Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Hanya Cerita

Buyuk

Semprot Lover
Daftar
17 Jul 2019
Post
255
Like diterima
1.654
Bimabet
Kawan..

Maukah kuceritakan sebuah kisah? Kisah perjalanan tentang hidup yang mungkin saja akan membuat kalian muak dan langsung merasa bosan tanpa ada rasa penasaran dan ingin segera pergi. Maukah kukisahkan sebuah cerita? Cerita tentang masa lalu dan cerita cerita setelahnya yang mungkin saja akan membuat kalian muak dan langsung merasa bosan tanpa ada rasa penasaran dan ingin segera pergi.

Maukah ku beri tahu sedikit rahasia? Bahwa aku terlanjur muak, tapi aku belumlah bosan bahkan makin penasaran, namun sayangnya aku terpaksa, atau lebih tepatnya dijemput pergi.

Maukah kalian tahu, bahwa aku pernah diberi nasihat oleh seorang lelaki tua.. "Hidup bukanlah kematian, sedangkan kematian adalah Kehidupan itu sendiri..."

Jadi, maukah kalian mendengar Ceritaku? Kalau iya, masuklah ke dalam, duduk dan bersila-lah kalian di hadapanku. Diantara kita telah tersedia beberapa makanan kecil dan beberapa gelas kopi serta teh untuk kalian nikmati selama kalian mendengarkan ceritaku, mungkin saja ada hal baik yang bisa kalian dapat setelahnya.

Inilah ceritaku yang terlalu naif....


______________●●_____________

Prolog dan Part 1.
https://www.semprot.com/threads/hanya-cerita.1412624/#post-1905532248

Part 2.
https://www.semprot.com/threads/hanya-
cerita.1412624/page-3#post-1905542489

Part 3.
https://www.semprot.com/threads/hanya-cerita.1412624/page-4

Part 4.
https://www.semprot.com/threads/hanya-cerita.1412624/page-5

Part 5.
https://www.semprot.com/threads/hanya-cerita.1412624/page-7

Part 6.
https://www.semprot.com/threads/hanya-cerita.1412624/page-8

Part 7.
https://www.semprot.com/threads/hanya-cerita.1412624/page-10

Part 8.
https://www.semprot.com/threads/hanya-cerita.1412624/page-10

Part 9.
https://www.semprot.com/threads/hanya-cerita.1412624/page-12

Part 10.
https://www.semprot.com/threads/hanya-cerita.1412624/page-13

Part 11.
https://www.semprot.com/threads/hanya-cerita.1412624/page-16
 
Terakhir diubah:
P R O L O G

Perkenalkan, namaku Kemal Pratama Thoriq. Aku adalah seorang pria menikah berusia 30 tahun sedangkan Istriku berusia 4 tahun lebih muda dariku. Kami belumlah mempunyai anak meskipun usia pernikahan kami akan mencapai 1 tahun tepat dua hari lagi setelah hari ini. Ya, mungkin ada diantara kalian yang berfikir bahwa aku termasuk orang yang terlambat menikah dan itu memang aku akui. Aku bukanlah orang nekat yang dengan gampang memutuskan untuk menikah tanpa memikirkan persiapan untuk segala sesuatu maupun resiko yang bakal aku hadapi dimasa yang akan datang. Meskipun baru 1 tahun pernikahan, sebenarnya aku dan istriku yang bernama lengkap Devqia Liliana Putri sudah menjalin hubungan asmara selama hampir 5 tahun lamanya. Dan selama itu pula kami mengalami gelombang pasang surut berpacaran. Putus nyambung bukan hal baru buatku dan Qia, terlebih saat Qia belumlah mengenal pribadiku secara mendalam, seringkali kami ribut hanya gara gara hal sepele. Dan bukan hal yang aneh lagi ketika kami sedang bertengkar kami akan saling mencari 'pasangan' pengganti. Apalagi aku sebagai laki laki, jelas saja aku akan mencari 'lobang' pengganti 'sarang burung'ku. Begitupun juga aku yakin dengan Qia, dia pasti juga akan mencari batang lain sebagai pengganti batang yang aku miliki. Benar, hubunganku dengan Qia meskipun berstatus pacaran saat itu, tapi kami lebih dari itu. Namun kalian pasti paham bahwa ada peribahasa yang berbunyi 'proses susah payah tidak akan mengkhianati hasil jerih payah'. Setelah bekerja mati matian dan menabung sedikit demi sedikit, akhirnya aku bisa menikahi Qia dengan hasil jerih payahku sendiri tanpa ada bantuan dana sedikitpun dari orang tuaku. Dan aku pantas untuk merasa bangga akan hal itu.

Cukuplah tentang bagaimana aku dan Qia berawal.

Sekarang, akan kuceritakan bagaimana aku berawal. Seorang Kemal Pratama Thoriq dilahirkan di salah satu kampung di kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Waktu itu, bapakku masih 'numpang tinggal' di rumah orang tua istrinya yang mana dia adalah ibuku. Setelah usiaku 2 tahun, bapak mengambil sikap untuk mencoba hidup lebih mandiri dan memilih untuk mencicil rumah di salah satu kampung di kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Di kampung inilah aku tumbuh dan berkembang, memiliki dua orang adik, sekolah, bergaul, nakal, sedikit bejat, bertemu Qia, menikahinya bahkan sampai mampu membeli satu rumah sederhana yang jauhnya kurang lebih 500 meter dari rumah orang tuaku. Aku memang enggan mengikuti jejak bapakku yang kunilai terlambat untuk urusan rumah. Bagiku, rumah adalah hal penting yang harus kumiliki sebelum aku menikah dengan Qia. Sebab itulah aku jadi telat nikah.

Tadi sempat kusinggung bahwa aku memiliki dua orang adik, adikku yang pertama bernama Khanza Dwi Putri Thoriq dan adikku yang bungsu bernama Tri Satya Putra Thoriq. Saat ini, Khanza atau yang biasa kami panggil dengan sebutan Eca memiliki usia yang sama dengan Qia, 26 tahun dan telah memiliki seorang suami dan satu anak gadis berumur 1.5 tahun. Sedangkan Satya hanya berjarak satu tahun lebih muda dari kakak perempuannya, Satya berumur 25 tahun dan untuk laki-laki seusianya, dia sedang gencar gencarnya mencari pengalaman hidup dan mencari sebanyak banyaknya wanita. Aku cukup paham soal hal itu.

Cukuplah tentang bagaimana aku berawal.

Sekarang akan ku ceritakan bagaimana awal mulanya sampai pada akhirnya aku berakhir disini, duduk dihadapan kalian dan bercerita tentang perjalanan ku..

_____________●●______________
 
PART 1.

Kawan...

Seperti kataku sebelumnya, dua hari setelah hari ini adalah tepat satu tahun hari jadi pernikahanku dengan Qia, dan aku mempunyai rencana. Yaitu dengan pulang kerja lebih awal dan memberinya kejutan berupa dua tiket pesawat ke Bali sebagai hadiah ulang tahun pernikahan untukknya dan juga sebagai hadiah bulan madu kedua untuk kami di Bali nanti. Aku bahkan sampai senyum senyum sendiri membayangkan reaksi istri cantikku itu di rumah ketika aku tiba nanti.
Dengan kecepatan 80km/jam, ku ajak motor Scorpioku ini untuk salip sana salip sini di tengah keramaian jalan raya Ibu kota. Motor ini lumayan gagah dan berkelas dijaman itu. Dan sekali lagi, aku membeli motor ini dengan uang kontan dan tanpa bantuan dari siapapun.
Sedang asyiknya bertingkah di jalan raya, aku dikagetkan oleh seseorang yang menyeberang sambil memikul sesuatu. Dengan sigap aku injak rem sejadi jadinya sampai terdengar suara decit dari ban belakang motorku. Emosi, langsung kulontarkan makianku pada orang itu.

"******...!!! KALO NYEBRANG LIAT LIAT WOY !!! MAU MATI LU?!!!" Aku benar-benar kesal dengan orang itu.

Tapi setelah kuperhatikan, rupanya penyebrang jalan ini adalah seorang bapak tua. Jalannya sangat pelan bahkan cenderung seperti lemah. Hatiku langsung merasa berdosa karena sudah memaki orang yang jauh lebih tua dariku. Ku pinggirkan motorku dan kemudian ku bantu bapak tua itu menyebrangi jalan. Dia memikul dua wadah yang terbuat dari anyaman bambu di bahu kanannya. Entah apa isinya aku tak terlalu memperhatikan. Setelah sampai di pinggir jalan, aku segera meminta maaf karena ucapanku yang teramat kasar kepadanya. Mungkin karena sudah terlalu tua, dia seperti tak mendengar atau seperti tak mengerti perkataanku, bapak itu hanya angguk angguk kepala beberapa kali tanpa seucap katapun keluar dari bibirnya. Merasa tak ingin kehilangan waktu, aku segera menaiki motorku dan pamit kepada bapak tua tadi.

"Pak saya jalan lagi ya, bapak hati hati di jalan.."

Tanpa menunggu jawaban darinya akupun langsung meninggalkan bapak itu.

Tepat jam 15:00 sore aku sudah tiba di depan rumahku. Sengaja kumatikan motor dari jauh dan menuntunnya agar Qia tak tahu kepulanganku. Seperti maling aku mengendap endap di rumahku sendiri. Aku masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang dan menutup kembali pintu belakang dengan sangat sangat pelan. Aku yakin Qia ada di ruang tengah, karena terdengar suara TV dari sana.
Tapi sepertinya ada yang aneh, aku mendengar suara lain yang bukan berasal dari TV, aku yakin itu suara desahan Qia. Sedang apa Qia di ruang tengah? Masturbasi kah dia? Qia memang type wanita dengan nafsu yang tinggi, birahinya dapat muncul kapan saja dan dimana saja. Hal ini sempat menjadi salah satu penyebab putusnya hubungan kami sewaktu pacaran dulu. Qia bisa dengan mudahnya minta 'digituin' olehku bahkan pada saat aku sedang nongkrong dengan teman-teman ku. Dan itu membuatku risih.
Tapi setahuku, libidonya sudah berkurang semenjak kami menikah. Ah.. daripada penasaran lebih baik kuintip terlebih dahulu dari dinding dapur. Jika memang dia sedang masturbasi, aku tak ingin mengganggunya dan lebih baik ku tunggu sampai dia selesai.

Kawan.. kuberi sedikit nasehat, terkadang menahan rasa penasaran masih jauh lebih baik daripada mencoba untuk memastikan. Hal inilah yang terjadi kepadaku. Ketika kuintip dari balik tembok dapur, aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri kalau Qia sedang setengah berbaring dan setengah telanjang, dia bersandar di sofa dengan posisi kaki terbuka lebar. Sementara kulihat punggung seorang pria tengah menempelkan wajahnya ke kemaluan istriku ini.

Bangsat... siapa laki laki yang berani menciumi kemaluan istriku ini.

Kaget setengah mati ketika akhirnya kulihat dengan siapa Qia di ruang tengah saat ini.

Satya adikku !!!

Qia melenguh dan mendesah keenakkan sementara Satya adikku asik menciumi, melahap, menjilat klitoris Qia dan memasukkan jari tengahnya ke lubang vagina Qia. Hanya gulungan daster tipis di pinggul Qia saat ini. Sementara Satya tidak lagi mengenakan pakaian barang selembarpun.

Saking terkejutnya diriku bahkan sampai tak bisa lagi untuk menoleh ke arah lain. Mataku terbelalak dan terpaku melihat Qia istriku tengah nyeleweng dengan adikku sendiri. Desahan Qia makin cepat dan berat menandakan dia akan mencapai puncaknya, diraihnya rambut Satya, dijambak dan ditekan tekankan kepala Satya ke arah kemaluannya yang telah terbuka semakin lebar entah sejak kapan itu. Tak butuh waktu lama untukku mendengar lolongan binal Qia ketika dia mencapai orgasmenya. Setelah redup erangan Qia di telingaku barulah aku sanggup untuk berbalik badan dan duduk bersandar menghadap pintu belakang. Mataku tetap terbuka tak berkedip, menatap kosong ke arah pintu belakang.

Entah apakah ada aliran air mata disana aku tak perduli.

Meskipun pelan, dapat kudengar suara bajingan Satya kepada Qia.

"Gantian dong kak.. kontolku juga butuh perhatian nih.." terdengar pelan suara 'plak plak'.

Aku enggan membayangkan.

"Aww.. hihihii.. masa pipi kakak di tampar tampar pake kontol siih dek.. tapi gemesin banget ish kontolnya..hhmmmmhh greget.." Balas Qia setelahnya. Masih sempat sempatnya dia memanggil Satya dengan sebutan 'dek' ?

Aku enggan membayangkan.

"Mau diapain siii emangnya kontolnyaa.. hmm?"

"Ciumin dong kak.."

Cuph.. mmmuach.. cup cuph..

Aku enggan membayangkan

"Jilatin kak.."

kudengar suara Satya mulai terdengar lebih berat di telingaku.

"Hmm..?? Apa deek? Dijilatin? Kaya gini maksudnya..?"

Kemudian ku dengar suara decakan lidah dan erangan dari Satya.

"Aahh.. enak kak.. terusin kak.. uugh.."

Aku menutup mata, mencoba untuk mencegah bayangan bayangan yang enggan ku cerna masuk ke dalam otakku.

"Isep dong kak.." kata Satya lagi.

Tak kudengar jawaban dari Qia melainkan justru suara decakan yang makin cepat dengan sesekali diselang dengan suara degukan dari tenggorokan Qia.

Aku hafal suara degukan itu tapi aku tetap enggan membayangkan.

Aku meluruskan kedua kakiku, kepalaku tertunduk lemas. Entah seperti apa bentuk otakku saat ini aku sudah tak perduli. Kemudian aku mendengar Satya mengatakan sesuatu yang berhasil membuat jantungku berhenti, bahkan rasanya jantungku ini sudah tak lagi sempat untuk merasa kaget karena perkataan Satya.

"Nungging kak, aku mau masukin kontol aku ke memek kakak.."

Ku kepalkan kedua telapak tanganku. Hatiku bergemuruh hebat mendengar perkataan Satya kepada Qia istriku. Aku masih berharap Qia menolak ajakan Satya untuk bersenggama dengan dirinya. Namun malah jawaban lain yang justru keluar dari bibir tipis Qia yang kudengar.

"Huummhh.. dari tadi kek ngajak ngewenya, jangan cuma minta disepong doang.. memek kakak udah gatel banget pengen nyobain kontol kamu dek.."

Jawaban Qia itu meruntuhkan pertahanan mataku yang terpejam karena menahan bayangan bayangan yang sedari tadi menyerang untuk mencoba masuk ke dalam otakku. Mataku terbuka lebar kini, dan dengan reflek kembali kuintip untuk melihat kelakuan bejat mereka. Satya berdiri sambil meremas dan menahan pinggul Qia. Posisi Qia nungging dengan kaki terbuka dan tegak lurus sementara dari batas pinggang sampai kepalanya menurun ke arah pegangan sofa. Qia menahan beban tubuhnya dengan memegang erat pegangan sofa dan bersiap untuk menerima tikaman laknat dari Satya.

"Uuuugghh.. pelan pelan dek.. sshh.. ukuran kontol kamu beda soalnya sama punya abang kamu.." tubuh Qia meliuk liuk seperti ulat kepanasan disaat Satya adikku mulai melakukan penetrasi ke dalam vaginanya.

Perempuan bangsat.. masih sempat sempatnya dia membandingkan ukuran penisku dengan penis Satya.

"Hehehe.. tenang kak, nanti kakak juga bakal keenakkan sampe kelojotan deh sama kontol adek.."

Satya seperti sengaja membangun hawa mesum yang lebih panas dengan menyebut dirinya 'adek'.

Huufftt..

Kawan..

Minumlah dulu kopimu.. sulutlah dulu rokokmu agar kau bisa mengendalikan emosimu... karena saat itu emosiku seperti lenyap tertelan rasa perih dan sakitnya hatiku karena kelakuan dua manusia laknat ini. Bahkan rasa perih itu sampai tak mampu membuatku pergi dan membuatku hanya diam terpaku, lemah tak berdaya menyaksikan mereka bersetubuh sambil mengganti posisi beberapa kali, lemah tak dapat berbuat apa apa mendengar lenguhan, desahan bahkan jeritan Qia yang sangat menikmati perselingkuhan ini. Satu yang makin menusuk hatiku adalah ketika Qia berada diatas Satya, gerakan Qia sangat erotis dan liar disertai desahan nakal cenderung binal sampai akhirnya Qia mendesah panjang dan badannya mengejang kaku selama beberapa detik menandakan orgasmenya yang hebat. Bahkan denganku pun Qia tak pernah seliar dan semenikmati ini.

Aku hancur kawan.. aku hancur..

Lebih hancur lagi setelah kusaksikan Satya dengan cepatnya merubah posisi senggama mereka, kini Satya ada diatas Qia dan menggenjot Qia dengan cepat. Tak lebih dari dua menit kemudian Satya mencabut kemaluannya dan mengarahkan penis najisnya itu ke wajah Qia. Aku menahan nafas ketika kulihat Qia malah melahap penis itu dan menerima tembakan sperma dari Satya. Entah berapa kali Satya adikku mengejan dan mengeluarkan spermanya di dalam mulut Qia istriku. Setelah selesai, tak kulihat Qia membuang sperma dari penis Satya, yang kulihat Qia malah seperti mengelap ujung bibirnya dengan jari seperti orang yang belepotan saus.

Qia menelan sperma dari penis Satya.

Cukup sudah kegilaan ini. Kegilaan mereka dan kegilaanku yang menonton kegilaan mereka.
Aku berdiri, berusaha untuk menguatkan hati, kemudian aku masuk memergoki mereka. Jangan tanya betapa terkejutnya mereka saat melihatku berdiri di pintu tengah. Dengan cepat dan salah tingkah mereka meraih pakaian mereka dan menutupi tubuh mereka sejadi jadinya.

"Bang.. bang....."

Jelas Satya tak bisa berkata apa apa.

"Sayang.. kamu dari kapan disitu?" Tanyanya berbasa basi dengan raut wajah yang terlihat panik.

Basa basi itupun kujawab dengan gerakan tangan agar dia tak perlu bicara. Diam.. diam saja..

Kawan, mungkin karena aku terlalu sakit hati. Mungkin karena terlalu banyak serpihan hati yang jatuh ke dasar rasa pilu membuatku bersikap datar.. kenapa?
Karena justru kata kata ini yang keluar dari mulutku.

"Gw udah liat semuanya dari awal, sekalian deh gw kasih lu berdua tiket ke Bali, ini tadinya buat hadiah ultah pernikahan gw sama istri gw, tapi gw putusin batal. Ini tiket buat lu berdua.. Lanjutin ngentotnya disana. Jangan disini, jangan di rumah gw..". Ku lempar tiket pesawat yang sudah lecek dan basah entah karena apa itu ke arah mereka. Kubalikkan badanku, aku ingin pergi.

Qia merangkak cepat ke arah kakiku dan memohon maaf karena sudah melakukan hal yang salah dengan adikku. Tak ku gubris permintaan maafnya, kulangkahkan kakiku sambil berkata sinis kepada Qia.

"Diem disini, gak perlu ngejar gw. Lanjutin ngentot sana lu !"

Qia menangis, aku tak perduli.

"Bang.. mau kemana..?" Satya menanyakan hal bodoh yang langsung membuat semua amarahku yang dari tadi hilang entah kemana tiba tiba saja keluar secara bersamaan.

Kuhampiri dan kupukul pipinya satu kali dan membuatnya terjerembab ke bawah. Qia menjerit ketakutan. Ku tunjuk mereka berdua bergantian dengan tangan yang gemetar menahan marah. Kekuranganku saat marah, aku tak sanggup merangkai kata. Kutinggalkan mereka berdua dan keluar lewat pintu belakang. Sebelum keluar, ku pukul pintu belakang sekuat kuatnya. Sesaat ingin rasanya ku banting semua peralatan dapur, tapi akal sehat ku mengingatkanku bahwa hal itu akan membuat kegaduhan yang bisa jadi membuat tetangga berdatangan. Apa jadinya kalau tetangga tahu bahwa istriku berselingkuh dengan adikku? Aib ini terlalu besar. Dan bodohnya mereka tak memikirkan hal ini. Itulah yang membuatku hanya bisa menunjuk nunjuk mereka berdua tadi.

Ku ambil kunci motor Scorpioku dari saku celana, ku starter motor dan ku tarik gas sekencang kencangnya. Harapanku semua hal yang baru saja terjadi akan ikut tersapu oleh angin yang menerpa tubuhku.


Kawan, ambil dan cicipilah cemilan yang ada dihadapanmu itu. Karena ceritaku belumlah usai. . .
_____________●●_____________
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd