Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Gairah Umi (No SARA)

Petualangan dengan siapa yang harus kita bahas?


  • Total voters
    255
  • Poll closed .

Cibadak24

Semprot Holic
Daftar
7 Nov 2016
Post
331
Like diterima
4.317
Bimabet
Mohon izin para suhu, saya mencoba menulis di sini. Mohon maaf jika banyak kekurangan

Pengantar:
Cerita ini hanya fantasi penulis saja, apabila ada aspek-aspek tidak pantas dan kurang berkenan saya mohon maaf dan tidak ada maksud tertentu, sebatas hiburan saja.

Terimakasih


Bagian 1
Pengganti

Sedih rasanya kehilangan sosok seorang Ibu, yaa... Ibu yang selalu ada dalam setiap kondisi, penyemangat dan penyayang, membersamai hingga kini ku beranjak dewasa. Sebelum lanjut bercerita ku kenalkan diri, Aku, Adi Sudrajat Wisnoyo, biasa dipanggil Adi oleh siapapun yg mengenalku, saat ini sedang melanjutkan studi S-1 TI di salah satu kampus di pinggiran Jakarta. Ayahku, Wisnoyo Putro adalah seorang dosen di kampus tersebut, mata kuliah yg diajarkannya berkaitan dengan keagamaan karena memang kampusku cukup bagus dalam pengembangan program keagamaan walaupun termasuk kampus umum bukan khusus keagamaan tetapi banyak programnya dan kegiatan unit keislaman yang berjalan baik sehingga wajar saja ayahku cukup taat dan menjalankan ajaran agama cukup baik, mungkin juga hak itu yang membuat Abi ditunjuk menjadi salah satu pembina UKM keislaman.

Kini telah satu tahun kepergian beliau, rumah besar ini terasa kosong dan sepi, hanya ada aku dan Abi serta satu orang asisten rumah tangga yg ku panggil Bibi.

Abi punya niat menikah lagi agar tak merasa kesepian dan agar rumah terasa ramai lagi. Hari itu setelah aku pulang dari kampus, ku lihat Abi sedang mengobrol dengan seorang perempuan yg tampak anggun dengan gamis, kerudung lebar dan cadar. Abi memperkenalkannya sebagai calon istrinya dan ibu sambungku. Dari postur tubuh dan matanya tampak aura kecantikan dalam diri perempuan ini. Terlihat dari tingginya hampir setinggi badan abi kira-kira 166 cm. Entah bagaimana wajahnya. Tapi yakinlah selera abiku pasti bagus.

Abi : Sini Adi kenaikan ini calon istri Abi dan ibu sambung kamu, panggil Umi yah.

Aku : Iya bi. Assalamualaikum mba, saya Adi, salam kenal

Umi : Alaikumsalam, salam kenal. Saya Hani Azzahra. Sambil meletakkan tangan di depan dada. Tanda bersamaan namun tak bersentuhan.

Aku : Yaudah bi, Adi istirahat dulu yah. Semoga cocok... harapkan yg masih belum begitu menerima kehadiran perempuan itu sebagai pengganti Umi kandungku

Dua bulan kemudian hari pernikahan Abi tiba, lelah rasanya mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pernikahnya hingga malam ketika semu tamu dan keluarga sudah kembali ke rumah masing-masing, ku lihat Abi dan umi sedang bermesraan di ruang keluarga. Umi terlihat memakai baju tidur dan berjilbab santai namun lebar. Terlihat wajah cantik umi sambungkku itu karena tak memakai cadar yg biasa dipakai jika keluar rumah. Sungguh masih sangat muda, karena memang usianya hanya terpaut 3 tahun lebih tua dariku yg kini berusia 20 tahun. Aku bergabung menonton tv dan sekadar mengobrol hingga Abi dan umi beranjak ke kamar. Entah apa yg terjadi sepanjang malam di kamar Abi, aku hanya bisa menghayal saja hingga tertidur.

Beberapa hari berlalu tak ada kejadian atau peristiwa yg istimewa, tampak aku dan umi masih gugup satu sama lain, mungkin karena aku yg harusnya teman sebagai kini menjadi anaknya dan begitu sebaliknya. Jika aku dan Umi berjalan-jalan orang yang melihat kami akan menduga kami adalah adik-kaka atau bahkan sepasang kekasih. Sungguh beruntung Abiku, mendapatkan istri sesempurna beliau.

Umi dan Abi beberapa hari berlibur ke luar kita, mungkin Honymoon sebagai pasangan baru.


Hingga suatu hari aku pulang lebih awal dari kampus karena tak ada dosen.

"Assalamualaikum mi" sepaku pada umi yg tampak sedang memasak di dapur. Namun yg berbeda umi tampak memakai baju yg tak biasa. Berupa daster tipis putih corak bunga sepaha tanpa lengan, tak memakai jilbab juga yg biasanya tetap dipakai walaupun di rumah.

"Alaikumsalam... Eh Adi. Udah pulang jam segini? Tumben" tampak terkejut dan salah tingkah. "Maaf ya di. Umi gak pakai hijab, dikira kamu gak pulang secepat ini" sambungnya, "Ia mi, tak apa. Kalau itu membuat umi nyaman gak papa. Lagian kan aku sudah jadi anak umi juga" jawabku sambil mencoba minum air. Sungguh penampilan yg sangat berbeda dan entah perasaan apa ini namanya hingga aku tertarik ingin berlama-lama memandangnya dan membayangkan keindahan tubuh umiku itu.

"Yaudah makasih yah, jangan bilang abi yah kalau umi tampil tanpa hijab depan kamu" sambil melanjutkan mengerjakan pekerjaan yg sedang dilakukan.

Terlintas dalam benak ku ingin rasanya mendekap dan memeluk umiku itu. Entahlah dari mana fikiran itu muncul, namun aku ingin.

Setelah berganti pakaian aku kembali ke dapur dan menemui Umi yang tampak hampir selesai memasak.

"Ada yang bisa dibantu mi?" Tanyaku sembari mendekati umi, tercinta wangi tubuh umi yang muncul buliran keringat di leher, tetesan air keringat itu pula yang tampaknya membuat daster umi tampak ada basah di beberapa bagian yg menambah aura seksi umi.

"Eh tak usah nak..." singgah umi, sambil berjalan membawa beberapa wadah berisi makanan.

"Ini langsung makan aja yuk, Abi kamu kayaknya pulang malam" lanjut umi duduk di kursi meja makan. "Baiklah mi, yuk makan" ku ikut makan bersama. Sesekali umi terlihat membungkuk mengambil lauk hingga aku bisa melihat payudaranya yg masih terhalang BH, tampaknya Umi sadar dan sesekali membutuhkan kerah dasternya agar tak terlalu terbuka. Setelah selesai makan, ku rekaman diri di sofa ruang tv, tak lama umi datang membawa minum dan beberapa toples berisi cemilan.

"Eh umi jangan repot-repot, duh jadi enak nih" dengan sumringah karena merasa diperhatikan.

"Sini mi, ikut nonton, drama korea nih, pasti umi suka kan?" Ajakku sambil mencoba membantu merapihkan bawaan yg umi bawa.

"Eh kok kamu tahu umi suka drakor?" Sambil duduk agak jauh di ujung sofa. "Ya kan orang seusia kita memang sedang tertarik drama korea gitu.

Obrolan ringan terjadi sepanjang kami menonton, hingga rasanya kami mulai terbuka dan rasanya umi seperti temanku. Beberapa jam kami habiskan nonton drama yg berepisode hingga terasa badanku pegel dan sering menggerakkan kepala dan tangan hingga tetiba.

"Mau Umi pijitin di?" Tawaran umi yang sungguh mengagetkan karena ku tahu umi selama ini selalu menjaga jarak.

"Eehh umi gak papa? Gak keberatan? Aku sih mau banget mi, peggel juga lama lama ni pundak" jawabku dengan terbatas.

Umipun duduk mendekat dan mulai memijat-mijat ringan di pundak dan leher.

"Makasih ya mi, udah mau jadi ibuku dan begitu perhatian juga" kucoba membuka pembicaraan agar semakin akrab.

"Iya tak apa apa Adi... Umi juga bahagia bisa punya anak baik dan soleh kayak kamu tanpa harus Umi akit melahirkan.hehhe." sanggahnya yg terus mencoba memberikan pijatan yg nyaman.

"Tak usah ragu dan bingung karena ada umi di rumah ini sekrang, Umi betul betul menjadi ibu kamu dan pati sayang sama kamu juga." Hingga ku beranikan diri untuk mencoba rebahan.

"Mi boleh rebahan dan tiduran, kepala Adi pinjam paha umi buat jadi bantal" ucapkan seraya memandang wajah cantiknya.

"Boleh dong anakku, sini" sambil tersenyum manis dab menepuk paha sendiri sebagai petunjuk arah kepala harus diletakkan.

Kami pun saling bercerita tentang banyak hal termasuk umi yg bercerita awal mula bertemu dengan abu melalui metode taaruf di salah satu program kajian islam di kampus. Ternyata Umi juga salah satu mahasiswa di kampus yg Abi ajar namun sudah lulus dan mengabdi bekerja di kampus itu. Semenjak dinikahi Abi, umi fokus jadi ibu rumah tangga saja seperti saat ini.

Pandangan ku selalu tertuju pada dua tonjolan di dada. Tampak begitu membuatku penasaran. Rasanya ingin segera ku terkam dan rasakan kenikmatan. Ku rasakan empuknya paha umiku ini. Hingga tak sanggup 'adik kecilkku' berdiri sendiri dengan kokoh dan tak kuasa ku redupkan hingga umi tampak menyadari namun tentu umi pun enggan terus terus melihatnya.

Duh rasanya tak kuasa dan ku tahan dengan mengalihkan fokus ke film yang kami saksikan hingga tak terasa sampai berakhir.

Entah bagaimana selanjutnya kebersamaan bersama Umi ini akan berlanjut. Semoga Umi Nisa bisa menjadi pengganti dari Umi kandungku yang sudah meninggal, aku bersyukur mendapatkan pengganti yang sayang padaku.

Apakah kebersamaan dengan umi berlanjuuutttt?

Cerita 1 Halaman 1
Cerita 2 Halaman 2
Cerita 3 Halaman 6
Cerita 4 Halaman 10
Cerita 5 Halaman 18
Cerita 6 Halaman 23
Cerita 7 Halaman 26
Cerita 8 Halaman 30
Cerita 9 Halaman 34
Cerita 10 Halaman 39
Cerita 11 Halaman 45
Cerita 12 Halaman 50
Cerita 13 Halaman 54
Silahkan komentar fantasi pembaca!
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd