Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY IMMORTAL GIRL

menarik ceritanya
 
BUTIRAN-BUTIRAN KAI MERAH MUDA MELAYANG DI UDARA, sedemikian padat sehingga Nana merasa seperti memakai kacamata berwana pink. Semua terlihat merah muda. Dalam kepekatan Kai seperti itu, semua orang menjadi sangat bergairah.

Tapi para Akirosk, Kendofill dan teman-temannya, malah terus mundur menjauh dari pintu. Mereka membiarkan Nana sendiri mendorong pintu terbuka, terus melangkah masuk ke dalam. Ruangan itu luas, sekitar sepuluh meter panjang kali sepuluh meter lebar. Sebuah bangku dari batu menonjol keluar dari dinding, di sana duduk seorang berambut pirang. Ia sepenuhnya bertelanjang bulat.

Nana terkesiap, mengagumi tubuh lelaki kekar yang nampak seperti dewa Thor di film. Siapa itu namanya... Chris? Dia sangat seksi! Kontolnya mengacung keras dan besar, ada dua orang perempuan berambut merah telanjang bulat, dengan dada yang besar bulat, berjongkok di kiri dan kanan. Mereka bergantian menjilat dan mengulum kontol besar keras itu.

Di hadapan bangku batu yang nampak seperti tahta itu, ada puluhan perempuan muda berkepala gundul, tak berambut, yang bertelanjang bulat. Yang satu terlentang sambil mengangkang, yang lain berlutut di depannya, mengoral memek yang terbuka. Ada perempuan lain yang turut berlutut di belakangnya, dengan jari dan mulutnya mengorek memek, dan mereka semua berpacu berusaha membuat yang di depannya orgasme.

Rintihan dan raungan perempuan orgasme memenuhi ruangan, tak ada suara selain suara ngentot. Ketika seorang perempuan orgasme lebih dari tiga kali, dengan lemas ia melangkah ke lelaki pirang. Dua perempuan berambut merah itu terus bangun dan memegangi si perempuan, yang terus mengangkang di atas kontol keras.

Perempuan itu terus menurunkan tubuhnya. Ia meraung panjang ketika kontol ekstra besar itu memenuhi memeknya, antara sakit dan rasa nikmat yang menghujam ke tulang. Perempuan yang tertancap itu langsung bergerak-gerak liar, kontol besar itu masuk keluar memek yang sempit. Teteknya berayun-ayun mengikuti geraknya yang semakin cepat, hingga akhirnya perempuan itu menghujamkan tubuhnya ke bawah.

Kontol itu sepenuhnya tertanam dalam-dalam. Perempuan itu menggelepar-gelepar, matanya berbalik ke atas hingga hanya nampak putih saja. Buih-buih keluar dari mulutnya. Sesaat kemudian, tubuhnya lemas. Dua perempuan Akirosk dengan sigap menangkap tubuh yang lunglai.

Plop! Kontol itu lepas keluar dari memek, yang bersimbah darah. Perempuan itu terus digotong dan dibawa ke samping. Di sana ada lubang hitam besar di dinding, di mana tubuh lunglai itu dilemparkan begitu saja.

"Uggghhhh.... nikmatnya. Maafkan saya membuatmu menunggu, Tuan Putri..." kata lelaki pirang itu sambil tersenyum kepada Nana.

Entah mengapa, melihat senyum itu mendadak Nana merasa mual.

Lelaki itu terus berdiri. Dua perempuan Akirosk membawa air dan handuk, mengelap kontol yang berlumuran darah sampai bersih. Mereka kemudian meneruskan menjilati kontol yang nampak masih kekar.

"Sangat menyenangkan menemukan seorang Homosk hadir di Gua Panas ini, Tuan Putri. Siapakah nama Tuan Putri yang mulia? Dari klan manakah? Arteria, Gonad, atau Srilarak?"

"Namaku Nana. Dan klan aku... bukan urusanmu," jawab Nana. Kepalanya mulai pusing karena tebalnya Kai di tempat itu. Ia masih menggunakan ilmu Halimun Cakrawala, membuat auranya terlihat seperti orang biasa. Sayangnya, dengan keadaan itu ia tidak bisa terus mengerahkan tenaga untuk mengolah Kai setebal ini.

Mau tidak mau, Nana membiarkan Kai terhisap nafasnya, dan tak urung membuat birahinya meluap dengan cepat.

"Oho, tidak apa, Tuan Putri. Apakah Tuan Putri lelah? Haus? Atau ingin ikut dalam pesta kenikmatan ini?" tanya si pirang itu

"Apa yang terjadi dengan perempuan tadi?" tanya Nana

"Ah, biasa saja, perempuan itu tidak dapat mengendalikan dirinya lagi," ujar si pirang

"Lalu?"

"Ya, biasa saja. Seperti perempuan lain, mereka mati karena kenikmatan terlalu hebat"

"Mati?"

"Oh ayolah, ia mengalami kenikmatan sangat sangat hebat, sampai mati. Apa anehnya? Apakah Tuanku Putri menginginkan kenikmatan ini juga?"

Mati? Seperti orang over dosis, pikir Nana. Kapan kenikmatan seks menyebabkan over dosis yang mengakibatkan kematian?

Nana mengejapkan matanya. Bayangan kenikmatan persetubuhan mendorong dirinya melangkah ke tengah-tengah para perempuan gundul yang masih merintih-rintih. Beberapa terus bangkit dan melucuti seluruh pakaian Nana, yang memang hanya dua lembar kain saja serta jubah bertopi. Baju dan tas Nana ditaruh begitu saja di lantai, di sisi ruangan.

Perempuan-perempuan gundul itu terus melayani Nana. Yang satu menciumi pantatnya, yang lain menciumi teteknya, satu di kiri dan satu di kanan. Yang lain terus berjongkok di depan, dan menyibakkan bulu jembut memek Nana yang masih tipis.

Karuan saja, Nana tak dapat menahan rintihannya, terus terduduk di lantai yang ternyata empuk, berlapis semacam kulit yang tebal. Ia mengangkang, beberapa perempuan gundul terus menjilati memeknya, menghisap teteknya, yang lain memijat punggung dan lehernya. Juga ada yang memijati kaki, satu kiri dan satu lagi kanan. Kerja sama yang hebat, membuat Nana segera terbang dan mencapai klimaks.

Orgasme demi orgasme bertubi-tubi mendera Nana, para perempuan gundul itu sangat ahli urusan seks lesbi. Mata Nana nanar memandang lelaki berambut pirang dengan kontol mengacung keras. Ada dorongan sangat kuat untuk menghujamkan kontol itu ke memeknya.

Nana terus bangkit, dan melangkah ke lelaki pirang itu. Dua perempuan Akirosk terus membantunya mengangkang tepat di atas kontol yang ternyata memang jauh lebih besar daripada semua kontol lelaki yang pernah masuk. Nampaknya akan menjadi sangat, sangat enak. Ugh...

Nana menurunkan tubuhnya. Kontol besar menguak bibir memek yang sebelumnya terasa sudah lebar, tapi kini menjadi seperti perawan lagi menerima kontol pertama kali. Ya, pertama kali sebesar tongkat baseball!

Rasa sakit ketika kepala kontol masuk membuat Nana sedikit tersadar dari birahi yang melanda. Ada sesuatu yang janggal di sini. Sesuatu yang sinis, jahat, mematikan.

Seluruh saraf Nana bangkit dengan tanda bahaya. Kontol itu menerobos masuk ke dalam. Rasanya sakit sekaligus nikmat luar biasa. Nana terus merapal ilmu Mutu Manikam yang kini telah sepenuhnya dikuasai. Auranya terus meningkat. Pusaran energi besar berputaran di selangkangan, menarik kekuatan dari kontol yang menerobos.

Di saat yang sama, kontol itu pun berusaha menghisap cakra dari tubuh Nana. Ia menghujamkan seluruh kontol itu masuk sedalam-dalamnya, sampai hanya tersisa pelir saja di luar. Kaki Nana mengangkang lebar, karena kontol itu benar-benar besar berurat, untungnya tidak terlalu panjang. Nana memegangi dada lelaki yang bidang.

Tanpa dilihat siapapun, dua ilmu bertarung sengit di pertemuan kedua alat kelamin mereka. Berebut berusaha menghisap, menarik, membelit, berusaha merampok cakra yang ada di tubuh lawan. Wajah lelaki itu dari penuh senyum menjadi terkejut, lalu menggeram. Pertama kali dalam hidup ia menemukan lawan sepadan, dan menjadi semakin panik.

Mutu Manikam Nana lebih lincah, bagaikan ular berputaran di batang kontol yang terbenam dalam memek, menarik cakra dengan deras keluar dari samping batang berurat keras itu, membuat kulit kontol terbuka dan mulai mengeluarkan darah. Lelaki pirang itu menyeringai merasakan sakit luar biasa di kontolnya. Jelas ia kalah dalam pertarungan kontol melawan memek ini.

DUAAGGGGHHH..... lelaki itu memukul sepenuh tenaga ke tengah-tengah tetek Nana yang bulat. Nana yang waspada terus menahan dengan kedua tangan, tapi tubuhnya yang ramping tak urung terus tertolak melayang ke belakang. Nana menggunakan ilmu Halimun Cakrawalanya untuk membalas dengan pukulan dari udara, tepat menghantam ulu hati lelaki dan membuatnya tertekuk dengan wajah merah menahan mual dan marah.

Dua perempuan Akirosk telanjang menyadari ada yang salah, terus melayangkan pukulan kepada Nana. Kini Nana tidak lagi menyimpan auranya, terus memainkan jurus naga air dan tendangan sembilan matahari. Tubuhnya yang putih indah berlompatan dengan sigap di antara pukulan dan tendangan, yang menjadi semakin keras dan mematikan. Karuan saja, semua perempuan gundul berlarian keluar dari pintu di sebelah belakang bangku batu.

Hanya ada Nana dan dua perempuan Akirosk berdiri di tengah ruangan. Si lelaki masih terbungkuk menahan sakit dari ulu hatinya. Ketiga orang itu mulai bergerak, dua lawan satu.

Kini bukan lagi perkelahian untuk menaklukkan, melainkan untuk membunuh. Nana yang mati, atau lawan-lawannya yang mati! Nana tidak menahan diri, tendangan sembilan mataharinya ditingkatkan di atas level 5. Kakinya yang panjang dan telanjang itu menjadi berpendar menyala bagaikan api matahari. Kedua lawannya memakai cakra air, berputaran. Tendangan sembilan matahari pun bergerak lebih cepat.

Matahari ke delapan menghantam kepala Akirosk berambut merah yang tidak lagi bisa berkelit. Kepalanya terus berputar, lehernya patah dan mati seketika. Melihat kawannya mati, Akirosk yang satu lagi terus menjerit dan menerjang membabi buta. Nana mengerahkan jurus naga air, yang memutarkan tubuh perempuan itu di udara. Satu pukulan tinju utara tepat menghantam tulang belakang punggung telanjang, mematahkannya. Perempuan itu terus terbanting di lantai. Tidak mati, tapi ia lumpuh dari pinggang ke bawah, tidak lagi bisa berdiri.

"Kamu siapa?!!" seru lelaki pirang itu keras. Blendosk ini juga pencari cakra, sangat marah melihat pengikutnya yang satu mati yang lain lumpuh, terus menyerang Nana. Ilmunya lebih tinggi dari kedua Akirosk, sehingga Nana mula-mula sangat repot menghadapi dengan jurus naga air dan sembilan matahari.

Maka Nana juga terus mengeluarkan jurus Peri Air dan Raksasa Bumi yang belum lama dipelajarinya. Tidak sempurna, namun setidaknya ia bisa menahan gempuran si pirang. Sambil bertempur, diam-diam gelembung-gelembung terus mengalir dan diserap Nana, meningkatkan cakra dan kelincahannya. Jurus peri airnya menjadi semakin cepat, sedangkan Raksasa Bumi membuat benteng pertahanan yang lebih kokoh.

Melihat ia tidak bisa segera memenangkan pertempuran, lelaki pirang itu terus mengerahkan ilmu simpanannya. Nana terkesiap, karena tiba-tiba saja ia mulai melihat tulisan yang baru di depan matanya:

Cakra kehidupan +12
Cakra kehidupan +9
Cakra kehidupan +11
....

Cakra kehidupan terus masuk ke dalam lautan sukma, memenuhi rongga kosong yang tidak bisa diisi oleh cakra lain. Ketika tiang itu penuh cakra, energi besar muncul dan menguatkan seluruh ilmu yang dikerahkan. Sembilan Matahari, api. Peri Air, air. Raksasa Bumi, bumi. Ketiganya mengalami transformasi yang besar.

Si pirang semakin bernafsu untuk membunuh, entah ilmu apa dengan cakra kehidupan. Nampaknya selama ini ia memakai kontolnya menghisap cakra kehidupan dari perempuan-perempuan yang dientot sampai mati. Bukan karena terlalu nikmat, melainkan dihisap habis! Nana juga semakin cepat bergerak, bergantian dengan api yang menyerang, air yang bergerak, dan bumi yang bertahan.

Sampai akhirnya, tendangan ke sembilan yang dilakukan dengan salto membalik ke belakang tepat menghantam pelipis kepala berambut pirang, dengan pusaran kekuatan api sepenuhnya. Kepala itu langsung pecah seketika!

Tubuh lelaki telanjang itu terus terjerembab ke lantai dan tidak bergerak lagi. Gelembung-gelembung cakra kehidupan bertaburan dari tubuh tanpa kepala, seketika meningkatkan jumlah cakra kehidupan pada diri Nana

Naskah kehidupan bumi diterima
Jurus penarik kehidupan diterima
Cakra kehidupan +3421

Nana bergidik. Kalau saja si pirang itu berhasil menempelkan tangan di dadanya atau meremas teteknya, seluruh kehidupannya bisa seketika dihisap sampai ia mati. Ilmu yang sangat ganas, seperti vampir.

Hanya kalau vampir harus menghisap darah dengan gaya mengerikan. Ini cukup dengan menempelkan tangan, atau memakai alat kelamin. Kehidupan yang ditarik menambah hidupnya sendiri, menjadi semakin panjang. Tapi Nana tidak ingin hidup panjang dengan cara merampas kehidupan orang lain seperti itu!

Ia menghampiri si Akirosk yang lumpuh. Wajah cantik berambut merah itu nampak sangat ketakutkan melihat Nana. Tak pernah dibayangkan olehnya, perempuan berambut hitam ini ternyata sangat hebat ilmunya.

"Kamu siapa?" tanya Nana dingin
"Sa... saya Risi, Tuan Putri" jawabnya lemah
"Si pirang itu, apakah dia Veejay?" tanya Nana lagi
"Benar, Tuan Putri"
"Di mana lagi bawahannya yang lain?"
"Eh.... se... sebenarnya Tuan Veejay mengikat semua orang dengan Ikatan Sukma. Sekarang, setelah dia mati, kami... semua kami tidak lagi terikat. Lepas, berkat Tuan Putri," ujarnya sambil tersenyum lemah.

Nana mengingat semua orang yang ada di sini, rupanya mereka memang diikat oleh semacam ilmu sehingga berperilaku demikian. Ia memandang kasihan kepada Risi yang lumpuh karena tulang belakangnya remuk. Kasihan, secantik ini lumpuh... maka Nana membalikkan tubuh telanjang itu. Ia melihat bagian tulang belakang yang terpukul remuk, Nana terus mengerahkan Peri Air.

Ilmu air bukan hanya menyerang, tapi juga menyembuhkan. Memang tidak seampuh kemampuan seorang Rashi yang kadang-kadang dimiliki seorang Edisk. Cairan memek Rashi bisa menyembuhkan apapun. Namun dengan Peri Air, Nana bisa melakukan penyembuhan, hanya jauh lebih lama waktunya.

Satu jam kemudian, Nana menarik nafas. Peluh mengalir di sekujur tubuhnya yang telanjang. Melelahkan, namun penyembuhannya berhasil. Seluruh saraf dan tulang belakang Risi telah pulih kembali. Sepanjang proses itu pasti terasa sangat sakit, sehingga berkali-kali Risi merintih kesakitan. Sampai akhirnya selesai, ia menggerakkan kedua kakinya, terus duduk bersimpuh di depan Nana, kepalanya ditundukkan dalam-dalam.

Nana teringat pada Reya, budak Akirosknya yang telah tiada. Risi juga seorang Akirosk, dan telah menerima kebaikan dari Homosk. Ia akan menjadi budaknya, seumur hidupnya.

huuhhh.... tapi bolehlah. Hanya, Nana bukan lesbi, ia tidak berharap berhubungan esek-esek dengan perempuan lain, sekalipun itu budaknya. Ia terus mengenakan lagi pakaian, juga mengambil tasnya dari lantai. Memeriksa, semua isinya masih utuh. Syukurlah.

Risi selama ini menjadi budak Veejay, dan mengetahui semua rahasia Blendosk yang sudah mati. Ia mengantarkan Nana memasuki pintu di belakang, terus ke atas lagi, ke ruang pribadi Veejay. Di dalam ruang itu, ada banyak sekali senjata dan baju zirah berjejer di dinding yang panjang, jauh ke dalam gunung.

"Gua Panas tadinya adalah pusat pembuatan senjata. Tuan Veejay datang terus menghisap kehidupan dari Blendosk penguasa Gua Panas. Sejak itu pembuatan senjata terhenti. Semua senjata terbaik ada di sini, Tuan Putri bisa lihat dan pilih," kata Risi lagi.

Takjub dan penasaran, Nana berjalan di sepanjang lorong, ditemani Risi. Ada cahaya dari luar gua masuk dari antara celah-celah, menerangi bagian dalam lorong yang dipenuhi beragam senjata dan zirah, yang diam-diam berusaha dihitung oleh Nana.

Ia berhenti ketika hitungannya mencapai 200. Masih ada banyak lagi, terlalu banyak untuk dihitung. Semuanya dibutuhkan untuk melawan mahluk jahat! Bagaimana si Veejay sialan itu menyimpannya saja untuk dirinya sendiri?

Nana berjalan hingga tiba di ujung, di mana sebuah pintu hitam besar tertutup.

"Tuan Veejay berulang kali berusaha memasuki pintu ini, tapi tidak berhasil. Tidak tahu apa dan bagaimana pintu ini bisa terbuka. Tapi ada catatan yang mengatakan kalau di balik pintu ini ada senjata dan zirah cakra, bukan senjata biasa. Sayangnya, tidak bisa dibuka," kata Risi lagi.

"Ah, sayang ya..." kata Nana sambil mengusap pintu hitam besar yang permukaannya seperti batu licin. Bukan logam. Ketika jarinya menyentuh bagian tengah, ia menemukan ada semacam cekungan berbentuk segi delapan. Bentuknya, ukurannya mirip sekali dengan...

Dengan apa ya? Nana berpikir keras. Ia terus merogoh ke dalam tas yang dibawanya. Ia menemukan benda itu: plakat tanda penguasa. Itu adalah plakat pemberian dari Lambas, bentuknya segi delapan.

Nana mengambil plakat dan menempelkan di dinding batu. Pas masuk, tapi tidak terjadi apa-apa.

Hmm?

Ada tanda takik halus di salah satu sisi. Nana memperhatikan plakat ini, juga ada takik serupa. Jadi kali ini Nana menaruh plakat di cekungan itu dengan kedua tanda bersentuhan. Klik! Tiba-tiba saja pintu hitam besar itu bercahaya, seperti sulur-sulur cahaya yang berputaran dari atas sampai ke bawah.

Risi menutup mulutnya, sementara matanya yang indah membelalak, setelah bertahun-tahun, kini ia melihat pintu itu terbuka.

Nana melepaskan plakat tanda penguasa dari cekungan di pintu yang kini terbuka, terus mendorong daun pintu terpentang lebar. Kembali terlihat ada banyak senjata dan zirah memenuhi ruangan, di dinding dan di meja-meja batu yang berjajar empat di tengah ruangan.

Di ujung ada sebuah altar dengan buku di atasnya. Nana dan Risi melangkah melalui meja-meja penuh senjata dan zirah, terus menghampiri buku di atas altar.

Ah, apalagi ini? Tanya Nana dalam hati.
 
Awesome....
Nice adventure
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd