gamakesense
Kakak Semprot
- Daftar
- 10 Sep 2017
- Post
- 188
- Like diterima
- 82
mantep updare nya hu ditungguu
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
CERBUNG - TAMAT Indri : Perselingkuhan dengan Binor yang Teman Sekantor
- Thread starter ufpuntadewa
- Start date
Pintercah45
Adik Semprot
- Daftar
- 4 Feb 2019
- Post
- 137
- Like diterima
- 130
Ane subkrep hu
monyetmesum
Semprot Lover
- Daftar
- 26 Jul 2011
- Post
- 274
- Like diterima
- 158
Lanjutkan hu....
Pecinta1981
Guru Besar Semprot
- Daftar
- 20 Jul 2020
- Post
- 2.074
- Like diterima
- 2.642
Ijin nyimak Hu....
cupumanikastagina99
Guru Semprot
- Daftar
- 12 Sep 2018
- Post
- 684
- Like diterima
- 776
Tandain qja dulu
prince culun
Semprot Holic
Cakep.. Alur cerita nya rapi.. 
kontholudin
Guru Semprot
- Daftar
- 3 Sep 2010
- Post
- 504
- Like diterima
- 144
Lanjuttttt suhu
kuncen_sange
Semprot Lover
- Daftar
- 2 Dec 2018
- Post
- 206
- Like diterima
- 90
Alurnya detil.... G' melulu langsung ke menu utama... Ajiblah alur yg bginian, ringan bacanya.. Ts nya jempolan...
Nanas_kelengkeng_leci
Semprot Kecil
- Daftar
- 24 Jan 2020
- Post
- 82
- Like diterima
- 686
Lanjutkan om
- Daftar
- 7 Feb 2013
- Post
- 243
- Like diterima
- 232
Aduh aduh alurnya menggoda sekali
vespandhog
Kakak Semprot
- Daftar
- 9 May 2017
- Post
- 198
- Like diterima
- 87
wajib bangun tenda dsni ni....
Kipliboy250
Tukang Semprot
- Daftar
- 21 Sep 2017
- Post
- 1.350
- Like diterima
- 361
ceritanya bikin cenat cenut biji kember gw gan
ufpuntadewa
Semprot Lover
- Daftar
- 26 Aug 2014
- Post
- 261
- Like diterima
- 5.215
PART V
------------
Sekejap suasana kembali hening saat gw dan Indri tiba2 sudah dalam posisi saling berpelukan erat. Di saat kedua tangan gw sudah memeluk lembut punggung Indri, terasa dia pun sudah pasrah menyandarkan kepalanya erat di dada gw sambil kedua tangannya juga memeluk pinggang gw. Memang gw dan Indri sudah pernah sampai tahap berciuman, namun baru kali itu kami saling merasakan kehangatan tubuh satu sama lain dalam pelukan. Untuk beberapa saat gw hanya diam sambil memeluk mesra tubuh Indri, dalam hening bisa gw rasakan nafas naik turun dari gerakan tubuh Indri, gw pun yakin Indri sangat bisa merasakan cepatnya detak jantung gw yg tepat menempel di wajahnya.
“Hmmm.. Jangan pulang dulu yah..”, bisik gw lembut dari sisi wajah Indri sambil mengelus2 punggungnya. Terasa Indri seperti sedang menarik nafas panjang di dalam pelukan gw, lalu disusul gerakan mengangguk2 kepalanya di dada gw.
“Cupp.. Cupp.. Cupp..”, beberapa kecupan gw berikan di rambutnya sambil sebelah tangan gw juga sudah merayap naik menyentuh kepalanya. Gw belai2 mesra rambutnya agar lebih betah bersandar ke tubuh gw.
“Hmmm.. Kamu yaa..”, suara Indri yg tersenyum ketika gw arahkan wajahnya menghadap wajah gw sambil kecupan lembut gw beralih ke dahinya.
“Kenapa? Cupp.. Cupp..”, bisik gw sambil terus mengecup dahi Indri, disambut kedua matanya yg pasrah terpejam dan kembali menarik nafas panjang. Perlahan namun pasti gw yakin Indri sudah turut hanyut oleh sentuhan dan kecupan2 gw itu, sengaja gw perlakukan mesra dirinya agar membuat Indri jauh lebih merasa nyaman dulu berdua bersama gw di dalam kamar seperti ini.
“Aaahh Maass.. Ssshhh..”, terdengar desah lembut Indri sambil kembali memalingkan wajahnya dari gw seolah ga mau membiarkan gw menangkap perubahan ekspresinya, saat pelukan tangan gw di pinggangnya coba menekan bagian bawah tubuh Indri lebih menempel tepatnya ke selangkangan gw. Ereksi kontol gw yg sudah sedari tadi mengeras dari dalam celana pastinya memang sudah dirasakan Indri, namun sengaja gw dorong tubuh Indri lebih rapat agar selangkangannya lebih terasa sedang disodok oleh tonjolan kontol gw.
“Hmmm? Kenapa sayang?”, bisik gw sambil mulai menggerakkan naik turun perlahan selangkangan gw bergesekan dengan selangkangan Indri di balik celana bahan tipisnya itu.
“Ouhhh.. Ssshhh.. Maass.. Maass.. Sshhh Maas..”, desah lembut Indri lagi yg bukan hanya memeluk namun terasa mencengkeram dan meremas punggung kemeja gw.
Semakin gw gesek2 selangkangan Indri, semakin kuat juga remasan tangannya di punggung gw. Bahan baju sleeveless Indri yg cukup tipis itupun membuat usapan2 tangan gw serasa menyentuh langsung tubuhnya, begitu pula tali BH Indri yg begitu jelas terasa bentuk dan teksturnya setiap tersentuh tangan gw meski dari luar bajunya. Perlahan usapan tangan gw semakin kuat sambil coba menarik baju Indri ke atas, sampai bagian bawah baju Indri yg tadinya dimasukkan ke dalam celana mulai tertarik keluar dari pinggang celananya itu. Tanpa menunggu lebih lama usapan tangan gw pun berpindah menelusup masuk ke dalam baju Indri sampai bisa menyentuh langsung kulit pinggang dan punggungnya. Mulus, lembut, dan hangat terasa tubuh Indri layaknya tubuh wanita yg rajin merawat tubuh pada umumnya, membuat gw ketagihan berlama2 mengusap bahkan membelai mesra punggungnya dari dalam bajunya itu.
"Ouhhh.. Aaahh Maas.. Ahh.. Eehh Mas.. Ehh..", pekik Indri di tengah desahan2 nya saat perlahan sambil tetap memeluknya gw dorong pelan tubuhnya bersandar ke dinding toilet di belakang kami.
"Sini.. Biar disimpen dulu tas nya..", bisik gw sambil menarik tali tas Indri dari bahunya lalu berlutut meletakkannya begitu saja di lantai. Ga sampai situ saja, masih sambil berlutut gw langsung memegangi betis Indri sambil mengangkatnya pelan.
"Hihihi.. Apaan sih Maaas..", sahut Indri sambil tetap berdiri memandangi gw yg berlutut di bawahnya saat gw coba membantu melepaskan sepatu heels hitam yg masih dia kenakan dari telapak kakinya.
"Ssttt.. Sebagai tamu spesial kan harus diperlakukan istimewa..", goda gw sambil tersenyum memandangi wajah Indri dari bawah, berusaha merayu Indri dan membuat momen itu jauh lebih berkesan baginya.
"Hihihi.. Iya deeh.. Yaudah sini yuk..", sahut Indri yg tersenyum dan menyodorkan tangannya berusaha menarik tangan gw agar kembali bangkit berdiri, gw pun menyambut kedua tangan Indri lalu kembali berdiri di hadapannya. Sambil menarik kedua tangan Indri tersebut ke belakang leher gw, dengan segera gw sodorkan wajah dan bibir gw ke arah wajah Indri sampai bibir kami saling bertemu disusul ciuman2 mesra setelahnya.
"Cupp.. Cupp.. Mwwah mwwah mwwah mwwaah.. Sshhh.. Mwwahh slrrpp sshh Maaas.. Slrrp slrrp..", ciuman2 basah disertai permainan lidah Indri mulai menyambut bibir gw, rangkulan tangannya di leher gw pun terasa menahan wajah gw tetap menempel di wajahnya.
"Slrrp.. Slrrrp.. Aaakhh.. Aaakkhh.. Masss sshhhh.. Slrrrp aaakkhh aaakhh..", suara ciuman Indri berkali2 tertahan setiap dengan gemasnya bibir gw menghisap dan menahan gerakan lidah panjangnya di dalam mulut gw. Terasa Indri pun menikmati perlakuan mulut gw itu, jilatan nya yg ga kunjung berhenti seolah meminta gw untuk terus melakukan hisapan2 itu. Kedua telapak tangan Indri juga perlahan mulai merayap naik ke belakang kepala gw sambil meremas2 kuat rambut gw, begitu pula kedua tangan gw yg tanpa henti terus menerus membelai2 kulit punggung Indri sampai menyentuh tali BH nya.
"Hhhaahh Maas.. Eeeghh.. Sshhh hhaah.. Hhahh.. Hhah.. Sshhh Mmmaas..", desah Indri saat ciuman bibir gw mulai turun menjamah lehernya, setiap desahan dari bibirnya menambah nafsu gw untuk terus menciumi setiap titik di leher dan dagunya itu.
"Mwwah.. Mwwah.. Mwwah.. Sshhh sayaang.. Suka?", bisik gw sembari terus menciumi leher Indri, sambil sebelah tangan gw mulai berpindah ke depan dan coba membuka satu persatu kancing baju Indri dari atas.
"Ouuggh.. Aaacchh.. Maaass.. Sshhh.. Aaachh..", desah Indri semakin kencang saat kancing bajunya sudah terbuka sampai terlihat belahan teteknya, disusul kerah bajunya gw tarik ke samping sampai semakin tampak kulit mulus dadanya disertai sebelah tali BH nya yg berwarna putih gading itu.
"Cupp.. Cupp.. Slrrrpp sshhh sayaang.. Mwwah.. Sshhh harum banget sih kamu..", bisik gw dengan ciuman yg semakin turun ke dada Indri sampai bibir gw akhirnya menyentuh belahan tetek nya, disertai usapan tangan gw yg menyempil ke balik tali BH di pundaknya.
"Aaargghh Maas.. Sshhh uuuuhh.. Hhaahh.. Hmmppp..", desah Indri sambil berusaha menggigit bibirnya sendiri ketika merasakan pangkal tetek nya yg kenyal mulai tersentuh bibir gw. Sebelah tangan Indri pun mencengkeram telapak tangan gw yg sedang meraba2 pundak dan dadanya yg terbuka, seperti menahan gejolak kenikmatan yg sedang dirasakannya.
-Mulustrasi-
"Cupp.. Hmmm kenapa? Suka??", bisik gw sambil tersenyum kembali berhadap2an wajah dengan Indri yg ekspresi nya tampak begitu pasrah.
"Hfff.. Mwwah.. Kamu nih yaa.. Mwwah.. Mwwah..", desah Indri sambil mengangguk pelan lalu kembali coba menciumi bibir gw.
"Mwwah.. Mww.. AAACH.. Sshhh Maaas hhh AAACH.. Mwwah.. Sayaang.. Sshhh sayaang..", ciuman bibir Indri berubah menjadi desahan dengan ekspresi mata memelas, saat tiba2 telapak tangan kanan gw merayap turun dari balik tali BH ke dalam cup BH kirinya hingga tangan gw langsung bersentuhan dengan puting tetek nya. Desahan Indri semakin ga terhenti setiap gw usap2 bulatan tetek berukuran kecilnya itu dan dengan sengaja membiarkan telapak tangan gw menggesek2 tonjolan kecil puting tetek nya yg sudah mengeras.
"Hhhh AAACHH.. Mas hhh.. Mass hhh.. Mass sshhh AAAACH.. Aaacch sayang..", desah Indri sambil kuat meremas tangan gw saat jari2 tangan gw mulai menjepit dan memilin2 puting keras tetek nya.
"Uuughh.. Hmmpp.. Sayaang.. Sshhh mwwah mwwahh mwwahh slrrp slrrpp.. Hmmppp.. Maaass.. Ennnaak aaacchh.. Mwwahh mwwah..", terdengar desah Indri semakin cepat, tangannya tiba2 kembali ke belakang kepala gw sambil ditariknya mendekat disusul bibir Indri dengan rakus mencumbu bibir gw. Mendapat reaksi Indri yg sudah terpancing nafsunya seperti itu, gw pun coba sebisa mungkin mengimbangi tempo cumbuan bibirnya sambil tangan gw dengan ga beraturan mencubit dan menarik2 puting tetek Indri serta meremas2 nya kuat.
Kuatir Indri kelelahan dalam posisi berdiri, dengan sedikit membungkuk gw pun meletakkan kedua tangan gw di pantat Indri. Tanpa perlu usaha banyak, dengan mudahnya gw angkat ke atas tubuh kurus Indri yg ringan itu sampai dia pun sudah dalam posisi gw gendong sambil merangkul leher gw.
"Ehh? Iiih kaget gw.. Apaan sihh digendong2 gini segala..", pekik Indri sambil tersenyum lalu menepok pundak gw.
"Hehehe.. Biar ngga kemana2 lu nya..", canda gw yg sedang menopang pantat mungil Indri sambil berjalan memasuki kamar.
"Hihihi.. Rasain sok kuat.. Berat kan gw?!", ledek Indri yg betah2 aja gw gendong seperti itu.
"Ngga kok.. Ringan banget malah.. DUKK!", sahut gw sambil tiba2 mendudukkan Indri di atas lemari meja TV kamar yg kira2 setinggi pinggang gw itu.
"Ehh? Awas lohh, roboh ngga nih ntar..", pekik Indri saat tiba2 sudah dalam posisi duduk di atas meja TV itu.
"Ssttt.. Aman.. Mmmwah.. Mwwah.. Mwwahh..", kembali gw mendekatkan wajah gw ke Indri lalu menciumi bibirnya, kedua tangan Indri masih dalam posisi merangkul leher gw yg ga dilepasnya dari tadi.
"Hmmppp.. Mwwahh.. Slrrpp mwwah.. Mwwah.. Slrrrpp aakkh.. Aakkhh.. Aakhh..", Indri yg dalam posisi setengah kancing bajunya terbuka pun turut menyambut ciuman dan hisapan mulut gw di lidahnya.
Dalam posisi Indri duduk di atas meja itu, gw pun berniat untuk langsung menjelajahi selangkangan Indri. Ditambah waktu yg semakin sore, rasanya ga mungkin gw berlama2 menuntaskan persetubuhan bersama Indri ini sampai berujung sesuai harapan gw. Sambil mengusap2 pinggang Indri dari belakang tubuhnya, tangan gw perlahan merayap ke depan perutnya sampai menemukan kancing berikut resleting celana bahan Indri tersebut.
"Eh Mass.. Hihihi.. Mau apa ihh..", sela Indri tiba2 di tengah bibir gw masih menciuminya, saat jari2 tangan gw berhasil melepas kancing celana Indri dengan mudahnya.
"Hmmm? Kenapa? Mwwah mwwah..", sahut gw sambil kembali coba menciumi Indri.
"Hmmmpp.. Sshhh iiih mau ngapaiiin..", tanya Indri lagi dengan ekspresi tersenyum meloloti gw, sambil tangannya tiba2 turun memegangi kuat tangan gw.
"Hmmmm..?", goda gw sambil tersenyum ke Indri namun jari2 gw masih tetap beraksi mulai coba menarik turun resleting celananya.
"Maaas! Heiii! Tangannya yaa..", tegur Indri yg semakin kuat mencengkeram tangan gw.
"Maaas.. Jangan.. Heiii jangaa...", suara Indri tiba2 terhenti sambil bibirnya menganga lebar dan matanya membelalak ke wajah gw, saat telapak tangan kanan gw tiba2 sudah masuk ke dalam celananya sampai menggenggam tepat gundukan memek nya yg tertutup celana dalam tipis itu.
"Aachh..... Aachh..... Aachh Mass sshhhh..", desah Indri terbata2 setiap telapak tangan gw bergerak naik turun perlahan dan lembut mengusap memek nya, dengan sengaja pula jari tengah gw lebih kuat menekan tepat di bagian belahan memek Indri.
"Uuughh sayaang.. Sshhh lembut banget vagina kamu ini.. Sshhh.. Enak banget sayang..", bisik gw sambil mengusap2 memek Indri dari luar celana dalamnya sambil menunduk memperhatikan gerakan tangan gw sendiri. Tampak celana dalam berwarna merah menyala yg dipakai Indri mengintip dari dalam celana panjangnya.
"Cupp.. Sayaang.. Sshhh.. Cupp.. Cupp.. Sshhh sayang enak banget ini.. Cupp..", goda gw yg coba mengecup lembut lengan kiri Indri di saat dirinya masih terdiam kaku dengan tatapan sayunya.
"Aach.. Aach Mass.. Aach pliss Mass.. Jangannn.. Ngga kuat aacch.. Aacch.. Hhah.. Hhahh.. Hhahh.. Masss..", desah Indri ga berdaya, bahkan kedua tangannya saja yg mulai melemah saat menahan gerakan tangan gw.
"Cupp.. Ssttt.. Nikmatin aja ya sayang.. Cupp.. Mwwah.. Mwwah..", bisik gw sambil tangan kiri gw coba lanjut membuka seluruh kancing baju Indri sampai ke bawah, lalu dengan segera gw singkap sebelah bajunya ke samping sampai seluruh dada dan perut Indri terpampang jelas di hadapan gw. Sambil ciuman bibir gw merayap dari lengan lalu ke pundak dan dada Indri, tampak sepasang tetek Indri yg berukuran kecil dan agak kendur masih tertutup cup BH putihnya.
"OUGGHHHH.. AAAGGHH.. MMAASS SSHHH.. AAA AAGGHH.. Ssayang.. Sayaang.. HMMPPP SSSAYAANG.. Hhhaahh.. Aaagghh..", jerit Indri tiba2 ketika telapak tangan gw mulai mencoba masuk dari atas celana dalamnya, sampai seketika menyentuh langsung memek dan selangkangan nya. Terasa bulu2 jembut tipis seperti belum lama dipangkas di sekujur memek Indri menusuk2 telapak tangan gw, dan juga belahan memek nya yg sudah sedikit basah memperlancar gesekan2 jari gw menyusuri belahan itu naik turun.
"HHHHAAH SSSAYAANG.. HHAH.. HHAH.. Hmmmpp eeerrgghh sayaang.. Sshhh sayaang..", jerit Indri lagi yg sesekali menggigit bibirnya sendiri ketika cup BH kirinya tiba2 gw tarik ke samping sampai mencuat keluar tetek kirinya yg tipis namun bulat sempurna itu, disusul bibir gw dengan cepat maju menyambar puting kecil yg hitam kecokelatan yg mengeras di tengah2 tetek nya.
"Hmmmpp.. Mwwah.. Slrrpp slrrpp.. Ssshhh.. Cupp cupp cupp mwwah..", bibir dan lidah gw mulai menikmati puting mungil tetek Indri sampai seketika basah terkena jilatan dan hisapan mulut gw. Tanpa ampun gw serang bertubi2 tubuh Indri dengan gemasnya, di saat mulut gw begitu rakusnya menikmati puting tetek kirinya, telapak tangan gw juga terus menggosok2 belahan memek Indri dengan tempo yg semakin cepat.
Indri sungguh ga berdaya terdesak dalam posisi duduk di atas meja TV itu, tubuhnya bolak balik menegang maju dan mundur tertahan oleh dinding di belakang punggungnya saat mulut gw sibuk menikmati puting tetek nya yg sudah ga kencang itu lagi, bahkan cup BH kanannya pun turut gw tarik turun demi melumat sebelah tetek nya yg lain. Perlahan namun pasti sepasang kaki Indri yg tadinya pasrah menjuntai di depan meja TV mulai terangkat2 dan melebar dengan sendirinya saat kedua pahanya mulai menegang mengiringi sensasi nikmat memek nya digesek2 jari tangan gw. Bahkan terasa sekali getaran2 di kedua pangkal paha Indri setiap jari tangan gw dengan sengaja menyentuh tepat di klitoris kecil yg mulai turut basah di memek nya itu. Kedua tangan Indri akhirnya hanya mampu berpegangan di belakang kepala gw yg berada di dadanya, dan di pergelangan tangan gw yg tersembunyi di balik celana dalam tipisnya.
Dalam posisi kedua kaki Indri yg semakin mengangkang di atas meja tersebut, kedua tangan gw pun coba membantu dengan mendorong lebih tinggi kedua betis Indri sampai kakinya mengangkang sambil menapak di tepi meja. Dengan kancing dan resleting celana yg sudah terbuka lebar di pinggangnya, dengan sedikit usaha kedua tangan gw menarik sisi2 samping bagian pinggang celana Indri sampai sekejap turun melewati tali celana dalamnya.
"Sshhh.. Mass.. Mass.. Heeiii sayaang.. Kamuu.. Achhh..", sempat kedua tangan Indri berusaha menahan kedua tangan gw, namun tanpa menjawab apa2 respon gw hanya terus berusaha menarik turun celananya sambil kembali bibir gw menahan kata2 di bibir Indri.
"Sayangg hmmmpp.. Mwwah mwwah mwwahhh aacchh.. Sayaang.. Mwwahh.. Stopp acchh.. Mwwah mwwah..", fokus Indri yg tengah berusaha menahan tangan gw akhirnya teralihkan dengan bibirnya yg justru turut sibuk membalas ciuman2 bibir gw.
"Mwwahh.. Ssshhh sayang.. Sssayang.. Ehh.. Ehh.. Hihihi Maass.. Kamu nafsu banget sihh..", desah dan bisik Indri yg coba menghentikan ciuman bibirnya sambil tangannya berpindah memegangi kedua pipi gw, seolah pasrah akhirnya karena kalah kuat dengan usaha gw menarik lepas celana panjang yg dia kenakan. Berlanjutlah celana Indri terlepas mulai dari pangkal paha, lalu ke lututnya yg menekuk sampai memperlihatkan dengan jelas sepasang paha mulus Indri serta celana dalam merah tipis yg menutupi selangkangannya, lalu turun lagi ke betis hingga lepas melewati pergelangan kaki satu dan lainnya.
Dalam kondisi kedua kakinya tertekuk di atas meja, dan kedua tangan gw berada di lututnya sambil coba membuka lebih lebar pahanya, Indri justru coba lebih kuat menahan kedua kakinya supaya ga semakin mengangkang seolah malu2 memperlihatkan selangkangan nya yg sudah ga bercelana itu.
"Hei heii.. Maaas.. Mau ngapain kamu hah??", sahut Indri sambil tersenyum melotot dan masih menarik2 wajah gw agar ga menjauh dari hadapannya.
"Ngga ngapa2in kok.. Pengen nyobain yang bawah aja..", goda gw dengan tetap usaha mendorong lebar2 paha Indri, disusul kepala gw coba menunduk namun kembali dihalangi sambil ditariknya.
"Sayaaang.. Heii jangan ahh.. Udahh, pakai tangan aja kan cukup..", sahut Indri lagi.
"Pakai tangan kaya gini hmm?", jawab gw yg langsung kembali mendaratkan tangan gw di tengah2 selangkangan Indri sambil lalu mengusap2 kasar gundukan memek kenyal Indri dari luar celana dalamnya.
"OUUGHH Mass sshhhh.. Hhhaah.. Maass..", spontan Indri yg tadinya tersenyum langsung berubah ekspresinya sambil kembali mendesah.
"Sshhh suka kan dipuasin gini vagina nya sayaang..", goda gw berbisik sambil terus mengusap2 memek Indri. Perlahan terasa semakin melemah juga pertahanan kedua paha Indri, lalu semakin terbuka lebar dan gw tahan menggunakan pinggang gw yg semakin mendekat ke posisi mengangkang Indri itu.
"Aaarrgh Maas.. Hmmpp.. Iyyyahh.. Sayaang.. Aaarghh sayaang.. Aaarggh sayaang..", ekspresi menikmati di wajah Indri semakin ga mampu ditahannya, begitu pula desahan2 di mulutnya yg tertahan menganga setiap memek nya gw gosok2 kasar.
"Oouughh.. Ooouughh ssayaang.. Enaak aaakhh.. Hhh aaakhh enaak sayaang..", desah Indri saat jari2 tangan gw kembali menelusup masuk melalui lubang bawah celana dalam nya, disusul jari tengah gw kembali menggosok2 belahan memek Indri yg masih saja basah. Sambil menikmati usapan2 tangan gw di memek Indri, gw pun coba mencumbu dengan mesra leher Indri sampai membuatnya terlena lalu menengadah dengan mata terpejamnya. Merasa Indri sudah hanyut pasrah pada kenikmatan yg sedang dirasakan tubuhnya, dengan cepat gw langsung menunduk sambil berlutut di depan meja TV lalu menahan lebar2 paha Indri yg terkangkang lemas.
"Hhaah.. Mas ehh Maas.. Mas Mas Mass.. No pliiis sayaang.. Kamu ah dibilangin jangan..", pekik Indri saat tiba2 melihat posisi gw sudah berlutut di hadapan selangkangan nya dengan wajah yg tepat berada di antara kedua pangkal paha nya. Kedua tangan Indri pun berusaha menutupi selangkangan nya seolah tau apa yg akan gw lakukan selanjutnya.
"Cupp.. Cupp.. Cupp.. Sshhh kenapa sih sayaang..", goda gw yg berusaha menarik tangan Indri dari selangkangan nya sambil menciumi paha mulus Indri dengan lembut.
"Hhh aacchh.. Udah dong Mas jangaan.. Kamu ahh ada2 aja di situ segala.. Jorok ahh..", tegur Indri dengan raut wajah seriusnya.
"Mwwah.. Yaa kenapa emang sayaang.. Ngga apa kok aku nya.. Mwaah..", jawab gw tersenyum dengan ciuman bibir gw yg semakin mendekati selangkangan Indri.
"Hhhaah sayaang.. Hhahh sayaang jangaan.. Sayaang aachh sayaang..", desah Indri dengan raut wajah yg kembali lemas mendapati pangkal pahanya terus saja gw ciumi.
"Hmmmpp aaaahh.. Mwwah.. Sshhh enak banget kok wangi nya kamu ini..", bisik gw ketika wajah gw tepat bersentuhan dengan pinggiran celana dalam Indri, lalu gw ciumi lipatan pahanya sambil menghirup dalam2 aroma selangkangan Indri. Terasa memang aroma cairan memek Indri yg tajam ercampur bau lembab celana dalamnya, namun justru semakin menambah nafsu gw untuk menikmati memek nya langsung.
"Ssshhh.. Sayaang..", Indri akhirnya takluk tanpa kata2 saat tangan gw mendorong lebih lebar kakinya sampai lipatan paha di selangkangan nya semakin terbuka, disusul kedua tangan Indri yg dengan pasrahnya menurut saja saat gw tarik dan letakkan di kepala gw.
"Uuughh sshhh.. Nafsuin banget kamu sayang..", goda gw yg terpesona melihat selangkangan Indri yg terkangkang lebar dengan gundukan kecil memek Indri yg tertutup celana dalam merah tipis di tengah nya. Tanpa menunggu lama wajah dan bibir gw langsung mendekat ke selangkangan Indri.
(BERSAMBUNG KE PART VI)
------------
Sekejap suasana kembali hening saat gw dan Indri tiba2 sudah dalam posisi saling berpelukan erat. Di saat kedua tangan gw sudah memeluk lembut punggung Indri, terasa dia pun sudah pasrah menyandarkan kepalanya erat di dada gw sambil kedua tangannya juga memeluk pinggang gw. Memang gw dan Indri sudah pernah sampai tahap berciuman, namun baru kali itu kami saling merasakan kehangatan tubuh satu sama lain dalam pelukan. Untuk beberapa saat gw hanya diam sambil memeluk mesra tubuh Indri, dalam hening bisa gw rasakan nafas naik turun dari gerakan tubuh Indri, gw pun yakin Indri sangat bisa merasakan cepatnya detak jantung gw yg tepat menempel di wajahnya.
“Hmmm.. Jangan pulang dulu yah..”, bisik gw lembut dari sisi wajah Indri sambil mengelus2 punggungnya. Terasa Indri seperti sedang menarik nafas panjang di dalam pelukan gw, lalu disusul gerakan mengangguk2 kepalanya di dada gw.
“Cupp.. Cupp.. Cupp..”, beberapa kecupan gw berikan di rambutnya sambil sebelah tangan gw juga sudah merayap naik menyentuh kepalanya. Gw belai2 mesra rambutnya agar lebih betah bersandar ke tubuh gw.
“Hmmm.. Kamu yaa..”, suara Indri yg tersenyum ketika gw arahkan wajahnya menghadap wajah gw sambil kecupan lembut gw beralih ke dahinya.
“Kenapa? Cupp.. Cupp..”, bisik gw sambil terus mengecup dahi Indri, disambut kedua matanya yg pasrah terpejam dan kembali menarik nafas panjang. Perlahan namun pasti gw yakin Indri sudah turut hanyut oleh sentuhan dan kecupan2 gw itu, sengaja gw perlakukan mesra dirinya agar membuat Indri jauh lebih merasa nyaman dulu berdua bersama gw di dalam kamar seperti ini.
“Aaahh Maass.. Ssshhh..”, terdengar desah lembut Indri sambil kembali memalingkan wajahnya dari gw seolah ga mau membiarkan gw menangkap perubahan ekspresinya, saat pelukan tangan gw di pinggangnya coba menekan bagian bawah tubuh Indri lebih menempel tepatnya ke selangkangan gw. Ereksi kontol gw yg sudah sedari tadi mengeras dari dalam celana pastinya memang sudah dirasakan Indri, namun sengaja gw dorong tubuh Indri lebih rapat agar selangkangannya lebih terasa sedang disodok oleh tonjolan kontol gw.
“Hmmm? Kenapa sayang?”, bisik gw sambil mulai menggerakkan naik turun perlahan selangkangan gw bergesekan dengan selangkangan Indri di balik celana bahan tipisnya itu.
“Ouhhh.. Ssshhh.. Maass.. Maass.. Sshhh Maas..”, desah lembut Indri lagi yg bukan hanya memeluk namun terasa mencengkeram dan meremas punggung kemeja gw.
Semakin gw gesek2 selangkangan Indri, semakin kuat juga remasan tangannya di punggung gw. Bahan baju sleeveless Indri yg cukup tipis itupun membuat usapan2 tangan gw serasa menyentuh langsung tubuhnya, begitu pula tali BH Indri yg begitu jelas terasa bentuk dan teksturnya setiap tersentuh tangan gw meski dari luar bajunya. Perlahan usapan tangan gw semakin kuat sambil coba menarik baju Indri ke atas, sampai bagian bawah baju Indri yg tadinya dimasukkan ke dalam celana mulai tertarik keluar dari pinggang celananya itu. Tanpa menunggu lebih lama usapan tangan gw pun berpindah menelusup masuk ke dalam baju Indri sampai bisa menyentuh langsung kulit pinggang dan punggungnya. Mulus, lembut, dan hangat terasa tubuh Indri layaknya tubuh wanita yg rajin merawat tubuh pada umumnya, membuat gw ketagihan berlama2 mengusap bahkan membelai mesra punggungnya dari dalam bajunya itu.
"Ouhhh.. Aaahh Maas.. Ahh.. Eehh Mas.. Ehh..", pekik Indri di tengah desahan2 nya saat perlahan sambil tetap memeluknya gw dorong pelan tubuhnya bersandar ke dinding toilet di belakang kami.
"Sini.. Biar disimpen dulu tas nya..", bisik gw sambil menarik tali tas Indri dari bahunya lalu berlutut meletakkannya begitu saja di lantai. Ga sampai situ saja, masih sambil berlutut gw langsung memegangi betis Indri sambil mengangkatnya pelan.
"Hihihi.. Apaan sih Maaas..", sahut Indri sambil tetap berdiri memandangi gw yg berlutut di bawahnya saat gw coba membantu melepaskan sepatu heels hitam yg masih dia kenakan dari telapak kakinya.
"Ssttt.. Sebagai tamu spesial kan harus diperlakukan istimewa..", goda gw sambil tersenyum memandangi wajah Indri dari bawah, berusaha merayu Indri dan membuat momen itu jauh lebih berkesan baginya.
"Hihihi.. Iya deeh.. Yaudah sini yuk..", sahut Indri yg tersenyum dan menyodorkan tangannya berusaha menarik tangan gw agar kembali bangkit berdiri, gw pun menyambut kedua tangan Indri lalu kembali berdiri di hadapannya. Sambil menarik kedua tangan Indri tersebut ke belakang leher gw, dengan segera gw sodorkan wajah dan bibir gw ke arah wajah Indri sampai bibir kami saling bertemu disusul ciuman2 mesra setelahnya.
"Cupp.. Cupp.. Mwwah mwwah mwwah mwwaah.. Sshhh.. Mwwahh slrrpp sshh Maaas.. Slrrp slrrp..", ciuman2 basah disertai permainan lidah Indri mulai menyambut bibir gw, rangkulan tangannya di leher gw pun terasa menahan wajah gw tetap menempel di wajahnya.
"Slrrp.. Slrrrp.. Aaakhh.. Aaakkhh.. Masss sshhhh.. Slrrrp aaakkhh aaakhh..", suara ciuman Indri berkali2 tertahan setiap dengan gemasnya bibir gw menghisap dan menahan gerakan lidah panjangnya di dalam mulut gw. Terasa Indri pun menikmati perlakuan mulut gw itu, jilatan nya yg ga kunjung berhenti seolah meminta gw untuk terus melakukan hisapan2 itu. Kedua telapak tangan Indri juga perlahan mulai merayap naik ke belakang kepala gw sambil meremas2 kuat rambut gw, begitu pula kedua tangan gw yg tanpa henti terus menerus membelai2 kulit punggung Indri sampai menyentuh tali BH nya.
"Hhhaahh Maas.. Eeeghh.. Sshhh hhaah.. Hhahh.. Hhah.. Sshhh Mmmaas..", desah Indri saat ciuman bibir gw mulai turun menjamah lehernya, setiap desahan dari bibirnya menambah nafsu gw untuk terus menciumi setiap titik di leher dan dagunya itu.
"Mwwah.. Mwwah.. Mwwah.. Sshhh sayaang.. Suka?", bisik gw sembari terus menciumi leher Indri, sambil sebelah tangan gw mulai berpindah ke depan dan coba membuka satu persatu kancing baju Indri dari atas.
"Ouuggh.. Aaacchh.. Maaass.. Sshhh.. Aaachh..", desah Indri semakin kencang saat kancing bajunya sudah terbuka sampai terlihat belahan teteknya, disusul kerah bajunya gw tarik ke samping sampai semakin tampak kulit mulus dadanya disertai sebelah tali BH nya yg berwarna putih gading itu.
"Cupp.. Cupp.. Slrrrpp sshhh sayaang.. Mwwah.. Sshhh harum banget sih kamu..", bisik gw dengan ciuman yg semakin turun ke dada Indri sampai bibir gw akhirnya menyentuh belahan tetek nya, disertai usapan tangan gw yg menyempil ke balik tali BH di pundaknya.
"Aaargghh Maas.. Sshhh uuuuhh.. Hhaahh.. Hmmppp..", desah Indri sambil berusaha menggigit bibirnya sendiri ketika merasakan pangkal tetek nya yg kenyal mulai tersentuh bibir gw. Sebelah tangan Indri pun mencengkeram telapak tangan gw yg sedang meraba2 pundak dan dadanya yg terbuka, seperti menahan gejolak kenikmatan yg sedang dirasakannya.
-Mulustrasi-
"Cupp.. Hmmm kenapa? Suka??", bisik gw sambil tersenyum kembali berhadap2an wajah dengan Indri yg ekspresi nya tampak begitu pasrah.
"Hfff.. Mwwah.. Kamu nih yaa.. Mwwah.. Mwwah..", desah Indri sambil mengangguk pelan lalu kembali coba menciumi bibir gw.
"Mwwah.. Mww.. AAACH.. Sshhh Maaas hhh AAACH.. Mwwah.. Sayaang.. Sshhh sayaang..", ciuman bibir Indri berubah menjadi desahan dengan ekspresi mata memelas, saat tiba2 telapak tangan kanan gw merayap turun dari balik tali BH ke dalam cup BH kirinya hingga tangan gw langsung bersentuhan dengan puting tetek nya. Desahan Indri semakin ga terhenti setiap gw usap2 bulatan tetek berukuran kecilnya itu dan dengan sengaja membiarkan telapak tangan gw menggesek2 tonjolan kecil puting tetek nya yg sudah mengeras.
"Hhhh AAACHH.. Mas hhh.. Mass hhh.. Mass sshhh AAAACH.. Aaacch sayang..", desah Indri sambil kuat meremas tangan gw saat jari2 tangan gw mulai menjepit dan memilin2 puting keras tetek nya.
"Uuughh.. Hmmpp.. Sayaang.. Sshhh mwwah mwwahh mwwahh slrrp slrrpp.. Hmmppp.. Maaass.. Ennnaak aaacchh.. Mwwahh mwwah..", terdengar desah Indri semakin cepat, tangannya tiba2 kembali ke belakang kepala gw sambil ditariknya mendekat disusul bibir Indri dengan rakus mencumbu bibir gw. Mendapat reaksi Indri yg sudah terpancing nafsunya seperti itu, gw pun coba sebisa mungkin mengimbangi tempo cumbuan bibirnya sambil tangan gw dengan ga beraturan mencubit dan menarik2 puting tetek Indri serta meremas2 nya kuat.
Kuatir Indri kelelahan dalam posisi berdiri, dengan sedikit membungkuk gw pun meletakkan kedua tangan gw di pantat Indri. Tanpa perlu usaha banyak, dengan mudahnya gw angkat ke atas tubuh kurus Indri yg ringan itu sampai dia pun sudah dalam posisi gw gendong sambil merangkul leher gw.
"Ehh? Iiih kaget gw.. Apaan sihh digendong2 gini segala..", pekik Indri sambil tersenyum lalu menepok pundak gw.
"Hehehe.. Biar ngga kemana2 lu nya..", canda gw yg sedang menopang pantat mungil Indri sambil berjalan memasuki kamar.
"Hihihi.. Rasain sok kuat.. Berat kan gw?!", ledek Indri yg betah2 aja gw gendong seperti itu.
"Ngga kok.. Ringan banget malah.. DUKK!", sahut gw sambil tiba2 mendudukkan Indri di atas lemari meja TV kamar yg kira2 setinggi pinggang gw itu.
"Ehh? Awas lohh, roboh ngga nih ntar..", pekik Indri saat tiba2 sudah dalam posisi duduk di atas meja TV itu.
"Ssttt.. Aman.. Mmmwah.. Mwwah.. Mwwahh..", kembali gw mendekatkan wajah gw ke Indri lalu menciumi bibirnya, kedua tangan Indri masih dalam posisi merangkul leher gw yg ga dilepasnya dari tadi.
"Hmmppp.. Mwwahh.. Slrrpp mwwah.. Mwwah.. Slrrrpp aakkh.. Aakkhh.. Aakhh..", Indri yg dalam posisi setengah kancing bajunya terbuka pun turut menyambut ciuman dan hisapan mulut gw di lidahnya.
Dalam posisi Indri duduk di atas meja itu, gw pun berniat untuk langsung menjelajahi selangkangan Indri. Ditambah waktu yg semakin sore, rasanya ga mungkin gw berlama2 menuntaskan persetubuhan bersama Indri ini sampai berujung sesuai harapan gw. Sambil mengusap2 pinggang Indri dari belakang tubuhnya, tangan gw perlahan merayap ke depan perutnya sampai menemukan kancing berikut resleting celana bahan Indri tersebut.
"Eh Mass.. Hihihi.. Mau apa ihh..", sela Indri tiba2 di tengah bibir gw masih menciuminya, saat jari2 tangan gw berhasil melepas kancing celana Indri dengan mudahnya.
"Hmmm? Kenapa? Mwwah mwwah..", sahut gw sambil kembali coba menciumi Indri.
"Hmmmpp.. Sshhh iiih mau ngapaiiin..", tanya Indri lagi dengan ekspresi tersenyum meloloti gw, sambil tangannya tiba2 turun memegangi kuat tangan gw.
"Hmmmm..?", goda gw sambil tersenyum ke Indri namun jari2 gw masih tetap beraksi mulai coba menarik turun resleting celananya.
"Maaas! Heiii! Tangannya yaa..", tegur Indri yg semakin kuat mencengkeram tangan gw.
"Maaas.. Jangan.. Heiii jangaa...", suara Indri tiba2 terhenti sambil bibirnya menganga lebar dan matanya membelalak ke wajah gw, saat telapak tangan kanan gw tiba2 sudah masuk ke dalam celananya sampai menggenggam tepat gundukan memek nya yg tertutup celana dalam tipis itu.
"Aachh..... Aachh..... Aachh Mass sshhhh..", desah Indri terbata2 setiap telapak tangan gw bergerak naik turun perlahan dan lembut mengusap memek nya, dengan sengaja pula jari tengah gw lebih kuat menekan tepat di bagian belahan memek Indri.
"Uuughh sayaang.. Sshhh lembut banget vagina kamu ini.. Sshhh.. Enak banget sayang..", bisik gw sambil mengusap2 memek Indri dari luar celana dalamnya sambil menunduk memperhatikan gerakan tangan gw sendiri. Tampak celana dalam berwarna merah menyala yg dipakai Indri mengintip dari dalam celana panjangnya.
"Cupp.. Sayaang.. Sshhh.. Cupp.. Cupp.. Sshhh sayang enak banget ini.. Cupp..", goda gw yg coba mengecup lembut lengan kiri Indri di saat dirinya masih terdiam kaku dengan tatapan sayunya.
"Aach.. Aach Mass.. Aach pliss Mass.. Jangannn.. Ngga kuat aacch.. Aacch.. Hhah.. Hhahh.. Hhahh.. Masss..", desah Indri ga berdaya, bahkan kedua tangannya saja yg mulai melemah saat menahan gerakan tangan gw.
"Cupp.. Ssttt.. Nikmatin aja ya sayang.. Cupp.. Mwwah.. Mwwah..", bisik gw sambil tangan kiri gw coba lanjut membuka seluruh kancing baju Indri sampai ke bawah, lalu dengan segera gw singkap sebelah bajunya ke samping sampai seluruh dada dan perut Indri terpampang jelas di hadapan gw. Sambil ciuman bibir gw merayap dari lengan lalu ke pundak dan dada Indri, tampak sepasang tetek Indri yg berukuran kecil dan agak kendur masih tertutup cup BH putihnya.
"OUGGHHHH.. AAAGGHH.. MMAASS SSHHH.. AAA AAGGHH.. Ssayang.. Sayaang.. HMMPPP SSSAYAANG.. Hhhaahh.. Aaagghh..", jerit Indri tiba2 ketika telapak tangan gw mulai mencoba masuk dari atas celana dalamnya, sampai seketika menyentuh langsung memek dan selangkangan nya. Terasa bulu2 jembut tipis seperti belum lama dipangkas di sekujur memek Indri menusuk2 telapak tangan gw, dan juga belahan memek nya yg sudah sedikit basah memperlancar gesekan2 jari gw menyusuri belahan itu naik turun.
"HHHHAAH SSSAYAANG.. HHAH.. HHAH.. Hmmmpp eeerrgghh sayaang.. Sshhh sayaang..", jerit Indri lagi yg sesekali menggigit bibirnya sendiri ketika cup BH kirinya tiba2 gw tarik ke samping sampai mencuat keluar tetek kirinya yg tipis namun bulat sempurna itu, disusul bibir gw dengan cepat maju menyambar puting kecil yg hitam kecokelatan yg mengeras di tengah2 tetek nya.
"Hmmmpp.. Mwwah.. Slrrpp slrrpp.. Ssshhh.. Cupp cupp cupp mwwah..", bibir dan lidah gw mulai menikmati puting mungil tetek Indri sampai seketika basah terkena jilatan dan hisapan mulut gw. Tanpa ampun gw serang bertubi2 tubuh Indri dengan gemasnya, di saat mulut gw begitu rakusnya menikmati puting tetek kirinya, telapak tangan gw juga terus menggosok2 belahan memek Indri dengan tempo yg semakin cepat.
Indri sungguh ga berdaya terdesak dalam posisi duduk di atas meja TV itu, tubuhnya bolak balik menegang maju dan mundur tertahan oleh dinding di belakang punggungnya saat mulut gw sibuk menikmati puting tetek nya yg sudah ga kencang itu lagi, bahkan cup BH kanannya pun turut gw tarik turun demi melumat sebelah tetek nya yg lain. Perlahan namun pasti sepasang kaki Indri yg tadinya pasrah menjuntai di depan meja TV mulai terangkat2 dan melebar dengan sendirinya saat kedua pahanya mulai menegang mengiringi sensasi nikmat memek nya digesek2 jari tangan gw. Bahkan terasa sekali getaran2 di kedua pangkal paha Indri setiap jari tangan gw dengan sengaja menyentuh tepat di klitoris kecil yg mulai turut basah di memek nya itu. Kedua tangan Indri akhirnya hanya mampu berpegangan di belakang kepala gw yg berada di dadanya, dan di pergelangan tangan gw yg tersembunyi di balik celana dalam tipisnya.
Dalam posisi kedua kaki Indri yg semakin mengangkang di atas meja tersebut, kedua tangan gw pun coba membantu dengan mendorong lebih tinggi kedua betis Indri sampai kakinya mengangkang sambil menapak di tepi meja. Dengan kancing dan resleting celana yg sudah terbuka lebar di pinggangnya, dengan sedikit usaha kedua tangan gw menarik sisi2 samping bagian pinggang celana Indri sampai sekejap turun melewati tali celana dalamnya.
"Sshhh.. Mass.. Mass.. Heeiii sayaang.. Kamuu.. Achhh..", sempat kedua tangan Indri berusaha menahan kedua tangan gw, namun tanpa menjawab apa2 respon gw hanya terus berusaha menarik turun celananya sambil kembali bibir gw menahan kata2 di bibir Indri.
"Sayangg hmmmpp.. Mwwah mwwah mwwahhh aacchh.. Sayaang.. Mwwahh.. Stopp acchh.. Mwwah mwwah..", fokus Indri yg tengah berusaha menahan tangan gw akhirnya teralihkan dengan bibirnya yg justru turut sibuk membalas ciuman2 bibir gw.
"Mwwahh.. Ssshhh sayang.. Sssayang.. Ehh.. Ehh.. Hihihi Maass.. Kamu nafsu banget sihh..", desah dan bisik Indri yg coba menghentikan ciuman bibirnya sambil tangannya berpindah memegangi kedua pipi gw, seolah pasrah akhirnya karena kalah kuat dengan usaha gw menarik lepas celana panjang yg dia kenakan. Berlanjutlah celana Indri terlepas mulai dari pangkal paha, lalu ke lututnya yg menekuk sampai memperlihatkan dengan jelas sepasang paha mulus Indri serta celana dalam merah tipis yg menutupi selangkangannya, lalu turun lagi ke betis hingga lepas melewati pergelangan kaki satu dan lainnya.
Dalam kondisi kedua kakinya tertekuk di atas meja, dan kedua tangan gw berada di lututnya sambil coba membuka lebih lebar pahanya, Indri justru coba lebih kuat menahan kedua kakinya supaya ga semakin mengangkang seolah malu2 memperlihatkan selangkangan nya yg sudah ga bercelana itu.
"Hei heii.. Maaas.. Mau ngapain kamu hah??", sahut Indri sambil tersenyum melotot dan masih menarik2 wajah gw agar ga menjauh dari hadapannya.
"Ngga ngapa2in kok.. Pengen nyobain yang bawah aja..", goda gw dengan tetap usaha mendorong lebar2 paha Indri, disusul kepala gw coba menunduk namun kembali dihalangi sambil ditariknya.
"Sayaaang.. Heii jangan ahh.. Udahh, pakai tangan aja kan cukup..", sahut Indri lagi.
"Pakai tangan kaya gini hmm?", jawab gw yg langsung kembali mendaratkan tangan gw di tengah2 selangkangan Indri sambil lalu mengusap2 kasar gundukan memek kenyal Indri dari luar celana dalamnya.
"OUUGHH Mass sshhhh.. Hhhaah.. Maass..", spontan Indri yg tadinya tersenyum langsung berubah ekspresinya sambil kembali mendesah.
"Sshhh suka kan dipuasin gini vagina nya sayaang..", goda gw berbisik sambil terus mengusap2 memek Indri. Perlahan terasa semakin melemah juga pertahanan kedua paha Indri, lalu semakin terbuka lebar dan gw tahan menggunakan pinggang gw yg semakin mendekat ke posisi mengangkang Indri itu.
"Aaarrgh Maas.. Hmmpp.. Iyyyahh.. Sayaang.. Aaarghh sayaang.. Aaarggh sayaang..", ekspresi menikmati di wajah Indri semakin ga mampu ditahannya, begitu pula desahan2 di mulutnya yg tertahan menganga setiap memek nya gw gosok2 kasar.
"Oouughh.. Ooouughh ssayaang.. Enaak aaakhh.. Hhh aaakhh enaak sayaang..", desah Indri saat jari2 tangan gw kembali menelusup masuk melalui lubang bawah celana dalam nya, disusul jari tengah gw kembali menggosok2 belahan memek Indri yg masih saja basah. Sambil menikmati usapan2 tangan gw di memek Indri, gw pun coba mencumbu dengan mesra leher Indri sampai membuatnya terlena lalu menengadah dengan mata terpejamnya. Merasa Indri sudah hanyut pasrah pada kenikmatan yg sedang dirasakan tubuhnya, dengan cepat gw langsung menunduk sambil berlutut di depan meja TV lalu menahan lebar2 paha Indri yg terkangkang lemas.
"Hhaah.. Mas ehh Maas.. Mas Mas Mass.. No pliiis sayaang.. Kamu ah dibilangin jangan..", pekik Indri saat tiba2 melihat posisi gw sudah berlutut di hadapan selangkangan nya dengan wajah yg tepat berada di antara kedua pangkal paha nya. Kedua tangan Indri pun berusaha menutupi selangkangan nya seolah tau apa yg akan gw lakukan selanjutnya.
"Cupp.. Cupp.. Cupp.. Sshhh kenapa sih sayaang..", goda gw yg berusaha menarik tangan Indri dari selangkangan nya sambil menciumi paha mulus Indri dengan lembut.
"Hhh aacchh.. Udah dong Mas jangaan.. Kamu ahh ada2 aja di situ segala.. Jorok ahh..", tegur Indri dengan raut wajah seriusnya.
"Mwwah.. Yaa kenapa emang sayaang.. Ngga apa kok aku nya.. Mwaah..", jawab gw tersenyum dengan ciuman bibir gw yg semakin mendekati selangkangan Indri.
"Hhhaah sayaang.. Hhahh sayaang jangaan.. Sayaang aachh sayaang..", desah Indri dengan raut wajah yg kembali lemas mendapati pangkal pahanya terus saja gw ciumi.
"Hmmmpp aaaahh.. Mwwah.. Sshhh enak banget kok wangi nya kamu ini..", bisik gw ketika wajah gw tepat bersentuhan dengan pinggiran celana dalam Indri, lalu gw ciumi lipatan pahanya sambil menghirup dalam2 aroma selangkangan Indri. Terasa memang aroma cairan memek Indri yg tajam ercampur bau lembab celana dalamnya, namun justru semakin menambah nafsu gw untuk menikmati memek nya langsung.
"Ssshhh.. Sayaang..", Indri akhirnya takluk tanpa kata2 saat tangan gw mendorong lebih lebar kakinya sampai lipatan paha di selangkangan nya semakin terbuka, disusul kedua tangan Indri yg dengan pasrahnya menurut saja saat gw tarik dan letakkan di kepala gw.
"Uuughh sshhh.. Nafsuin banget kamu sayang..", goda gw yg terpesona melihat selangkangan Indri yg terkangkang lebar dengan gundukan kecil memek Indri yg tertutup celana dalam merah tipis di tengah nya. Tanpa menunggu lama wajah dan bibir gw langsung mendekat ke selangkangan Indri.
(BERSAMBUNG KE PART VI)
Terakhir diubah:
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
