Part C
EMBUN K. P
Pagi menjelang, kicau burung bernyanyi , dengan bias matahari,
yang menerpa perlahan mengeringkan embun yang tersisa di dedaunan.
Saat ini aku tengah membelah kayu bakar, naluriku mengatakan akan ada bahaya yang datang padaku, maka ku pertajam kewaspadaan ku
Dari arah belakang samping kananku sesa'atku lihat ada tendangan ke arahku
ku tangkis dengan tangan kananku, kemudian aku loncat ke arah belakang dan berdiri dengan waspada
ku lihat di depanku berdiri seseorang dengan menggunakan jaket tebal bertopeng hanya terlihat matanya saja, orang tersebut telah memasang kuda-kuda bertarung, ku taring nafas dalam-dalam, aku lihat orang tersebut seperti menungguku memasang kuda-kuda,
namun tidak kupasang kuda-kudaku
karena bagiku memasang kuda-kuda terlalu merepotkan
Tumpuan pada telapak kaki lah intinya
sesaat orang tersebut menyerangku dengan sebuah tendangan
kaki kanan lurus bertenaga ke arah kepalaku
pada saat yang sma aku bergerak menyerong kearah samping
kirinya ku gerakkan kepalan tangan kiriku ke lurus arah ulu hatinya
Kaki kanan ku menyapu kaki kirinya
dan tangan kanan ku menyerang sendi kaki kanannya dengan cepat dan efektif,
kaki kanan tertahan karena kuda-kuda orang sebut cukup kokoh
tangan kiri ku pun tertangkis (menandakan berpengalaman karena serangan ku cukup cepat dan orang tersebut berjaga melindungi salah satu titik lemah manusia yaitu ulu hati )
namun sial untuknya dan berhasil bagi ku karena serangan
tangan kanan pada sendi kaki kanan ny kena telak
hingga orang tersebut mengerang sakit
melihat kondisinya takku buang waktu, siap ku angkat
kaki kiri untuk menyerang namun
"stop berhenti, cukup saya menyerah..!!, kau mau
membunuhku embun...??? "ujarnya
" siapa...??? " hentakku (dengan rasa penasaran karena orang itu mengetahuiku)
Orang tersebut membuka jaket dan topeng ny
" kakek Timur!!??"kagetku
"Iya ini kakek embun" sapa nya
"jangan main-main terhadap cucuku Timur "tegur kakek yang tiba-tiba datang
" hahahahhahaha aku hanya ingin menjajal saja kak, kakak apa kabarnya" ucap kakek timur
"Kabarku baik-baik saja, sini ikut aku biar ku obati kaki mu
setidaknya tiga hari kamu akan merasa nyeri kalau tidak di obati, dan kamu embun
jangan terlalu ringan menghilangkan nyawa orang, paham...!!! tegas kakek
"Baik kek" sambil menunduk
.............................skip.. ......... ........ ....... .............
dua hari berselang
perlahan langkahku dan kakek Timur memasuki kediaman kakek Timur
ketika pintu di buka kami di sambut seorang wanita bersahaja
walau sudah tua, masih terlihat bekas kecantikan beliau dulu
"eh sudah sampe ya, sini masuk cah bagus, makin ganteng aja cucuku ini"
sapa nenek Timur pada ku
"Iya nek, ah embun dekil kok nek" jwbku sambil mencium buku tangan beliau
"ini sudah malam, sana antarkan kamar sementara buat embun" kakek menimpali
"Iya sudah ayo embun nenek antarkan"
...................... .................... ....
Di dalam kamar, dengan posisi terlentang tangan kanan persis di depan
kepala ku sambil memegang kalung berliontin kan cincin,
kalung bertali hitam sedangkan cincinnya berbahankan emas putih
terdapat inisial huruf " J" lingkaran bagian dalamnya, sedangkan tangan kiriku tergenggam foto seorang perempuan.
Ku ingat kembali perkataan kakek waktu itu
dan beberapa pesannya
{cincin ini kakek dapatkan pada saat kakek menemukan mu dulu, kalung nya sudah kakek ganti dengan tali hitam karna waktu itu kalung nya terbuat dari tali
plastik, jadi menurut kakek hanya cincinnya yg penting sedangkan kalungny tidak
dan foto itu terdapat disalah satu saku celanamu, pada saat kamu kakek ketemukan
kamu sedang menggunakan seragam SMP dan bersama buku pelajaran, karena kakek tidak tahu usiamu saat itu, maka buku pelajaran itu lah yang kakek jadikan patokan
buku pelajaran itu adalah buku kelas tiga SMP, maka kakek putuskan usiamu 15
kalau dihitung berarti pas usiamu ketika lulus SMA 19 tahun,
beberapa saat lagi kamu akan memasuki dunia baru , dan anggaplah dunia itu
sebagai sesuatu yang HITAM, dengan bermodalkan foto, cincin dan sedikit bekal yang kamu tempa di sini carilah asal usul dan jati dirimu yang berada DALAM GELAP itu}
Kembali ku tatap cincin di tanganku, kemudian ku turunkan tangan kanan ku
dan ku angkat tangan kiri ku, kulihat kembali foto seorang perempuan
dengan latar hitam putih terdapat sosok yang duduk begitu anggun serta senyumnya yang manis dengan mata yang hitam pekat serta putih yang begitu kontras
persis sepertiku
aku merasa seperti ada ikatan batin antara aku dan foto wanita tersebut
baiklah akan ku cari asal usul serta jati diriku semampu mungkin kek janjiku
perlahan mataku terpejam hingga lelap dalam kenyamanan mimpi