Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Guardians of Pandea

putihkental

Kakak Semprot
UG-FR
Daftar
17 Nov 2013
Post
150
Like diterima
14
Lokasi
Surga (maunya)
Bimabet
GUARDIANS OF PANDEA

Index

[PROLOG] Part 1 Lima Sekawan - (Demonic Crease)
[PROLOG] Part 2 Lima Sekawan - (Genesis Demon)
[PROLOG] Part 3 Lima Sekawan - (Pathway to Martyrdom)
[CHAPTER 1] Part 1 Air dan Api - (Crease Guardian Summit)
[CHAPTER 1] Part 2 Air dan Api - (Bolazar's Theory)


Disclaimer: Sebelumnya TS mohon maaf karena di balik cerbung ini belum (dan direncanakan tidak) mengumbar adegan yang bisa menimbulkan efek setara viagra atau lebih. Bukan karena apa-apa, melainkan hanya karena tidak kompetennya TS dalam melahirkan genre dimaksud. Mohon kemakluman suhu-suhu sekalian.

:ampun:

[PROLOG] Part 1 - Lima Sekawan - (Demonic Crease)


Central Lodiston - Tahun 948 CP

Awan pekat menaungi sebuah gunung berapi yang menjulang tinggi di tengah-tengah perbukitan di wilayah Central Lodiston. Cahaya siang terang benderang pun tidak mampu menembus tebalnya arak-arakan bak kapas pejal yang melayang di udara itu. Lerengnya yang dipenuhi oleh pepohonan dan tumbuhan hijau, menjadi muram kelabu terbalut abu vulkanis yang turun tanpa henti. Mount Gyndhar, nama gunung api itu, sebenarnya telah lama beristirahat, menjadi lambang keagungan alam Central Lodiston, serta menyampaikan berkah kesuburan bagi padang dan ladang yang berada di sekelilingnya. Namun, sang pengayom itu kini tampak sedang gusar. Dari kejauhan dapat terlihat pijar kemerah-merahan yang terpancar dari ujung kawah gunung itu. Getaran demi getaran menggerakkan lempeng bumi, diiringi suara gemuruh dari longsoran tanah dan bebatuan yang bergesekan karena terdorong kuasa alam dari dalam perut bumi yang mahadahsyat.

Tidak banyak yang tahu bahwa haribaan Lodiston sedang berada dalam penentuan nasibnya. Penguasa Central Lodiston menginstruksikan jajaran pasukan teritorial wilayah untuk mengungsikan seluruh warga di sekitar Mount Ghyndar. Di Kota Astier dan Desa Shill, dua pemukiman penduduk yang berbatasan langsung dengan Mount Ghyndar, hanya tersisa rumah-rumah kosong dan toko-toko tak berpenghuni. Tidak hanya akibat bahaya lava pijar atau lahar dingin yang mengintai, Pemerintah Lodiston tahu bahwa resiko jatuhnya korban dari masyarakat awam akan berlipat ganda apabila sampai terjadi pertempuran antara Crease Guardian dengan Netherworld Demons. Resiko yang bahkan bisa mengancam seluruh makhluk hidup di Benua Pandea.

Di puncak Mount Gyndhar terlihat pemandangan yang tidak lazim. Sebongkah batu besar melayang-layang tepat di atas kawah gunung berapi itu. Bagian bawah batuan raksasa itu merah menyala akibat terpanggang oleh panasnya magma yang menggelegak di bawahnya. Di tengah-tengah pulau kecil terbang tersebut, terdapat keanehan lain yang tengah terjadi. Horizon ruang di tempat itu seolah terpilin oleh kekuatan magis dari sebuah pusaran menggelora yang mengeluarkan rana ungu pucat. Di dekat titik itu terlihat ada lima orang yang sedang bersiap untuk menghadapi sesuatu.

Seorang pria tegap dengan baju besi berwarna kebiruan berdiri paling depan dan menghadap tepat ke pusaran itu. Wajahnya hampir tersembunyi sempurna oleh helm dari logam tebal yang dikenakannya. Di kedua tangannya masing-masing tergenggam sebuah gada dan tameng berukuran raksasa yang tak kalah sangar dari pelindung badannya. Dengan segala sandangan zirah dan senjata yang luar biasa berat tersebut, pria itu masih bisa berdiri dan bernafas selayaknya orang yang mengenakan baju biasa saja. Dia berteriak di tengah ributnya tiupan udara yang menderu, "DENERIA! APAKAH DIRIMU SIAP UNTUK MENUTUP GERBANG INI?"

Pria itu bertanya kepada seorang wanita muda yang berdiri tidak jauh di belakangnya. Perempuan itu memiliki paras yang sangat cantik bak bidadari. Kulitnya bersih dan halus tanpa cela, rona wajahnya pucat dan kedua matanya bersinar dengan pendar keperakan. Ia mengenakan mahkota dan jubah indah berwarna putih terang yang dipenuhi oleh bordiran benang emas berbentuk simbol-simbol asing. Ia menggenggam erat tongkat besarnya dan gemetaran seperti orang yang sedang ketakutan setengah mati. "SIAP SIR FALOUR! TETAPI AKU TIDAK TAHU APAKAH AKU AKAN BISA MENUTUPNYA INI DENGAN SEMPURNA ATAU TIDAK! INI PERTAMA KALI AKU MELIHAT DEMONIC CREASE! TAPI AKU BISA MENCOBA!" balas Deneria kepada pria ksatria tersebut.

Sir Falour membalik badannya dan berjalan mendekati Deneria. Setiap langkah Sir Falour diikuti oleh suara derit dan decit logam yang bersinggungan. Terompah baja miliknya berderap menumbuk alas keras yang ia pijak. Sir Falour berhenti di depan Deneria dan mengaitkan gada ke pinggang belakangnya. Ia lalu melepas helm tempurnya dan menaruhnya di pelukan tangan yang juga menenteng tameng bertatahkan ukiran kepala singa itu.

Seraya menatap Deneria dengan pandangan yang tajam, Sir Falour meletakkan telapak tangannya di pundak Deneria. "Deneria Weavensnow, aku tahu kau sedang gundah. Meskipun masih muda, dirimu adalah priestess tersakti di seantero Pandea. Hanya engkaulah murid Solacen Monastery yang berhasil menguasai Demonology selain Cardinal Rhemus. Kaulah satu-satunya orang yang punya pengetahuan dan dilatih untuk melakukan ini," jelas Falour, sebelum kembali melanjutkan ceramahnya, "Lihatlah orang-orang di sekelilingmu," Falour melirik ke arah seorang wanita yang berpakaian dan berselimutkan kain hitam seperti seorang penyihir. Dia sedang mempermainkan sebentuk seruling sepanjang tiga jengkal di jemari tangan kanannya. Di dekat pundaknya melayang sebuah orb berkelir pelangi yang terus berdetak. "Kau pasti sudah mengenal Archaic Almaiel dari guru-gurumu. Dia bisa memanggil petir dan membekukan laut beserta seisinya," jelas Sir Falour. Deneria masih tertegun ketika pria yang berada di depannya itu melanjutkan ucapannya, "Di belakangmu juga ada Shade Hazim yang mampu bergerak lebih cepat daripada anak panah, serta Sentinel Dao-long yang pernah seorang diri menggerakkan sebuah hutan untuk menghalau serbuan ribuan Grugh. Iblis-iblis dari balik gerbang itu sudah biasa menjadi santapan pagi bagi kami. Tetapi tidak ada satupun dari kami yang diberkahi kekuatan untuk menyegel pintu masuk makhluk-makhluk bengis itu ke alam kita. Jika robekan antar dua alam ini dibiarkan terbuka, keberadaan umat manusia hanya akan tinggal menghitung hari."

"FALOUR, DEMONIC CREASE INI SEPERTINYA SEMAKIN LAMA SEMAKIN MEMBESAR. TIDAKKAH SEBAIKNYA SI CANTIK INI SEGERA MERAPAL MANTRA PENUTUP ITU?" seru seorang pria tinggi kurus yang berdiri di belakang Deneria sambil menimang-nimang bola logam sebesar kepalan tangan orang dewasa. Lelaki berkulit gelap itu mengenakan baju compang-camping seadanya. Di pinggangnya tertaut sepasang pisau eksotis khas suku penghuni gurun pasir serta dilingkari sebuah sabuk kulit lebar yang memiliki memiliki banyak kantung. Seorang pembunuh senyap, ahli racun dan senjata tersembunyi, Hazim Abdussalam adalah seorang Master Assassin dari Bangsa Yudaba yang menghuni Gurun Pasir Zotan. "APA KAU MAU MENUNGGU SAMPAI ADA IBLIS YANG KELUAR DULU?" tanyanya lagi.

Pria lain yang tadinya juga berada di belakang Deneria melangkah maju ke sampingnya sambil mendongakkan kepala ke arah Demon Crease itu. Tubuh pria hampir sama besarnya dengan Sir Falour, namun usianya tampak jauh lebih tua. Janggut dan rambutnya telah memutih. Sebagai seorang High Druid, Shen Dao-long telah menerima tempaan alam selama puluhan tahun. Hingga umurnya yang menginjak senja, belum ada satupun murid dari Shimu Temple yang bisa menyamai tingkatan ilmunya. Ia menoleh ke arah Sir Falour dan berkata, "KURASA HAZIM ADA BENARNYA KAWAN. JIKA PINTU ITU TERBUKA LEBIH LEBAR LAGI, MUNGKIN ADA NETHERWORLD DEMON DENGAN UKURAN YANG BELUM PERNAH KITA HADAPI SEBELUMNYA, BISA MASUK KE SINI. BUKANNYA AKU TIDAK MAU MENGOTORI TANGANKU KAWAN, AKU HANYA TIDAK INGIN MENAMBAH KERUSAKAN DI ALAM PANDEA."

Sir Falour terus menatap Deneria. Dia meremas lembut pundak murid terbaik Cardinal Rhemus itu sembari berujar, "Kami semua bergantung padamu Deneria. Kami sebagai Crease Guardian percaya padamu, dan tahu engkau bisa," sesaat kemudian, Sir Falour pun kembali memasang pelindung kepala dan menarik pemukul dari dudukannya. "BAIK SEMUANYA, DENGARKAN AKU! MESKI KALIAN SUDAH BOSAN, TIDAK ADA HENTINYA AKU MENGINGATKAN. SELAMA DENERIA BERUPAYA MENUTUP LUBANG ITU, AKU INGIN DIA DILINDUNGI DARI APAPUN!" tegas Sir Falour. "LADY ALMAIEL, KAU BOLEH MULAI PROSEDURNYA SEKARANG!"

Wanita yang dipanggil Lady Almaiel itu menguap dan meregangkan kedua tangannya ke atas. Ia mengosok-gosok matanya kemudian menjawab perintah Sir Falour, "AKU HAMPIR SAJA JATUH KETIDURAN MENUNGGU KALIAN SIAP. BAIKLAH, KALIAN TAHU APA YANG AKU INGINKAN SEBELUM PESTANYA DIMULAI!"

Mendengar ucapan Almaiel, Hazim langsung mendecakkan bibirnya mengeluh, "Tsk, lagi-lagi ritual Blood Offering konyol. Ini bagian yang paling tidak kusuka. Kenapa sih Lunick Magick begitu primitif sehingga tidak bisa membedakan yang mana kawan dan yang mana lawan?" Ia pun mengiris telapak tangannya sendiri dengan pisau hingga mengeluarkan darah segar. Telapak tangan yang berlumuran cairan merah tua itu lalu ia angkat tinggi-tinggi, "AKU SUDAH SELESAI!" erang Hazim tak sabar.

Tidak lama kemudian, secara berturut-turut Deneria dan Dao-long masing-masing ikut menjulangkan tangannya memberi tanda kepada Almaiel bahwa mereka juga telah selesai mengalirkan darah mereka. Sementara itu Sir Falour yang memakai zirah tertutup kelihatan sedikit kesulitan mencari bagian tubuh yang hendak dia lukai. Akhirnya, dengan kikuk Sir Falour bisa menyelesaikan prasyarat Blood Offering itu setelah berhasil mengiris dagunya menggunakan pelindung jarinya yang bertepi tajam. "LAKUKAN SEKARANG!" perintah Sir Falour dengan menggelegar.

Almaiel segera meraih orb pelangi dan menarik bola cahaya tersebut mendekat ke dadanya. Sambil memejamkan mata, Almaiel mulai membisikkan rapalan sihir, "atas kuasa Lunos sang penjaga gelapnya malam Pandea, aku meminta para pemohon persembahan ini agar diselamatkan dari panasnya bara, dinginnya es, dan nyerinya kilat yang kupinjam dari surga dan neraka. Ofs ethu nai dena...BLOOD SYPHON!"

"SHUUUUT," segera setelah Almaiel selesai meneriakkan mantra, darah para petarung itu seperti disedot masuk oleh orb pelangi miliknya dengan ganas. Luka-luka yang sebenarnya tampak sepele dan tidak fatal tadi secara terus menerus memancarkan darah akibat efek ilmu tersebut. Setelah membuka kembali penglihatannya, Almaiel dengan seksama mengamati gradasi perubahan prana bulatan sinar itu ketika mulai meminum upetinya. Melihat sudah cukup menyerap apa yang diperlukan, Almaiel lalu meniup orb itu dan menutup ritual itu, "Fuuuhhhh...vaso ledi thei soa. Shhh...tenang Oculos, tenang," Almaiel mengelus-elus orb yang dipanggilnya Oculos itu seperti memanjakan seekor hewan peliharaan.

Begitu Almaiel menyelesaikan tugasnya, Deneria mengayunkan dan kemudian menyodokkan tongkatnya lurus ke arah langit. "CURAE SPACIUM!" jerit Deneria. Sontak, seluruh tubuh dan senjata Deneria mengeluarkan cahaya teduh yang menyebar ke segala arah. Terpapar oleh sinar itu, pendarahan Sir Falour, Hazim, dan Dao-long pun dengan seketika terhenti. Curae Spacium yang dilancarkan Deneria merupakan Solisk Magick tingkat tinggi yang akan mengobati segala luka-luka siapapun yang berada di dekat sang perapal.

Hazim dengan teliti melihat telapak tangannya. Irisan yang ia buat tadi berangsur-angsur menutup hingga tidak meninggalkan bekas sama sekali. Melihat sempurnanya jahitan sihir putih Deneria, Hazim tertawa lepas dan memuji anggota termuda dari kumpulan itu, "HAHAHAHA...FALOUR, AKU SUKA PEREMPUAN INI. DIA LEBIH TAHU BAGAIMANA MENGGUNAKAN CURAE DARIPADA SI TUA RHEMUS ITU. SEANDAINYA RHEMUS SELIHAI DIA, KULIT TUBUHKU MASIH BISA TETAP MULUS TANPA CACAT SEDIKITPUN"

"DHUG! DHUG! DHUG!" Sir Falour tiba-tiba memukul-mukulkan palunya ke perisainya untuk menarik perhatian. Ia kemudian menjunjung tangan kirinya dan memberikan kode agar kawan-kawannya tidak mengeluarkan suara. Di tengah desau Demon Crease yang tidak terputus, sayup-sayup terdengar riuh rendah mirip lolongan binatang yang bersahutan. Keramaian itu berasal dari balik gerbang magis dan lambat laut bertambah nyaring. Sir Falour menurunkan tangannya dan memperingatkan, "KAWAN-KAWAN, KITA AKAN SEGERA KEDATANGAN TAMU! SEPERTI BIASA, AKU DAN DAO-LONG AKAN MENGHALAU DI DEPAN. HAZIM DAN LADY ALMAIEL, JAGA DENERIA DAN BUNUH APAPUN YANG MELOMPAT ATAU TERBANG MELEWATI KAMI," Sir Falour kembali memandang Deneria dan berseru, "DAN KAU DENERIA, TUTUP GERBANG ITU SEKARANG! BUAT CARDINAL RHEMUS BANGGA ATAS DIRIMU!"

"ZSSETT!" bunyi dengung aneh menggema ketika sesosok makhluk aneh perlahan muncul dari balik pintu antar dimensi itu. Perwujudan makhluk itu berbentuk mirip kera, namun badannya tidak memiliki bulu. Matanya merah menyala di tengah remangnya suasana, suara nafasnya menggeram-geram layaknya orang yang sedang menahan amarah. "WHAAOOOOOOHHH!" deretan gigi runcing tampil di rahang makhluk itu saat mengeluarkan raungan yang bunyinya dapat menggetarkan jiwa petarung yang paling veteran sekalipun.

"GRUGH! SEMUANYA WASPADA. AKAN LEBIH BANYAK LAGI YANG DATANG," tegas Sir Falour

Deneria terhenyak. Dirinya baru sadar akan betapa krusialnya peran yang ia mainkan di tim itu. Jika ia tidak segera beraksi, maka Lodiston akan dipenuhi oleh iblis-iblis menyeramkan itu. "THUNKK," Deneria menghantamkan ujung pegangan tongkatnya ke tanah dan mulai berdoa. Di tengah-tengah kekhusyukan dalam memohon, Deneria perlahan melepaskan tangannya dari tongkatnya yang mulai melayang dengan sendirinya. "ZOOOOOOOMM!" mendadak sinar jingga memancar dari batu permata yang tersemat di ujung atas tongkat Deneria. Bersamaan dengan itu, muncul lapisan terang yang juga berwarna jingga mengurung dari tepian Demonic Crease. Secara pelan tapi pasti, retakan antardimensi itu pun mulai mengerut.

Melihat pintu tersebut akan ditutup oleh seorang penyihir putih, Grugh tadi langsung mengeluarkan auman yang melengking tinggi "WHAOUUUUUUUUHHHH! WHHAOOOUUUUUUH!" seolah-olah makhluk itu ingin memanggil kawanannya. Benar saja. Tidak lama setelah itu, dari portal magis itu keluar enam ekor Grugh yang lain. Mendapat massa tambahan, Grugh pemanggil itu kemudian mengarahkan tatapannya pada Sir Falour dan mulai melangkah maju. Sang pionir tersebut tahu, bahwa ia harus bisa melangkahi manusia berzirah itu sebelum bisa mencapai sasarannya.

Sir Falour hanya menanti dengan tenang sembari melemaskan genggamannya. Tidak terbersit rasa takut maupun kesan ragu sedikitpun di wajah pria itu. Ketika iblis kera yang terdepan melesat menuju dirinya dengan buas untuk menyerang, Sir Falour tetap berdiri membatu.

"DRAP-DAP...DRAP-DAP...DRAP-DAP," irama jejakan kaki Grugh yang berlari sekuat tenaga menuju Sir Falour itu laksana ketukan genderang perang yang mengiringi saat kedua pihak akan bertumbukan. Sekitar sepuluh langkah dari sasarannya, makhluk itu langsung melompat menerkam dengan seluruh beban tubuh dan kecepatan yang luar biasa. Pekik Grugh yang memekakkan telinga mengiringi serangan pertama dalam bentrokan itu, "WHIAAAAAAAAAAHHH!"

Sir Falour nampak tidak terintimidasi meski dalam sepersekian detik lagi dia akan tertubruk. Dalam kalkulasi yang berlangsung sekejap, Sir Falour menangkupkan perisainya tepat di depan badannya dan melompat cepat untuk menyambut Grugh yang menuju ke arahnya. Keduanya pun bertabrakan sangat keras di udara. "DHUUAAANGGG!" perisai Sir Falour dengan telak memberangus badan iblis kera itu, "....KREK! KREK! KRATAKK!" diikuti oleh bunyi tulang yang remuk berantakan. Bukannya berhasil menjatuhkan mangsanya, makhluk itu malah menghantam tebing karang kokoh yang menghancurkan dirinya sendiri. "JREG!" ketika Sir Falour kembali menapak ke tanah, "GEDEBUGH!" lawannya jatuh dalam keadaan yang sudah tidak bernyawa. Dengan dingin Sir Falour menggulingkan korban pertama itu ke samping memakai kakinya. Tanpa menunjukkan ekspresi, Sir Falour kembali memantapkan pegangan senjata dan menata kembali kuda-kudanya.

Kawanan Grugh yang masih berada di dekat Demonic Crease hanya bisa terheran-heran saat menyaksikan salah satu dari kaum mereka terbantai dengan mudah oleh Sir Falour. Mereka saling menukar pandang dan meneriaki satu dengan yang lainnya seperti sedang berdebat tentang siapa yang harus maju paling depan. Selama beberapa saat, kawanan itu hanya berani sebatas memandangi Sir Falour. Gerombolan itu tahu bahwa orang-orang di hadapannya bukan musuh yang sembarangan. Butuh lebih dari sekedar segelintir makhluk buas berotot untuk menundukkan benteng hidup yang menjadi harapan umat manusia tersebut.

Meskipun di atas angin, Sir Falour tidak lantas jumawa dan mengambil kesempatan untuk menyerang balik. Dirinya tahu bahwa dengan bersikap pasif dan membuat lawan ragu untuk menyerang justru akan menguntungkan bagi kelompoknya. Setidaknya Deneria bisa bekerja dengan gangguan minimal. Apabila Demonic Crease tersebut telah sirna, bukan masalah sulit untuk membereskan para prajurit keroco yang tersisa. Dalam hati Sir Falour berharap anggota termudanya itu bisa segera menyelesaikan takdirnya, walaupun ia juga tahu benar bahwa melenyapkan Demonic Crease bukan semudah dan secepat membalikkan telapak tangan.

"ZSSEET...ZSSETT...ZSEET...ZSEET," wujud-wujud lain bermunculan ke dunia. Sekelompok Grugh keluar lagi bergabung dengan rombongan sebelumnya, ditambah belasan ekor makhluk mirip manusia berkepala anjing dengan kuku-kuku yang panjang dan berkilatan. Menang dari segi jumlah, gerombolan bengis itu kembali mempertontonkan niatnya untuk menyerbu. Kali ini dengan kekuatan penuh sebagai sebuah kelompok.

"FALOUR! KITA BERTAHAN ATAU MENYERANG?" tanya Dao-long.

Sir Falour kembali bertanya kepada Dao-long tanpa menoleh, "BAGAIMANA MENURUTMU? JUJUR AKU TIDAK BEGITU SUKA MELIHAT BWARG-BWARG ITU. IBLIS ANJING ITU BERBAHAYA."

"JIKA KITA BIARKAN LEBIH BANYAK IBLIS LAGI MUNCUL DARI SANA, KONDISINYA AKAN SULIT. KITA BERDUA TIDAK AKAN BISA MEMBENDUNG PARA PENGERAT ITU JIKA MEREKA MENYERANG BERSAMAAN. PASTI BANYAK YANG LOLOS KE GARIS BELAKANG!" papar Dao-long.

"SEBERAPA BURUK?" Sir Falour hendak memastikan sekali lagi. Ia memang pemimpin, namun soal mengawal Crease Guardian dalam menutup Demonic Crease, Sentinel Dao-long punya lebih banyak pengalaman.

Dao-long langsung menjawab rasa penasaran Sir Falour, "MUNGKIN ALMAIEL TERPAKSA HARUS MENGGUNAKAN LUNICK PURGE-NYA. AKU HANYA KHAWATIR APABILA NANTI KITA MASIH HARUS MENGHADAPI GENESIS DEMON. KAU TAHU SENDIRI KAN KALAU MEREKA SUSAH DIHABISI JIKA ALMAIEL TIDAK PUNYA TENAGA UNTUK MELAKUKANNYA."

Sir Falour tidak menjawab. Abu Mount Gyndhar yang melintas di depan helm baja itu menari-nari tertiup hembusan nafasnya. Dirinya sedang berpikir keras dan menimbang segala kemungkinan yang bisa terjadi. Namun bukan panglima jika tidak bisa mengambil keputusan dengan cepat di saat-saat krusial seperti ini. Tidak berselang lama, Sir Falour pun memberikan kode. Anggukan kecil Sir Falour menunjukkan bahwa niatnya sudah bulat. "HAZIM! AMBIL POSISI DI DEPAN ALMAIEL. PURGE HANYA PADA SAAT AKU PERINTAHKAN!" Dia memandang ke arah Dao-long dan berujar, "KAU SIAP?"

"PERNAHKAH KAU MEMBERIKU PILIHAN?" sahut Dao-long yang lalu berlutut dan menempelkan telapak tangan kanannya ke tanah. Dari tangannya merambat sesuatu yang mengubah warna kulit kuning pucatnya menjadi hitam kusam. Dalam beberapa detik, penampilan Dao-long menjadi seperti arca dari logam. Ia kembali bangkit, memutar-mutar kedua lengannya, meregangkannya ke belakang, dan menyatukan kedua tinjunya. "CLAAANNKKKK!" bunyi dengung itu menandai sempurnanya wujud Dao-long. Jaringan tubuhnya saat ini sudah sekeras besi. Unsur alam itu telah meresap dan menyatu dengan jasadnya. Ia lalu memberikan tanda kepada Sir Falour bahwa dirinya sudah siap untuk menyerbu.

Tanpa aba-aba lebih lanjut, Sir Falour dan Dao-long berurutan melesat maju. Lawan-lawan mereka yang berkali-kali lipat jumlahnya tidak menyurutkan niat mereka sedikitpun. Keduanya sama-sama bertekad untuk bertempur sampai dengan titik darah penghabisan. Tidak mau kalah dengan kubu seberang, para iblis tadi juga turut bergerak beramai-ramai.

Dao-long membuka jurusnya tendangan terbang ke arah kerumunan musuh. "BRUUAAGGHH!" kakinya mengenai seekor Bwarg dan mengirim makhluk itu terbang menimpa yang lainnya. Dua Grugh lain tiba-tiba datang menerjang tanpa memberi kesempatan untuk kembali bersiap. Namun bukan petarung ulung namanya jika tidak mampu menangani musuh yang keroyokan. Dengan lembut Dao-long membelokkan pukulan yang dilepaskan Grugh pertama, memerangkap, dan kemudian menguncinya di tanah. "KRAKK!" Ia lalu menginjak tempurung kepala makhluk itu dan memecahkan tengkoraknya. Selesai memberangkatkan yang awal, Grugh kedua mencoba untuk merangkul Dao-long dari sisi depan. Kuncian Grugh itu tertahan siku dan kepalan Dao-long ketika druid ahli bela diri itu menyilangkan lengan kirinya. Hampir bersamaan dengan itu Dao-long melayangkan sebuah pukulan kuat tepat di muka musuhnya dengan tangan kanan "DESHH!" Terhuyung ke belakang sambil mendongak memegangi hidung, Grugh itu kembali menerima tendangan fatal di tenggorokan yang akhirnya menghabisi nyawanya "DRUUUKKH!"

Tidak jauh dari tempat Dao-long bertarung, Sir Falour juga tidak kalah garang. Berkali-kali terdengar bunyi benturan perisai dan godam saat Sir Falou melibas para penginvasi itu satu demi satu.

Berapapun yang telah Sir Falour dan Dao-long bantai, bala bantuan monster terus berdatangan. Beberapa dari mereka berhasil menyelinap ke belakang. "HAZIM! JANGAN BIARKAN MEREKA LOLOS" seru Sir Falour ketika melihat kejadian itu.

Hazim melepas sedekap tangannya dan memicingkan matanya. Ia sedang membidik salah satu Bwarg yang melewati hadangan Sir Falour dan Dao-long. Dengan gerakan yang hampir tak kasat mata, Hazim melakukan gerakan memutar dan melemparkan bola besi di genggamannya lurus ke arah sasarannya. Begitu cepat lontaran itu, makhluk incaran Hazim tidak sempat menghindar ketika senjata rahasia itu mendesing dan mengenai tubuhnya. "ZIING....DHUAARRRR!" bola besi itu meledak saat mengenai targetnya. Serpihan besi setajam silet terpencar bersama letusan tersebut. "JLEB, JLEB, JLEB," pisau-pisau kecil itu menerpa makhluk di sekelilingnya dan membuat mereka langsung tumbang. Seekor Bwarg ternyata selamat dari letusan dan merangsek maju. Melihat lawannya yang tampak tidak mengenakan pelindung, Bwarg itu dengan bengis mengayunkan lengannya yang dilengkapi cakar mematikan. Tepat sebelum dirinya terkena, Hazim meraih kedua gagang pisaunya dan bergerak, "SRING...SRING...SRINGG", dan tiba-tiba sudah berada di belakang penyerangnya. Ketika Bwarg itu selesai menyabetkan cakarnya, ternyata lengannya sudah lepas dari badan dan terpelanting jatuh, "BUK..BUK..GEDEBUK," sedetik kemudian giliran moncong dan kepala makhluk itu yang copot dan menggelinding ke bawah.

Almaiel mengeluh melihat potongan tubuh yang kocar-kacir di dekatnya, "TSK! HAZIM. TIDAK BISAKAH KAU SEDIKIT LEBIH RAPI DARI INI?"

Hazim yang baru saja berkelit dan memenggal kepala seekor Grugh, berhenti sejenak dan menjawab, "JIKA AKU BERSENANG-SENANG, AKU LEBIH SUKA YANG BELEPOTAN SAYANG. HAHAHAHA," gelaknya sambil berkelit dari serangan dan merobek lambung satu lagi makhluk lain yang nekat mendekat.

"Dasar manusia tak beradab," gerutu Almaiel mendengar Hazim menyahut seperti itu.

Setelah mempertahankan Deneria dari serangan iblis yang bertubi-tubi, kerja para Crease Guardian itu mulai menunjukkan hasil. Ukuran Demonic Crease sudah jauh mengecil, dan arus iblis, baik Grugh maupun Bwarg, juga telah berkurang karena ruang keluar yang sudah tidak memadai lagi.

Sir Falour langsung menyambut seekor Bwarg yang hampir saja terperangkap Demonic Crease. Makhluk terakhir yang keluar itu sedikit panik ketika melihat Sir Falour tepat di hadapannya. Dengan spontan Bwarg itu mengayunkan cakar-cakar tajamnya ke arah Crease Guardian berzirah itu. Berada dalam kondisi yang lebih waspada, Sir Falour tanpa kesulitan mengadu cakar Bwarg itu dengan palunya. "DRAAAKKKK KRAKK!" sabetan Sir Falour begitu kuat hingga badan Bwarg itu terpelanting berputar. Setelah iblis anjing itu terkapar sambil kelonjotan meratapi lengannya yang berantakan, Sir Falour menginjak dada makhluk itu dan memukul kepalanya hingga berserakan.

"SEDIKIT LAGI DENERIA!" tukas Sir Falour menyemangati Deneria yang tinggal bekerja sendirian.

Dao-long melompat ke atas tumpukan mayat dan mendekat ke Sir Falour. "Untungnya semua berjalan dengan lancar," kata Dao-long.

"Mudah-mudahan Dao-long. Semoga tidak ada kejutan lagi hari ini. Jumlah mereka kali ini lebih banyak dari biasanya," balas Sir Falour.

Lebar portal dunia iblis itu tinggal seukuran kepala manusia. Seharusnya hanya tinggal hitungan detik sebelum Deneria bisa menghapusnya dengan sempurna. Namun hingga satu menit berlalu, anehnya lubang itu tak kunjung tertutup, justru malah berkontraksi dan kembali membesar.

Sir Falour yang tadinya tenang kembali gelisah. Ia meneriaki Deneria, "APA YANG TERJADI?"

Deneria sendiri terlihat sedang berjuang berjuang mati-matian melawan sesuatu. Mata peraknya berkobar dan bahunya gemetaran bak sedang menopang beban yang luar biasa. Di tengah-tengah upayanya itu, Ia menjawab, "ADA YANG MENAHANNYA TETAP TERBUKA! AKU TIDAK MAMPU MENUTUPNYA JIKA TERUS-TERUSAN BEGINI."

Sir Falour terbengong-bengong mendengar penjelasan Deneria. Seumur-umur belum pernah ia mendengar atau mengalami kejadian seperti itu. Menghadapi kondisi kritis seperti itu, Sir Falour dipaksa untuk mengambil keputusan yang belum pernah ia tempuh sebelumnya. "ALMAIEL, BISAKAH KAU MEMBANTU DENERIA MENUTUP CREASE ITU DENGAN MENYALURKAN KEKUATANMU?" tanya Sir Falour.

"TIDAK FALOUR! LUNICK MAGICK DAN SOLISK MAGICK TIDAK COCOK SATU SAMA LAIN. AKU HANYA AKAN MELUKAINYA JIKA MELAKUKAN ITU," papar Lady Almaiel.

Sir Falour hampir kehilangan ide. Dirinya menunjuk Demonic Crease dan mengambil sebuah langkah darurat. "ALMAIEL, TEMBAK CREASE ITU DENGAN PROYEKTIL MAGISMU!" tukas Sir Falour dengan lantang.

Almaiel menyorongkan serulingnya sambil menyerukan mantra, "FIRE LANCE!" Tubuh Almaiel menyala merah yang bergerak ke arah tongkat sihirnya. Daya spiritual Almaiel itu berakumulasi dan meluncurkan sebuah peluru cahaya berbentuk pipih lancip berwarna oranye terang dari ujung pipa yang digenggamnya. "BREETTT," pisau pijar itu melintas secepat kilat dan masuk ke dalam Demonic Crease itu.

Belum sempat mengira-ngira tentang kejadian apa yang menyusul kemudian, sebuah raungan membahana terdengar, "RRRAAAAAWWWWWRRRR!"

Mata Sir Falour terbelalak ketika melihat dua pasang anggota tubuh mirip lengan yang luar biasa besar muncul dan menguak Demonic Crease itu. Dia kontan bersuara lantang memperingatkan, "GENESIS DEMON! SIAGA PENUH KAWAN-KAWAN!"



 
Terakhir diubah:
Typo correction...Sir Falour kadang masih ketulis Sir Faulor... >_< akibat galau pikiran bikin nama char..
 
Terakhir diubah:
anjir sekilas mirip ama Novel ane Guardian of Pandora. :D
nyaris judulnya mirip. Hihihihi.
 
anjir sekilas mirip ama Novel ane Guardian of Pandora. :D
nyaris judulnya mirip. Hihihihi.

waduh maap suhu..untung aja nggak sama persis..tadi sempat bingung mau ngasih judul apa...akhirnya balik2 ke kata Guardian lagi hehehe..mudah2an isinya nggak nyrempet2 novel suhu nih hehehe

hadir suhu :adek:

pembukaannya langsung penuh aksi...
:mantap:

Maklum suhu..nasib nubie yang gaptek bikin SS ama love story ya gini..cuman bisa nawarin aksi sama bela diri hehehe
 
waduh maap suhu..untung aja nggak sama persis..tadi sempat bingung mau ngasih judul apa...akhirnya balik2 ke kata Guardian lagi hehehe..mudah2an isinya nggak nyrempet2 novel suhu nih hehehe



Maklum suhu..nasib nubie yang gaptek bikin SS ama love story ya gini..cuman bisa nawarin aksi sama bela diri hehehe

jangan terlalu merendah anak muda... ;)
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd