kosong yang berada di depan mereka.

"Maaf yah, haus...." kata gue setelah menyeruput kopi hitam kesukaan bokap gue.

"Dari dulu kamu itu selalu suka habisin kopi ayah...." kata bokap gue sambil melipat majalah yang baru ia baca.

"Hihihi, habis enak...." nyokap gue hanya tersenyum ngelihat tingkah gue. "Oh iya yah, apa tuh yang mau ayah beritahu ke aku?...."

Bukannya menjawab, bokap gue justru melirik kearah nyokap. Ini nyokap gue juga malah main mata. Gue jadi curiga, pasti ada yang gak beres, dan perasaan gue mulai kurang enak.

"Ini soal Resa, adik kamu...." kata bokap gue yang seketika bikin jelek mood gue. Bagaimanapun juga hubungan gue dengan si Resa menjadi sangat buruk, saat dia udah bohongin Novan, cinta pertama gue.

Seandainya dulu gue gak ngalah, pasti sekarang gue sedang bahagia dengan Novan. Tapi semua gara-gara Resa, gue kehilangan Novan. Bahkan setelah pengorbanan gue, dia ternyata cuma memainkan perasaan Novan. Sampai kapanpun gue gak akan pernah maafin tuh anak, biarpun dia adik gue.

"Tuh anak masih hidup...." kata gue.

"Sebenarnya ada masalah apa diantara kalian, kenapa kamu seperti begitu membenci adik kamu sendiri?...." tanya bokap gue.

"Aku gak pernah berharap memiliki adik se-licik dia...." kataku sambil beranjak pergi.

"Resa baru pulang, sekarang dia di Surabaya, satu atau dua hari lagi mungkin dia akan pulang kesini. Ayah harap kalian tidak ribut seperti terakhir kali kalian bertemu...." teriak bokap gue.

Gue gak membalasnya, gue justru semakin cepat berjalan menuju ke kamar gue. Sampai di kamar, gue segera melempar tas dan membanting tubuh gue ke atas tempat tidur.

"Pernikahan gue memang tinggal hitungan hari, tapi jangan harap lo bisa nyentuh si Novan. Resa, biar lo adik gue, hidup lo gak akan tenang kalo tujuan lo balik ke sini untuk kembali mendekati Novan...." gumam gue bersungguh-sungguh.

°°

°°

Pov Gladis


"Surabaya, gue datang.... Eh salah, Novan, gue datang...." teriak gue saat sudah di dalam mobik yang akan membawa gue ke hotel.

"Berisik lo tuh...." protes kak Jesi yang rencana pergi diam-diam nya, berhasil gue gagalkan.

"Hihihihi, lo gak bakalan bisa ngalahin gue kak...." kata gue penuh percaya diri.

"Siapa bilang lo bisa mudah ngalahin gue?...." kak Jesi sedikit melirik kearah gue. "Gue masih punya rencana cadangan...." kak Jesi terlihat mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

"Kartu kamar hotel...." kataku begitu melihat benda yang dikeluarkan kak Jesi dari tasnya.

"Kartu ini untuk membuka kamar Novan. Lo gak usah nanya gue dapat ini dari mana. Hotel tempat Novan nginap tuh milik teman gue, jadi gue sempat minta kartu cadangan untuk membuka kamar Novan...." ungkap kak Jesi.

"Curang...." protes gue.

"Sekali-kali curang juga gak apa, lagian masih seringan lo yang curang saat bersaing sama gue...."

"Huh...." dengusku kesal.

Iya sih gue sering curang, tapi soal Novan, harus gue akui kalo kak Jesi sudah selangkah di depan gue.

Gue bisa bilang skor 1:0 untuk saat ini, tentu satu untuk kak Jesi dan kosong untuk gue. Tapi gue akan tunjukin siapa yang lebih berpengalaman. Kalah di awal itu biasa, pada akhirnya gue juga yang akan menang.

°°

°°

Bersambung....
Si novan menang banyak dunk
 
Moga aja gak kayak yg udah2 berhenti di tengah jalan, itu klu udah sering macet,.. ujung NYA pasti GA I
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd