Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Goodbye, My Stupid School (New Version 2016)

Status
Please reply by conversation.
YUHUUUUUUUU :galak: :galak: :panlok3: :panlok3 ::panlok3: :panlok3: cerita legend berkembang, semoga nggak macet ditengah jalan :semangat:

hihihi, iya deh kak, aku usahain ga macet ampe tamat :galau:

akhirnya ada lanjutannya, ayoo update suhu..cerita ini syg untuk di lewatkan

yeaay :hore: makasih ya udah mampir :ampun:

numpang lewat sambil nanya kpn apdetnya

apdetnya bentar lagi kk :hore: mohon maaf telat banget :ampun:

Di tunggu banget lanjutannya suhu

siap, kk :jimat:

jadi inget pas kelas 3 sma, ada cewek yang mutusin tunangannya terus nempel ane mulu di sekolah,, nelponin kalo rumahnya kosong, sayang ane baru nembak cewek lain.. ga kegarap deh

waduh, kok bisa? :takut: trus gimana? :bingung:
 
Up ah biar nggak tenggelam.

Ditungguin dari kemarin update nya nggak nongol-nongol... :sedih:

kyaaa :aduh: maap banget kk telat banget updatenya :ampun: lagi puasa gini susah cari waktu yg enak... siang takut batal, kalo malem komputernya dipake bang Diaz nonton strimingan bola :hammer:

Ane pikir dah update
Blom toh

Terserah ma TS dah

baru mo update ni kak :kacau: maaf ya terlambat :ampun:

Ts mana updatenya ?

bentar lg kak :jimat:

Bakal betah kayaknya ane nongkrong di trit ini.. Udah dari jamannya yang versi suhu Diaz udah jadi pembaca setia, sekarang ada reborn-nya lagi.. Mantab suhu M I U, dilanjutkan terus ceritanya... btw GRP sent ^^

waduh, makasih banyak ya kk :ampun: tks dah mampir :hore: mohon saran kritiknya juga :ampun:
 


Keyzfile 03 :

Graduation Goals









"That it will never come again is what makes life so sweet."

(Emily Dickinson)








"Keysha! Jangan lupa tomat ama wortelnya dipotong kecil-kecil!"

"Iya, Mah!"

"Kaldu ama ladanya juga jangan kebanyakan!"

"Iyaaa!"

What?! Kenapa bisa jadi asin banget kaya gini? Fuck for sure! I messed this up!
Aku terbelalak menepuk kening sebelum buru-buru menggulirkan tambahan air ke dalam panci. Api kompor, kukecilkan sedikit.

"Maah! Asin dikit gapapa, ya?"

"GABOLEH!"

Yeah, as I tought, Mrs. Prefect, huh.



Selalu saja ada perasaan yang berbeda di hari libur. Entah kenapa, aku selalu merasa tengah berada di 'kehidupan lain' kala terbangun dari tidur dan beranjak menjalani hari. Umm, maksudku, aneh, bukan? Pagi-pagi yang biasanya kita hectic dengan kesibukan grasak-grusuk persiapan ke sekolah, kini seakan-akan 'diizinkan' untuk bermalas-malas.

Well
, meski terkadang... nggak selalu begitu juga, sih, kenyataannya.

Sekarang, waktu sudah memasuki pertengahan hari di Sabtu siang yang cerah. Bi Yuna, pembantuku yang sudah bekerja part time di sini selama 3 tahunan, gak bisa datang dikarenakan ada sesuatu hal di kampungnya. So, jadilah aku sebagai makhluk pemilik rahim dan vagina—alias perempuan—yang tengah beranjak dewasa plus tumbuh segar nan cantik-cantiknya ini, ditempatkan oleh mama di pos yang sangat obvious. Yaitu, dapur.

Huh, kenapa kita nggak pesen KFC aja, sih, Ma? Atau, makan di restoran manaa, gitu? Daripada harus mengkonsumsi hidangan yang aku pikir rasanya bakal kayak 'sampah' ini?


Sambil mengaduk-ngaduk panci berisi sup tomat makaroni di dapurku yang bernuansa interior alami, aku pun menggerutui niat mama yang ingin membiasakanku memasak. Hingga akhirnya ku bosan menunggu, lalu hempaskan diri di kursi yang letaknya gak jauh dari sana.

Kurogoh i-phone dari saku celemek. Terpampang bekas chattingan dengan Faruk beberapa menit lalu. Sepertinya, cowok itu menghilang. Gak ada balasan lagi.

Huh
, déjà vu yang ke seratus kali, eh?

Tiap kali aku bahas—atau lebih tepatnya, korek informasi—tentang siapa aja 'selir-selir'-nya, pasti bakal berakhir begini. Kosong tiada hasil.





Me : Ayolah, Far. Kasih tau satuuu, aja. Selain aku, siapa lagi sih temen-temen make love kamu di sekolah? Penasaran tau!



Faruk : Hehehe. Sekali lagi, maaf ya, Keysha Cantik. Ini rahasia yang bakal aku jaga seumur hidup. Pejantan sejati, mati meninggalkan berjuta rahasia dan misteri, hahaha!

Faruk : Yang jelas, aku gak pernah maen cewek bayaran. Cuma siswi-siswi DNS yang butuh kehangatan aja selera aku : p




Me : Grrrh! Laki-laki egois! Aku tuh udah kasih semuanya ke kamu, tau! Seluruh isi tubuh dan hati aku! Skrg, aku pengen tau ginian aja gak boleh, huh?



Faruk : Keysha... coba kamu pikir bentar, deh.

Faruk : Kamu itu gak bakal mau, kan, kalo aku cerita-cerita ke orang lain, bahwa kamu tuh sebenernya gak se-innocent yang mereka pikir. Sering banget aku pake. Udah biasa aku nodain?

Faruk : So, aku juga gak bakal buka aib dan permaluin cewek lain di depan kamu, oke? : - ) Ngerti, kan, Cantik?




Me : uuuuuuh! Banyak omong!

Me : Aku juga bisa jaga rahasia, kok, Faruk. Sumpah, ini untuk pengetahuan pribadi aja. Gak bakal bilang siapa-siapa. Termasuk ke Olena.

Me : Aku kan cewek kamu yang paling spesial, Faruuuk. Pleaaase, tell me.

Me : ...... zzzzzzz

Me : Far?







"..."

Yeah, Right. Dan sekarang, aku mulai mengemis-ngemis ke si Pervert itu kepengen dianggap paling 'spesial'.


"Keysha! Dimasaknya jangan sampe kelamaan, ya, Sayang! Jangan lupa diaduk-aduk rata!"

"I-Iya, mah!"

Suara seruan lembut berbalut ketegasan dari ruang keluarga itu seketika buyarkan lamunanku. Buru-buru, aku bangkit berdiri dan melihat kondisi sup makaroniku.

Blukblukblukbluk
.....

Shit!
Terdapat selentingan aroma-aroma mencurigakan yang mampu kurasakan bahkan oleh hidung chef amatirku ini. Overcooked? Bodo amat! Namanya juga trainee.

"Maah! Mau gak dibuatin—"

"...."

Eh?


Baru saja aku hendak bertanya apakah mama ingin kubuatkan jus belimbing kala leherku tiba-tiba saja tercekat. Untuk beberapa sekian detik, tubuhku diam membeku. Seolah terhipnotis oleh belaian nada nan indah yang berasal dari ruangan kini dimana mama berada.

"...."

Ada perasaan lain yang menggetarkan hati kala kudengar dentingan-dentingan melodi yang sempurna dari grand piano yang tengah mama mainkan. Aku tau pasti, ini adalah alunan Liebestraum No.3 dari Franz Liszt!

Oh
, God... seingatku, udah lama sekali mama tak memainkan susunan partitur ini semenjak papa 'pergi'. Imajinasiku pun melayang, membentuk sesosok bayangan pria tua berambut serta berjanggut-kumis memutih bersama koran dan secangkir kopinya di sofa depan televisi sana.

...papa orang yang jarang bicara... namun untaian senyum hangatnya, mampu menghadirkan suasana tentram dan damai di dalam keluarga....

"...."

Hufffth
, sudah lima tahun berlalu, anyway. Mama dan aku pun, sudah bisa sepenuhnya move on dan kembali melanjutkah hidup secara 'normal'—sesuai pesan-keinginan papa di akhir hidupnya. Dan mengenai lantunan Liebestraum No.3 Franz Liszt yang mendadak bergema ini? Hmmm, entahlah. Aku gak tahu apakah hal tersebut berhubungan, tapi... akhir-akhir ini intuisiku memang mengatakan ada sesuatu yang 'berbeda' dari mama....

Benarkah mama kini tengah jatuh cinta lagi?

Aku harap, sih, suami baru mama nanti bisa sebaik dan setampan papa. Meskipun faktanya, banyak yang dulu mengatakan almarhum papa itu terlalu TUA untuk mama. Can't you imagine? Mama melahirkanku di usianya yang ke dua puluh satu. Sedangkan saat pertama kali menggendong tubuh mungilku, usia papa sudah mencapai yang ke lima puluh lima tahunnya! Catat, 55!

"Selamat, ya, Pak... cucunya, cantik sekali,"

"Eueueu... maaf, Mbak. I-ini anak saya, bukan cucu."


Dan, itulah yang mama ceritakan, hihi. Love is a splendid thing, you see...

Errr
, tunggu sebentar. Nasi putih... sup tomat makaroni... tempe goreng... air putih... jus belimbing... Yap, sepertinya, semua masakan sudah siap untuk dihidangkan. Sambil membenahi meja serta mempersiapkan piring-piring di atasnya, pikiranku sejenak membayangkan sosok mama....

About my mother
? Ah... perempuan yang sangat luar biasa. Jangankan menyusul, untuk sekedar menyamai segala apa yang mama raih selama hidupnya saja, betapa sulit bagi aku.




Well, mungkin saja saat itu kalian belum lahir. Sekitar dua puluh tahunan yang lalu, muncul cemerlanglah seorang pianis muda nan berbakat bernama Sharavina Anggraini. Sosoknya begitu cantik, anggun, elegan dan mempesona. Kepiawaiannya dalam menggaungkan nada-nada, mampu membawanya naik hingga ke level teratas. Gak bisa kuingat udah berapa kali konser-konser di dalam maupun luar negeri yang sukses ia persembahkan. She is famous, for sure! Sampai-sampai, pada akhirnya, seorang pengusaha besar berpersona flamboyan pun jatuh hati padanya. Irwansah Hadiantara. Itulah nama lelaki berstatus duda yang berhasil memenangkan cinta Sharavina—sang Pianis Ternama. Alias, mama kandungku.

That freakin lucky old guy, you know... papaku sudah berusia 54 kala beliau menikahi mama yang mana baru menginjak dua puluh! Dan, tak butuh waktu lama bagi papa untuk segera menghamili mamaku yang cantik, hingga diriku lahir selamat menghirup udara dunia! Yeay, that's me, hihihi! Anak tunggal kesayangan sang Pianis dan si Pengusaha!

"...."

Hmmm
, dan, percayalah... waktu terasa begitu cepat.... berlalu bagaikan kilat menyambar.

Kini, mama yang berstatus janda, sudah berusia 38 tahun. Aku pun telah tiba pada indahnya masa-masa remaja di hitungan tujuh belas. Di rumah besar bernuansa nature nan alami berhalaman luas ini, kami hanya tinggal berdua. Well, tambah Pak Willy—satpam pribadi—serta bi Yuna yang datang dari pagi hingga sore hari, tentunya. Yang jelas, satu persamaan antara aku dan mama, kami sama-sama merindukan kehadiran sosok lelaki. Kehangatan serta pelukan kokoh nan nyaman dari kaum belahan jiwa.

"...."

Oh iya, satu lagi yang ingin kuberitahu, saat ini mama sudah 'berhenti' a.k.a pensiun jadi pianis. Maksudku, secara profesi. Kegiatan mama sekarang, aktif memanajeri Candramawat Philharmonic, sebuah orchestra simfoni profesional yang bermarkas di Bandung. Tentu saja kini mama super-sibuk. Bahkan waktu liburan sekolahku kemarin, sampai-sampai harus berada di Sydney selama dua minggu.

Aku tahu mama sanggup menjalani semua. Namun dari sinar bulat matanya, batinku menangkap ada sekelumit kabut kesepian di sana....



-----------​



"Ma... ummm, ngomong-ngomong, kapan nih Keysha punya 'papa' baru? Keliatannya, mama lagi deket ama seseorang, ya? Hehehe," tanyaku riang coba-coba memancing pembicaraan di tengah syahdunya makan siang—sepuluh menit kemudian. Namun lagi-lagi, gak ada respon berarti. Wanita cantik itu hanya tersenyum manis seraya membetulkan kacamatanya yang tipis dan bening.

Eh?
What was that reaction? Aku anggap aja jawabannya iya, hehe.

"Ah, nanti juga kamu pasti bakal tau, Keysha." Akhirnya mama berbicara. "Kayaknya, sih... mama emang lagi jatuh cinta sama... ufffhhh... s-salah satu t-temen mama, hihihi!"

"Ha—"

Serta merta aku menahan napas. Hampir saja leherku tersedak melihat pipi mama yang blushing memerah. Sumpah! Ingin tertawa rasanya melihat ekspresi mama yang gak ubahnya seperti anak gadis kepergok fall in love! Huh, seriously, Mom?!

"Hyaaaah!" Aku menjerit agak histeris. Keliatan seperti akting, sih. Tapi... beneran, ini luar biasa! Huhuhu. "Siapa, sih, Maaaa? Kasih tau Keysha, dooong!"

"Ada deeeh! Pokoknya, kamu cepat lambat pasti tau." Ujar mama sembari mencubit hidungku. "Pokoknya, sebut saja Mr. A, hehehe."

"....."

Oke. Jujur aja. Mr. A adalah julukan yang agak-agak—. Tapi, kucoba hargai piliham mamaku ini. Armand? Azrul? Adam?

Aku mengangkat bahu. "Yah, apapun, deh, Ma. Keysha harap, sih, semua berjalan lancar."

"Iya... iya...," sahut mama. "Doain aja ya, Sha... supaya mama bisa dapetin yang mama pengen,"

Anggukan pelanku pun langsung menjawab permintaan tersebut. Kulanjutkan menghabisi sisa-sisa makananku di atas piring. Tapi... ada yang sedikit aneh di sini. Aku mendelik. Mama lantas menatapku kembali. Tajam... penuh arti.

"K-kenapa, Ma?"

"Enggak... enggak kenapa-kenapa, hihihi."

Huh?




-----------​



It's in my dreams I find the right moment...

It is the night that brings me the moonlight
...

And though I know it's too late to call you
...

Your shadow's always right by my side
...​


DOK! DOK! DOK!

"Non Keysha!"

DOK! DOK! DOK!

"Non Keyshaaaa~!"


Not all the tears I cry are made of sorrow...

Reflected pools that will never—


DOK! DOK! DOK!

"Noooon!"

Errrgh!
Baru saja aku mulai turut mendendangkan lagu A Moonlight Seranade versi Platina Jazz yang mengalun dari home audio system kamarku kala panggilan jelek itu menyeruak sayup. Satu-satunya suara lelaki yang memanggilku dengan sebutan "Non Keysha" di rumah ini, siapa lagi kalau bukan Pak Willy? Satpam pribadi rumahku yang sudah bekerja lama semenjak papa masih ada? Bergantian jaga shift bersama Mang Jaka, mereka berdualah literally 'penjaga keamanan' di sini, walaupun aku tahu pasti, dua orang itu rasa-rasanya lebih banyak memelototi Bi Yuna dan aku—yang memang kerap ber-outfit seksi dan 'terbuka' dalam rumah—ketimbang mengawasi keadaan. Huh! Dimana-mana lelaki emang sama!

Masih berbaring malas telentang di atas ranjang, kukecilkan suara musik melalui remote control. Well, bukan bermaksud gak sopan kalau aku enggan turun dan membuka pintu. Tapi... udah jelas lah! Saat ini tubuh mulusku hanya berbalut tank-top ketat berwarna ungu dipadu hot pants seksi seperlima paha. So... wajar, kan, kalau aku nggak minat memberikan 'pemandangan' gratis padanya?

"Apa, Pak?!"

"I-ini, Non. Ada kiriman bolu pisang dari Bu Velly. Gimana, Non? Simpen di mana?"

Huh
, Bu Velly? Nevermind. Dia hanyalah ibu-ibu tetangga berusia 41 tahunan yang segala deskripsinya memenuhi aspek untuk bisa disebut : 'Tante-tante sosialita girang'.

"Tanya Mama aja!"

"Waduh... Ibu barusan udah berangkat ke Jakarta, Non. Pulangnya besok siang!"

Eh? Mama pergi ke Jakarta? Kok tadi gak bilang-bilang dulu ke aku, sih?

"Ya udah! Masukin kulkas aja, Pak!"

"Hah? Apa? Pisangnya dimasukin ke mana, Non? Bhhihi!"

PISANGNYA DIMASUKIN KE DALAM MEMEK AKU!
Dasar mesum!

"MASUKIN KULKAAAS!"

"I-iya, iya, maap, Non. Gak kedengeran, bhihihi!"


Huh, what a jerk! Begitu interupsi gak penting itu selesai, aku pun kembali melemaskan leher menikmati santai ranjang king size-ku sembari menatap kosong ke langit-langit. Volume suara lagu kunyaringkan lagi seperti sediakala, namun kali ini mulutku sudah hilang minat untuk turut bernyanyi. Kupasrahkan saja telingaku ini menerima alunan melodi, mengombang-ambingkan pikiranku yang mengosong tiada arti.

Hmmm, tadinya, sih, niatku naik ke kamar lantaran kepengen mandi... cuma entah kenapa, mendadak saja diriku tetiba urung. Masih merasa belum 'kotor', kayaknya. Lagipula... sekarang kan hari libur? Mana malem minggu nanti aku belum punya acara, pula? So, buat apa mandi?

"...."

Ugh
... sebenernya... pengen buru-buru mandi juga, sih, mumpung masih sore! Tapi, maleeeesh rasanya kalo ngerasa masih seger seperti sekarang!

Kedua kelopak mataku pun pelan terpejam, meresapi damainya suasana senja.

"...."

Hmmm
, kalo gitu, kenapa nggak sekalian sengaja kubikin 'kotor' aja, ya, badanku ini? Biar mandinya worth it, gak serasa sia-sia! Hihihi!

"....."

"....."

SHIT
! Beneran, deh! Gegara candaan 'pisang' si satpam sialan barusan, jujur saja, sejak tadi pikiranku pun tanpa disadari mulai memproyeksikan hal yang aneh-aneh! Sudah sekuat tenaga diriku mengalihkan godaan, namun, tetap saja gak berhasil! Bukan salahku kalau tiba-tiba saja otakku ini menampilkan bayangan alat kelamin laki-laki! Dan, bukan pula keinginanku untuk memiliki hormon estrogen serta libido kebetinaan berlebih sehingga penis yang kubayangkan adalah penis yang besar, keras, dan berurat! Dan, sialnya, fantasiku pun nggak berhenti di sana. Pikiran mesum itu lalu berkembang menjadi sesosok pria tampan nan dewasa berparas latino dengan tubuh kekar plus aroma maskulin yang kuat dan kini tengah telanjang bulat mendekapku dari belakang!

Oooh
... f-fuck...

Seraya menggigit bibir disertai lengkungan senyuman nakal, mulai kugerakan jari-jemari tangan kananku ke bawah, membelai area sensitif di lipatan pangkal paha. Kuusap-usap gundukkan vaginaku yang tertutup hangatnya celana hot pants. Sementara tangan lainnya, merayap lembut ke atas, menyingkap tank-top serta bra hitam 34B-ku hingga bulatan kencang payudaraku terintip jelas. Kuremas-remas erat buah dada kiriku. Kupilin-pilin gemas putingnya (uuuh, 'dah tegang banget ini!) seakan-akan diriku tengah dicabuli lelaki imajiku sendiri.

Ssshh
... ahhhh...

Getaran-getaran syahwat itu tak ayal membuat tubuhku bergidik. Walau cuma rekaan semata, bisa kunikmati secara sempurna gerakan pinggul si pria latino bugil 'milikku' itu—umm, sebut saja namanya Alvaro—yang nggak henti-hentinya menggesekan batang kelelakiannya pada bongkahan pantatku. Kurasakan geli desah napasnya di telinga, berbisik-bisik memohon agar diberi izin 'mengawini' liang kemaluan.


"Please, Mi Amor... biarkan aku menikmati surga kecilmu, Sayang. Aku menginginkanmu!"

"T-tapi... aku masih dibawah umur, Kak Alvaro... aku takut ini nanti jadi—"

"Aku tak peduli! Persetan dengan dunia! Yang kuimpikan saat ini hanyalah merenggut manis cintamu, oh permaisuri cilikku!"



Aaaaak— Bangshaaathh! Jadi kepengen dientot, kaaaan~

Sekujur ragaku kini tampak menggeliat-geliat gak jelas. Aku tahu ini bodoh. Aku tahu ini memalukan. God... sebegitu binalnyakah aku, sampai-sampai bisa terangsang hebat hanya karena berimajinasi sendiri? Ah... entahlah. Yang jelas, aku benar-benar gak kuasa untuk bisa berhenti sampai di sini. Gila aja! Bisa ngamuk kekentangan aku! So, buru-buru aku pun segera melucuti seluruh pakaianku—hingga bugil menantang.

Badanku meliuk-liuk penuh napsu, kuhempaskan tank-top ungu beserta bra hitamku ke sembarang arah. Jangan tanya kenapa kalau kedua gunduk susuku kini putingnya menegang keras. Sejurus kemudian, kedua tanganku merayap ke bawah, membuka kancing serta melepaskan hot pants. Berlanjut pada kain 'pertahanan terakhir' kehormatan harga diri, yaitu sehelai celana dalam hitan semi-transparan pelindung celah keintiman. And, jangan tanya pula kenapa lendir-lendir kesuburanku lengket membanjir di sana! Horny berat, tau!

Uugh, becek! Ampe basah-basah gini memeknya, ya ampun!

Hhhhahh
.... Aku mendesah pelan kala bibir serta rekahan liang vaginaku seketika terbuka bebas. Tubuhku kini telanjang seperti pornstar. Nakal meronta-ronta merabai diri sendiri. Well, apa salahnya mencicip seteguk dua teguk orgasme sebelum nanti mandi? Hihi.

Anyway
, untung saja hari ini aku menyelipkan selembar pantyliner membaluti celah kewanitaan, maka cairan-cairan nakalku gagal membasahi celana dalam—membekas kerak-kerak noda gak penting. Huh, kadang malu juga, sih, ama bi Yuna, yang biasa mencuci pakaianku. Tapi, ah... bodo amat! Namanya juga cewek!

"...."

Yeeeesh
... Alvaro... fuck me, Alvaro...

Kentara, napsuku sudah di ubun-ubun gak kuasa lagi menahan syahwat pada si Pejantan imajiner. Tanpa membuang-buang waktu, aku pun langsung menyelinapkan jari tengahku menelusuk bibir kemaluan. YAHH! Akhirnya, kujelajahi isi liang kehormatan! Memekku yang nakal! Memekku yang ganjen! Memekku yang.... uuuh, bikin pusing tujuh keliling kalo udah laper pengen 'digaruk' penis! Clap, clap, clap, clap, ooaaaaaaah... jemari kananku yang berkuteks-kuteks girly, lincah mengaduk-aduk rongga kemaluan yang suara beceknya udah kemana-mana. Enak banget, gila!

Yeah, aku setuju, anyway, bermain-main masturbasi dengan jari sendiri itu... sensasinya gak sedahsyat dimasukin kontol ama Faruk atau Reggy (shit! Jadi keinget 'punyanya' si mantan pengkhianat!). Tapi, hmmmmh, dalam situasi horny darurat gini—

Dan, rasa fingering pun semakin mantap ketika kutambahkan tusukkan telunjuk merojoki vagina. Gelinjangan-gelinjangan tubuhku semakin liar seolah ingin berontak pada irama lembut musik jazz yang membahana seantero kamar. Apalagi, stimulus itu kian diperparah oleh remasan-remasan binal tangan kiriku pada payudara. Aku berangan-angan, aku berfantasi, bahwa si Pria Latino Sexy itu sedang menjantaniku penuh hasrat layaknya aku adalah penyanyi top wanita remaja kelas dunia!

Clap, clap, clap, clop, clop, clap, clap—


"...anjinghh! anjinghhh! anjinghhh! Aaah!" Rengekan-rengekan kasar gak senonoh berhambur dari mulutku—seakan bukan perempuan terdidik saja. Kedua mataku rekat terpejam, menggeleng-geleng pasrah didera cambukan nikmat tangan sendiri. Fuck for sure! Gak lama berselang, otot-otot kakiku pun—mulai dari jemari, betis, lutut, paha—kini sudah mengejat-ngejat gak terkendali! Badan terasa lemas nggak tertahankan! Panggul berguncang-guncang. Dinding vaginaku menjepit erat melumat-lumat mesra seakan jemariku adalah penis nan lezat! Shit! Jelas banget, ini, kalau bentar lagi memekku—

SLAPHH! SLEPPH! SLAPH— AH, pengen pipis... pengen pipis! PENGEN PIPIIIIISSSS~!

"AAAAAAAAAHHH! FUUUUCCK!"

Cairan cinta menciprat-ciprat keluar, deras. Seiring dengan ledakan orgasme yang mendera, tubuhku pun melenting ke atas seakan-akan ada hantaman energi seksual yang membuatku terpental hebat. Lenguhanku menyeruak jalang. Di atas ranjang besar yang ber-seprai imut Keropi, aku membuat 'kekacauan' bersama gulatan birahi. Lupakan sejenak statusku yang high class—kata orang—sebagai siswi SMU DNS. Kini, akalku tengah dikuasai nafsu. Menggelepar-gelepar memalukan dirangsang masturbasi layaknya perempuan lacur.

"Hhhhaaaaaaahhhhh!"

Lega, aku jatuh telentang. Yeah, aku tahu, parasku terlihat amat-sangat-terlampau mesum di kala itu. To be honest, aku adalah cewek yang jarang sekali masturbasi. Selain emang kurang suka, sebinal-binalnya aku, biasanya dengan mudah mengendalikan luapan asmara melalui kegiatan positif atau pemikiran lain. Tapi sekarang... ah, entahlah... bodo amat... yang penting enaaaak~



"Hyuuuh... basah banget, Sha! Kayaknya.. kamu lagi horny berat, ya? Kasian amat, sih, jadi jomblo, hihihi!"

"....?"

"Keysha? Hellow? Kamu masih di awan?"

WHAT???


"Tadi, pintu kamar kamu gak dikunci, jadi—"

"KYAAAAAAAH!"

Sejadi-jadinya, aku menjerit! Bukan tanpa alasan jika wajahku kini seketika merona tebal ibarat tomat kala mendapati sesosok gadis mungil berkacamata berdiri santai di tepi ranjang! HAH? OLENA??! DAMN FOR SURE! Kenapa dia ada di sini? KENAPA GAK KETOK PINTU DULU??!

Shit! Shit! SHIT!


Aku gak sanggup berkata-kata. Badanku serta merta bangkit menegang. Panik, meraba-raba kesana kemari. Mencari penutup organ-organ keintiman yang seharusnya menjadi auratku. Ironisnya, aku melakukan hal tersebut sembari mengangkang lebar. Memperlihatkan daging kemaluanku yang ternganga basah mengeluarkan sisa lendir. Fuck!

"Khihihihi!"

Meski berusaha gak menatap wajahnya, aku tahu Olena sedang mengamatiku penuh geli, tertawa-tawa kecil dengan senyumnya yang khas seperti marmot.

"Cari ini?" cetus Olena mengalihkan perhatian. Ternyata, dia sedang memegang apa yang aku buru! Ikh! Alih-alih memberi, ia malah menggoyang-goyangkan bra hitam serta celana dalamku di depan mata! Duh, mana pantyliner kotornya masih nempel di sana, pula! Kontan aja aku memekik, malu.

"OLENAAA! SINIIIN!"

Aku menggeliat cepat, menyambar kain segitiga tersebut. Namun si Nerdy Mungil itu malah menariknya kembali. Bahkan, lalu melemparkannya jauh-jauh ke alas pintu kamar mandi.

Grrrr
!

Sambil menggeram, aku pun kembali duduk selonjor di atas kasur. Kuambil boneka teddy bear kesayanganku dekat sana sebagai ganti penyembunyi celah kewanitaan. Walau sama-sama perempuan—dan, jujur aja, kami pernah beberapa kali mandi bersama—terang saja aku risih jika lubuk vaginaku dilihat Olena. Ini juga masih 'setengah'. Sebab, gumpal buah dadaku masih terekspos jelas dengan puting cokelat muda yang mencuat nakal.

Aku hanya mendengus kesal saat Olena menaruh tasnya lalu menempati kursi meja belajarku.

"Kamu tuh, ya, Sha, coba deh jangan ceroboh. Gimana coba kalo yang masuk orang lain? Pak Willy, misalnya! Hiiii~"

Mendengar celetukan tersebut, spontan aja aku meradang. "Harusnya kamu yang ketok pintu dulu sebelum masuk, Begooo! Semua juga gitu kalo mau masuk kamar akuuu!"

"Hihihi, maaf ya Sasha cantiik~. Aku kan emang suka gitu dari dulu. Suka nyelinap-nyelinap," Gadis itu malah menjawab tanpa dosa, mengedipkan mata sambil memeletetkan lidah. "Lagian, mana aku tahu kalo kamu ternyata lagi... lagi... fufufu~ gak tega, ah, bilangnya, hihihi."

Huh!
Aku membuang muka. Perlu diketahui, Olena ini sebenernya anaknya pendieeem banget. Manis, pemalu, and jarang bicara. Apalagi, cengangas-cengenges gak jelas seperti sekarang. Tapi kalo udah kenal deket, ya ampun tengilnyaaa....

"Eh, ngomong-ngomong, nanti malem kamu ada acara nggak, Sha? Nonton Dreggo The Loner yuuu, di PVJ bareng aku. Pleaseee....,"

"Apa? Dreggo The Loner?"

Sejenak, aku terdiam. Kategori film gore ato psycho-thriller memang bukan favoritku, sih, sejak dulu. Pyuuuh, jijik aja ngeliatnya! Dari review yang aku baca, Dreggo The Loner bercerita tentang lelaki patah hati yang tinggal di tepi danau berpemandangan indah. Dia amat 'mencandu' kesunyian. Suatu saat, ada beberapa pemuda-pemudi yang mengusik ketenangannya. So, mereka pun bernasib malang. Yeah, dipotong-potong lalu dijadikan daging barbeque oleh Dreggo yang tinggal bersama anjingnya.... Crap! Entah kesambit apa waktu lahir cewek cantik, mungil, cute berkacamata, dan kutu buku ini sampe doyan sekali menonton adegan-adegan gituan.

"Gimana, Sha? Kamu mau, kan? Mau, yaaa~ Ayo dooong! Garing banget kalo aku nonton sendirian,"

"Hmmm, gimana, yah....,"

Aku belum menjawab. Nonton Dreggo The Loner... sebenernya gak jelek juga ketimbang 'nge-loner' sendiri malem minggu di rumah. Tapi....

"Nanti aku traktir makan, deeeeeh, di restoran. TRAKTIR! Aku bayarin!"

Eh, WHAT?


"HAH! Beneran, Len? Serius, ih?"

"Serius, laaa~"

HOLY CAT
! Gak ada yang bisa menggambarkan keterkejutanku saat itu juga! Jarang-jarang Olena mentraktirku makan! Yippieeee! Tanpa basa-basi, aku pun langsung mengiyakan ajakan 'marmut kecil'-ku! Selain cowok ganteng, apa lagi, sih, yang bisa menyogok hati seorang Keysha, hihi? Well, seperangkat makanan dan sekotak es krim tentunya, hmmmh~

"Berangkat sekarang?"

"Iya, sekarang, tunggu kamu mandi." tukas Olena sedikit bergaya bossy. "Kita perginya pake mobil aku."

Secepat kilat, aku pun bangkit dari kasur dan mencampakan boneka teddy yang tadi kupakai menutupi bibir kemaluan. Oh iya, belum aku beritahu ya, sahabatku yang potongan rambutnya selalu dipangkas pendek ini tempat tinggalnya nggak jauh dari rumahku. Malah, lebih pantas disebut tetangga. Lokasinya, tepat di seberang jalan hanya bersela dua nomor bangunan ke sebelah kiri. So, selain karena sekarang satu sekolah, jangan tanya kenapa kami bisa begitu dekat, yes?

"Cepetan mandinya, ya, Sha! "

"Iya, iya."

PLAK!

"Awww!"

"Iih~, bitchy banget, sih, aku punya temen!"

Wajahku hanya sanggup tersipu malu kala Olena menepak pantat telanjangku dengan penggaris. But, excuse me? Bitchy? She called me bitchy? Huh! Andai saja ada Michael di Bandung, boro-boro nraktir, mampir ke rumahku aja dia pasti gak bakal sempet! Pasti langsung beringsut ke kamar hotel pacarnya untuk bermesum-mesum ria!

Ya, satu lagi fakta tentang Olena, gadis yang di sekolah aktif di klub literatur ini memang sudah memiliki pacar. Namanya, Michael. Anak kuliahan di Jakarta. Selain ganteng plus lovable bak aktor-aktor Korea, dia juga sangat baik dan rajin memberi perhatian. Mereka bisa ketemu dan melakukan perkenalan melalui game online. Kata Michael, sih, Olena itu cewek tipe dia banget. Banyak model cantik yang Michael campakkan demi bisa berpacaran dengan Olena. Eew! What a lucky girl, huh! Pantas aja si Imut Kutu-buku itu rela tubuhnya dinodai serta selaput kegadisannya diterabas oleh sang Kekasih Tercinta. So, jangan terlalu 'ketipu' oleh penampilan. Cupu-cupu juga, Olen seneng, lho, kalo pussy-nya disodok-sodok sampe orgasme, hihihi.

"...."

Olena... Olena. Hmmmh, siapa sangka, sih, gadis se-nerdy kamu ternyata udah ilang perawan?



-----------​



"Saya ulangi pesanannya, ya, Mbak." ucap seorang perempuan berseragam biru berlapis celemek hijau berlogo sapi. "Sirloin steak, Mushroom soup, French Fries, Avocado Juice, sama Lemon Squash, gak ada yang kelewat?" telisiknya sembari tersenyum. Membalas tak kalah ramah, aku pun serentak berangguk mengkonfirmasi.

"Oke, ditunggu sebentar, ya, Mbak."

"...."

"Keysha, kamu beneran... cuma pesen sop jamur ama kentang?" Usai pelayan itu pergi, kini giliran Olena yang berbicara. "Sop itu bukan makanan, Keyshaaa. Itu hidangan pembuka! Gak beda kentang jugaaa,"

Bola mataku memutar jenaka menanggapi perkataan Olena.

"Emang, apa bedanya opening course ama makanan inti? Sama-sama masuk perut, kan? Sama-sama bikin kenyang, Huh?" Aku berdalih. Setelah kucubit hidungnya yang lucu, gadis itu pun akhirnya terdiam kembali tunduk tenggelam pada ponselnya. Penuh penghayatan, jemarinya ber-chatting ria menyapa Michael-nya di Jakarta sana.

Hmmmh... what the hell? Kenapa kita MUSTI mampir di sini, sih, makan bistik? Apa si Kutu Buku ini hendak memfantasikan sensasinya langsung, sehabis nonton adegan gore plus kanibalisme sekian jam? Sick!







Tarikan napasku terasa berat di detik itu. Bukannya bermaksud lebay, tapi, napsu makanku emang beneran sudah hilang semenjak keluar dari bioskop. Penyebabnya aku rasa popcorn, ama cola, yang bikin perut kembung. Ditambah lagi—tentu saja—aksi psychotic Dreggo si Loner yang demen banget makan sate manusia setelah puas menyiksa-nyiksa korbannya.

Satu hal paling ngeri, alih-alih kualitas, akting, ato effect filmnya, yang amat berkesan di hati aku malah binar-binar antusias mata Olena saat segmen-segmen penuh darah itu muncul ke permukaan. Jujur, aku sedikit memalingkan wajah. Membagi konsentrasi indera penglihatan antara layar bioskop dengan muka bergairah Olena. Hiiii~

"....."

".....?"

".....???"

GEEEZ
! Gak mungkin lah si Olen ampe se-'sakit' itu!

Kepalaku bergeleng-geleng kesal. Daripada melamun berprasangka gak jelas mengenai sahabatku yang aku sayang, lebih baik aku mencari hawa pembicaraan baru saja! Oh, iya, tadi kan Olena—

"Eh, Len... waktu di mobil... emang kamu mau ngomong apa? Katanya ada sesuatu yang penting yang mau kamu bicarain ama aku. So?"

Yep
, right. Udah dua kali cewek kalem bertinggi 148 cm itu menyatakan ingin bertanya suatu hal mendesak sesegera mungkin. Dia bilang, nanti saja di tempat makan biar lebih nyaman. Aku dan bola mata ber-softlens hijauku memandang Olena penuh penasaran. Butuh beberapa detik buat sang Gadis sampai termelek dari chattingan ponsel. Orangnya membalas dengan senyuman. Tipis, namun bermakna dalam.

"Ah, iya! Ampe lupa, ih!" Olen mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri. "Sha, mmmh... sebenernya— eh, gini! Aku boleh nanya sesuatu, nggak, ama kamu?"

Sambil mengangkat bahu, aku kontan menjawab santai. "Tanya aja," sahutku. "Gak usah ribet-ribet segala kali, Len. Mau nanya aja, pake nanya dulu segala, huh."

"Oke. Jadi gini," sang Gadis mendekatkan kepalanya padaku. "Sebenernya... kamu ama Faruk ada hubungan apa, sih, Sha? Kalian... lagi pendekatan? Atau, gimana? Soalnya, akhir-akhir ini kamu keliatan banget sering nempel ama dia...,"

Seketika, aku terdiam. Eh? Kenapa tetiba bocah ini nanya-nanya tentang Faruk? Ada apa ini? Ini asli pertanyaan dia... atau pesanan dari 'bos'-nya di klub literatur, a.k.a Dhira?

Huh
, pertanyaan gampang.

Kalaupun harus dipaksa aku menjawab jujur, bukan masalah bagiku. Aku sama sekali nggak menyimpan hati atau gejolak cinta terhadap Faruk. Hasratku pada lelaki cakep itu, murni hanya nafsu syahwat plus ketertarikan lahir semata. Tentu saja segala catatan petualangan mesum bersamanya, gak bakal aku ceritakan pada Olena. Dan juga, semua orang, hihi!

"Hmm, tunggu dulu, ini—"

"Ini murni pertanyaan dari aku, bukan Dhira!" Sebelum aku selesai bertanya, Olena sudah menyelaku dengan tegas. "'Ku bikin simple, deh, pertanyaannya. Kamu... beneran suka Faruk?"

Menghela napas, aku menggeleng. "Nggak. Nggak, kok, Len. Serius. Aku cuma temenan aja sama dia. Sahabatan. Gak berminat untuk lebih dari itu."

"Jadi... kalo misalnya Faruk jadian ama cewek lain, ummm, sama Dhira, misalnya, kamu gak keberatan?"

"Maksudnya?" Dahiku mengkerut heran. Keberatan? Tentu saja nggak! Bodo amat dia mo jadian ama Dhira, kek, ama pohon belimbing, kek, apa urusanku? Namun... kali ini aku ingin bermisterius ria sedikit. "Kalo misalnya aku keberatan... gimana?"

"Hmmm, berarti, nomor satu bakal aku coret. Ganti dengan target lain. Mumpung masih awal-awal tahun sekolah....," desis Olena sembari tertunduk dengan mimik menggelap. DEG! Refleks, jantuku menangkap sinyal kewaspadaan keras. Nomor satu? Target? Tahun sekolah? What the fuck apa yang cewek ini rencanakan?! "Because, you're trully my best friend, Sha! Hehe...," Dan, senyuman imut Olena pun kini terlihat menakutkan di mataku.

God
... really... aku bener-bener gak pengen punya temen psycho!

"...."


Oke. Cukup. Cut this crap. Aku memang orang yang gampang kebawa suasana gara-gara film, buku atau lagu. Sampai tega-teganya diriku menuduh Olena siswi berkelainan mental yang sanggup memutilasi siapa pun yang ia suka *cross finger*. Ingin segera menepis tabir penasaran, mulutku lantas bercerocos cepat, ibarat senapan mesin.

"Len, sebenernya maksud kamu apaan, sih? Jelasin dari awal, kek, arah pertanyaanmu itu? Ada apa dengan Faruk? Nomor satu itu artinya apa?"
Olena lagi-lagi tersenyum. Sambil merogoh-rogoh Monokuma handbag-nya, ia lalu menjawab, "Huhuhu... kamu belum tau, ya...," tangannya mengambil sebuah buku organizer lucu bergambar anime Totoro, membuka-bukanya sebentar, lalu perlihatkan salah satu halamannya padaku. "Tadaaaa!"





GRADUATION GOAL :
Graduate, like a Boss!


1. Jodohin Dhira ama Faruk.

2. Sumbangin buku "Serial Killers Case File - R.J Parker", "Serial Killers: The Method and Madness of Monsters - Peter Vronsky", dan "The Encyclopedia of Serial Killers - Michael Newton" ke Perpustakaan SMU DNS.

3. Make Love ama Michael di ruangan kepala sekolah.






"Ehem, ehem...," Pelan, Olena berdehem. "Ini, planning hal-hal apa aja yang pengen aku lakukan sebelum lulus, Sha. Tapi, yang nomor satu itu... tergantung juga ama kamu. Kalo kamu gak rela Faruk diambil Dhira, ya... terpaksa aku ganti."

"Nggak! Aku gak masalah kok, sebenernya. Gada masalah kalo Dhira jadian ma Faruk!" Kepalaku masih melayang-layang di realm dimensi keempat ketika mataku membaca apa yang Olena tulis dengan spidol warna warni tersebut. Seriously! Sebagai sahabat, aku tahu kalo Olena anaknya emang rada-rada aneh, tapi—

"Kamu... ini.... serius, Len, beneran mau ngelakuin semua ini? ini cita-cita kamu sebelum lulus? Rencana kamu?"

"Yo'a!" tukas Olena semangat. "Iseng aja, sih, sebenernya. Pengen ngelakuin hal-hal yang remarkable, sebelum aku ninggalin SMU DNS. Biar ada kenang-kenangan lucu gitu, pas aku kuliah nanti, hihi."

Berulang, bola mataku berputar mendengarkan penjelasan Olena. Poin 1 dan 2, bolehlah, keren. Tapi, make love di kantor kepala sekolah ama Michael? Apa nggak koplak?

"Udalah, Leeen. Punya pacar cakep itu sukurin, jagain biar ga digoda cewek-cewek lain. Bukannya diajak aneh-aneh! Nanti si Michael malah takut, lagi, ama kamu, huh." ujarku memberi petuah pada si Cutie Berkacamata. Ugh, dianya malah mengibaskan tangan.

"You tenang aja, Sha. Michael bilang, gak ada yang bisa ngalahin enaknya rasa jepitan memek imut aku. Pokoknya, kalo macem-macem, ga bakal aku kasih jatah, hihihi."

"HUSS!" Aku membelalak. "Gak pantes cewek lucu macem kamu ngomong jorok kaya gitu!" segahku sedikit merinding di areal sensitif, membayangkan adegan percintaan Olena dan lelakinya.

"...."

Sebesar apa, sih, punyanya Michael— EH?!


Untunglah, kedatangan satu orang pelayan bersama nampan-nampan berisi hidangan pun seketika menginterupsi pembicaraan kami—dan khayalan mesumku. Olen tanpa basa-basi langsung berkhidmat ria dengan steak sirloin-nya, tergamblang sangat kelaparan. Sedang aku, perlahan-lahan meniup sendok berisi harumnya hot mushroom soup.

Sambil menikmati lezatnya makan malam traktiran Olena, pikiranku bersinar-sinar. Dipikir-pikir, lucu juga, ya, kalo aku bikin proyekan absurd kayak dia, hihihi. Suka atau duka, brengsek atau menyenangkan, faktanya kini diriku adalah siswi SMU DNS tercinta. And I love this school very much! Harus ada sesuatu yang berkesan sebelum aku kuliah dan pergi meninggalkan sekolah idiot ini.

Detik-detik hidupku bersama papa... kilasan-kilasan romantis cinta pertamaku bersama Reggy (sebelum bajingan itu mengkhianatiku, memukulku,dan menamparku, huh!)... semua terasa indah dikenang oleh karena tak akan terulang kembali. Begitupun dengan masa-masa SMU....

Serta merta, lenganku menaruh sendok di tepian mangkuk. Kuraih handbag Juicy Couture purple-pink-ku lalu kuambil organizer berlogo kucing dari dalamnya—beserta pulpen hitam. Di hadapan sehelai kertas kosong, aku terkikik, memikirkan title apa yang harus kutulis yang lebih keren dari punya Olena.

Hmmm
... akhirnya, kata-kata yang kudapatkan,



BROKEN KAY PROJECT :

Goodbye, My Stupid School!​



Haha.

Belum kepikiran, sih, mau bikin poin-poin kegilaan apa aja. But, no matter what, bisa ditentukan nanti.

"Eh, Sha... mmm, aku boleh minta sesuatu nggak, ama kamu? Tapi, kamu jangan marah, ya?"

Aku mendongak santai, memandang Olena yang tiba-tiba bicara.

"Minta apaan? Gak, kok, ga bakal marah."

Sejenak Olena menarik napas, memajukan bahu dengan serius, lalu menyimpan pisaunya.

"Demi kelancaran misi nomer satu, aku minta... kamu sementara ini menjauh dulu dari Faruk."

Me— what?


"Eueueu... e-emangnya kenapa, Len? Aku kan nggak—"

"Soalnya kamu, tuh, orangnya CENTIL!" sela Olena. "Cerewet, suka pecicilan ma cowo, genit, and kadang lebay! Aku takut nanti bikin susah!" sergahnya.

"Me?" telunjukku mengarah pada mukaku sendiri.

"Iya! Gak nyadar, emang, ama sifat sendiri, ikh?"

Sekujur badanku pun seketika lemas menelangsa tatkala mendengar repetan Olena. Sejujurnya, aku sering mendengar keluh-kritik orang mengenai perangaiku yang gak sadar kumiliki. Namun, ketika kata-kata itu terlontar dari mulut sahabatku, seolah-olah ini adalah afirmasi kebenaran mengenainya.

"I-iya, deh, nanti aku bicarain ama Faruuuk~." desahku manja. "Malah, bakalan aku bantu nanti biar cowok itu mau jadian ama Dhira. Don't worry, Len. I'm on your side."

Mendengar jawabanku, gadis berjaket kuma pink hoodie itu pun tersenyum. Lalu, melanjutkan santap steak-nya kembali.

"...."

Dan, aku tiba-tiba merasa aneh kali ini. Déjà vu-kah, atau...

Shit!
Baru inget! Waktu itu, kan, Faruk pernah bilang—







------------------------------


 
Terakhir diubah:
mohon maaf ya kalo kali ini rada kepanjangan + ss nya dikit :ampun: di Book A ini isinya masih perkenalan-perkenalan tokoh dan ngebangun setting cerita dulu :o

ditunggu banget ya komen+saran kritiknyaaaa~ :bye:

btw, ini juga mumpung gak ada pertandingan bola hari ini... jadi aku bisa pake kompter n online. biasanya, kompi suka dipake nonton strimingan bola + ngebokep ama Bang Diaz... :ngupil:
 
Penasaran,ada ga ya cewe kaya keysha didunia nyata? So bitchy
 
Olena...:panlok2: ehhgt...:malu: ane pun terkejut kau tiba nungul begitu...
kaget sechh tapi seneng..:kk: duchh, Len..:sayang: rupanya non Miu ngebebasin kamu dari kurungan imaginajiz om Diazz...
:stress:


syukurlah:hore: kamu baik-baik saja..​
 
Emm ya... maksudku Suhu/sis m i u, cerita ini akan semakin menarik dan lebih mudah dibaca bila ada
index-nya.
:)

Oh, sama sekalian ijin baca lanjutan cerita yang terakhir ya. :shakehand
 
Tetap semangaht suhuuu,,,,, tapi jangan kelamaan update nya yaaaaa
 
Penasaran,ada ga ya cewe kaya keysha didunia nyata? So bitchy

Hmmm, mungkin ada aja kak :o cuma kita gak tau :o ....:ngacir:

Olena...:panlok2: ehhgt...:malu: ane pun terkejut kau tiba nungul begitu...
kaget sechh tapi seneng..:kk: duchh, Len..:sayang: rupanya non Miu ngebebasin kamu dari kurungan imaginajiz om Diazz...
:stress:


syukurlah:hore: kamu baik-baik saja..​

kenapa terkejut kak? :takut: Olena gak dikurung kok... cuma dipingit aja di sangkar bidadari :o

ada salam dari Olen :pandaketawa:

Emm ya... maksudku Suhu/sis m i u, cerita ini akan semakin menarik dan lebih mudah dibaca bila ada
index-nya.
:)

Oh, sama sekalian ijin baca lanjutan cerita yang terakhir ya. :shakehand

Silakan, kak... makasih y udha mampir + baca :ampun:

Indeks juga udah kelar dibikin... maaf klo kemaren kelupaan :kk: ( bukan lupa si sebenernya tapi males :hammer: :o )

Tetap semangaht suhuuu,,,,, tapi jangan kelamaan update nya yaaaaa

Jangan lupa buat indexnya juga suhuuu biar lebih enak hahahaha

Iya kak :hore: miu usahain update cepet paling nggak seminggu sekali :galau:

indeks udah ada, kk, baru dibikin maaf :ampun:
 
:eek:....Olena mau nyomblangin Faruk ama Dhira...???

Yachhh...Gimana nasibmu Key..???
Entar kalo ngga ada yang " garukin " kamu lagi gimana...?

Ups....:bata:..:bata:
 
Mantappp lanjutkan suhuuuu update di tunggu banget

Iyaaa... mudah2an tar sebelum lebaran bisa sekali ngupdate lagi deh... tp gatau juga :hore:

:eek:....Olena mau nyomblangin Faruk ama Dhira...???

Yachhh...Gimana nasibmu Key..???
Entar kalo ngga ada yang " garukin " kamu lagi gimana...?

Ups....:bata:..:bata:

yang mau "garukin" Keysha sbnrnya banyak, kok, Kak... ngantri :o

:pandajahat:

Ayoo up up up up

jgn disundul2 dulu, Kak... updateannya blm ditulis nih :o
 
Bimabet
mohon maaf ya kalo kali ini rada kepanjangan + ss nya dikit :ampun: di Book A ini isinya masih perkenalan-perkenalan tokoh dan ngebangun setting cerita dulu :o

ditunggu banget ya komen+saran kritiknyaaaa~ :bye:

btw, ini juga mumpung gak ada pertandingan bola hari ini... jadi aku bisa pake kompter n online. biasanya, kompi suka dipake nonton strimingan bola + ngebokep ama Bang Diaz... :ngupil:
aichxixixi...:pandaketawa: dichh kebiasaan nya, om Diaz suka monopolo kompi,, padahal jagoan bola nya dah nggak berlaga..:D paling kini juga streaming hentai
:pandaketawa:
kenapa terkejut kak? :takut: Olena gak dikurung kok... cuma dipingit aja di sangkar bidadari :o

ada salam dari Olen :pandaketawa:
ouww:kangen:..Olenaa
kau muncul ane dah senang...
:cup::cup:


sahur yuk, Len!:sayang:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd