Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Bimabet
Kasih sayang orang tua memang tidak berbatas untuk anak anak nya...setelah menjadi orang tua...baru mengerti arti sebenarnya dari kasih sayang...
Dan keindahan kasih sayang itu tidak akan pudar, meskipun kita sebagai anak telah tumbuh besar, dewasa dan menua...orang tua kita tetap akan sayang dan memandang kita sebagai anak kesayangan nya....

Great story sis....thank you for sharing...
Terima kasih untuk ulasannya ya :rose:
 
Memaafkan Pengkhianatan

Semua berawal saat cinta di SMA bersemi, saat tiga kata mulai keluar dari bibirnya. Sederhana memang, namun dia lah orang yang berhasil membuatku yakin cintaku pantas kuberikan padanya. Tak mudah untuk memenangkan hatiku, rata-rata orang menilaiku sangat selektif. Lima tahun berpacaran bukanlah waktu yang singkat. Aku menjalani dengan penuh keseriusan, tidak ada kata main-main bagiku. Sungguh aku telah menjatuhkan pilihan padanya. Dia pun telah berkata demikian.

Hingga saatnya kami lulus SMA dan berada di kampus yang berbeda. Aku tetap yakin padanya. Dia bukan tipe lelaki yang genit. Aku sendiri adalah calon dokter saat itu, aku diperintah oleh orangtuaku untuk berkuliah di jurusan kedokteran, dan benar saja aku tak menolak. Dokter juga profesi mulia yang kuincar. Dalam kedokteran aku belajar banyak hal. Semua hal tentang pengobatan dan kesehatan itu sudah pasti. Sedangkan saat itu kekasihku bukan seorang dokter, ia mengambil jurusan kesenian. Itu tidak masalah bagiku. Aku tetap mendukungnya di segala hal. Yang penting ia suka dan sikapnya tetap bagi padaku.

Tahun demi tahun keseriusan dalam menjalani hubungan telah kami lalui. Aku juga telah mengenal orangtuanya. Yang aku tahu, aku sangat suka pada sikap kedua orangtuanya yang baik sekali padaku. Restu juga telah didapat. Tibalah giliranku membawa kekasihku ke rumahku. Hal biasa bagiku, sebab kutahu sebentar lagi cinta kami akan terpublikasi di hadapan orangtua.


valentine-annyversary1.jpg
Mencintai./Copyright pixabay.com

Namun harapanku berbalas kehancuran. Tidak ada kata restu yang kami terima. Kekasihku ditolak mentah-mentah. Ayah dan ibuku pun tak bisa lagi mengondisikan kata-kata kasarnya. Mereka sama sekali tak suka dengan kekasihku. Mereka berkata, tidak akan mengizinkan putri semata wayangnya dipersunting seseorang yang belum jelas masa depannya.

Tuhan, apakah seorang pecinta seni tidak punya masa depan? Itulah gumamku dalam hati. Entah apa yang dipikirkan ayah dan ibu. Mereka tak memberikan restu pada kami. Setiap saat aku diawasi agar tak menjalin hubungan lagi dengannya. Namun apalah dayaku menolak cinta yang sudah terlanjur tumbuh. Beragam cara kami lakukan agar bisa bertemu. Hingga akhirnya kami menyelesaikan studi masing-masing. Aku menjadi seorang dokter dan ia menjadi seorang pelukis dan seniman. Meski demikian, restu belum kami dapat. Tidak ada yang bisa menerima kekasihku saat itu. Seluruh keluargaku seakan menutup rapat pintu hatinya. Entahlah, mereka terlalu memberikan ukuran di dunia fana ini.

Sembilan tahun terhitung kami menjalani kisah cinta yang seakan gagal bermuara ini. Tapi aku tetap yakin akan menemukan muaranya. Kekasihku dan aku pun mulai bekerja di tempat masing-masing. Hingga suatu ketika kami kembali lagi meminta restu pada orangtuaku. Lebih parah dari yang sebelumnya. Kekasihku mendapatkan perlakuan fisik dari ayah. Aku tak sanggup menceritakannya. Aku menangis semalaman bahkan seminggu. Aku tak diizinkan lagi bertemu dengannya. Semua alat komunikasiku disita. Aku tak diberi izin pergi bekerja.

Saat malam dan di tengah tangisan lelah yang telah menimpaku selama seminggu. Tanpa kuduga kekasihku datang. Namun kedatangannya kali ini bukan untuk menemui orangtuaku lagi. Ia hanya ingin menemuiku dan berkata ingin membawaku pergi. Aku yang terlampau sedih langsung memeluknya dan segera meninggalkan rumah. Ia membawaku ke rumah orang tuanya. Dia adalah sosok kekasih yang tidak mau macam-macam. Karena itulah aku sangat yakin kepadanya.

Malam itu, tepat di malam Valentine dia memberikan sebungkus cokelat dan bunga padaku. Sungguh sederhana. Namun ada empat kata di sana. Kata itu tak lain adalah, "Will you marry me?" Aku langsung menangis dan memeluknya. Tiada lagi yang kupikirkan selain bagaimana pun aku tetap harus bersamanya mengarungi hidup yang tidak mudah ini. Tidak ada yang bisa menemukanku saat itu, aku bersembunyi bersamanya. Kami menikah dan sangat bahagia. Aku pun tidak lagi bekerja karena takut akan ditemukan ayah dan ibu.

Tiga bulan kami menikah, kado terindah pun mulai hadir. Saat kekasihku yang kini telah resmi menjadi suamiku kuberitahu akan menyandang status sebagai ayah beberapa bulan lagi. Dia yang ada di kantor saat itu langsung pulang ke rumah dan memelukku. Sungguh hari yang teramat indah. Meski aku tak bekerja, kami tetap berkecukupan, usaha suamiku mulai menjadi besar hingga ia sukses membuka cabang. Tetap saja usahanya berada di bidang seni. Aku kembali teringat pemikiran ayah dan ibu yang saat itu menyepelekan kekasihku. Sekarang ia bisa membuktikan bisa sukses. Beberapa bulan kemudian, anak pertama kami pun lahir, ia seorang putra yang tampan.

Beberapa hari setelah kelahiran putra pertama kami, dan entah dari mana ibu dan ayah tahu keberadaanku. Mereka secara mengejutkan datang dan menemuiku. Tanpa berkata panjang, mereka langsung memelukku dan juga mencium anak kami. Oh Tuhan sungguh aku bahagia. Suamiku pun tampaknya telah melupakan dendam di hatinya. Dia mencium tangan kedua orangtuaku seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu. Dia memang sosok lelaki yang sangat rendah hati dan bertanggung jawab, ia juga tidak pendendam. Itulah cintaku yang sangat tepat pikirku.

Akhirnya restu pun kami dapat. Pernikahan berjalan harmonis. Lima tahun berlalu, yang banyak orang katakan adalah tentang permasalahan dalam pernikahan yang kan muncul. Aku tak percaya itu, sebab aku terlampau percaya dengan suamiku. Aku menjadi wanita yang sangat bahagia. Menjadi seorang ibu dan seorang istri itu hal sempurna dari seorang wanita bagiku. Itulah juga yang aku tahu.

Usaha suamiku semakin sukses, dan aku sukses menjadi istri yang bahagia meski tak berprofesi di klinik ataupun di kantor. Pada awalnya sebenarnya tidak ada hal aneh yang kurasakan, hanya saja suamiku 4 bulan terakhir sedang menjalankan bisnis di luar kota dan sering pulang malam. Sikapnya sama sekali tak pernah berubah, dia tetap sama dan sangat sayang padaku.

Namun dari hal yang tidak bisa kutebak itulah permasalahan muncul. Siapa sangka saat malam Valentine dan tepat di usia pernikahan kami yang ke-5 tahun, suamiku sedang tidak ada di sampingku. Aku yakin dia akan meneleponku nanti malam dan mengatakan kata-kata kasih sayang. Benar saja, malam itu teleponku berdering, dengan senyuman yang merekah kuangkat telepon itu. Namun nyaris berbeda, bukan suara suamiku yang kudengar, melainkan suara seorang wanita yang mengatakan, "Aku bersama suamimu dan aku menyayanginya."

Pertama aku tak mengerti dan hanya terdiam. Namun yang membuat petir menyambar kepalaku adalah terdengar suara latar suamiku di belakangnya. Si perempuan itu tidak mematikan teleponnya. Kudengar suara orang yang sangat kusayangi itu mengucapkan selamat Valentine kepada sosok wanita yang meneleponku. Keringatku semakin mendidih. Apa arti semua ini, inikah ujung dari kisah cinta yang sudah mati-matian aku pertahankan pikirku dalam hati?

Aku segera menutup telepon itu dan tak bisa menahan tangisanku. Tidak mungkin kejadian ini aku ceritakan kepada kedua orangtuaku yang baru saja membuka hati untuk suamiku. Untunglah aku masih sadar betul bahwa aku tak sendiri. Aku masih punya Tuhan, anak, dan orangtua yang menyayangiku. Sepanjang malam aku menangis dalam doaku. Tiada lagi ucapakan kasih sayang dari deringan telepon yang aku harapkan. Semua sirna ditelan dusta. Berbeda dengan biasanya, setiap hari suamiku akan menelepon tepat pada pukul 08.00 untuk menanyakan kabar putra kami. Namun tidak untuk hari ini. Tiada lagi yang kupikirkan selain benar bahwa ini adalah pengkhianatan.

Tiba-tiba kudengar suara mobil yang masuk ke garasi. Dan benar saja itu dia suamiku. Tanpa berpikir panjang, langsung kutemui dia. Menahan air mata adalah kekuatanku. Aku pun mulai bertanya padanya, "Inikah ujung dari perjuangan cinta kita selama ini, hingga sejauh ini, hingga sesakit ini? Inikah?" bentakku sambil bertanya. Suamiku menunjukkan muka tak bersalah, ia mencoba merangkulku dan aku segera menepis rangkulannya sambil berkata, "Buat apa? Supaya aku percaya? Supaya aku menerima apa yang terjadi? Tidak. Kelakuanmu tak bisa kuterima." Untuk pertama kalinya suamiku membalas kata-kata dalam perbincangan itu. Dia mengetahui sikapku yang selalu to the point, "Aku khilaf, dia yang menggodaku, dia mantan pacarku dulu." Hanya itulah kalimat tak bermutu yang keluar dari mulutnya. Selebihnya tak ada.

Saat itu, aku hanya memperhatikan wajahnya. Dia tak mampu lagi menatapku. Dia seakan tak punya lagi kepercayaan dariku dan itu benar adanya. Dari dalam rumah, aku segera mengambil anakku dan mengemasi barang-barangku. Tampak suamiku tertunduk dan tak bisa menghentikan langkahku.

Sebelum aku pergi kukatakan padanya, "Aku belajar banyak, Tuhan Maha Baik, Ia menunjukkan tiada tempat berharap selain padaNya. Ya, seperti inilah, karena aku hanya berharap pada seorang manusia," sembari aku meninggalkannya. Namun sebelum aku pergi dia memanggilku dan mencium buah hati kami yang saat itu ada di gendonganku. Sungguh berat dan pahit memang kejadian ini bagiku. Aku segera bergegas dan meninggalkannya dalam mendung sore itu. Entah apa yang dia pikirkan hingga tak mengatakan apapun ketika kami pergi, aku pun tak lagi bisa berpikir jernih sama sekali.

Beberapa bulan berlalu, aku mulai bisa mengajak hatiku berdamai. Lukanya belum sembuh namun apalah dayaku yang tak terlampau mampu untuk mengobatinya. Buah hatiku mulai tumbuh besar dan sudah mampu menanyakan di mana ayahnya. Aku tak mampu menjawabnya. Aku hanya mampu mengalihkan pembicaraan ketika ia bertanya hal itu. Terkait masalah ini, tak ada yang mengetahuinya. Ayah dan ibu sama sekali tidak mengetahuinya. Ya, tidak mungkin mereka kuberitahu tentang kekhilafan seorang lelaki yang pernah mereka benci itu. bisa- bisa kebencian itu hadir kembali setelah sekian lama dan mulai membaik.

Bukan hal mudah bagiku menjalani hidup bersama putraku dalam beberapa bulan ini. Hingga bulan itu berubah menjadi tahun dan akhirnya tibalah saatnya malam Valentine yang menandai hari jadi kami. Haruskah ada air mata lagi malam ini pikirku dalam hati? Ah, aku tak mau ambil pusing, aku bisa menikmatinya bersama buah hatiku. Ia sudah pasti menyayangiku dan tidak mengecewakanku.

Tepat pukul 24.00, di balkon apartemen itu, aku melihat ribuan bintang sendiri. Anakku juga sudah tidur. Aku tak bisa membendung air mataku di malam itu. Aku tak menyangka bisa sehancur ini pada akhirnya.

Angin malam itu pun turut membelai belai hatiku yang luka. Namun saat aku membalik ke belakang untuk masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba hadirlah sosok suamiku di hadapanku. Mataku yang masih penuh air mata tentu terlihat olehnya. Entah apa gerangan ia langsung berlutut di hadapanku. Desisan kata maaf mulai terangkai dari bibirnya. Dari semua kata yang ia ucapkan hanya ada ungkapan penyesalan yang bisa kusimpulkan. Air matanya jatuh di kakiku. Tampak ia merasakan sakitnya hatiku selama ini, itupun kalau dugaanku benar. Tak bisa aku berpikir. Jika ditanya tentang rasa cintaku padanya memang tidak pernah berkurang. Yang berkurang adalah kepercayaanku padanya. Malam itu juga ternyata ia membawakan kue ulang tahun pernikahan yang dipenuhi cokelat.

Pelukan hangat kasih sayang pun tersaji malam itu, entah perasaan apa yang telah menyelimutiku, yang kutahu hanyalah ia sekarang kembali bersamaku. Kami melewatkan malan itu dengan penuh koreksi. Introspeksi dalam permasalahan dan pendewasaan diri sangatlah penting.

Dari hal ini aku percaya bahwa cinta bukan hanya butuh perjuangan, pengorbanan, ataupun merelakan. Namun menerima kembali cinta yang sudah terlanjur menyakiti adalah bagian dari cinta sejati. Karena menurutku tiada yang bisa menerka sebatas mana rasa cinta seseorang.

Source: unknown

Salah satu bagian yang paling pahit dari rasa cinta adalah pengkhianatan. Apapun alasannya, tetaplah akan meninggalkan luka yang mendalam. Tetapi, cinta sejati tidak akan lebih sempurna tanpa memaafkan dan mau belajar untuk menjadi pribadi yang lebih dalam menapaki kehidupan. Sakit? Tentu saja! Dan akan butuh jutaan detik untuk menyebuhkan luka itu. :rose:

Merah_delima

 
Bisa belajar mencintai, berarti bisa juga belajar memaafkan...pengkhianat mengakibatkan hati yang terluka...ya...
Tapi kita bisa memilih, bisa memilih untuk memaafkan...bisa memilih untuk menatap ke depan...the choice is ours ...
Memaafkan bukan artinya melupakan...tapi memilih untuk berdamai dengan hati...memilih untuk memperbaiki....

@merah_delima : terima kasih sudah berbagi...
 
Bisa belajar mencintai, berarti bisa juga belajar memaafkan...pengkhianat mengakibatkan hati yang terluka...ya...
Tapi kita bisa memilih, bisa memilih untuk memaafkan...bisa memilih untuk menatap ke depan...the choice is ours ...
Memaafkan bukan artinya melupakan...tapi memilih untuk berdamai dengan hati...memilih untuk memperbaiki....

@merah_delima : terima kasih sudah berbagi...
My pleasure frank :ampun:

Setuju dengan rangkaian kalimatmu diatas. Memaafkan bukan berarti melupakan, tetapi berdamai dengan hati :rose:
 
Adakah yang setuju, jika cinta di claim hanya sbg permainan ikatan kimia dalam otak?

Maksud pertanyaan om seperti ini?

Reaksi Kimia

Berdasarkan suatu penelitian, terdapat sebuah senyawa yang digadang-gadang muncul ketika orang sedang jatuh cinta. Senyawa inilah yang kemudian menjadikan romantisme pasangan begitu berharga. Senyawa tersebut adalah phelnilethylamine yang mampu membangkitkan hormon-hormon kebahagiaan seperti feromon (hormon yang bikin kamu melamun, membayangkan hal yang manis-manis, dan bikin kamu senyum-senyum sendiri), oksitosin (hormon yang bikin kamu kangen pada orang yang kamu cintai, hingga dengan melihatnya saja kamu bisa merasa sangat bahagia), Vasopressin (hormone yang membuat kamu memutuskan untuk setia), dan norepinephrine (yang membuat kamu semangat dan ceria saat jatuh cinta).
 
Maksud pertanyaan om seperti ini?

Reaksi Kimia

Berdasarkan suatu penelitian, terdapat sebuah senyawa yang digadang-gadang muncul ketika orang sedang jatuh cinta. Senyawa inilah yang kemudian menjadikan romantisme pasangan begitu berharga. Senyawa tersebut adalah phelnilethylamine yang mampu membangkitkan hormon-hormon kebahagiaan seperti feromon (hormon yang bikin kamu melamun, membayangkan hal yang manis-manis, dan bikin kamu senyum-senyum sendiri), oksitosin (hormon yang bikin kamu kangen pada orang yang kamu cintai, hingga dengan melihatnya saja kamu bisa merasa sangat bahagia), Vasopressin (hormone yang membuat kamu memutuskan untuk setia), dan norepinephrine (yang membuat kamu semangat dan ceria saat jatuh cinta).

Nah itu udh dipaparkan senyawa kimia apa saja yg punya andil. Pertanyaan nya, apakah percaya jika disebut cinta itu hanya sensasi permainan ikatan kimia di otak belaka? Percayakah?
 
Terakhir diubah:
Nah itu udh dipaparkan senyawa kimia apa saja yg punya andil. Pertanyaan nya, apakah percaya jika disebut cinta itu hanya sensasi permainan ikatan kimia di otak belaka? Percayakah?
Agak sulit buat era untuk ngejawabnya, secara era bukan ahli kimia.

Tapi ini yg era pikirin tentang cinta.

Sejak semula, di awal penciptaan semesta, cinta telah hadir. Dan kehidupan selanjutnya tetap ada, karena cinta itu juga.

Nah, pertanyaannya, jika memang cinta itu hanya sekedar permainan ikatan kimia, bagaimana penjelasan tentang hubungan antara permainan kimia di otak dengan rasa hati si korban permainan kimia ini (bisa manusia, bisa hewan)

Mungkin benar adanya bahwa cinta adalah hasil permainan ikatan kimia itu (menurut para ahli kimia yg kompeten dibidangnya). Tapi bagi era, cinta itu adalah hadiah dari Sang Pencipta untuk menyokong kehiupan yang harmonis di muka bumi ini.
 
Agak sulit buat era untuk ngejawabnya, secara era bukan ahli kimia.

Tapi ini yg era pikirin tentang cinta.

Sejak semula, di awal penciptaan semesta, cinta telah hadir. Dan kehidupan selanjutnya tetap ada, karena cinta itu juga.

Nah, pertanyaannya, jika memang cinta itu hanya sekedar permainan ikatan kimia, bagaimana penjelasan tentang hubungan antara permainan kimia di otak dengan rasa hati si korban permainan kimia ini (bisa manusia, bisa hewan)

Mungkin benar adanya bahwa cinta adalah hasil permainan ikatan kimia itu (menurut para ahli kimia yg kompeten dibidangnya). Tapi bagi era, cinta itu adalah hadiah dari Sang Pencipta untuk menyokong kehiupan yang harmonis di muka bumi ini.

Jawaban yg diplomatis meskipun memang lbh condong ke kanan. Jd saya asumsikan non ga setuju bahwa cinta semata hanya permainan senyawa kimia.

Mengenai hub antara permainan kimia di otak dng rasa hati korban, sbnrnya non sudah jawab di post sblmnya.

Senyawa tersebut adalah phelnilethylamine yang mampu membangkitkan hormon-hormon kebahagiaan seperti feromon (hormon yang bikin kamu melamun, membayangkan hal yang manis-manis, dan bikin kamu senyum-senyum sendiri), oksitosin (hormon yang bikin kamu kangen pada orang yang kamu cintai, hingga dengan melihatnya saja kamu bisa merasa sangat bahagia), Vasopressin (hormone yang membuat kamu memutuskan untuk setia), dan norepinephrine (yang membuat kamu semangat dan ceria saat jatuh cinta).

Peran2 hormon tsb sudah jelas fungsinya. Rasa hati si 'korban' atau non sendiri sbnrnya sama spt rasa panas ketika anda terbakar, sakit dicubit, dan ngilu krn terantuk meja, dan rasa lain nya.

Sbnrnya itu adalah perintah dari sistem saraf pusat di otak yg bilang "duh itu lengan sakit digigit semut" atau " et dah tuh kaki ngilu krn keinjek".

Jika skeptis bahwa perasaan2 td diatur di otak, maka ada penyakit CIPA, yg berupa kegagalan sistem saraf manusia dlm memberikan respon thd rangsangan. Org spt ini tidak bisa merespon rasa sakit bahkan ketika tulang2nya patah.

Yg saya mau katakan adalah, apapun sensasi dlm tubuh manusia, baik fisik maupun mental semata hanya fungsi kognitif otak. Penerjemahan nya bisa luas, bisa dari segi medis, bisa dr filsafat (spt yg non urai), bisa dr agama, fisika, metafisika, dan cabang keilmuan lain. Kira2 itu perspektif ogut yg besar kemungkinan utk keliru non. Terima kasih
 
Era kira, bukan hal yang keliru sih om. Karna semua tergantung prespektif saja, darimana kita menilai cinta itu. Dalam dunia disiplin ilmu yang profesional, semua statemen yg keluar biasanya udah melalui proses penelitian, ujicoba, etc, dan hasilnya bisa di pertanggungjawabkan.

Kalo era pribadi, sesuai yg om katakan, lebih cenderung untuk menilai cinta itu dari segi filsafat kali ya, karena dari titik pandang itu, era bisa menerima dan memahami (walo tidak sepenuhnya paham sih) tentang cinta itu.

Bdw... thanks for your sharing ya om.. sangat menambah pengetahuan dan pengalaman :ampun:
 
Bdw... thanks for your sharing ya om.. sangat menambah pengetahuan dan pengalaman :ampun:

Masama non, perspektif saya jg jadi bertambah. Tapi saya lbh seneng jika arah diskusi kite jadi debat yg saling tumpang tindih argumen. Bukan soal menang kalahnya, tapi soal mengaktivasi pikiran agar lbh tajam. Btw ini cuma angan lho, jng disinisin yaaa :ampun:.
 
Masama non, perspektif saya jg jadi bertambah. Tapi saya lbh seneng jika arah diskusi kite jadi debat yg saling tumpang tindih argumen. Bukan soal menang kalahnya, tapi soal mengaktivasi pikiran agar lbh tajam. Btw ini cuma angan lho, jng disinisin yaaa :ampun:.
Hey hey... no judgment ko kalo udah mengenai prespektif.. mungk8n lain kali kita bisa share sesuatu yg bisa jadi bahan perbincangan kita. :ampun:
 
Reaksi
Seseorang wanita yang baru saja menikah datang pada ibunya dan mulai mengeluh tentang tingkah laku pasangannya itu. Setelah menikah ia baru tahu karakter asli pasangannya yang keras kepala, suka bermalas-malasan, boros, dan lain-lain.

Wanita ini berharap orang tuanya ikut mendukung dia menyalahkan suaminya itu. Namun dia sangat kaget karena saat itu sang ibu hanya diam saja… bahkan kemudian ibunya pergi ke dapur, sementara wanita ini terus bercerita dan mengikuti ibunya ke dapur. Lalu sang ibu mulai memasak air. Setelah beberapa waktu akhirnya air pun mendidih.

Sang ibu lalu menuangkan air yang masih panas itu ke dalam 3 gelas yang telah dia siapkan. Dalam gelas pertama dia memasukkan sebuah telur, di gelas ke dua dia memasukkan wortel, sedangkan di gelas ke tiga di memasukkan kopi. Setelah menunggu beberapa saat, si ibu menunjukkan isi ketiga gelas tadi ke putrinya itu. Dan hasilnya: wortel yang keras menjadi lunak, telur yang mudah pecah menjadi keras, dan kopi menghasilkan aroma yang harum.

Lalu si ibu mulai menjelaskan:
“Anak ku… masalah dalam hidup itu seperti air mendidih. Namun bagaimana sikap kitalah yang menentukan dampaknya. Kita bisa menjadi:

1. Lembek seperti wortel
2. Mengeras seperti telur
3. Atau harum seperti kopi

Jadi wortel dan telur bukan mempengaruhi air, tapi merekalah yang berubah karena air panas itu. Sementara kopi malah mengubah air, membuat air itu menjadi harum.

Akan sangat mudah untuk bersyukur pada saat keadaan kita baik-baik saja, tapi apakah kita dapat tetap bersyukur saat kita ditimpa masalah?”

Ada tiga reaksi orang saat masalah datang menghampiri mereka:

1. Ada yang menjadi lembek, suka mengeluh, dan mengasihani diri sendiri


2. Ada yang mengeras, marah, dan menyalahkan pihak lain


3. Ada juga yang justru semakin harum, menjadi semakin kuat dan bijaksana


Itu semua tergantung pilihan kita sendiri bagaimana kita merespon sebuah permasalahan. :rose:

Merah_delima
 
Reaksi
Seseorang wanita yang baru saja menikah datang pada ibunya dan mulai mengeluh tentang tingkah laku pasangannya itu. Setelah menikah ia baru tahu karakter asli pasangannya yang keras kepala, suka bermalas-malasan, boros, dan lain-lain.

Wanita ini berharap orang tuanya ikut mendukung dia menyalahkan suaminya itu. Namun dia sangat kaget karena saat itu sang ibu hanya diam saja… bahkan kemudian ibunya pergi ke dapur, sementara wanita ini terus bercerita dan mengikuti ibunya ke dapur. Lalu sang ibu mulai memasak air. Setelah beberapa waktu akhirnya air pun mendidih.

Sang ibu lalu menuangkan air yang masih panas itu ke dalam 3 gelas yang telah dia siapkan. Dalam gelas pertama dia memasukkan sebuah telur, di gelas ke dua dia memasukkan wortel, sedangkan di gelas ke tiga di memasukkan kopi. Setelah menunggu beberapa saat, si ibu menunjukkan isi ketiga gelas tadi ke putrinya itu. Dan hasilnya: wortel yang keras menjadi lunak, telur yang mudah pecah menjadi keras, dan kopi menghasilkan aroma yang harum.

Lalu si ibu mulai menjelaskan:
“Anak ku… masalah dalam hidup itu seperti air mendidih. Namun bagaimana sikap kitalah yang menentukan dampaknya. Kita bisa menjadi:

1. Lembek seperti wortel
2. Mengeras seperti telur
3. Atau harum seperti kopi

Jadi wortel dan telur bukan mempengaruhi air, tapi merekalah yang berubah karena air panas itu. Sementara kopi malah mengubah air, membuat air itu menjadi harum.

Akan sangat mudah untuk bersyukur pada saat keadaan kita baik-baik saja, tapi apakah kita dapat tetap bersyukur saat kita ditimpa masalah?”

Ada tiga reaksi orang saat masalah datang menghampiri mereka:

1. Ada yang menjadi lembek, suka mengeluh, dan mengasihani diri sendiri

2. Ada yang mengeras, marah, dan menyalahkan pihak lain

3. Ada juga yang justru semakin harum, menjadi semakin kuat dan bijaksana

Itu semua tergantung pilihan kita sendiri bagaimana kita merespon sebuah permasalahan. :rose:

Merah_delima

mantap...setuju sekali...
Hidup adalah tentang bagaimana kita menentukan sikap kita, bagaimana kita menempatkan diri kita terhadap situasi yang ada...
Terima kasih sis @merah_delima for sharing ...
 
mantap...setuju sekali...
Hidup adalah tentang bagaimana kita menentukan sikap kita, bagaimana kita menempatkan diri kita terhadap situasi yang ada...
Terima kasih sis @merah_delima for sharing ...
Pagiiiii mr. Frank :rose:

Makasih ya udah mampir...

Tentang reaksi ini, buat aku sih emang sulit banget buat menerapkannya, dan kebanyakannya selalu aja gagal. Mungkin sih, harus lebih banyak belajar bersabar dan kontrol diri.
 
Pagiiiii mr. Frank :rose:

Makasih ya udah mampir...

Tentang reaksi ini, buat aku sih emang sulit banget buat menerapkannya, dan kebanyakannya selalu aja gagal. Mungkin sih, harus lebih banyak belajar bersabar dan kontrol diri.
bersabar dan selalu belajar...semua pasti akan bisa pada waktunya...
Hidup adalah tentang belajar mengenal diri dan bagaimana kita beradaptasi...
Beradaptasi dengan diri sendiri dan dengan lingkungan...
Be proud of yourself and trust me...in time, you can do it....
 
BELAJAR MENCINTAI DENGAN KETULUSAN HATI​

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik-baik saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.

Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi ke kantornya bekerja sampai subuh, baru pulang ke rumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.

Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal-hal seperti itu sebagai ungkapan sayang.

Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua di luarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.

Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran di kamar, atau main dengan anak-anak kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.

Aku mengira rumah tangga kami baik-baik saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit di rumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan di rumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya.

Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama Meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.

Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan-akan waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat-kalimatnya yang ringan dan penuh pesona.

Setiap orang, laki-laki maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.

Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam sehingga jarang punya teman yang akrab.

5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.

Aku mulai mengingat-ingat 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x.

Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi di saat lain, dia sering termenung di depan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.

Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,

“Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini? Tidak mau makan juga? Uhh dasar anak nakal, sini piringnya, lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba-tiba saja sepiring nasi itu sudah habis di tangannya. Dan aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun!”

Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku.

Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah.

Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang ke rumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu.

Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba-tiba, membawakan donat buat anak-anak, dan membawakan ekrol kesukaanku.

Dia mengajakku jalan-jalan, kadang mengajakku nonton.

Kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu-lucu.

Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? Karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak di hatinya.

Suatu sore, mendung begitu menyelimuti Jakarta, aku tidak pernah menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.

Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papa nya, dan memanggilku, “Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha?”

Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,

Dear Meisha,

Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak-anakku. Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh-sungguh mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya.

Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik-konflik terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya. Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon-pohon beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya.

Seperti pepohonan di hutan-hutan belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.

Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki-laki yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu.

Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.

Yours,

Mario


Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat.

Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.

Suamiku tidak pernah mencintaiku.

Dia tidak pernah bahagia bersamaku.

Dia mencintai perempuan lain.

Aku mengumpulkan kekuatanku.

Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku.

Surat itu aku simpan di amplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.

Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya.

Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa-sisa uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak-anakku.

Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam-macam merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman-temanku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.

Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku? Itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.

Mario terus menerus sakit-sakitan, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus di dalam hatinya. Dengan pura-pura tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.

———-

Setahun kemudian

Meisha membuka amplop surat-surat itu dengan air mata berlinang.

Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

“Mario, suamiku… Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja di kantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan.

Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa di atas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku.

Ternyata aku keliru, aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.


Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, “kenapa, Rima? Kenapa kamu mesti cemburu? Dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku?”

Aku tidak perduli, dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.

Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.

Istrimu

Rima


Di surat yang lain,

“Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha.”

Di surat yang kesekian,

“Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.

Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah-marah padamu, aku tidak lagi suka membanting-banting barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalu menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur di samping tempat tidurmu, di rumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah. Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya.”


Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu di sampingnya.

Di surat terakhir, pagi ini…

“Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang ke rumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.

Saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran di matamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.

Tahukah engkau suamiku,

Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda-tanda cinta mulai bersemi di hatimu?


Jelita menatap Meisha, dan bercerita,

“Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan di wajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku.

Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah-marah kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya.

Mama memarkir motornya di seberang jalan, ketika mama menyeberang jalan, tiba-tiba mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi aku tidak sanggup melihatnya terlontar tante. Aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.”

Dear Meisha,

Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah-marah dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba-tiba aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar. Inikah tanda-tanda aku mulai mencintainya?

Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor ke mana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak-anakku, tapi karena dia belahan jiwaku.


Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima. Di wajahnya tampak duka yang dalam.
 
Bimabet
Pengkhianatan Cinta

Malam itu aku merasa bimbang, ketika aku menatap jam dinding terlihat jarum jam mengarah angka 11, saat itu hujan turun dengan derasnya. Keempat anakku sudah tertidur dengan lelap, namun aku masih terjaga, menunggu istriku pulang kerja, tak biasanya hingga selarut ini dia belum pulang, sudah berkali-kali aku mencoba menghubunginya lewat telepon namun ternyata teleponnya tidak aktif. Belum selesai kebimbanganku, tiba-tiba handphoneku berdering, ada panggilan masuk dari nomor tak dikenal

xxx : Selamat malam pak...Benar ini bapak Bambang?
Aku : Iya betul pak, ini dari siapa yah?
xxx : ini dari kepolisian pak, kami menginformasikan bahwa istri anda terkena razia di hotel xxx, kami harap anda segera menuju ke kantor untuk dimintai keterangan.

Telepon masih berbunyi dari bapak polisi, ketika jantung saya berdetak sangat kencang setelah mendengar perkataannya saat itu, saya diam membayangkan apa yang terjadi dengan istri saya, gemetar seluruh badan saya, mata memandang langit-langit namun pandangan saya kosong. Beberapa saat saya terpaku, akhirnya saya memutuskan menuju ke kantor polisi dengan sisa-sisa tenaga saya, memaksakan tubuh yang kaku karena terkejut ini, saya sengaja pergi ke sana sendirian meninggalkan anak-anak saya di rumah.

1 tahun yang lalu!
Saya adalah seorang pegawai di salah satu kantor, saya memiliki seorang istri cantik yang sangat saya cintai, kami telah memiliki 4 orang anak yang lucu dan menggemaskan. Ketika itu kami membutuhkan uang karena gaji saya dari kantor tidak mencukupi untuk menutup kebutuhan mendadak itu. Istri saya berinisiatif untuk bekerja, dia mau membantu saya agar mendapatkan penghasilan tmabahan saat itu, awalnya saya menolak karena saya berharap istri saya untuk menjaga rumah dan anak-anak kami, namun karena dia terus memaksa akhirnya saya dengan terpaksa mengizinkannya.

Beberapa saat kemudian dia sudah mulai bekerja di salah satu kantor swasta di daerah kami, katanya dia sangat menyukai tempat kerjanya, teman-temannya ramah, pekerjaannya tidak terlalu berat, dan gajinya juga lumayan besar, bahkan lebih besar dari gaji saya sendiri. Saat itu dia berangkat kerja jam 7 pagi, dan pulang jam 5 sore, saya pikir itu hal yang wajar dan tidak mengganggu keharmonisan keluarga kami, karena di malam hari kami masih bisa bersama dengan keluarga.

Namun setelah setengah tahun, kehidupan kami seakan berubah, istri saya hampir tak pernah saya temui, dia berangkat pagi dan pulang sangat larut, bahkan kadang dini hari baru sampai di rumah. Dia beralasan ke luar kota karena ada urusan kantor, atau rapat, atau terkadang dia beralasan bahwa temannya mengadakan pesta di kantor, saya selalu mencoba untuk berfikir postif dan percaya kepada istri saya. Hingga sekian lamanya akhirnya saya mulai mencium gelagat tak enak yang ditampakkan istri saya, dia mulai berubah menjadi seorang wanita yang pemarah, anak-anaknya ketakutan menatap ibunya sendiri, kami tak pernah mendapat kasih sayang darinya, dan bahkan saya sendiri yang harus mengurus anak-anak saya, saya harus mencuci baju mereka, membuatkan makanan untuk mereka, dan kebutuhan lain yang seharusnya menjadi tanggung jawab istri saya.

Kembali malam ini!

Sesampainya di kantor polisi, saya bertemu dengan bapak polisi di sana, saya menjelaskan kepentingan saya, dan mereka menjelaskan bahwa istri saya terkena razia di sebuah hotel dengan seorang pria, dia sedang berbuat mesum di sana, hingga akhirnya ditangkap oleh polisi yang bertugas, Mendengar penuturan pak polisi, kaki saya langsung lemas, jantung saya berdetak sangat kencang, tak terasa air mata saya menetes dengan derasnya. Seorang wanita yang sudah hampir 10 tahun ada di samping saya, yang selalu saya cntai, yang memberikan 4 orang anak yang saya sayangi, dia yang saya pilih, dia yang menjadi alasan saya berjuang dalam hidup ini, dia yang ternyata kini menghianati saya dengan orang lain.
Masih dalam keadaan kaget dan bingung, tiba-tiba datang sesosok wanita yang tak lain adalah istri saya, dia menangis sejadi-jadinya, mencium kaki saya, meminta maaf kepada saya, namun saya seakan tak mendengar apapun yang dia katakan, saya masih terpaku dalam kesedihan saya. Dan tanpa saya sadari, saya menendang kaki saya, hingga istri saya terlempar, namun dia kembali lagi memegangi kaki saya sambil menangis dan memohon ampun, pikiran saya sudah kalap saat itu hingga hampir saya memukuli istri saya sendiri sebelum para polisi menahan saya dari amarah saya ini. Kemudian setelah saya ditenangkan, saya nekad melihat sosok pria yang telah menghancurkan rumah tangga saya, dan memang saya akui dia lebih tampan, lebih gagah, dan lebih kuat, namun saya sangat murka melihat pria itu hingga tanpa kendali saya mencoba membabi buta menyerangnya, dan lagi-lagi pak polisi melerai saya dan menenangkan saya saat itu.

Setelah sedikit tenang, kemudian saya mencoba mengendalikan diri saya sendiri, saya sudah memutuskan, saat itu saya menemui istri saya sambil ditemani pak polisi, saya ucapkan dengan tegas "KAMU SAYA CERAIKAN!!!". Kemudian istri saya menangis dan mencoba memohon ampun kepada saya, namun saat itu saya tak memperdulikannya, saya segera melangkah pergi dari kantor polisi, dan kembali ke rumah sambil mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan anak-anak saya yang nantinya pasti akan mencari sosok ibunya.

Mungkin efek yang ditimbulkan oleh perselingkuhan ini tidak pernah dipikirkan oleh mereka yang melakukannya.
Bagaimana perasaan anak, bagaimana perasaan orang tua, bagaimana perasaan mertua.

Mungkin aib ini akan tersimpan rapi seumur hidup, tetapi, satu hal pasti, catatan kelam itu pasti akan mengganggu kedamaian hatimu, kelak, ketika tatapan mata orang-orang yang menyayangimu menembus jiwamu :rose:

Merah_delima
 
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd