Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY IMMORTAL GIRL

LEVEL DASAR
Cakra air tingkat dasar 101/5000
Kekuatan 421
Ketangguhan 370
Kelenturan 235
Daya Serang 147
Daya Tahan 138

Gelembung-gelembung warna warni terlihat seperti bola tenis yang terpantul-pantul di lantai, dengan rapi bergerak mengarah ke Nana. Tidak ada yang melihatnya, termasuk Tonya yang masih bertepuk tangan memandang pertunjukan inisiasi yang jelas membuat semua orang di sana menjadi terangsang. Beberapa lelaki berambut ungu sudah berdiri dan menarik gadis berambut biru ke meja makan, melucuti celananya, dan mulai ikut mengentoti juga. Erangan dan rintihan mulai terdengar di mana-mana.

Wajah Tonya jadi merona merah.
"Tuan Putri.... bolehkah.... kita sekarang pergi dari sini?"
"Uh, orang-orang itu semua mulai.... bersetubuh, ya?"
"Ya, dan kadang-kadang mereka kehilangan kendali. Berbahaya di sini, Tuan Putri, " kata Tonya dengan wajah khawatir.

Walaupun Nana masih ingin berada di tempat ini dan menunggu gelembung-gelembung itu tertarik ke arahnya, ia menghargai keprihatinan Tonya akan keselamatannya. Bagaimanapun, Nana tidak ingin terlibat dalam kegiatan orgy yang mendadak terjadi di tempat makan ini. Maka, Tonya dan Nana bergegas meninggalkan tempat yang makin panas dengan erangan, terus berjalan ke arah hutan. Mereka melewati kebanyakan orang-orang Glosk yang berambut biru dan sedikit Edisk yang berambut ungu, yang terus saja menjalankan pekerjaan mereka seperti tidak ada sesuatu yang terjadi. Di dunia ini, jelaslah bahwa kegiatan ngentot sama sekali bukan isu yang dibahas orang.

Coba itu terjadi di kota, pikir Nana. Betapa si Brian gila itu meributkan soal ngeseks!

Sambil berjalan, Nana melihat lingkungan mereka semakin banyak lapangan berumput, dan pohon-pohon tinggi, karena mereka berjalan ke arah salah satu sisi Lembah Kesuburan.

"Di sana ada Arkana," kata Tonya sambil menunjuk pohon besar dengan rumah-rumah di atasnya. Rumah pohon berderet-deret di kejauhan.
"Apa Arkana?" tanya Nana
"Arkana itu tempat para pencari cakra Akirosk berlatih dan menjaga pintu masuk ke Lembah Kesuburan," jawab Tonya
"Akirosk?"
"Itu, mereka yang berambut merah, Tuan Putri"
"Oh, jadi Akirosk itu pencari cakra, seperti Lambas?"
"Tuanku Lambas adalah seorang Blendosk, berambut kuning, yang lebih tinggi derajatnya. Kalau para Akirosk menjadi penjaga dan penegak ketertiban"
"Lalu eh... kamu sendiri, apakah menjadi pencari cakra, Tonya?"
"Ah, seorang Edisk seperti saya tidak bisa menjadi pencari cakra, Tuan Putri. Dari bangsa Kriloga, hanya Akirosk dan lebih tinggi yang bisa mencari cakra. Memang seperti begitu keadaannya"

Nana termenung. Pemandangan hari ini membuatnya memikirkan hal yang bikin penasaran.
"Kemudian... eh, apakah begitu banyak yang bersetubuh, ada anak dari orang Glosk dan Edisk? Atau, kalau Lambas menyetubuhimu, apakah nanti kamu bisa punya anak darinya?" tanya Nana.
Tonya tertawa terkekeh-kekeh,
"Hahahaha.... Tuanku Putri lucu sekali! Tentu saja tidak, Tuan Putri. Apakah Tuan Putri lupa, Glosk hanya bisa dapat anak dari Glosk, Edisk dari Edisk, Akirosk dari Akirosk, dan seterusnya? Tidak bisa hamil dari suku bangsa berbeda."
"Oh, gitu ya?"
"Ya, maka selagi muda, biasa perempuan Glosk ditiduri Edisk atau lebih tinggi, atau perempuan Edisk ditiduri Akirosk atau lebih tinggi. Tidak akan hamil, tidak pernah terjadi"
"Pantas," Nana manggut-manggut
"Selagi masih belum berumur 25 tahun, biasanya perempuan Glosk dan Edisk bersenang-senang dengan persetubuhan," kata Tonya lagi
"Kenapa dengan 25 tahun?"
"Ya, setelah ulang tahun ke 25 tahun, perempuan wajib terus menikah. Kalau sudah menikah, perempuan akan terus hamil dan melahirkan, hamil dan melahirkan, setiap tahun begitu."
"Wah? Jadi, ada berapa orang saudaramu, Tonya?"
"Saudara? Apa itu?"
"Eh... itu, orang yang lahir dari ibu yang sama. Saudara kandung."
"Duh... hmm.... tidak tahu, Tuan Putri. Tidak pernah berhitung. Tidak kenal juga."
"Mengapa begitu? Bukankah kalian semasa kecil bersama-sama?"

Tonya menggeleng.
"Biasa dalam perkumpulan Edisk, anak-anak dikumpulkan bersama-sama. Nanti ada ibu-ibu yang bergantian memberi air susu pada kami semua. Kalau suku Edisk, kami tidak sesubur perempuan Glosk, mereka bisa melahirkan sekali tiap tahun, dan sering juga melahirkan anak kembar dua, bahkan kembar empat. Kalau perempuan Edisk biasanya melahirkan setiap dua tahun sekali. Perempuan Akirosk melahirkan setiap lima tahun sekali. Selagi masih kecil, semua ada di rumah bersama, sampai waktu mulai berdarah. Perempuan yang berdarah harus keluar dan bekerja," kata Tonya menjelaskan.

"Wah. Jadi kalian tidak tahu siapa saudara kandung?"
"Tidak, Tuan Putri"
"Lantas... kalau nanti kamu kawin dengan orang yang lahir dari ibu kalian sendiri, apa tidak masalah?"
"Lahir dari kemaluan yang sama? Itu bagus sekali, Tuan Putri! Hahaha... mudah-mudahan nanti bisa kawin dengan orang dari ibu yang sama," kata Tonya senang.

"Kenapa begitu? Apa bukan jadi buruk?"
"Sebaliknya! Kalau dua orang dari ibu yang sama kawin, anak mereka bisa memperoleh kelebihan, jadi lebih cantik, lebih ganteng, atau punya kekuatan lebih"

Nana terdiam. Di sini, incest malah diinginkan? Buset, dunia macam apa ini?

Selagi mereka ngobrol sambil berjalan perlahan-lahan, orang-orang menjerit-jerit keras, "ROMANAAAA..... ROMANAAAAA!!!"
Tonya seketika menjadi pucat. "Romana? Di sini?"
Ia terus meraih tangan Nana, mengajaknya berbalik terus berlari kembali ke arah kampung tengah.
"CEPAT, TUAN PUTRI! AYO CEPAT!"

Tidak tahu apa yang terjadi, Nana mulai berlari. Pakaian yang sangat minim ini membuatnya tidak bergerak leluasa, karena khawatir lilitan kain ini copot dan membuatnya telanjang bulat di jalanan. Tapi, nampaknya Tonya tidak perduli, ia berusaha berlari secepatnya.

Hah, apa sih Romana? Nana menoleh ke belakang.

Di belakang mereka, kira-kira lima meter di atas tanah, udara seperti berpendar merah. Kemudian sebuah celah hitam terbentuk dengan asap di sekelilingnya menyala merah. Kalau saja tidak dilanda kecemasan, Nana ingin tertawa melihat bentuknya, persis seperti memek perempuan raksasa yang merekah habis dientotin, melayang-layang di udara. Sesaat kemudian, keluarlah mahluk-mahluk putih dari lubang di udara, terus mendarat di tanah dan berdiri dengan kedua kakinya. Mahluk seperti monyet, tetapi memakai baju berwarna putih, membawa tongkat dengan ujung besi, seperti tombak pendek. Mahluk itu menyeringai, mulutnya persis mulut monyet dengan gigi taring tajam. Mata mereka liar dan penuh kemarahan. Mereka bergerak dengan sangat cepat mengejar orang-orang yang berlarian.

Para Glosk dan Edisk yang tidak cukup cepat berlari, terus ditusuk oleh tombak, tembus badan mereka. Darah merah muncrat membasahi tanah, orang-orang yang terus mati begitu saja.
Tonya berusaha berlari lebih jauh, tetapi Nana tahu mereka tidak bergerak secepat mahluk yang disebut Romana itu, yang terus bermunculan dari celah merah di udara. Mereka pasti tersusul!

Nana tidak takut, ia bertahun-tahun sudah belajar Wushu. Lagipula, kini ia sudah bisa jurus naga air dan mempunyai kekuatan yang jauh lebih besar daripada sebelumnya. Nana lantas berdiri dan mementangkan kaki, memasang kuda-kuda.
"Tonya! Kamu cepat lari pulang!"
"Tuan Putri! Jangan berdiri di sana, bahaya!"
"Aku bisa mengatasi mereka. Cepat, kamu pergi dulu!"
"Tuan Putriiiii!!! Awaaaasss!!!" Tonya menjerit keras-keras.

Nana tidak membutuhkan jeritan Tonya, karena ia sudah bergerak dengan lincah ke samping. Tangan kirinya meraih tombak pendek yang menusuk, sambil tangan kanannya membuat gerak memotong kepala mahluk itu dengan telapak tangan yang sudah dipenuhi energi air. KRAK! Suara tengkorak pecah terdengar, kepala Romana pecah, otak putih dan darah merah berhamburan. Nana tidak sempat merasa jijik, karena tiga mahluk Romana terus menyerangnya lagi. Dengan tombak rampasan, Nana menangkis dan membalas menusuk sambil melakukan putaran jurus Tai Chi. JLEBB! JLEBB! Dua gerakan cepat tepat menghujam dada kedua Romana, mati seketika. Nana merampas tombak lagi, kini ia memutarkan dua tombak pendek menurut jurus tongkat berpasangan.

Gadis itu tidak pernah benar-benar melatih jurus naga air yang baru saja diperolehnya secara aneh, tapi rasanya ia seperti sudah menguasai jurus itu bertahun-tahun lamanya. Jurus naga air sangat cocok dengan jurus tongkat berpasangan, gerakannya mengalir bagaikan naga yang bergerak dengan lincah di antara serbuan Romana, setiap kali menusuk pasti ada kepala pecah atau jantung yang bolong. Tetapi, mahluk Romana itu terus bermunculan, menjadi puluhan, ratusan dan membuat Nana kewalahan.

Di tengah-tengah serbuan, lima bayangan Akirosk berambut merah menyerbu masuk memecah keroyokan Romana terhadap Nana. Lima orang itu, empat laki-laki dan seorang perempuan, masing-masing membawa sebatang pedang dan perisai kecil berbentuk persegi, menempel di tangan kiri. Yang lelaki bertelanjang dada dan hanya memakai cawat, sedang yang perempuan memakai kain yang menutup dada hingga selangkangan, tapi tidak memakai apapun menutup pantat dan kaki. Mereka bergerak dengan teratur dan kekuatan penuh, menghantam Romana yang semakin banyak bergelimpangan. Hanya, memang kelihatan kalau kelima orang itu masih belum sekuat Nana, karena satu pukulan mereka tidak sampai membuat kepala Romana pecah berderai seperti pukulan Nana.

Dengan kehadiran kelima orang Akirosk itu, serbuan Romana di jalan ini berhasil ditahan. Terengah-engah, Nana berdiri dengan kuda-kuda penuh kewaspadaan, memandang kelima orang berambut merah menghalau Romana yang tinggal sedikit jumlahnya. Nana juga melihat ada orang-orang berambut merah di sisi lain dari lembah, juga melawan Romana. Tapi di sana nampaknya perterungan masih berlangsung sengit. Ia kembali melihat lima orang di depannya, menyadari mereka telah menolong menyelamatkan nyawanya. Tapi, mungkin ia juga telah membuat pertahanan di sini berhasil. Nampaknya di sisi sana para Akirosk itu kewalahan. Apa boleh buat. Fokuskan dengan apa yang ada di sini.

Lagipula, Nana melihat gelembung-gelembung merah tua muncul dari tengah pertempuran.
Cakra api +13
Cakra api +16
Cakra bumi +21
Cakra api +14
Cakra bumi +11
Cakra air +22
....

Pemberitahuan terus bermunculan seiring gelembung yang seperti tersedot ke arah diri Nana. Gadis itu terus berdiri dengan kuda-kuda, sebenarnya sedang membiarkan semua datang dan terserap olehnya.

Beberapa saat kemudian, serangan monster yang disebut Romana di jalan ini berhasil dipatahkan sepenuhnya. Mereka membunuh semuanya, tanpa tersisa. Kelima orang Akirosk, juga Nana, sepenuhnya berlepotan darah merah. Yang perempuan mengalami luka besar di bahunya, kena tusuk tombak. Seorang laki-laki Akirosk kena tusuk di perutnya, untung tidak dalam. Kelima orang itu melihat Nana berambut hitam, lantas buru-buru membungkuk dalam-dalam.
"Terima kasih, Tuan Putri!"
"Terima kasih, Tuan Putri!"
"Terima kasih banyak, Tuan Putri!"

Nana berdiri normal, tidak lagi memasang kuda-kuda.
"Sama, teman-teman, terima kasih atas bantuan kalian," kata Nana ramah.
"Tidak, Tuan Putri. Justru karena ada Tuan Putri, kami berhasil di sini," kata Akirosk yang kelihatannya lebih tua. "Lagipula, nampaknya memang bumi dan langit mendukung Kaum Homosk yang Mulia! Lihat, seluruh energi Kai mengalir berkumpul di tubuh Tuan Putri," katanya lagi.

"Energi Kai?" tanya Nana
"Iya, tidakkah Tuan Putri merasakannya? Lihat semua energi Kai berkumpul di sekitar Tuan Putri," kata Akirosk tua itu lagi.

Nana memejamkan matanya, berusaha mengingat apa isi dari naskah air langit. Oh ya, ada bagian dari naskah air langit, menjelaskan tentang keberadaan energi di langit, memenuhi atmosfir. Energi yang disebut Kai, yang mengalir di semua benda mati dan benda hidup. Cakra berhubungan dengan Kai seperti bahan bakarnya, memberikan kekuatan cakra dan mendorong berlangsungnya kehidupan. Hmm... membuat orang menjadi terdorong untuk membuat kehidupan dengan persetubuhan.

Ha! Jadi, Kai ini yang membuat semua orang tergila-gila seks di sini!

Nana juga mengingat bagaimana Kai tertarik kepada orang dengan tingkat tertinggi. Karena ia adalah seorang Homosk, maka Kai lebih tertarik mengarah padanya. Lalu ke Blendosk, terus ke Akirosk. Kai tidak mengalir ke Edisk atau Glosk, maka mereka tidak bisa menjadi pencari cakra. Semua dijelaskan dalam naskah air langit, tapi belum sempat dipelajari Nana sejak kemarin ia terima melalui ngentot yang hebat rasanya. Karena Kai yang memenuhinya. Halah! Jadi selama ini ia kena obat perangsang yang ada di udara!

Nana membuka matanya, tersenyum manis.
"Nama kalian siapa?" tanyanya ramah.
"Siap, Tuan Putri, nama hamba Begi, pimpinan kelompok bunga dera ini. Ini adalah komandan kedua hamba, namanya Reya, lalu anggota hamba, Sada, Tela, dan Resa yang perempuan," jawab Begi.
"Begi, Reya, Sada, Tela, dan Resa. Terima kasih," kata Nana lagi sambil mengatupkan kedua tangan di depan. Kelima orang itu serempak langsung membungkuk dalam-dalam. Tidak pernah terdengar ada seorang Homosk berperilaku seperti ini. Mereka sangat tersentuh. Tapi yang bernama Sada nampak kesakitan karena lukanya, begitu juga Resa terus memegangi bahunya yang terus mengucurkan luka.

Tonya datang dan terus membungkuk ke arah lima orang itu.
"Hamba Tonya ada di sini, mungkin bisa membantu. Hamba seorang Rashi," kata Tonya dengan khidmat.
"Oh? kamu Rashi?" kata Reya sambil mengangkat alis
"Apa itu Rashi?" tanya Nana kepada Begi di sebelahnya
"Itu adalah kelebihan seorang Edisk, Tuan Putri. Mereka mempunyai cairan yang punya daya sembuh kuat, kalau mereka disetubuhi," jawab Begi.

Nana melongo, dia terdiam saja melihat apa yang terjadi.
Tanpa banyak bicara, Tonya melepaskan seluruh pakaian bawahnya. Ia terus merangkak dengan tangan dan dengkul, lalu menghadapkan memeknya ke atas. Siap dientoti. Reya melepaskan cawatnya, meludahi tangan lalu mengocok kontolnya sehingga mengeras. Ia terus berlutut di belakang Tonya, penisnya mengarah ke memek gadis berambut ungu itu.

Jlebb.... kontol Reya memasuki memek Tonya.
"Uuugghhh.... memek kamu sempit," desis Reya
"Aarhhh.... kontol Tuan besar," jawab Tonya. Ia mulai bernafas makin cepat, orgasmenya menjadi semakin mendekat. Reya terus menggencot memek Tonya sehingga menjadi sepenuhnya berwarna merah tua dan berlendir. Tonya merintih-rintih, menahan gelombang orgasme.

"Aaaaahhh.... aku mau dapat! aku mau.... mau keluuuaaaarrrr...." jerit Tonya
Resa buru-buru berlutut di samping pantat Tonya yang menungging, sementara Reya terus melepaskan kontolnya dari sana. Resa terus mengeluarkan semacam kantung menutupi kemaluan Tonya. Gadis itu merintih orgasme dan ....
SROOOTT.... SROOOTTT.... keluarlah cairan dari memek Tonya, squirting kuat dan banyak. Semuanya ditampung oleh Resa dengan hati-hati. Sehabis semuanya keluar, Tonya terus tergeletak lemah di tanah, bahkan tidak kuat lagi untuk berposisi merangkak.

Resa mengoleskan cairan memek Tonya ke lukanya. Ajaib, luka itu langsung nampak menutup, kulit yang terobek kini menyatu kembali. Perempuan berambut merah itu terus menyerahkan kantung berisi cairan itu kepada Sada. Lelaki itu terus mengoleskan cairan itu ke luka di perutnya, yang juga segera menutup dengan sempurna.

Nana menganga. Bagaimana mungkin cairan vagina bisa menjadi obat luka? Luar biasa.
Ia mengejap-ngejapkan mata. Bagaimana dengan atributnya sekarang?

LEVEL DASAR
Cakra air tingkat dasar 264/5000
Cakra api tingkat primatama 3 24/800
Cakra bumi tingkat primatama 3 52/800
Kekuatan 431
Ketangguhan 392
Kelenturan 274
Daya Serang 217
Daya Tahan 206

Naskah api mentari diterima
Jurus sembilan mentari diterima

Proses asimilasi dimulai....
ASIMILASI SELESAI

Tiga energi mulai berputaran, dan oleh kehadiran cakra api, Nana mulai bisa melihat ada bayangan titik-titik merah di udara. Inikah Kai? Benar kata Begi, nampaknya semua titik-titik merah itu tertarik kepadanya. Tititk-titik merah itu pula yang mendorong gelembung-gelembung datang kepadanya,

Karena ia seorang Homosk, berambut hitam. Dan cakra api itu membuat dirinya sangat terangsang, panas. Nana memandang Reya yang masih berdiri kontolnya, menetes-netes lendir Tonya, dengan penuh nafsu.

"Kamu, sekarang ayo berbaring di tanah," perintahnya kepada Reya. Lelaki itu tertegun, tapi terus mentaati perintah Nana. Reya berbaring di tanah berumput yang tidak dicemari oleh darah Romana. Nana terus melepaskan kain yang menutup tubuh bagian bawahnya. Memeknya sudah basah berdenyut-denyut. Ia pusing karena rangsangan birahi hebat yang memenuhi tubuhnya.

Nana terus berjongkok dengan kaki di sisi-sisi tubuh Reya yang kekar. Memeknya mencari kontol yang mengacung keras, mencari posisi yang pas, kemudian menghujam turun ke bawah. Kontol keras itu terus membelah bibir memeknya, terus masuk ke dalam. Nana menyeringai dilanda kenikmatan berbareng rasa perih karena memek sempitnya kembali diisi kontol keras.

Ia mulai bergerak turun naik, mula-mula perlahan, lalu semakin lama semakin cepat. Nana mendongak, merintih-rintih, bahkan mulai menjerit-jerit. Gerakannya semakin cepat.

Keempat Akirosk dan Tonya terdiam sambil mengalihkan pandangan. Memastikan tidak ada orang lain yang datang ke sini -- tapi setelah serangan Romana, tidak ada yang datang lagi. Memek Nana dengan bebas terus menelan kontol keras berurat-urat, membuat rasa garukan yang sangat diidamkan, yang justru membuat nafsunya meningkat. Nafasnya semakin memburu. Wajahnya memerah. Dadanya mengeras, putingnya menonjol keras di balik kain yang menutupi.

Sampai akhirnya, Nana melolong panjang sambil melesakkan seluruh kontol itu ke dalam, mentok di rahimnya. Reya yang sudah tidak tahan lagi, sambil menggeram terus ejakulasi kuat-kuat, menyembur di dalam, berdenyut-denyut. Kenikmatan yang tidak terkira, memasuki memek seorang Homosk, siapa sangka!

Terpuaskan, Nana terus berdiri di atas tubuh Reya. Lelaki itu terus berlutut dan meletakkan kepalanya serendah tanah.

"Selamat, Tuan Putri, " kata Begi.
"Kenapa?" tanya Nana lemah. Ia masih dikuasai rasa nikmat oleh orgasme kuat barusan.
"Seorang Akirosk jika bersetubuh dengan Homosk, selalu akan terikat untuk menjadi budak Homosk itu seumur hidupnya, Tuan Putri," jawab Begi

Nana mengangkat alisnya. Jadi, sekarang ia punya budak bernama Reya?

Apa yang sudah kulakukan? tanya Nana dalam hati

---- disambung nanti lagi ya ----
 
RUMAH POHON. Di mana ada rumah pohon sebesar dan sebanyak ini? Pohon-pohonnya sangat besar, mungkin harus sepuluh orang berpegangan tangan baru bisa melingkari sebatang pohon yang disebut Arkana ini. Kayunya berwarna hitam legam mengkilat, kalau tidak diberitahu mungkin Nana akan berpikir bahwa ini dibuat dari plastik. Benar-benar keras, sehingga kapak biasa tidak bisa mencungkil sepotong kayu pun dari sana. Pohon Arkana menjulang tinggi, ratusan meter dari atas tanah dan jumlahnya banyak, satu sama lain terpisah jarak belasan meter. Di bagian atas, cabang-cabangnya saling bersentuhan, dan nampaknya mereka membuat penyangga sehingga orang bisa berjalan dari satu pohon ke pohon lain. Di antara cabang-cabang besar, mereka membuat rumahnya, berbentuk bulat-bulat.

Di salah satu pohon dipasang tangga berputar mengelilingi batang besar itu. Begi dan para Akirosk mengantarkan Nana naik ke atas, hingga ke rumah bulat yang paling besar, di topang oleh empat batang Arkana. Semua Akirosk berambut merah yang melihatnya langsung membungkuk dalam-dalam. Suatu kehormatan jika seorang Homosk hadir di tempat itu!

"Mari temui pemimpin kami, Tuanku Rambada," kata Begi sambil membuka pintu besar yang membuka aula besar. Dengan takjub, Nana masuk dan mengamati bagian dalam bangunan Aula Arkana. Di bagian atas seperti dibuat dari selaput yang tembus cahaya matahari menyinari seluruh ruangan. Ukiran-ukiran indah dibuat langsung pada dahan-dahan Arkana yang menembus dan menopang seluruh bangunan.

Di bagian ujung yang terang, ada meja dan tempat duduk dari batu, sama seperti di pekarangan rumah Lambas. Di sisinya ada batu yang lebar, seperti dipan, dan seorang tua berambut kuning, seorang Blendosk duduk menanti mereka.

"Tuanku Rambada, hamba mengantarkan Tuan Putri," salam Begi dengan sikap hormat
"Tuan Putri, selamat datang di Aula Arkana," sapa Rambada sambil bangkit berdiri. Nana menyambut salam itu sambil sedikit membungkuk. Orang tua berambut kuning ini memancarkan aura seperti orang bijaksana yang langsung mengundang rasa kagum dan hormat padanya. Bagaimanapun, Nana masih anak muda sementara yang dihadapannya jelas sudah tua, mungkin lebih tua dari Lambas karena kulit wajah Rambada keriput.


Para pelayan berambut biru dan ungu terus datang dan melayani Nana, mereka membantu melepaskan sendal yang dipakainya, mencuci kakinya, mencuci tangannya, dan ada yang mulai memijati punggungnya. Nana terkesima, ia hanya duduk tegak di kursi batu itu selama mereka semua sibuk dengan tubuhnya. Rambada seperti tidak peduli dan membiarkan Nana menikmati perlakuan itu. Tidak lama, setelah itu mereka semua berlalu pergi.

"Enak kah, Tuan Putri?" tanya Rambada
"Ah... iya, terima kasih, Tuan Rambada," jawab Nana dengan sopan
"Haha... panggil saya dengan nama saja, Tuan Putri," sanggah Rambada, "belum pernah ada Homosk yang sangat sopan seperti Tuan Putri"


Rambada memandang dengan intens kepada Nana.
"Boleh bertanya... Tuanku Putri berasal dari klan manakah? Arteria, Gonad, atau Srilarak?"
"Eh... saya... saya tidak dari klan-klan itu," jawab Nana
Rambada tertegun.


"Apakah.... apakah Tuanku Putri... tidak berasal dari sini?" tanya Rambada
"Err... tidak, saya... tidak berasal dari sini..."


"Tuanku Lambas membawanya dari Padang Terlarang, Tuan Rambada," kata Tonya yang bersimpuh di belakang Nana dengan tiba-tiba. "Tuan Putri tidak sadarkan diri beberapa hari, setelah siuman baru hari ini jalan keluar"
"Berkat Tuan Putri, kita berhasil menghadang Romana, Tuan Rambada," sambung Begi dengan hormat. Ia masih terkesan dengan peristiwa hari ini.


Rambada mengangguk-angguk. Rambut pirangnya panjang sampai ke pinggang, bergoyang-goyang.

"Dahulu kala, ada babad kisah masa lalu, Tuan Putri mungkin pernah dengar tentang asal mula bangsa Kriloga?" tanya Rambada. Nana menggeleng. Rasa ingin tahunya memuncak, maka ia mendengarkan dengan seksama.

"Dahulu sekali ada sepasang anak raja dari Negara yang disebut Negara Chu. Mereka melarikan diri dari serbuan Negara Chin, yang rajanya sangat rakus kekuasaan, mau menguasai semuanya. Pangeran dan Putri Negara Chu beserta banyak pelayannya melarikan diri ke kolam Terang Bulan, dan menjumpai sepasang dewa bulan. Kedua dewa berkehendak menyelamatkan mereka, maka kedua anak raja beserta pengikutnya semua dipindah ke tanah ini, dan mendirikan Negara Tengah Kiri."

"Sepasang dewa bulan?" sela Nana. Ia mengingat kolam dengan ikan berwarna hitam dan putih.

"Yang mulia Dewa Bulan adalah sepasang ikan, satu berwarna hitam dengan titik putih, satu lagi berwarna putih dengan titik hitam, Tuan Putri," jawab Rambada. "Dewa Bulan mengubah para pengikut Pangeran dan Putri, para cendikia dan orang bijak dibuat menjadi Blendosk. Para Pendekar dan Ksatria dibuat menjadi Akirosk. Para Pedagang dan Pengelola dibuat menjadi Edisk. Para pelayan dan lainnya, dibuat menjadi Glosk. Dewa juga memberikan semua ilmu dan pengetahuan tentang cakra, sehingga kita semua bisa selamat hidup di sini."

"Maksudnya Lembah Kesuburan?" tanya Nana

"Haha, ya, antara lain Lembah Kesuburan. Di sini kita bisa hidup dengan tenang, tetapi tidak banyak yang bisa dilakukan. Di luar dari Lembah Kesuburan adalah wilayah yang dikuasai mahluk jahat di bawah kekuasaan Orompok. Sangat sedikit yang bisa bertahan di luar, apalagi kalau sudah malam. Mahluk-mahluk jahat sangat membenci bangsa Kriloga, mereka berusaha membinasakan kita. Maka bangsa Kriloga membentuk pertahanan bersama, membuat prefektur-prefektur di seluruh Negara Tengah Kiri.

Lembah Kesuburan adalah tempat paling subur, memberikan bahan makanan yang berlimpah, sangat penting bagi prefektur Ooki. Ada tempat lain seperti Gunung Menjang yang menghasilkan batuan berharga dan Gua Panas yang membuat senjata," Rambada terus duduk dan mengambil pipa, menaruh sejumput rempah kering, menyalakan bara, mengisap asapnya dalam-dalam.
Wanginya enak, tidak seperti bau rokok yang biasanya bikin mual.


"Bagaimana Dewa membawa pangeran dan putri negara Chu ke sini?" tanya Nana sambil mengingat-ingat. Bagaimana caranya bisa kembali ke rumah? Apa yang terjadi dengan Anggia dan lainnya?

"Kita tidak tahu, Tuan Putri," jawab Rambada, "itu adalah misteri dari Dewa Bulan. Sejauh ini kita bisa mendapatkan makanan, bisa terus beranak pinak, dan bisa mempertahankan hidup, itu saja sudah sukar," jawab Rambada dengan wajah serius. "Para mahluk jahat membuat kita tidak bisa banyak melangkah. Untungnya, para mahluk jahat itu juga yang membuat ada Kai sehingga kita bisa mendapatkan cakra"

"Kai dari mahluk jahat?"
"Ya, mahluk-mahluk jahat itu mengeluarkan Kai dari tubuhnya. Dalam diri mereka ada intisari Kai, semua itu membuat kita bisa turut memperoleh kekuatan mereka, untuk melawan mereka," Rambada menghela nafas, "semua saling berhubungan. Nyatanya, bangsa Kriloga juga mungkin.... menjadi begini karena kekuatan dari mahluk jahat. Yang pasti, mahluk jahat sangat membenci kita, selalu berusaha membunuh kita, dan kita selalu harus membunuh mahluk jahat.

Apakah Tuan Putri mau beristirahat dulu di sini? Ada banyak tempat di Arkana," kata Rambada lagi.

"Ah, tidak, terima kasih Rambada. Tapi, saya ingin kembali ke tempat Lambas saja, bersama Tonya," jawab Nana menolak tawaran itu. Ia belum nyaman berada di tempat asing ini. Lagipula, ada sesuatu pada diri Rambada. Apa itu? Nana hanya punya firasat saja. Selain itu, semua penjelasan Rambada terasa membingungkan baginya. Butuh waktu untuk mencerna semua penjelasan itu.

Nana dan Tonya terus mohon diri untuk kembali. Reya, yang sudah terikat menjadi budaknya, turut berangkat mengikuti. Lelaki kekar berambut merah itu tidak banyak bicara, nampak tegap mengagumkan. Dan kontolnya benar-benar kuat dan tebal. Mereka berjalan cepat kembali ke dinding batu, menjelang matahari terbenam tiba di rumah.

"Tuan Putri mau mandi?" tanya Tonya
"Oh? Ya, mau!"
"Di sisi dalam ada kolam air panas. Tuan Putri pasti suka," kata Tonya lagi. Ia terus mempersiapkan tempat itu bagi Nana. Tak lama kemudian, Tonya mengatakan bahwa kolam sudah siap dan Nana bisa mandi. Ia berjalan, dengan diikuti oleh Reya di belakangnya. Nana melihat dengan sudut matanya. Hmm... lelaki cakep bertelanjang dada ini lumayan juga, pikirnya.

Berapa banyak perempuan yang mempunyai budak lelaki yang sekekar dan sekeren ini?

Namun tidak banyak pikiran aneh-aneh. Nana masih memikirkan semua yang dijelaskan oleh Rambada kepadanya, terasa begitu memusingkan. Sampai di kolam, Tonya membantu Nana melepas seluruh kain yang membelitnya. Tubuh telanjangnya kini sudah pulih seutuhnya. Sama sekali tidak ada bekas luka. Reya menatap tubuh telanjang indah itu memasuki kolam pemandian. Lelaki mana yang tidak terangsang? Kontolnya mengeras dan menyembul keluar. Apalagi Tonya juga turut melepaskan seluruh pakaian, perempuan muda telanjang berambut ungu itu mempunyai pantat yang bulat dan indah.

Nana memandang udara di sekitarnya, penuh dengan titik-titik merah muda, Kai, yang melayang naik dari permukaan air kolam yang panas. Mengapa ada Kai keluar dari air? Bukankah, menurut Rambada, Kai berasal dari mahluk jahat? Bagaimana air ini bisa menjadi panas, kalau bukan panas bumi? Nana bertanya-tanya dalam hati.

Terlalu banyak misteri di dunia yang asing sama sekali ini. Haaahh.... Nana terus berbaring di kursi batu di bawah air. Tonya duduk di depannya, memijati dan menggosok kaki Nana yang jenjang, pijatannya di telapak kaki terasa enak.

"Eh, Tonya," kata Nana sambil tersenyum, "lihat tuh Reya. Batangnya udah keras," Nana menunjuk dengan lirikan mata. Tonya terkekeh melihat lelaki gagah yang berdiri tegak.
"Jadi bagaimana, Tuan Putri?" tanya Tonya.
"Kalau kamu ingin, bersetubuhlah dengannya," kata Nana iseng. Tapi Tonya nampak senang dan memang ia juga terangsang. Kai di tempat itu sangat pekat, lebih pekat daripada di luar. Kalau dihirup begitu saja, orang biasa terangsang berat. Tidak terkecuali Tonya, gadis itu juga sangat terangsang.

Tonya terus keluar dari kolam, bertelanjang bulat. Air menetes-netes dari seluruh tubuhnya.
Nana tersenyum, lantas melipat kedua kakinya. Menjalankan petunjuk dari naskah air bumi, mengatur energi di dalam tubuhnya, berputaran dan menjauh dari selangkangan -- mengurangi rasa gatal ingin ngentot.

Sementara, Tonya telah berlutut di depan Reya, dan melepaskan segala penutup lelaki kekar itu. Batang kemaluannya keras mengacung. Reya membiarkan perempuan cantik itu menggunakan mulutnya menjilat batang dengan kepala bulat merah darah, semerah warna rambutnya yang dipotong acak-acakan sebahu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd