BAB 7
Mitha saat ini sangat kesal dengan pola tingkah laku Luki yang dengan sengaja melalaikan tugas-tugas yang telah ditetapkan, tapi dia ingat artikel yang pernah di baca yang menyatakan tidak boleh melakukan sesuatu dalam keadaan emosi karena akibatnya akan berdampak buruk.
Beberapa hari telah berlalu, Mitha berusaha mencari jawaban mengenai masalah yang di alaminya. Dia sangat tau bahwa Luki ingin mendapatkan hukuman darinya karena dengan sengaja melalaikan tugasnya dirumah, tapi hukuman seperti apa yang harus diberikan kepada Luki, Mitha ingin hukuman yang diberikan kepada Luki akan membekas di ingatan Luki bahwa dirinya sangat serius, dan membuat Luki tidak akan melakukan kesalahan dengan sengaja.
Ditengah rasa putus asa yang kuat, Mitha mendapatkan notifikasi dari emailnya yang berasal dari seorang Femdom kemudian memeriksa email tersebut
“Hai Mitha, saya telah membaca keluhan yang telah kamu kirimkan kepada saya tapi saya kurang mendapat penjelasan yang lebih detail, untuk itu saya akan memberikan anda waktu untuk bertemu dengan saya secara langsung pada hari Jumat jam 15.00 di café XXX dan ini nomor kontak saya 08xxxxxxxx08, balas pesan ini jika kamu setuju”
Tertanda
Mist Vani
Mulut Mitha terbuka lebar dia tidak percaya bahwa dia akan mendapat bantuan bagaimana cara mengatasi masalah ini. Dengan cepat langsung membalas pesan tersebut bahwa dia setuju, kemudian menyadari bahwa hari jumat adalah esok hari Mitha menjadi tidak sabar, tapi dia berusaha tetap tenang.
Setelah melakukan pemeriksaan pekerjaan dan berkas-berkas yang telah dikirimkan Sherly sampai tengah hari kemudian Mitha bersiap untuk bertemu dengan Mist Vani sebelum perjalanan dia telah membuat beberapa pertanyaan di dalan buku catatannya, Mitha sampai terlebih dahulu kemudian menghubungi Mist Vani bahwa dia telah berada pada lokasi yang telah ditetapkan.
Tidak berapa lama pintu café terbuka terlihat seorang wanita cantik berusia 40 tahun kulitnya yang putih berjalan dengan percaya diri memasuki café kemudian menekan nomor kontak dan melakukan pemanggilan lalu melihat sekeliling siapa yang menjawab panggilannya, mencermati sudut lokasi wanita tersebut melihat seseorang melambaikan tangannya lalu berjalan menuju meja tersebut.
“Nama kamu?”
“oh, maafkan saya, perkenalkan nama saya Mitha, kalau tidak salah anda bernama Mist Vani” ujar Mitha
“itu saya, kamu tidak perlu memanggil saya dengan Mist karena kamu dan saya tidak melakukan suatu perjanjian atau dalam sesi apapun cukup panggil Vani saja tapi jika kamu tidak berkenan panggil saja kak Vani, karena aku belum terlalu tua untuk kamu panggil Bu” jawab Vani sambil tersenyum lembut
“baiklah, salam kenal kak” ujar Mitha
“sama-sama” balas Vani
“Jadi apa permasalahan yang bisa saya bantu untuk mengatasinya?” Tanya Mist Vani
“Saat ini saya merasa bahwa suami saya dengan sengaja melalaikan tugas yang aku berikan kepadanya, seperti menghendaki saya untuk memberikan hukuman tapi permasalahan disini saya sangat bingung bagaimana cara menghukumnya tapi memberikan efek jera kemudian dia meminta kepada saya untuk membawa orang lain kedalam urusan kamar tidur kami” jelas Mitha
“Mh………. Untuk membawa orang lain pada saat ini ketika kamu baru memulai hal ini sebaiknya lakukan dengan perlahan karena kamu merupakan pasangan suami istri, bukan orang yang membayar untuk melakukan permainan, hal ini sangat jauh berbeda dan rentan terhadap segala resiko yang berada di luar kendali, kamu juga harus melihat apakah keinginan itu terjadi karena apa yang dia lihat sewaktu online dan pengaruh terbawa suasana aktifitas kalian sebelumnya, juga orang yang di inginkan adalah laki-laki atau perempuan, apakah itu orang tersebut dominant atau sub seperti dirinya.”
Mist Vani membiarkan penjelasan yang disampaikan kepada Mitha dapat dipahami dengan baik, sambil menyesap minumannya.
“Jika itu masalah hukuman yang akan diberikan saya harus bertanya sesuatu kepada mu terlebih dahulu, …….Apa kamu bersikap mudah atau keras terhadapnya?” Tanya Mist Vani
“Aku terkadang memukulnya tapi itu hanya dengan tangan” jawab Mitha
“Berarti kamu bersikap mudah terhadapnya, hal ini tidak bisa dibiarkan, sebab dia akan menganggap semua ini hanya mudah. Untuk mengatasinya kamu harus mendapatkan perhatian penuh darinya, itu berlaku untuk segala aspek dan lihat sejauh mana dia mampu, kamu harus membuat dia menyebutkan kata aman atau kata peringatan yang dia miliki dan aku sangat yakin sampai saat ini dia tidak pernah menggunakan kata itu.” Ujar Mist Vani.
“Memang dia belum pernah menggunakan kata aman dan peringatan yang dia miliki.” Ujar Mitha
“Satu hal yang penting kamu harus mempunyai kontrol penuh atas dirinya dari segala aspek, dan terutama sekali harus membuat rencana sebelum permainan. Semua tahap harus diperhatikan terutama keselamatan, sedikit bekas luka tidak apa-apa anggap itu sebagai pengingat bahwa kamu yang memegang kendali.” Jelas Mist Vani.
“Sekarang aku lebih memahami bagaimana hal ini berjalan.” Ucap Mitha dengan senyum kepuasan.
“Jika kamu tidak keberatan kamu bisa menceritakan semua aktifitas mu, aku akan melihat dan menilai, kirimkan saja pesan agar kita dapat bertemu dan mencari lebih dalam sejauh mana ini bisa berjalan.”
“Terima kasih atas bantuanya kak.” Ucap Mitha
“Tidak apa-apa, aku senang membantu, apalagi kalian pasangan suami istri.” Ujar Mist Vani.
Selanjutnya Mitha kembali kerumah, melakukan aktifitas seperti biasanya dan membuat rencana tentang apa yang akan dilakukan, memeriksa berkali-kali untuk meyakinkan tidak ada kesalahan yang berakibat fatal.
Seminggu waktu berlalu dengan cepat bagi Mitha tapi terlalu lama bagi Luki karena melakukan aktifitas perkuliahan dengan membosankan tanpa hubungan intim dengan Mitha.
Setelah makan malam bersama Luki bertanya “Apa ada masalah sayang?”
“Tidak ada, kenapa?” ujar Mitha
“Entahlah,…… aku takut kamu merasa bosan, karena sudah lama sekali kita tidak melakukannya.” Jawab Luki.
Mitha hanya diam tidak menjawab pernyataan Luki.
Kemudian Mitha menatap Luki dengan sorot mata yang tajam “Sekarang pergi ke kamar tidur kita, lepaskan semua pakaian mu, masuk kedalam kamar mandi kemudian pasang penutup mata yang terletak di atas rak, lalu tunggu aku disana.”
“Ya Nyonya.” Ujar Luki dan langsung bergegas.
Mitha kemudian pergi kekamar tidur anak mereka, mengambil pakaian dominantnya yang baru. Pakaian tersebut berbahan dari kulit berwarna merah, dibagian payudara berlubang sehihngga menampilkan payudaranya yang telanjang dan menutup bagian perutnya sedangkan untuk bagian vagina dan pantatnya terbuka dengan bebas lalu memasang sepatu yang menutupi kaki sampai lututnya.
Setelah mengamati penampilannya lalu meletakkan tangannya di vagina, merasakan kelembaban disana, Mitha tersenyum pada dirinya sendiri ‘bagaimana bisa aku sangat terangsang hanya dengan memakai pakaian ini’ lalu Mitha berjalan ke kamar tidurnya, membuka lemari dan mengambil beberapa peralatan lalu membawa kekamar mandi diruangan tidur mereka. Melihat Luki menunggunya dengan sabar.
“Mulai malam ini segalanya akan lebih sulit bagimu ingatlah kata-kata amanmu” ujar Mitha.
Tangan Luki mulai gemetar “Ya Nyonya” dengan suara yang hampir tidak terdengar.
“Kamu telah banyak menghabiskan waktu di internet untuk mengunjungi situs BDSM, dari semua itu apakah orang sepertimu memiliki rambut pada pangkal kontolnya?” Tanya Mitha.
“Tidak ada satupun, Nyonya” jawab Luki
“Nah, karena kamu adalah milikku seutuhnya itu akan menjadi suatu kehormatan bagiku, untuk pertama kali aku akan mencukur semuanya.” Ujar Mitha.
“Ya Nyonya” dengan suara berbisik ujar Luki.
Penisnya berdiri keras seperti kayu, batangnya bergerak-gerak mengikuti detak jantungnya, dia sangat terangsang sekali walaupun aku belum menyentuh penisnya.
“Sebaiknya tenangkan dirimu dan santai, kamu tidak inginkan kita menghabiskan malam ini di UGD kan” kata Mitha dengan ucapan menggoda
Luki mengambil nafas dalam-dalam “Tidak Nyonya”
Aku mengambil pisau cukur di dalam lemari kecil yang tergantung di atas rak dan mulai mencukur dengan perlahan, ada erangan kecil yang keluar dari mulutnya, aku tidak tau apa yang membuatnya bersemangat, melanjutkan kebagian testisnya.
“Berbalik, kemudian membungkuk lalu lebarkan pantat mu!” ucap ku
Mulutnya menganga terkejut dengan perintahku tapi dia langsung melakukannya.
“Bukankah ini seharusnya tidak memiliki rambut juga kan?” Tanya Mitha
Luki tergagap “Ya Nyonya.”
Setelah selesai aku memukul pantatnya “Kelihatan bagus dan mulus aku menyukainya.”
Lalu aku menggodanya memainkan jariku di kisaran lubang anusnya dilanjutkan dengan memasukkan satu jari telunjukku kedalam, dia mendesah “ahh…..”
Kemudian aku memintanya berbalik menghadapku terlihat jelas precumnya mengalir kebawah seperti benang, aku tersenyum melihatnya.
Kemudian aku mengambil handuk kimono yang tergantung di pintu kamar mandi dan memakainya aku tidak ingin dia melihatku menggunakan pakaianku di kamar mandi. Selanjutnya aku meminta untuk membuka penutup matanya.
“Apa kamu tau semua ini?” tanyaku
“Ini tas berisi perlengkapan enema Nyonya” jawab Luki dengan nada kekhawatiran.
“Apa kamu pernah menggunakan ini sebelumnya?” tanyaku dengan lembut
“Sama sekali belum pernah Nyonya” jawab Luki
“Kalau begitu ini akan menjadi malam pertama bagi kita berdua dengan pengalaman baru.” Ucap Mitha
Luki memperhatikan bagaimana cara merakit alat tersebut dengan takjub, sebenarnya semiggu ini aku belajar cara merakit dan menggunakan alat ini, aku ingin tampil percaya diri di hadapan Luki, dan aku juga telah menggunakan alat ini selama dua hari.
Selanjutnya aku mengisi pada bagian kantong plastik dengan air hangat dicampur dengan garam non yodium yang berfungsi untuk memurnikan, diteruskan dengan melumasi probe ukuran kecil
“Ambil ini, terus berbalik dan perhatikan cacing.” Ujar Mitha dengan tegas
Luki menarik nafas dalam-dalam untuk mengendalikan ketegangan pada dirinya. Lalu mengikuti perintahku.
“Lebarkan pantat mu cacing” desis Mitha
Luki menarik nafas dalam-dalam lagi. Dia mengeluarkan erangan rendah saat aku memasukan jari ku lagi ke lubang anusnya.
“Mmmm … kamu sangat ketat sebaiknya rileks jangan melawan atau ini akan menjadi malam yang panjang dan menyakitkan” desis Mitha
“Ya Nyonya” ujar Luki dengan suara serak
Kemudian aku melepaskan jariku dari lubang anusnya “Anak baik” ujarku
Aku mengulang ini lebih kurang 5 menit dan aku mulai merasa bahwa dia siap kemudian memasukkan probe kecil tersebut dengan mudah, selanjutnya aku membuka katup pada kantong plastik yang berisi air hangat tadi dan mengalir kedalam perutnya. Luki mengerang dan merintih saat enema pertamanya masuk. Aku tau apa yang kulakukan sangat merendahkan baginya, anggota tubuhnya tegak dengan sempurna dan sangat jelas bagiku bahwa dia menikmati semua ini.
“Apa yang kamu rasakan cacing?”
“Saya merasa kenyang Nyonya dan saya harus ke toilet, tolong Nyonya saya tidak bisa lagi menahannya” Ujar Luki
“Tentu saja, aku tidak ingin kamu membuat kekacauan disini, silahkan lalu bersihkan dirimu” ucap ku sambil tersenyum, lalu mengulangi lagi semua proses tadi selama 30 menit.
Selama proses berlangsung Mitha memperhatikan raut wajah Luki, terlihat jelas ada rasa malu bercampur dengan kepuasan serta elemen ketundukkannya, hal ini memberikan perasaan bangga yang tak terukur bagi Mitha terhadapa suaminya.
“Apa kamu menikmatinya cacing?” ujar Mitha
Wajah Luki merah merona “Ya Nyonya”
“Bagus aku juga menikmatinya, sekarang pakai penutup matamu dan mari kita lanjutkan” ujar Mitha dengan tersenyum.
Aku membuka handuk kimono dan menggantungnya di kamar mandi, kemudian menarik penisnya yang keras seperti kayu membawanya ke kamar tidur kami aku merebahkan tubuhnya dengan posisi terlentang dengan posisi pantat sedikit naik lalu mengikat pergelangan tangan dan kaki empat sisi tiang ranjang, kemudian membuka penutup matanya. Ada keterkejutan di wajahnya melihat pakaian ku.
Aku berhenti sejenak dan mengeluarkan dua buah dildo berukuran 10 cm dan 15 cm lalu meletakkan di meja “Sekarang pilih yang mana akan aku gunakan untuk mengambil pantat perawan mu”
Luki sangat gugup ada ketakutan dimatanya kemudian melihat ke ukuran yang 10 cm, kemudian aku mengambil dildo tersebut dan memasang pada strapon lalu memberi pelumas pada dildo dan lubang anusnya serta memberi bantal pada pantatnya.
Aku kembali ke sisi tempat tidur dan menatap matanya, Luki mengambil nafas dalam-dalam untuk menangkan dirinya, aku mencoba menahan senyum melihat kegugupannya.
"Apakah kamu siap?" bisikku dengan serak.
"Ya, Nyonya," katanya dengan suara nyaris di atas bisikan.
Dia tersentak saat aku perlahan mulai mendorong kepala dildo ke dalam anusnya. Pergelangan tangannya tertarik pada pengekang dalam upaya untuk menarik diri dariku dan berusaha menghindari ada rasa ketidaknyamanan di wajahnya.
Mitha mendorong ke depan lagi tetapi anus Luki berusaha menolak dan menghalangi setiap mili dari dildo yang terus melaju. Pikiran pertama Mitha sebelum melakukan ini mencoba melakukannya dengan kasar tetapi Mitha mengurungi niatnya dengan melakukan perlahan.
Aku menatap matanya. Ada ekspresi panik di wajahnya dan dia hampir mengalami hiperventilasi. Dia sangat takut dan aku tahu membuat pengalaman pertamanya tidak dapat ditoleransi. Kemudian menambahkan pelumas pada dildo.
Aku mencondongkan tubuh ke depan dan menciumnya dengan penuh gairah.
"Tidak apa-apa, Sayang," bisikku di telinganya. "Ini akan membantu mu membuatnya lebih mudah."
Aku kembali menegakkan tubuhku, mengambil kemaluannya di tanganku, dan mulai perlahan mengocoknya. Napasnya yang panik dan sesak dengan cepat berubah menjadi erangan kesenangan. Sementara aku terus mendorong dengan perlahan.
"Ya, Sayang, santai dan biarkan Nyonya memasukimu."
Dia kembali menegang ketika kepala dildo sudah masuk seperempat dan aku bisa merasakan perlawanan.
Aku mencengkeram kemaluannya sedikit lebih erat dan mengocoknya lebih cepat, "Tidak apa-apa, Sayang, santai saja," bisikku sensual.
Dia mengambil napas dalam-dalam dan aku bisa melihat kesenangan terukir di wajahnya.
"Oh, Tuhan………" Luki mengerang.
Aku hanya bisa tersenyum. "Anak baik, santai saja," bujukku menggoda.
“Rasanya enak sekali, Nyonya,” katanya di sela-sela erangan kenikmatan.
Semua ini diluar perkiraanku saat melihatnya di masuki oleh dildo ada kesenangan diwajahnya.
"Ya, Sayang, tarik napas dalam-dalam dan santai saja."
Aku terus mengocoknya dengan mantap. Aku harus memiliki kesabaran dalam upayaku mendorong dengan perlahan.
Aku memperhatikannya saat rasa sakit datang pada anusnya aku berhenti sejenak dan mengocok penisnya dengan lembut.
"Kamu menerimanya dengan sangat baik, Sayang, kita hampir sampai," kataku memberi semangat.
Akhirnya, setelah beberapa menit yang terasa seperti satu jam, buah zakar pada dildo menempel di pantatnya dan dia tertusuk sepenuhnya.
"Kamu berhasil, Sayang! Sudah masuk semuanya, bagaimana rasanya?"
Dia masih menghirup dan menghembuskan napas dalam-dalam, tapi suaraku sepertinya menenangkannya.
"Rasanya sangat nikmat, Nyonya, dan aku merasa sangat kenyang." Ujar Luki
Aku terus perlahan mengocok penisnya, memberi waktu untuk terbiasa dengan memiliki sesuatu yang begitu asing di dalam tubuhnya.
Aku hanya bisa tersenyum karena dia terlihat sangat bahagia.
"Bukankah kamu sudah lama menginginkan semua ini terjadi?"
Dia hanya ragu-ragu selama beberapa detik.
"Oh, iya, Nonya, itu sudah lama ...lama sekali……"
"Bagaimana rasanya mengakui kebenaran? Pasti terasa menyenangkan bukan"
"Oh, ya, Nyonya, memang ... melegakan ..."
Saya harus mengakui bahwa saya sedikit terkejut. Semua yang kami lakukan dalam gaya hidup ini, Setiap langkah yang kami ambil, setiap jembatan yang kami lewati, sepertinya membawa kami lebih dekat dan membuat pernikahan kami lebih kuat.
"Apakah kamu siap, Sayang?"
Mata kami bertemu.
"Ya, Nyonya ... tapi tolong ... pelan-pelan di awal."
Mata kami bertemu dan senyum lebar merekah di wajah kami berdua.
Perlahan aku mulai menggerakkan pinggulku ke belakang dan Luki mengeluarkan erangan yang dalam dan serak. Kepala dildo terus bergerak dengan sangat lembut mulai bergerak maju. Aku melanjutkan gerakan lembut ini dengan mudah selama beberapa menit sampai lubangnya terbuka kemudian merasakan ada sedikit perlawanan dari anusnya.
“Oh … Oh …” erangnya senang.
Aku melihat saat lengannya berjuang melawan pengekangan. Namun, dia tidak terlihat berusaha untuk menjauh dariku.
"Oh, Nyonya," erangnya, "rasanya sangat enak."
Aku tahu dia tidak dalam kondisi bahaya dan cukup jelas bahwa rasa sakit yang dia alami dapat diatasi dengan melihat raut wajahnya.
Saatnya untuk meningkatkannya.
Aku berhenti mengocok penisnya dan meletakkan kedua tangan ku di dadanya, hal ini tentu saja membuatku lebih fokus. Perlahan tapi pasti, aku mulai menambah kecepatan, yang menyebabkan dia mengerang sangat keras. Beberapa detik kemudian, matanya tertutup dan seolah-olah dia telah pergi dan berada di dunia lain kemudian matanya terbuka dan menatapku dengan lembut.
Suara dildo yang bercampur dengan pelumas bergema di seluruh ruangan saat aku menghentak dan menampar tubuh Luki. Aku melihat saat dia mencoba melepaskan diri dari ikatan. Namun ikatan itu terlalu kuat dan mengunci.
"ahhhh, …….ahhh……. ahhh ..."
"Apa kamu menyukai dildo di dalam dirimu?”
Butuh beberapa detik baginya untuk menjawab pertanyaanku. Jelas, mentalnya terguncang dengan ejekanku.
“Oh, Nyonya… aku menyukainya… aku menyukainya…” erangnya di antara helaan napas kenikmatan.
Aku kembali menegakkan tubuhku, melepaskan tanganku dari dadanya, dan melihat ke bawah. Penisnya memiliki warna merah kehitaman yang tampak hampir menyakitkan. Pre-cum mengalir ke pankal batang penisnya, membentuk kolam becek pada saat air hujan menyirami tanah. Aku cukup yakin bahwa rangsangan yang paling minimal akan menyebabkan dia keluar dengan cepat.
Kemudian aku tiba-tiba berhenti dan membiarkan dildo tersebut terbenam di lubang anusnya. Luki mengerang dengan keras tepat saat aku ambruk di atasnya.
Kami berdua membutuhkan waktu sekitar satu atau dua menit untuk mengatur nafas dan menenangkan diri.
"Apa kamu menyukai sampai sejauh ini, Sayang?"
“Ya Nyonya, … ya… ya… aku menyukainya,” katanya sambil masih berusaha mengatur napas.
Aku membiarkan dildo keluar dari pantatnya. Aku memperhatikan kondisi anusnya. Itu terbuka dan tampak bengkak serta kemerahan karena dorongan tanpa henti yang aku lakukan.
Mata kami bertemu. "Apakah kamu siap untuk sedikit lagi, Sayang?"
Penisnya sangat kaku, seperti besi. Pembuluh darahnya membengkak dan membesar yang membuat anggotanya memiliki warna yang hampir kehitaman. Itu tampak seperti akan meledak hanya dengan menyentuhnya.
"Oh, ya, Nyonya, saya siap."
Aku menyejajarkan kepala dildo dan mendorongnya ke lubangnya dengan satu dorongan panjang dan halus. Dia menggumam saat testis plastik dildo menempel di tubuhnya.
Tanpa peringatan, aku mendorong dan menghentak dengan sangat keras. Luki mengerang tidak jelas dan terengah-engah karena seranganku yang tak henti-hentinya. Aku melihat ke bawah dan memperhatikan bahwa semburan kecil pejuh menyembur dari kepala dan kemaluannya bahkan tanpa sentuhan!
Setelah beberapa menit, aku mulai merasakan tenaga ku berkurang dan aku sangat sadar bahwa aku tidak akan mampu mempertahankan kecepatan ku. Saat aku terus mendorong dan menghentak dengan kejam, aku memegang dan meremas dengan keras sekaligus mengocok dengan kuat.
"Oh, crooot ... oh, crot ..."
"Crooot ... crot ..." Luki terkesiap.
Dalam hitungan detik, tembakan pertama sampai ke dahinya. tembakan berikutnya tidak sekuat yang pertama dan mendarat di pipi dan dagunya. semburan terakhir ke perutnya dan cairan yang tersisa ditambahkan ke kolam yang sangat mencolok yang sudah terkumpul di perutnya.
Kami berdua butuh beberapa menit untuk sepenuhnya mengatur napas. Sebelum kami melanjutkan, ada satu tugas lagi yang akan dilakukan Luki. Namun, tidak mungkin baginya untuk melakukannya dalam keadaan tak berdaya. Itu berarti aku harus memberinya sedikit bantuan.
Aku meluncur dari tubuh Luki dan bergerak di antara kedua kakinya. Matanya melebar saat dia melihatku menjilati dan menelan pejuh dari perutnya. Kemudian aku pindah ke tubuhnya dan mulai menjilat peju dari pipi dan dahi serta dagunya. Setelah mengumpulkan sebanyak yang mampu aku dapatkan, mata kami bertemu dan kami berbagi ciuman dan lidah kami saling menggelitik lalu memberikan pejuh didalam mulutku kedalam mulutnya. Begitu bibir terpisah aku berbisik ditelinganya “telan pejuh mu, Sayang”
Sambil menarik nafas Luki menelan pejuhnya sendiri.