Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Innocent Seductress

Selamat membaca kembali para suhu. Semoga cerita ini menghibur.

Cerita sebelumnya:

“duhhh.., adikku memang paling baikk muahhhh…, cici bobo dulu yach” Ci Velyn mencubit pipiku lalu mencium pipiku kemudian ia masuk kekamarnya. Setelah mencuci mangkuk aku bergerak menuju kamarku, ku sedikit membuka pintu kamar ci Velyn yang terletak di sebrang kamarku, ciciku tertidur pulas dibalik bed cover, dengan berjingjit-jingjit aku masuk ke dalam kamarku.

Fifth Encounter: Expanding Sunhole

-----Kamar Cindy-----


Saat ku buka pintu kamarku, ku dapati mang Udin sedang berdiri didekat kamar mandi, didepannya ku lihat keranjang baju kotorku sudah diacak-acak.


“lagi ngapain mang!?“ seruku mengagetkannya. Aku agak tersinggung melihat mang Udin berani mengacak-acak kamarku.


“ehhh.., ini Neng, iniii… “ mang Udin terlihat kaget dan gugup, sambil berbalik menghadap padaku. Aku tersenyum geli melihatnya memegang bra pada tangan kirinya, sedangkan celana dalamku digunakan untuk membungkus batang penisnya.


“ini nonn, celananya…, maaf , mamang nggak tahan tadi, ini.. eummm” Mang Udin segera mengembalikan celana dalam dan braku ke dalam keranjang pakaian kotor dan membereskannya kembali.


“nggak tahan?? apa yang nggak tahan mang??“ aku menggodanya, kukerlingkan ekor mataku untuk menggodanya.


“aiiihhhh, neng Cindy nakal amatttt…” serunya keras.


“pssstttt…., bicaranya jangan keras-keras mang, ada Ci Velyn!” aku menegaskan.


“Non Velyn lagi ngapain emangnya neng??"


“lagi bobo dia mang, kecapekan baru sampai dari Semarang….” kataku pelan.


“yaaaah, sayang banget ya neng...” Mang Udin mendesah kecewa.


“Emang napa mang ??" Tanyaku tidak mengerti.


“tadinya sih kalo ga tidur, non Velyn mau mang Udin ajakin main juga, bareng sama neng Cindy.. he he he..” Ia tersenyum saat aku memasang tinjuku didepan wajahnya.


Kaus T-shirt dan celana-rok ku kembali terlepas akibat kenakalan tangan mang Udin. Setelah aku telanjang, dia menggendongku dengan posisi berhadapan. Tanpa ku duga, dengan mudah mang Udin memutar tubuhku dan mengambil posisi 69, hebatnya posisi ini dilakukan sambil berdiri.







“aduh..duh manggg, jatuh nihh, jatuhhh…” ujarku panik saat kepalaku hampir menyentuh lantai.


“nggak akannn, kan ada mamang yang pegangin…, pegangan ke Mang Udin yang kenceng aja kalau Cindy takut jatuh… he he he he…” katanya sambil menemukan posisi yang pas. Kulingkarkan tanganku membelit perut mang Udin, pahaku menjepit lehernya dan bertumpu pada bahunya, sedangkan kakiku mengait dibelakang kepalanya, rasa takut membuat otakku buntu. Aku baru tersadar, wahh, dalam posisi 69 sambil berdiri, ini artinya vaginaku?? Ohhh.., akhhhh, perlahan dan mesra batang lidah mang Udin menjilat belahan vaginaku seperti tengah menjilat es krim terenak yang pernah dirasakannya.


“wahhh, asekk.asekk.. nyumm cckkk cckkk.. emmmm, sluuurrrpphh….sluuurrphh” suara decakan basah keluar saat mang Udin menjilat, menyedot vaginaku. Ia menggelengkan kepalanya, menggesek-gesek kan mulutnya yang sudah basah ke vaginaku.


“adu-duh mangggg…, udah mang, udah.. awwwhh..ssshhhh…aahhhhh.." aku menjerit kecil merasakan sengatan nafsu pada vaginaku.


“jangan berisik neng, nanti Non Velyn bangun loh! he he he,, nyummm.. mummmh” katanya membalikkan perkataan ku barusan sambil melanjutkan me -motorboat- vaginaku.


Aku menggigit bibir bawahku agar desahan dan rintihan itu tidak keluar dari mulutku. Dalam posisi ini vaginaku menjadi bulan-bulanan mulut Mang Udin , kakiku melejang-lejang di atas kepala mang Udin karena rasa nikmat. Aku mendesah pelan agar suaraku tidak terdengar keluar kamar, batang lidahnya mengorek-ngorek belahan vaginaku kemudian mengulas-ngulas kerutan duburku.


“manggg!!!?? Eh…eh…aduh mang..” Aku kaget saat ujung lidahnya menekan kerutan anusku, kemudian lidahnya dengan lihai mengail-ngail lubang anusku.


“Bukan cuma memek neng Cindy yang lezat , bool neng Cindy juga yahud rasanya he he he..” ujarnya bersemangat.


“ahhhh.. hmmmpphhh…crrrr crrrrrrrrr” Dengan telapak tangan kututup mulutku saat vaginaku berdenyutan memompa cairan cintaku, pahaku menjepit kuat-kuat kepala mang Udin . Rasa nikmat yang berlipat-lipat menggoreng tubuhku akibat dari jilatan lidahnya pada kerutan anusku. Sensasi geli pada kedua vagina dan anusku mengguyur tubuhku. Aku terbuai oleh lecutan-lecutan listrik yang seakan mengairi tubuhku saat mencapai klimaks. Seiring dengan butir peluhku yang semakin banyak membanjir, kedua tangan ku terkulai terjuntai dengan lemas. Mulut Mang Udin menjilati belahan vaginaku dan menyeruputi cairan vaginaku. Aku tambah kelojotan saat mulutnya mengemut bibir vaginaku, sambil mengulas-ulas klitorisku dengan lidahnya hingga tubuhku serasa lemas.


Blukkk… tubuhku dijatuhkan oleh mang Udin keatas ranjang, aku bergulingan menjauhinya, cukup sudah kenikmatan ini kurasakan. Kupeluk gulingku kuat-kuat saat Mang Udin naik dan merangkak menghampiriku, dengan kasar ia merangsek ke kasur dan merenggut guling yang sedang kupeluk. Aku hanya terdiam saat pergelangan tanganku dicekal dan ditahan di samping tubuhku. Mulutnya mengejar payudaraku sebelah kiri, aku meringis tertahan, hisapan-hisapannya kini cenderung kasar, mulutnya mencapluk puncak payudaraku dan mengenyot-ngenyot dengan liar dan kuat, kadangkala giginya seperti mengunyah putingku. Tangannya kini memegangi kedua pergelangan tanganku diatas kepalaku, sedangkan tangan kirinya mengorek-ngorek belahan vaginaku.


“hsssshhh. ssshhhhh…” aku mendesis, aku sudah puas, amat puas malah, namun tampaknya mang Udin masih belum puas menikmati tubuhku. Kubiarkan ia menggeluti tubuhku yang sudah basah bermandikan keringat. Keringat mang Udin bercampur dengan keringatku saat ia menaiki tubuhku dengan posisi wajahnya terbenam di antara belahan payudara ku. Kurapatkan kedua pahaku rapat-rapat untuk mencegah hal-hal buruk yang kutakutkan, aku masih perawan!! Lumayan lama mang Udin menyusu di payudaraku bergantian.


"Cpokkkk…." Suara hisapan mulut mang Udin terlepas dari puncak payudaraku. Ia lalu melepaskan tanganku lalu duduk disamping tubuhku. Ku lihat batang penisnya tegak berkilap-kilap terkena keringat akibat pergumulan tadi. Mataku seakan terhipnotis oleh batang penisnya.

Aku takut oleh batangnya tapi aku juga semakin ingin menghisap benda hitam yang besar dan panjang itu, aku malu untuk mengatakannya, mana mungkin aku meminta langsung kepadanya.


“kayanya Cindy pengen ngisep titit mamang ya…” kata mang Udin. Dia melihatku yang terpaku menatap penisnya.


“eh ?? enggak kok mang, siapa juga yang mau??…” aku berusaha menyembunyikan hasrat di dadaku, entah bagaimana caranya ia menangkap hasratku yang semakin menggebu-gebu.


“enggak mangg, gak usah , e-ehhh…” Mang Udin bergerak naik ke atas tubuhku, pantatnya kini berada diatas dadaku, benda besar itu kini mengacung dengan perkasa di hadapan wajahku.


“udah nggak usah bohonggg, mang Udin tahu kok, apa yang Cindyy mau.., nih mamang kasih titit mamang, tapi inget.., harus ditelen pejunya ya ??” mang Udin lalu mengarahkan penisnya ke bibirku, menyodok paksa bibirku.


“ha-ufffhhh , hmmm.. mmmm..” Aku membuka mulutku saat mang Udin menjejalkan batang besar selangkangannya ke mulutku. Aku meronta saat mang Udin menekankan batang hitamnya sedalam mungkin ke dalam mulutku, mataku membeliak dan pandangan mataku agak nanar.


"Hegghh….cloppp..clokk….clokk…" Ujung penis mang Udin tertanam masuk ke kerongkonganku, aku meremas-remas kuat paha mang Udin agar ia segera mencabut batang kemaluannya. Tapi semakin keras remasanku semakin dalam pula mang Udin menanamkan penis besar itu ke dalam mulutku.


Sayup-sayup aku mendengarnya berkata, "akhirnya kesampaian juga diptrot cewek kaya di film bokep jepang.Cindy harus sering belajar supaya biasa ya.” Aku tidak dapat bernafas dengan sebatang penis yang menancap dikerongkonganku. Air liurku membanjiri daguku, menahan rasa ingin muntah karena penis besar yang merojok kerongkonganku.


"Clop…clop….cloppp…clopp….." Mang Udin makin intens menggenjot mulutku dalam-dalam seiring dengan kontolnya yang akan meledak. Dia menggerakkan pinggulnya seperti layaknya menyenggamai lubang vagina!


"Aaaarrgggghhh…crottt…crotttt…crott..!!!" Mang Udin menggeram, tangannya menekan kepalaku, membenamkan penisnya dalam-dalam, pinggulnya mengejan-ngejan, penisnya menyemprotkan spermanya ke dalam kerongkonganku.


"Glekk..glekk.." dengan terpaksa aku menelan Peju yang keluar dari kontolnya. Tidak semua peju bisa ku telan, sisa Peju yang tidak bisa ku telan merembes keluar membanjiri bibir dan daguku.


“Ahaakkk…., uhukkk… uhukkk…haaaaahhhh“ aku menggeleng-gelengkan kepala sambil terbatuk-batuk, saat batang penis mang Udin dicabut dari mulutku. Ku tarik nafas panjang dengan lega. Sesekali aku masih terbatuk dan berdehem kecil, kuremas batang miliknya sambil menghisap-hisap ujung penisnya, kuhisap kuat hingga benda itu mengeluarkan seluruh sperma yang tersisa dalam mulutku. Aku hendak memuntahkan cairan bau itu namun mang Udin melintangkan jari telunjuknya di depan bibirku, disertai sebuah ancaman.


“telan…, atau nanti didiptrot lagi sama mamang..” ancamnya.


“glek.. glekk.. glekkk…” aku menelan sisa sperma mang Udin dalam mulutku, aroma sperma semakin menyengat saat aku berusaha menarik nafas, jari telunjuk dan ibu jari kanannya menekan kedua sisi pipiku , ia memaksa untuk membuka mulutku.


“gitu dong… nih sekalian dong dibersihin, he he” Tangan kanannya mengurut-ngurut ujung penisnya, lelehan pejunya yang tersisa masuk ke dalam mulutku, dan aku kembali menelan peju mang Udin.


Aku terlentang dengan pasrah sambil menarik napas dalam-dalam. Paru-paru ku rasanya hampir meledak akibat ulah mang Udin mengdeepthroatku tadi. Sekilas ku lihat mang Udin mengambil t-shirt abu ku yang tergeletak disamping kasur. Kemudian dengan telaten ia mengelap daguku dan payudaraku yang tadi banjir air liur dan rembesan spermanya sendiri. Dicampakkannya baju ku ke lantai setelah meliat badanku sudah kering. Ku lihat kontolnya kembali berdiri dengan gagah.


“sudah mangggg…cukup…” aku merintih lirih saat ia membalikkan tubuhku.


“iyaaa.., sudahhh…, mang Udin cuma mau mijitin aja koq, Cindy pasti cape..” katanya sambil memegang pundakku. Ia lalu menduduki bokongku, telapak tangannya bergerak mengurut lembut dari pinggang ke punggung, ahh, rasa pegalku sedikit terobati. Ternyata mang Udin ahli juga dalam memijat, ia menyuruhku mengatur nafas ku sesuai ritme pijatannya. Aku menarik nafasku dalam-dalam kemudian menghembuskannya dengan perlahan sesuai dengan instruksi Mang Udin.


“enak gak neng pijetan mamang?? “ tanyanya sambil terus memijat ku, tangannya kini memijat pinggang dan pinggulku.


“emmm.., enak manggggg…, “ kataku menikmati pijatannya dengan mata tertutup. Kurasakan mang Udin menggeser duduknya ke dekat telapak kakiku. Pijatan jempolnya menusuk daerah antara pinggang dan gundukan pantatku, kemudian menekan dan memijit-mijit disekitar situ dengan teratur, kedua mataku terpejam-pejam menikmati pijatan–pijatan Mang Udin yang merambat mulai dari bokong, pinggang, pinggul, paha, betis dan merambat naik kembali ke atas ke arah punggung, rasa pegalku yang menyiksa tubuhku terusir oleh pijatannya.



“He he he.., Mangggg geliii ah….” aku terkekeh saat sambil memijat bibir mang Udin menggeluti tengkukku.Aku merasa nyaman ketika mang Udin menindihku dari belakang, entah kenapa aku merasakan rasa aman berada di bawah tindihan tubuhnya yang tinggi besar. Kata-kata kotor dan mesum dibisikkan di telingaku. Kami berpindah posisi saat kurasakan pijatannya mulai melemah. Mang Udin berguling dari atas tubuhku lalu menyamping, merengkuh tubuhku dalam pelukannya. Tangan kanannya menjadi bantal kepalaku dan tangan kirinya memelukku sambil menangkup payudaraku. Remasan-remasan lembut mang Udin menidurkanku. Kami berdua akhirnya tertidur kelelahan.

Tak pernah kubayangkan, kini dikamarku sendiri, aku tidur dengan berbugil ria bersama mang Udin, polos tanpa selembar benangpun yang menempel di tubuhku dan tubuhnya yang tinggi besar. Aroma mesum dikamarku yang bercampur dengan bau keringat mang Udin, bau Peju dan aroma pengharum kamarku, masih dapat ku cium. Aku membalikkan tubuhku dan membalas pelukan mang Udin, aku tertidur di dalam dekapan tubuhnya.

Aku terbangun dari tidurku, lalu mataku melihat jam dinding.


"Waduh, udah malem ternyata." Kataku dalam hati melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam.

Ku geliatkan tubuhku dibalik bed cover, hatiku terasa hangat, sehangat tubuhku ?? ehh.., astaga ada orang yang tidur disampingku. Gila, aku kaget…, rupanya Mang Udin masih tidur disampingku, kutepuk-tepuk pipinya, sambil berbisik keras.


“mangg , bangun mang…” aku berbisik membangunkan mang Udin.


“euhhh…, emmmhhh..hoaaammm. MMMFFHHH….” mang Udin bangun lalu menggeliat dan menguap dengan keras.


“pssstttt. Mangggg…, jangan keras-keras nguapnya…” seruku setengah berbisik.


Ku letakkan jari telunjukku di bibirnya, ia lalu mengulum jadi telunjukku, kemudian melumat bibirku, tiba-tiba suara lagu Bruno mars mengalun dari hapeku, ada yang meneleponku. Tanganku yang satu mulai menggapai-gapai berusaha meraih HPku di atas sebuah meja kecil di samping tempat tidur. Mang Udin melepaskan bibirku agar aku dapat menerima panggilan.


“Hallooo…”


“Hi…Cin, lagi ngapain nih??…” terdengar suara dari sebrang.


“lagi belajar….” jawabku singkat.


“hahh ? ngak salah denger…?? Shanti terkejut mendengar jawabanku.


“ha ha ha…“ aku hanya tertawa.


“ada apa nih Geb, jadi curiga he he he..” ku mulai menanyakan maksud tujuannya.


Shanti tertawa lepas kemudian menjawab pertanyaanku.


“gini Cinn…, besok aku sama Ailin main ke rumahmu ya…” ujarnya memohon.


“mo ngapain ??” jawabku cepat.


“biasa, ikut ngeprint tugas sambil main, he he he he” Gaby terdengar agak sungkan.


Aku tersenyum, sambil mendorong kepala mang Udin dari dadaku.


“ya udah main aja kali… jangan lupa ya.., bawa cemilan…” ujarku mengijinkan mereka main ke rumahku besok.


“oceh, siap bossss, see u…daahh” Gaby menyudahi panggilan.


“dadah...” balasku.


Aku buru-buru menutup Hpku. Tapi ternyata aku tidak sadar, ternyata Gaby belum mematikan panggilannya.


“manggg, Geli tauuuu….” aku merajuk manja.


Tangan mang Udin menekan Kedua tanganku ke atas kepala, bibirnya mencumbui ketiakku, menjilat, memagut dan melumatinya. Aku mendesah dan merintih saat batang lidahnya menari menggelitiki ketiakku.


“duhhh Cindy manisss, mang Udin ngaceng lagi nihhh…” katanya sambil memperlihatkan kontolnya yang sudah mengacung tegak.


“mang , ini sudah malammm…” tolakku.


“justru itu.., tanggung…, mang Udin mau sekalian nginep aja ya..” pintanya.


TOKK.. TOKKK.. TOKKKK…


"Cindyyy, bangun sayanggg, makan malam dulu..” ku dengar suara mamahku memanggilku.


“iyaaa mahhhh, sebentar aku turunn…” seruku dari kamar.


Dengan wajah ketakutan mang Udin merayap dan bersembunyi ke kolong ranjang. Aku cuci muka lalu merapikan rambutku dan memakai baju ku yang baru. Sedikit parfum ku semprotkan di bajuku kalau-kalau tercium aroma peju. Aku menahan tawa sambil menutupkan pintu kamarku, entah kenapa geli sekali rasanya melihat mang Udin yang menatapku dengan tatapan hornynya dari kolong tempat tidurku.


Aku turun kebawah menuju ke ruang makan, Papa, mama dan ciciku sudah menungguku. Ternyata saat aku tertidur, papah dan mamahku dikabari oleh ciciku bahwa dia sedang di Bandung. Segera papah mamahku bertolak dari jakarta ke Bandung dengan pesawat. Diselingi canda tawa, kami sekeluarga menghabiskan makan malam, obrolan pun berlanjut hingga jam 11.30 malam, jam 11.45, mama mengingatkan kami untuk tidur karena sudah terlalu malam. Ku lihat tatapan mata Ci Velyn seperti memberi kode pada mamahku, "ah perasaanku saja barangkali."

Aku naik ke kamar ku sambil tidak lupa membawa roti isi keju kedalam kamar, tak lupa kubawa sebotol minuman dingin dari dalam lemari es, dengan lahap mang Udin menyantap roti yang kubawa untuknya, tidak lupa ia menghabiskan sebotol Aqua dingin yang ku bawa.


“masih lapar mang ??" tanyaku sambil memperhatikannya yang masih menjilati sisa keju di plastik bungkus roti.


“sudah cukupp, kenyang neng…” jawabnya.


“mang, Cindy mau tidurrr., ngantuk nihhh…” aku meminta ijin pada tamu gelapku.


“sebentarrr…, temenin mang Udin dulu ya…” pinta mang Udin. Mang Udin melucuti pakaianku dan kembali menindih tubuhku yang bugil, aku membalas lumatan-lumatan bibirnya dengan malas karena aku benar-benar sudah mengantuk. Aku mendesakkan ke dua bongkahan payudaraku saat ia melakukan hisapan-hisapannya pada puncak payudaraku. Gairahku kembali bergejolak menghilangkan rasa kantukku, tangan kiriku mengelus-ngelus belakang kepala mang Udin yang tengah asik menyusu di buah dadaku yang sekal ranum sementara tangan kananku memeluk lehernya.


“ohhhh… mangggg, enakkkk….” aku mendesah menahan geli nikmat pada payudaraku. Tubuhku dibalikkan, payudaraku kini mendarat di atas ranjang, aku terlungkup tanpa daya dibawah tindihan tubuh mang Udin, tangannya mengelus-ngelus rambut indah hitamku dan punggungku yang mulus. Kurasakan batang kontolnya menggesek-gesek belahan pantatku. Ditariknya pantatku ke atas, sementara punggungku ditahan agar tetap di posisi semula, sehingga sekarang aku dalam posisi doggy style dengan dada dan wajahku terjerembab di kasur.

Dalam posisi ini, dengan bebas mang Udin bisa melihat vaginaku, kurasakan kini kepala penisnya mengulek-ngulek belahan vaginaku. Terkadang di pukul-pukulan nya batang penisnya ke bibir vaginaku.


"Ooohhh…..manghh Udinnnnn….." aku merintih menahan nafsu yang sudah memuncak. Vaginaku sudah sangat basah memompa dengan berlimpah lendir, siap disenggamai, bercampur dengan lendir precum yang diulas-ulakan kepala kontolnya. Tiba-tiba aku tersadar saat kurasakan nyeri yang menyengat saat kepala kontol mang Udin yang besar berusaha memasuki vaginaku. Segera aku menurunkan pantatku, membuat penetrasi mang Udin gagal dan tercabut. Plup!


"Aduh neng, padahal dikit lagi masuk neng…" keluh mang Udin kebingungan.


"Aku gak mau mang, aku masih perawan…Aku mau kasih perawan aku ke suami aku nanti mang…." Aku berusaha menjelaskan dan menolak untuk melakukan seks dengan mang Udin.


"Atuh neng, meni kagok, gapapa neng, buat mang Udin aja yah!?" Mang Udin setengah memaksa.


"Gamau mang!! Kalau maksa aku teriak mang!" Dengan tegas aku menolak.


"Neng Cindy tega amat neng, kontol mamang udah siap banget nusuk memek neng Cindy loh ini ah…." Mang Udin kecewa berat, mengingat keluargaku kini semua ada di rumah, maka bila aku teriak maka pasti dia akan tertangkap dan dijerat penjara. Wajahnya murung.

Tiba-tiba mang Udin kembali menarik pantatku keatas, kepala penisnya kembali mengulek-ngulek vaginaku, aku sudah siap berteriak saat dia berbisik di telingaku.


"Kalo mamang ga boleh merawanin memek neng Cindy, mamang berarti boleh merawanin bool neng Cindy!" Mang Udin berkata dengan dingin. Kontolnya yang sudah licin terkena lendir vaginaku kini ia tekan-tekan ke kerutan anusku. Aku terbelalak, badanku gemetar hebat saat kepala penisnya yang besar berusaha memasuki liang anusku yang masih perawan. Kerutan anusku tertarik, melebar dengan paksa untuk menerima penisnya. Aku menggigit sprei, tangan kiriku meremas sprei, sedangkan tangan kananku ditarik oleh mang Udin ke belakang, dijadikan pegangan untuk menahanku saat proses penetrasi penisnya ke liang anusku.

Liang anusku seperti terbakar, tiap inci penisnya yang masuk membuat anusku seperti ditusuk besi panas. Air mataku mengalir deras, keringat membanjiri tubuhku, aku berusaha meredam teriakanku. Setelah melalui proses yang alot akhirnya kontol mang Udin masuk sepenuhnya ke dalam duburku. Cukup lama mang Udin diam, dia menikmati jepitan duburku dan merasakan dinding duburku yang terasa seperti meremas-remas batang kontolnya.


"Jangan teriak ya neng…. Mang Udin kan gak merawanin memek neng Cindy.." bisiknya menenangkan ku yang sesenggukan menahan rasa perih yang hebat di anusku.


"Ya tapi ga nyodomi pantatku juga mang….hiks..hiks..hiks" protesku sambil menahan tangis.


"Tahan ya neng….." saut mang Udin tanpa memperdulikan protesku.


Dirasa aku sudah terbiasa dengan kontolnya di duburku, dia mulai menggerakkan penisnya.


“aduuuuuuhhh….heeeghhhhh…..hssshhhh.. hssssshhhhh…” aku meraung pelan, mendesah dan meringis menahan rasa sakit saat batang besar itu mulai memompa liang anusku, pandangan mataku dikaburkan oleh linangan air mata.


Mang Udin membenamkan wajahku pada bantal untuk meredam suara isak tangisku yang terdengar semakin keras, "arrgghh anjing Neng Cindy….. sempiiiitt bangethhh…boolnya…gak rugi mang Udin ga bisa ngerasain memek neng cindy…" ia berbisik ditelingaku tentang betapa nikmatnya liang anusku, lidahnya terayun lembut menjilati belakang telingaku.


“pokkk.. pokkk.. pokkk…hhhhhhh.. pokk pokk pokkk pokkkkhh” Suara benturan panggul mang Udin dan bongkahan pantatku terdengar cukup keras. Aku sudah tidak peduli bila ada ciciku bisa mendengar suara ini. Tubuhku terdesak maju mundur mengikuti ritme batang penis Mang Udin, remasan tangan kiri mang Udin merangsang syaraf-syarat didadaku memberikan rasa nikmat tersendiri. Belum lagi jari-jari tangan satunya aktif bermain di vaginaku, membelai, mengocok, menggesek-gesek klitorisku. Aku merintih lirih merasakan lingkaran otot anusku yang rasanya seperti tertarik keluar dengan nikmatnya saat Mang Udin menarik batang itu lalu tertekan masuk kedalam saat ia membenamkan seluruh batangnya sekaligus hingga selangkangannya membentur buah pantatku yang bulat padat dengan keras dan menimbulkan suara “Plak…!!”, kesakitan yang nikmat, seperti itulah rasanya pengalaman pertamaku melakukan anal sex bersama mang Udin .


“akhuuuu. Ohh..,nnnhh mmmhhhhmmmangggg…” Aku semakin sulit mengendalikan desahan luapan nafsuku saat kedua tangan mang Udin semakin aktif memainkan payudara dan vaginaku nafasku tertekan-tekan keluar saat batang besar mang Udin berkali-kali merojoki liang anusku.


“aawwmmhmmmmpphh crr crrutt cruttt…” aku memekik panjang seiring dengan nikmatnya klimaks yang ku capai. Dengan cepat mang Udin menjambak dan menarik rambutku ke samping bawah kiri hingga kepalaku terangkat tengadah ke samping kanan atas. Mulut Mang Udin membekap mulutku untuk meredam suara pekikanku, pelukannya kencang, menahan tubuhku yang mengejan-ngejan karena orgasme yang begitu hebat. Pompaannya semakin kuat dan pangutan-pagutannya semakin liar memanguti bibirku. Ia menghentak-hentakkan batang penisnya dengan liar, brutal sekali tusukan-tusukannya. Batang besarnya meledak di dalam anusku.


“Utsshhhh.. OUGHHH..!! CROTTT.. CROTTTT…” pejunya muncrat di dalam duburku.


"Manghhhh….. akhuuuu keluaaaarrr lagiiii……" Sekali lagi gelombang orgasme melanda tubuhku yang sudah lemas dan ringkih akibat orgasme sebelumnya. Punggungku melenting, menahan lecutan orgasme yang datang bertubi-tubi melecuti setiap syaraf ditubuhku dengan listrik-listrik kecilnya. Tubuhku lalu ambruk ke kasur. Penis mang Udin yang sudah mengecil diduburku otomatis terlepas. Menyisakan anus menganga yang penuh dengan cairan Peju putih mang Udin.


Aku membalikkan tubuhku, mang Udin tersenyum puas, ia lalu mengangkangi wajahku dan menaruh penisnya di bibirku.


"Jangan lupa neng, dibersihin dulu dong kontol mamang." Aku sudah tidak peduli dengan rasa jijik, sisa kenikmatan yang menggerus akal sehatku membuatku lupa bahwa kontol mang Udin baru saja memasuki lubang duburku sendiri. Ku buka bibirku untuk menerima kontol mang Udin. Ku emut kontolnya yang berselimut lendir, ku jilati setiap inci batang kontolnya. Setelah puas, mang Udin menarik bed cover untuk menyembunyikan tubuhku dan tubuhnya yang telanjang bulat. Suara nafasku bersahutan dengan nafasnya, aku benar-benar kecapaian, kubaringkan kepalaku di dadanya dan kupejamkan mataku. Ada rasa nyaman yang kurasakan saat kedua tangannya yang kekar memeluk tubuhku yang mungil dan mengusap keringat dipungungku, aku tertidur kelelahan.


—---Minggu dini hari—----


“emmhhh…,hoaaammmm“ aku menggeliat dan menguap.


Aku menggeliat di dalam bedcoverku, kugeliatkan tubuhku yang terasa remuk, terutama di bagian pinggang, bokong, dan akhhhh…! Aduduhhhh…!! Anusku terasa perih seperti tersengat saat aku mencoba untuk duduk, dengan menahan rasa pedih aku tertatih-tatih melangkah ke depan cermin besar di dalam kamar. Kuperhatikan tubuhku, ku lihat ada bekas cupangan di leherku, dan juga bekas – bekas gigitan di puncak payudaraku. Aku terdiam didepan bayangan tubuhku, hanya diam, pikiranku pun kosong.


“hssshhh…,aduh…,hhhssshh, aaah” aku mengerang nyeri. Aku mencoba untuk melangkah dengan normal sambil menahan rasa sakit dianusku, kunyalakan kran shower, air hangat mulai mengucur. Kubasuhkan sabun cair ke seluruh tubuhku. Tubuhku mulai bergerak erotis sambil mengusap-ngusapkan buih-buih sabun itu, aku tersenyum dikulum, membayangkan mang Udin yang pasti pulang dari rumahku dengan hati puas. Setelah selesai mandi aku mengintip dari jendela, motor mang Udin sudah menghilang dari depan pagar rumahku. Kedua orang tuaku tidak curiga karena mang Udin sudah sering merantai dan menitipkan motornya di depan rumahku.




—-Siang hari—-


“Cin, lu kok berdiri mulu sih…?? duduk napa ??” Gaby bertanya dengan suara tak jelas, mulutnya penuh dengan pizza.


“ah.., gak usah gapapa…, gue sambil berdiri aja.” kataku dilanjutkan menggigit pizza ditanganku.


"Masa makan sambil berdiri, pamali kata orang Sunda, sini duduk..” Ailin menggeser duduknya memberikan ruang untukku.


“kebanyakan duduk.., pegel…” aku mencari-cari alasan. Kupaksakan memasang senyum sambil menahan rasa sakit yang kembali menyengat dianusku.


"Eh Cin, kemarin waktu gue telpon lu ga langsung matiin panggilannya. Gue denger suara-suara aneh sama suara bapak-bapak. Lu ngapain Cin?" Tanya Gaby. Dua pasang mata sahabat ku kini menyelidikiku. Menunggu jawabanku.


Duaaaaarrrrrrr, mati aku!


"Guee…Guee…." Aku bingung mau jawab apa…
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Acikkk update nichh.. Panas bingitsss. Kusuka. :kangen:
Makaci suhu TS
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd