Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Hamidah dan Anaknya

#16 Jangan Bilang Siapa-Siapa

“Ahhhhhhhhhhhh,” Hamidah mendesah panjang saat Anwar sangat mempercepat genjotan penis ke vagina ibunya.

“Ahhh… ahhh….,” Anwar ikut mendesah dan mencabut penis dari vagina Hamidah. Ia arahkan ke perut ibunya. Crottt… Crottt…. Sperma menyembur ke perut ibunya. Seketika itu desahan Hamidah dan Anwar berhenti.

Nafas Hamidah dan Anwar sama-sama tidak teratur. Setelah spermanya berhenti keluar, Anwar langsung ambruk di samping kanan tubuh ibunya. Ia kelelahan. Nafasnya masih berat. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Lalu memejamkan matanya.

Hamidah melirik ke arah anaknya. Anwar masih menutup matanya. Tubuhnya berkeringat. Benar-benar kelelahan.

Kini Hamidah bangkit. Anwar seakan tak sadar atau tak peduli lagi dengan keadaan sekarang setelah sudah melampiaskan nafsunya.

Hamidah beranjak dari ranjang anaknya. Anwar seakan tak sadar ibunya sudah pergi dari sampingnya.

***

Jam di dinding menunjukkan pukul 10.30 siang. Hamidah sudah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah, meski anaknya sebenarnya sudah melarangnya. Anaknya meminta Hamidah untuk banyak istirahat. Namun Hamidah sudah merasa mulai enakan badannya.

Setelah melakukan hubungan tadi pagi dengan Anwar, Hamidah mencuci piring kotor yang tersisa dan bersih-bersih rumah. Ia juga sempat beristirahat sebentar di kamarnya. Sementara Anwar tertidur pulas setelah puas menikmati ibunya.

Hamidah juga sudah selesai mandi. Tubuhnya sudah segar. Dengan berbalut handuk saja, ia keluar kamar mandi dan berjalan ke kamarnya. Namun sebelum masuk ke kamar, sudah ada Anwar di depannya dengan tubuh telanjang. Menghadang langkah Hamidah.

“Kamu sudah bangun, segera mandi sana,” kata Hamidah sambil melirik penis anaknya.

Hamidah ingin menyerobot masuk ke kamarnya. Namun Anwar kembali menghalangi. Anwar melihat wajah ibunya. Kemudian pandangannya turun ke tubuh ibunya yang hanya berbalut handuk.

Harum wangi tubuh Hamidah dan rambut basahnya, bikin Anwar kembali naik nafsunya. Ia memegang pundak Hamidah dan lebih mendekatkan tubuhnya. Aroma wangi Hamidah main terasa..

“Tolong jangan bilang kakak dan adikmu. Jangan bilang siapa-siapa apa yang telah kita lakukan,” kata Hamidah memohon.

“Iya ibu. Maafin saya ya,” kata Anwar kemudian mendekap tubuh ibunya. Payudara ibunya pun sangat terasa di dada Anwar.

“Anwar sayang ibu,” ucap Anwar.

“Pokoknya jangan cerita ke siapapun,” kata Hamidah mengulang.

Anwar kemudian menatap dekat wajah ibunya. “Ibu sayang Anwar? tanya Anwar.

Hamidah diam beberapa detik. Lalu hanya mengangguk saja. Anwar kini mendekatkan bibirnya ke bibir ibunya. Hamidah diam saja. Saat bibir keduanya saling menempel, tubuh Hamidah kembali bergetar.

Anwar mulai mengecup bibir ibunya. Kemudian melumatnya pelan-pelan. Hamidah sudah lama tak berciuman. Bibirnya hanya diam saja.

Anwar terus melumat bibirnya ibunya yang pasrah. Hamidah sedikit membuka bibirnya. Anwar makin bernafsu melumat bibir Hamidah.

Sambil berciuman dan berpelukan, Anwar mengajak ibunya masuk ke kamar Hamidah.

Anwar langsung melepas handuk ibunya. Keduanya kembali sama-sama telanjang. Mulutnya masih mencium ibunya. Tangannya kini mulai maraba payudara ibunya. Kemudian tangannya juga turun ke belahan vagina ibunya.

Hamidah semakin terangsang. Ia mendekap tubuh anaknya. Anwar menuntun tangan Hamidah untuk memegang penisnya. Hamidah menurut saja. Ia pegang penis anaknya yang tegang.

Setelah itu Anwar meminta ibunya tidur di ranjang. Mulailah Anwar memainkan mulutnya dari bibir ibunya turun ke payudara, hingga vagina. Kemudian memasukkan jarinya ke vagina Hamidah.

Hamidah kini sudah sangat menikmati. Tak malu desahan demi desahan keluar dari mulutnya. Setelah puas memainkan tubuh ibunya, kini Anwar mulai memasukkan penisnya ke vagina Hamidah.

“Ahhhhh,” suara desahan Hamidah begitu menikmati. Hamidah menuruti berbagai gaya yang diminta Anwar. Hamidah sudah benar-benar terbuai dengan anaknya. Ia juga sangat bernafsu.

Bahkan saat diminta untuk berada di atas, Hamidah tak menolak. Ia menaiki tubuh anaknya dan mengarahkan penis Anwar ke vaginanya hingga masuk dalam. Tubuhnya naik turun, menikmati penis anaknya.

Namun Anwar masih takut menyemburkan spermanya di rahim ibunya. Ia kembali menyemprotkan sperma ke perut ibunya.

“Ahhhhh.. enak ibu,” ucap Anwar lega. Hamidah hanya diam saja dan tersenyum sebentar. Ia juga merasakan yang sama. Namun malu mengucapkannya.

***

Sejak saat itu, keduanya sudah sering berhubungan badan layaknya pengantin baru. Setiap ada kesempatan, Anwar langsung menghampiri ibunya dan mencumbu ibunya.

Saat Ratna dan Fadian pergi, tinggal Hamidah dan Anwar di rumah, keduanya sudah seperti suami istri. Bercumbu sepuasnya. Di malam hari pun, saat Ratna dan Fadian tidur, Anwar masuk ke kamar ibunya untuk minta jatah.

Mereka juga berpindah-pindah melakukan hubungan badan. Tak hanya di kamar Hamidah atau Anwar, namun juga kadang di ruang tamu, di kamar adiknya, juga dilakukan di kamar mandi.

Hamidah bahkan ketagihan dengan apa yang dilakukan anaknya. Jika sampai 3 hari, Anwar tak menyetubuhinya, Hamidah sudah bingung. Berharap Anwar segera mencumbunya saat ada kesempatan.

Pernah suatu ketika sudah lebih dari 7 hari, Anwar tak menyentuh ibunya. Akhirnya Hamidah memberanikan diri untuk meminta jatah ke anaknya.

Saat itu, di rumah tinggal mereka berdua. Anwar di dalam kamarnya. Hamidah sudah tidak tahan, seminggu lebih tak berhubungan. Setelah mandi dan memakai handuk, ia mengetuk dan masuk ke kamar Anwar.

“Ibu…. tumben masuk ke sini dulu? tanya Anwar sambil tersenyum.

“Kenapa lama tidak begituan dengan ibu lagi? ada apa? tanya Hamidah langsung dengan wajah datar.

“Anwar capek bu, kemarin-kemarin banyak kerjaan,” jawab Anwar. Memang Anwar banyak kerjaan akhir-akhir ini dan sering lembur. Di sisi lain, Ia juga mulai menurun nafsunya pada Hamidah setelah sekitar 3 bulan berhubungan terus-menerus.

“Biasanya kan malam bisa, atau saat kakak dan adek tidak di rumah,” kata Hamidah sedikit kesal.

“Sekarang ibu pengen,” kata Hamidah sambil melepas handuknya. Ia telanjang di depan Anwar.

“Saya capek bu sekarang,” jawab Anwar.

(Bersambung)
 
Terakhir diubah:
Lanjutkan master.kalo boleh panjangan dikit updatenya master biar tambah nampol bacanya 😁. sekalian dipikirkan untuk nulis cerita ibu mertua dengan menantu itu paling mantep sensasinya 👍 sodok terooos bro Anwar jangan ragu buang dalam
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd