Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Hamidah dan Anaknya

#11 Tubuhnya Tak Melawan

Hamidah masih diam saja. Tubuhnya tak bisa melawan. Lemas. Ia hanya melihat anak kandungnya mencumbu dirinya. Terus memompa vaginanya.

Bedanya dengan semalam, kali ini vagina Hamidah basah. Hamidah tak merasakan sakit di vaginanya. Anwar masih mempercepat gerakannya. Tubuh Hamidah ikut bergoyang mengikuti irama Anwar.

Kemudian Anwar mulai memperlambat gerakan penisnya. Ia tak mau buru-buru. Tak mau cepat-cepat menyelesaikan permainan ini. Beda dengan semalam. Seakan lupa, bagaimana jika tiba-tiba kakak dan adiknya datang.

Anwar mulai memainkan irama. Gerakan pinggulnya pelan-pelan. Ia mencoba menikmati vagina ibunya. Sedangkan Hamidah serasa makin lemas badannya. Hamidah tetap memandang kelakuan anaknya.

Kini Anwar menghentikan gerakannya. Ia mencopot penisnya dari vagina ibunya. Matanya tertuju pada payudara Hamidah yang setengah tertutup daster. Anwar mengangkat daster itu hingga payudara Hamidah benar-benar terlihat.

Tangan Anwar langsung meraih kedua payudara besar yang mulai mengendur itu. Jemarinya meraba dengan halus. Lalu memilin-milin puting ibunya dengan penuh perasaan.

Tubuh Hamidah seakan-akan pasrah. Ia tak bisa melawan seperti seperti semalam. Di balik tubuh yang lemas, Hamidah mulai merasakan sesuatu getaran di tubuhnya. Jemari Anwar yang menyentuh putingnya seakan menyalurkan gelombang yang tak bisa ia diskripsikan.

Anwar dan Hamidah kembali bertatapan. Anwar yakin tidak ada penolakan dari ibunya. Kini ia mulai mengarahkan mulutnya ke puting ibunya. Mata Hamidah terus mengikuti apa yang dilakukan anaknya.

Tubuh Hamidah semakin bergetar saat mulut Anwar menyentuh putingnya. Anwar mengulum dan mengenyot payudara ibunya. Sama seperti yang ia lakukan saat bayi.

Sesekali ia menjulurkan lidahnya dan menjilat puting Hamidah. Hal ini membuat Hamidah akhirnya memejamkan mata. Entah perasaannya makin aneh saja. Ia mengingat-ngingat rasa itu, sepertinya ia pernah merasakan. Tapi sudah lama. Bahkan dengan suami keduanya ia tak pernah merasakan hal ini.

Hamidah merasakan nikmatnya berhubungan hanya dengan suami pertamanya atau ayah kandung Anwar. Apalagi saat malam pertama, tubuh Hamidah benar-benar bergetar hebat. Karena tubuhnya tak pernah disentuh laki-laki sebelumnya.

Ia begitu menikmati berhubungan dengan suaminya. Setelah memiliki anak kedua, ia sudah mulai jarang berhubungan. Hanya hanya memenuhi melayani suaminya saja, tak bisa merasakan kenikmatan yang begitu hebat seperti sebelumnya.

Apalagi setelah anak ketiga lahir, bisa dihitung, hanya beberapa kali saja berhubungan dengan suaminya. Hamidah fokus merawat anaknya, ditambah usianya yang tak muda lagi. Gejolak nafsunya sudah menurun dan terus menurun.

Suami pertama Hamidah meninggal dunia setelah mengalami sakit. Kemudian sekitar dua tahun kemudian ia nikah siri dengan laki-laki yang dikenalnya di pasar. Namun hanya bertahan setahun, ia kembali menjanda dan tidak memiliki anak dari suami keduanya.

Baru kali ini, kembali Hamidah merasakan tubuhnya bergetar saat disentuh laki-laki. Sayangnya, laki-laki itu adalah anaknya sendiri.

Anwar masih sibuk mengenyot dan menjilati payudara ibunya. Secara bergantian kanan-kiri. Sambil tangannya meraba payudara itu, juga sesekali berpindah ke perut dan pinggang ibunya. Hal ini membuat tubuh Hamidah secara alamiah menggelinjang.

Sekitar 5 menit ia melakukan aksinya, Anwar bangkit dan melihat jam dinding. Ia mulai teringat, kakak dan adiknya. Jika keduanya datang, malah aksinya jadi berantakan dan malah tanggung nafsunya, tak terlampiaskan.

Anwar melihat ibunya kini menutup mata. Ia pun kembali fokus ke vagina ibunya. Anwar kembali mengarahkan penisnya ke mulut vagina ibunya.

Pelan-pelan ia masukkan. Hamidah membuka matanya, ia kembali melihat aksi anaknya. Ia fokus ke gerakan penis anaknya.

Tubuhnya lemas, tapi masih terus merasakan getaran. Apalagi gerakan Anwar yang lembut dan berima. Vaginanya sepertinya makin basah. Anwar makin leluasa melancarkan aksinya.

Penis Anwar makin menegang, nafsunya makin bertambah. Tubuhnya begitu terasang hingga ke ubun-ubun. Darahnya seperti mengalir lancar.

Ia mulai mempercepat gerakan penisnya, sambil tangannya kembali meraih kedua payudara ibunya. Terus meraba-rabanya.

Ia sedikit mempercepat lagi gerakannya. Kini sambil menggenjot vagina ibunya, mulut mengenyot dan menjilat payudara ibunya dengan penuh nafsu.

Hamidah makin merasakan tubuhnya penuh dengan getaran. Bulu kuduknya berdiri. Ia menutup matanya. Antara pasrah dan menikmati apa yang dilakukan anaknya pada dirinya.

Anwar memperlambat gerakannya. Kemudian mempercepat lagi. Begitu berulang-ulang. Anwar memainkan ritme gerakan pinggulnya.

Tubuh Hamidah ikut bergerak mengikuti gerakan Anwar. Hamidah menggelengkan pelan-pelan kepalanya sambil tetap memejamkan mata.

Anwar semakin penuh nafsu. “Ahhhhhh,” akhirnya suara kenakan Anwar keluar dari mulutnya.

Hamidah pun tak sadar kini tangannya berada di atas punggung Anwar. Seakan memeluk Anwar.

“Ahhhh, ibu, enak….,” kata Anwar. Sementara kepala Hamidah kembali menggeleng pelan. Mulutnya ingin mengatakan sesuatu tapi ia tahan.

Sebentar lagi, nampaknya penis Anwar akan menyemburkan sperma. Hamidah makin erat merangkul tubuh anaknya. Anwar memompa vagina ibunya terus menerus secara cepat. Ia tak menurunkan temponya seperti tadi.

(Bersambung)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd