Libur lebaran
https://www.imagebam.com/view/MESYAUD
Mulustrasi Zahra.
Libur lebaran sudah tiba aku dan istriku berencana mudik ke kampung istriku. Aku doni umur 30 tahun, sedangkan istriku zahra umur 25 tahun. Disini cerita fokus ke penggambaran istriku. Istriku biasa-biasa saja, dengan kulit bersih karena jarang terkena sinar matahari. Ya istriku seorang istri yang taat agama. Selalu memakai gamis panjang, hijab lebar sampai ke panggul dan cadar.
Aku mudik membawa kendaraan pribadiku. Hanya saja aku tidak menyetir sendiri. Ada pak hadi yang menjadi sopir pribadiku.
Kalo capek istirahat pak, ntar kita mampir sebentar ke rumah makan cari makan, kataku.
Iya pak, kata pak hadi.
Mobil kita pun menepi, kita mampir makan sebentar. Istriku minta dibungkuskan, dia makan di dalam mobil.
Umi di dalam mobil aja bi, abi sama pak hadi aja yang makan di dalam. Ribet makan cadaran kek gini. Kata istriku.
Yauda abi makan dulu ya, ayok pak. Oh iya pak ntar bungkusan makanannya tolong diantarkan ke mobil ya, pintaku.
Siap pak, pak hadi tersenyum.
Kita pun makan dengan lahapnya. Pak hadi mengambil ayam goreng satu dan masakan dengan bumbu berwarna coklat. Ntah aku gak tau nama makanannya.
Acaraku makan-makan pun selesei, kami pun melanjutkan perjalanan.
Tidak jarang kita istirahat di rest area. Tetap di dalam mobil. Pak hadi tidur di dalam mobil juga. Terpaksa zahra tetap memakai outfit lengkap berserta cadarnya.
Waktu pun berjalan dengan cepat, setelah sholat subuh di mushola terdekat kita melanjutkan perjalanan.
Tiba-tiba mobil kami hampir saja menabrak truk tronton. Astaghfirullah, istriku sempat histeris.
Bapak ngantuk ya pak? Tanyaku.
Iya pak, maaf. Bapak capek banget. Maklum sudah tua harus menyetir mobil dalam jarak yang jauh. Kata pak hadi.
Aku kasian melihat pak hadi. Dan tentu saja demi keselamatan kami bertiga juga akhirnya aku putuskan aku yang menyetir mobil.
Pak hadi duduk di sampingku, istriku tetap di jok belakang mobil.
Bapak ke belakang aja pak tidur, gapapa. Kataku.
Iya pak, terimakasih. Kata pak hadi.
Mobilku menepi, kini pak hadi pindah ke jok belakang bersama istriku.
Sini pak, kata istriku dengan ramah.
Terima kasih bu. Pak hadi masuk dengan malu-malu.
Perjalanan kami berlanjut. Aku lihat dari spion sepertinya pak hadi sangat lelah. Sampai-sampai dia tertidur dengan pulas. Istriku menepi ke samping, melihat keluar kaca mobil pemandangan yang kami lewati.
Hampir 5 jam perjalan kami. Dengan ngetem beberapa kali ke rumah makan untuk sholat dan makan.
Sekarang pak hadi menggantikanku menyetir, kondisinya sudah mulai membaik. Di perjalanan mobil kita mogok. Kebetulan sekarang kita berada di jalanan yang kanan kirinya adalah hutan.
Pak hadi turun dari mobil. Aku membantu sebisanya membantu sebisanya. Sudah setengah jam mesin tidak kunjung menyala.
Istirirahat dulu pak, nanti dilanjut lagi kataku.
Aku kasian melihat pak hadi yang sudah uzur ngos-ngosan memperbaiki mobilku.
Istriku menghampiriku, gak bisa diperbaiki ya bi?
Belum bisa nyala mi, kataku.
Istriku menyeka keringatnya dikeningnya, disibakkan cadarnya untuk meminum air mineral di botol.
Panas banget ya bi, kata istriku.
Dia mengibas-ibaskan ujung hijabnya menjadi kipas untuk meredakan udara yang panas.
Hutannya gundul sih mi, kataku.
Pak hadi datang nimbrung dengan kami mengobrol.
Udaranya panas banget pak, aku membuka obrolan.
Iya pak, mungkin karena hutan disini gundul pak. Jawab pak hadi.
Zahra masih mengibas-ibaskan ujung hijabnya.
Udah waktunya sholat pak, tayamum aja. Kataku.
Istriku mulai tayamum menggunakan debu di dalam mobil. Begitu juga aku dan pak hadi.
Setelah sholat pak hadi mencoba memperbaiki mobil lagi. Tidak ada perubahan, mobil tetap mogok sampai larut malam.
Kami berencana pergi mencari bantuan ke perkampungan. Paling tidak jaraknya sekitar 2 km dari sini.
Hati-hati dijalan pak, kata istriku.
Iya bu, sama-sama. Saya jalan dulu pak. Kata pak hadi.
Iya pak, hati-hati. Kataku.
Di hutan ini jarang sekali kendaraan lewat jadi sangat sepi sekali. Sekarang sudah mulai memasuki malam. Aku dan istriku tertidur.
Pak, pak bangun. Aku terbangun. Aku lihat ada mobil diparkir di sebelah mobilku. Ternyata pak hadi sudah menemukan bantuan.
Tak beberapa lama mobilku diperbaiki, dicoba distarter oleh tukang service. Mobilku menyala.
Lega sekali rasanya, akhirnya kita bisa melanjutkan lagi perjalanan.
Terima kasih pak. Kataku ke tukang service mobil.
Sama-sama pak, kata tukang service.
Mobil tukang service mulai menjauh. Kini tinggal kita bertiga saja.
Bagaimana pak, lanjut perjalanan sekarang? Tanya pak hadi.
Boleh pak, kataku.
Pak hadi sepertinya masih lelah bi, abi saja yang menggantikan menyetir mobil sebentar. Saran istriku.
Ah enggak bu, enggak capek. Kata pak hadi.
Yauda gapapa pak, bapak duduk di jok belakang saja. Biar leluasa tidur. Kataku.
Akhirnya pak hadi menurut. Dia turun, sekarang duduk di depan jok istriku.
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, melewati hutan, perkampungan dan hutan lagi.
Sekarang kita memasuki hutan yang lebih panjang. Suasana sangat sepi dan gelap.
Aku lihat dari kaca spion istriku sudah tertidur di belakang.
Pak hadi juga tertidur di depan jok istriku. Karena aku capek mengemudi akhirnya aku menepi di pinggir hutan untuk istirahat.
Aku tidur dengan menyandarkan kepalaku ke dashboard. Belum beberapa menit aku tertidur aku dikejutkan dengan desahan.
Kocoba pura-pura tidur dan melirik di jok belakang. Pak hadi menindih istriku. Mereka saling berciuman, dengan sedikit membuka cadar istriku. Tangan pak hadi tidak henti-hentinya meremas dada istriku.
Elm Elm, Elm Elm, paaakkk ahhh asssshhh.
Gamis istriku juga tersingkap ke pinggang. Astaghfirullah. Aku lihat kemaluan pak hadi keluar masuk ke dalam kemaluan istriku.
Clok, clok, clok.
Aku marah melihat apa yang aku lihat. Tapi desiran di dadaku bercampur antara cemburu dan nafsu.
Aahhhhh, tubuh istriku melengking. Sepertinya itu orgasme istriku yang pertama. Tapi aku tidak tau juga kalo sebelumnya istriku sudah orgasme.
Tidak beberapa lama pak hadi pun menyusul, dia ejakulasi diluar. Dengan mengurut penisnya agar spermanya terkuras dari dalam buah zakarnya. Lalu pak hadi ambruk dengan memeluk istriku.
Terima kasih aisyah, pak hadi mencium kening istriku.
Aisyah pun mengangguk, lalu menoleh kesamping menahan malu.
Mereka berdua merapikan pakaiannya lalu tidur.
Perasaanku saat itu meledak-ledak, tapi aku sangat bernafsu. Dan anehnya aku ingin melihat adegan seperti itu lagi.
Kukocok penisku sampai muncrat, aku pun tertidur.
Pagi harinya seperti tidak terjadi apa-apa. Terlihat normal-normal saja. Mobilku sudah aku parkirkan ke masjid di perkampungan. Aku mandi junub sebelum menjalankan sholat subuh.
Aku lihat istriku juga memasuki kamar mandi perempuan untuk mandi. Tapi aku enggan menanyakan macam-macam.
Setelah sholat subuh perjalanan ke kampung istriku dilanjutkan kembali. Sekarang pak hadi yang menyetir.
Kami bertiga tidak ada yang berbicara, istriku pun terlihat diam saja. Hanya melihat pemandangan dari kaca mobil.
Mobil kami memasuki halaman masjid, kami istirahat sejenak di masjid. Sekarang sekitar jam 08.00.
Setelah kita mampir sebentar di masjid, istirahat dan sholat dhuha. Perjalanan dilanjutkan dengan aku yang menyetir. Kata istriku kasian dengan pak hadi harus menyetir sendirian sampai ke kampung istriku.
Ntah sudah berapa masjid yang menjadi tempat transit kami. Pak hadi dan istriku terlihat normal-normal saja. Tidak ada gelagat aneh yang mencerminkan kalo sempat terjadi perselingkuhan.
Mobil kami memasuki hutan lagi, ada banyak pepohonan rimbun yang lebat. Saat memasuki hutan malam-malam seperti ini, sangat mengerikan. Sekarang aku menemani zahra di jok belakang, sedangkan pak hadi yang menyetir mobil.
Berkali-kali zahra memelukku, dia ketakutan melihat pohon besar seperti beringin di pinggir jalan. Jalanan sangat sepi. Hanya ada beberapa mobil, bus, truk yang bisa dihitung dengan jari.
Aku lihat pak hadi melirik kami. Sepertinya dia cemburu zahra yang selalu dia panggil aisyah memelukku. Lagian aku suami sahnya. Dan perbuatan istriku memang dosa besar. Tapi mau bagaimana lagi, aku terlalu cinta sama zahra. Tidak mungkin aku menceraikannya.
Mobil kami berhenti sebentar, sekarang giliran aku yang menyetir. Di tengah jalan yang gelap lagi-lagi istriku ketakutan.
Abi aku takut, rengek istriku.
Itu kan udah ada pak hadi di belakang mi, hiburku.
Huh, masak umi.... Istriku tidak melanjutkan kata-katanya.
Aku terdiam, fokus menyetir. Jalanan yang sekarang aku lewati butuh fokus yang tinggi. Jadi aku hanya sesekali bisa melirik ke arah spion.
Kulihat pak hadi memeluk istriku, dengan kepala istriku disandarkan ke dadanya. Dielus-elus kepala istriku, dikecup juga kepalanya.
Istriku menoleh ke belakang, disingkapkannya cadar yang dia pakai. Mereka berciuman.
Jantungku seketika berdegup kencang, tetapi aku harus fokus melihat ke arah depan. Kelokan-kelokan tajam sangat berbahaya. Dan di kanan kiriku jurang-jurang yang dalam.
Kulihat lagi ke arah spion, sekarang zahra
berada di pangkuan pak hadi. Tangan pak hadi sudah masuk ke bawah hijab lebar istriku. Terlihat tangannya menyembul seperti sedang meremas-remas dada istriku.
Dan yang membuat aku makin tegang lagi zahra bergerak naik turun di pangkuan pak hadi. Badanku mulai panas dingin.
Ada pom bensin di depanku, aku berencana mengisi bensin dulu. Zahra dan pak hadi mulai bersikap normal lagi. Zahra merapikan pakaiannya. Duduk di atas jok seakan tidak terjadi apa-apa.
Saat aku keluar dari mobil, zahra dan pak hadi ikut keluar. Istriku izin ke kamar mandi padaku. Kulihat pak hadi juga berjalan ke arah kamar mandi.
Mataku melirik mereka, aku cepat-cepat membayar uang ke pegawai pom bensin. Lalu aku berjalan mengikuti mereka.
Aku mengendap-endap dibalik tembok, kuintip mereka.
Pak hadi mencium kening istriku, dan istriku berdiri merapat ke tembok. Matanya terpejam. Lalu pak hadi menggandeng tangan istriku, mengajaknya ke samping pom bensin. Ada pohon-pohon besar, semak-semak belukar disitu.
Pak hadi menggelar tikar lebar di atas tanah. Melepas semua pakaiannnya. Aku kaget melihat kemaluan pak hadi, ternyata besar. Dengan urat-urat mengelilingi batangnya. Istriku aku lihat masih malu-malu.
Tapi dia akhirnya melepas cadarnya, mereka berciuman sambil duduk berhadapan.
Muah, muah, cup, cup..
Hijab kamu aku lepas ya sayang? Kata pak hadi.
Lepas aja pak, istriku menunduk malu sambil tangannya meremas-remas kemaluan pak hadi.
Gemas aku sama kamu aisyah, kata pak hadi sambil melepas hijab istriku secara perlahan. Kini terlihat rambut panjang aisyah tergerai panjang.
Mereka kembali berciuman, saling lumat. Istriku berada di bawah dan pak hadi berada di atas. Celana dalam istriku sudah terlepas. Gamis istriku tersingkap sampai ke panggul.
Pak hadi yang sudah telanjang bulat mulai penetrasi.
Aw, ahhhh sakit pak. Pe lan pelan. Mata aisyah mendelik.
Pak hadi membelai wajah istriku dan mencium kening istriku.
Bles, seperempat kemaluan pak hadi sudah mulai masuk.
Ahhhh, paakkkkkk. Tangan aisyah mencengkeram pundak pak hadi.
Cplok, cplok, cplok, pak hadi mulai menggenjot.
Tahan ya aisyah, sebentar lagi enak. Kata pak hadi.
Aisyah hanya mengangguk. Ah ah ah, enak pak enak pak.
Tangan pak hadi pun meremas payudara istriku dibalik gamis dan BH yang masih menutupi payudara mungilnya.
Aku yang melihat dari jauh sudah tidak sabar. Rasa amarahku seperti mau meledak. Kuhampiri mereka dengan tangan terkepal.
Kalian ngapain?, aku sedikit membentak.
A a bi? Istriku bangun terduduk lemas sambil menunduk.
Pa pak. Pak hadi terlihat ketakutan setelah kedatanganku.
Pak hadi langsung memakai pakaiannya kembali. Dan istriku kembali memakai hijab dan cadarnya.
Istriku berlutut memohon ampun padaku. Tetapi aku tidak bisa memaafkannya. Aku tanyakan sejak kapan dia selingkuh dengan pak hadi. Kata istriku sudah lama mereka menjalin kasih sejak setahun yang lalu saat aku dinas ke luar kota.
Istriku menangis sejadi-jadinya. Tetapi aku tidak bisa memaafkannya.
Aku berjalan menuju mobilku. Mereka berdua mengikuti dari belakang.
Saat aku masuk ke dalam mobil, istriku dan pak hadi ikut masuk ke dalam mobil. Perjalanan ke rumah orang tua istriku tetap berlanjut. Aku tidak mau melibatkan permasalahan rumah tanggaku pada mertuaku. Ntah bagaimana nanti jadinya.
Dua jam lebih dari pom bensin akhirnya kita sampai ke rumah mertuaku. Mereka menyambutku dengan hangat. Mencium anak perempuannya dan menyalami pak hadi.
Kami berbincang-bincang panjang lebar hingga tengah malam. Minum kopi di emper rumah sambil main catur.
Setelah malam tiba, saat aku dan istriku memasuki kamar. Kita tidak saling sapa. Istriku hanya menunduk, dengan wajah muramnya.
Kita tidur juga saling memunggungi. Sesekali istriku mengajakku bicara, tetapi aku tetap diam saja.
Istriku keluar dari kamar ntah dia mau kemana. Aku ikuti dia, sambil sembunyi-sembunyi. Dia berjalan ke arah kamar tamu yang ditempati pak hadi.
Pak, buka pak, ini aisyah. Kata istriku.
Pak hadi membukakan pintu, lalu pak hadi memeluk istriku. Membawanya masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya.
Aku mencari cara bagaimana aku bisa mengintip, tetapi sayangnya tidak ada lubang apa pun yang bisa aku buat mengintip. Hanya terdengar desahan-desahan manja dari istriku.
Saking frustasinya aku kembali ke kamar, onani lalu tertidur.
Pagi harinya aku dan istriku tetap seperti semula. Aku tetap mengacuhkannya. Kulihat wajah istriku terlihat bahagia. Wajahnya ceria, matanya juga berbinar-binar.
Dia sudah tidak lagi berusaha untuk berbicara padaku.
Umi, maafin papa ya.
Iya, istriku membalas perkataanku dengan sikap dingin.
Di dalam kamar, istriku giliran yang acuh padaku. Dia menolak aku sentuh. Aku hanya diam saja menurutinya.
7 hari di rumah mertua sama sekali aku tidak menyentuh istriku sama sekali. Bahkan saat kepulangan kita.
Di perjalanan pulang, yang menyetir mobil tetap bergiliran.
Saat memasuki hutan, kulihat di kaca spion. Sudah tidak lagi malu-malu aisyah dan pak hadi berciuman. Aisyah masih memakai cadarnya. Bibir pak hadi menyentuh bibir istriku.
Mereka saling berhadapan dengan tangan istriku berada di pundaknya.
Kupinggirkan mobilku ke tepi jalan yang ditumbuhi pepohonan besar di tepi hutan.
Umi, umi apa-apaan? Bentakku.
Istriku diam saja hanya melirik ke arahku.
Pak hadi tersenyum licik ke arahku lalu mencium kembali bibir aisyah yang terhalang cadar.
Istriku dipangku oleh pak hadi, mereka saling berhadapan. Dengan istriku membelakangiku.
Tangan pak hadi meremas pantat istriku. Digulunglah gamis istriku ke atas sampai ke pusar. Disampingkan celana dalam istriku dan turun ke bawah.
Kemaluan pak hadi yang sudah tegang ambles membelah kemaluan istriku.
Naik turun, naik turun, kepala istriku mendongak ke atas menahan rasa nikmat.
Saking tidak kuatnya aku melepas celanaku, celana dalamku juga. Aku mengocok kemaluanku sendiri.
Pak hadi berbisik ke telinga istriku yang tertutup hijab. Sepertinya istriku tertawa kecil. Lalu menoleh padaku.
Abi suka melihat umi digenjot pak hadi? Istriku bicara dengan nada manja.
A a abi, aku tetap mengocok kemaluanku.
Sebentar ya pak, muah. istriku mencium bibir pak hadi lalu menghampiriku.
Istriku jongkok sambil mengocok kemaluanku.
Duh kasian suami aku. Enak bi? Tanya istriku.
Enak mi, enak. Tangan lembut istriku yang lembut membuatku tidak tahan akhirnya muncrat di tangan istriku.
Huh segini aja muncrat bi. Lelaki lemah.
Yauda sekarang umi mau lanjut digenjot pak hadi dulu ya. Abi gak boleh protes.
Tanpa perasaan tersinggung sedikit pun dengan kata-kata lelaki lemah aku menjawab dengan terbata-bata, i iya mi.
Istriku menghampiri pak hadi. Mereka berciuman lagi seperti tadi. Gamis istriku tersingkap sampai ke perut. Lalu tangan istriku menggenggam kemaluan pak hadi dan mengarahkannya membelah kemaluannya.
Istriku menoleh, abi kok tegang lagi sih itunya? Istriku tertawa manja.
I iya mi, a abi gak tahan. kugenggam kemaluanku yang kembali tegang.
Cplok cplok, bunyi pertemuan kelamin mereka membahana memenuhi ruangan mobilku.
Ciuman mereka pun juga semakin hot saja, muah, muah, Elm Elm.
Tangan pak hadi juga tidak mau ketinggalan meremas payudara istriku dengan memasukkan tangannya dibalik hijab panjangnya. Istriku merogoh gamisnya dan melepaskan BHnya. Sekarang payudara istriku tidak terhalang oleh BHnya.
Pak hadi meremas-remas kembali payudara istriku. Istriku mendesah, memegang kepala pak hadi dan kembali berciuman panas dengan tetap memakai cadarnya.
Istriku menegang, sedikit mengangkat tubuhnya. Ahhhh, ah crrrrt crrrttt crrrrtt. Zahra mengalami orgasme yang pertama.
Kemaluan pak hadi masih berdiri tegang. Kembali ambles ke kemaluan istriku.
Istriku yang mengalami orgasme pertama terkulai lemas, ambruk memeluk pak hadi. Dengan kepala istriku di samping kepala pak hadi.
Lagi-lagi istriku mengalami orgasme yang kedua kali. Pantatnya dia angkat, bergetar maju mundur, crrrrt crrrttt crrrrtt.
Enak aisyah? Tanya pak hadi.
Iya pak, enak banget. Aisyah lemas pak.
Lalu pak hadi mengangkat tubuh aisyah, ditidurkannya ke jok. Pak hadi membuka hijab panjang aisyah. Lalu membuka gamis aisyah hingga aisyah telanjang bulat.
Tatapan zahra sayu, istriku menoleh kepadaku.
Abi, istriku menoleh padaku sambil menggigit kukunya. Payudaranya naik turun dengan nafas tersengal-sengal.
Pak hadi yang di atas istriku sudah ancang-ancang memasukkan kembali rudal beratnya ke sarangnya. Bles...
Ahhhhh, pakkkk. Kaki istriku melingkar ke tubuh pak hadi.
Tubuhnya melonjak-lonjak, berayun-ayun bersamaan dengan genjotan kuat pak hadi.
Mobilku pun juga ikut bergoyang. Pemandangan yang membuatku panas dingin.
Ntah dengan onani begini aku jadi lama keluarnya. Staminaku jadi semakin kuat.
Aahhhh pak aku keluar lagi, istriku sudah tidak malu-malu lagi berteriak. Crrrt crrrrt. Tetapi pak hadi belum ada tanda-tanda keluar.
Aku sudah diujung tanduk, ternyata aku tidak sekuat pak hadi. Spermaku keluar setelah melihat istriku orgasme.
Abi abi, gitu aja udah keluar sih. Ah ah pak, jangan keras-keras. Pelan, pelan.
Sedikit rendah diri mendengar perkataan istriku. Sekarang aku hanya mengelus-elus kemaluanku sendiri yang terkulai lemas.
Pak hadi mencium bibir istriku lagi. Mereka saling lumat, sampai ludah mereka berbunyi seperti decakan. Lalu pak hadi menjilati pipi, telinga dan tangan pak hadi tak henti-hentinya meremas payudara istriku.
Pkemaluan pak hadi ditancapkan kuat-kuat, hhhgnk hhhgnk,
Pakkkk, istriku mencengkeram punggung pak hadi.
Keluar dimana aisyah sayang? Tanya pak hadi.
Di dalam pak, ahhhhhh. Aku juga pak.
Setelah kemaluan pak hadi keluar dari kemaluan istriku terlihat kemaluan istriku menganga lebar. Cairan cinta pak hadi meluber keluar bercampur dengan cairan cinta istriku.
Aku mendekati istriku, membasuh keringatnya dengan handuk. Kemaluannya juga aku bersihkan. Kupakaikan kembali pakaiannya.
Pak hadi pun juga memakai pakaiannya kembali.
Kami melanjutkan perjalanan. Suasana kami bertiga sudah berbeda. Sudah lima kali pak hadi menggenjot istriku sampai istriku tergolek lemah. Tetapi ada senyuman puas di wajahnya.
Hampir setengah hari perjalanan, akhirnya kita sampai di rumah.
Istriku hamil, dia tersenyum bahagia. Meski hatiku sakit, janin di dalam rahim istriku adalah anak istriku. Mau tidak mau aku harus menerimanya. Dan berjanji merawat, mendidiknya sampai dewasa.
Di dalam rumah, istriku seperti memiliki dua suami. Dari mata tetangga, istriku tetap istri sholehah yang taat dengan suaminya dan tentu saja hanya memiliki satu suami. Kenyataannya, kemaluan istriku tidak lagi menjadi milikku.
Saat ini aku sedang duduk di sofa, istriku keluar memakai longdress berwarna putih tulang dengan bunga-bunga berwarna biru. Dipadu hijab lebar berwarna serupa dan juga cadarnya.
Abiii, istriku menggelendot manja memelukku.
Dan kulihat pak hadi menghampiri kami, memegang pantat zahra. Meremas-remasnya. Ahhhh, pak hadi. Istriku melenguh manja.
https://www.imagebam.com/view/MESYAUD
Mulustrasi Zahra.
Libur lebaran sudah tiba aku dan istriku berencana mudik ke kampung istriku. Aku doni umur 30 tahun, sedangkan istriku zahra umur 25 tahun. Disini cerita fokus ke penggambaran istriku. Istriku biasa-biasa saja, dengan kulit bersih karena jarang terkena sinar matahari. Ya istriku seorang istri yang taat agama. Selalu memakai gamis panjang, hijab lebar sampai ke panggul dan cadar.
Aku mudik membawa kendaraan pribadiku. Hanya saja aku tidak menyetir sendiri. Ada pak hadi yang menjadi sopir pribadiku.
Kalo capek istirahat pak, ntar kita mampir sebentar ke rumah makan cari makan, kataku.
Iya pak, kata pak hadi.
Mobil kita pun menepi, kita mampir makan sebentar. Istriku minta dibungkuskan, dia makan di dalam mobil.
Umi di dalam mobil aja bi, abi sama pak hadi aja yang makan di dalam. Ribet makan cadaran kek gini. Kata istriku.
Yauda abi makan dulu ya, ayok pak. Oh iya pak ntar bungkusan makanannya tolong diantarkan ke mobil ya, pintaku.
Siap pak, pak hadi tersenyum.
Kita pun makan dengan lahapnya. Pak hadi mengambil ayam goreng satu dan masakan dengan bumbu berwarna coklat. Ntah aku gak tau nama makanannya.
Acaraku makan-makan pun selesei, kami pun melanjutkan perjalanan.
Tidak jarang kita istirahat di rest area. Tetap di dalam mobil. Pak hadi tidur di dalam mobil juga. Terpaksa zahra tetap memakai outfit lengkap berserta cadarnya.
Waktu pun berjalan dengan cepat, setelah sholat subuh di mushola terdekat kita melanjutkan perjalanan.
Tiba-tiba mobil kami hampir saja menabrak truk tronton. Astaghfirullah, istriku sempat histeris.
Bapak ngantuk ya pak? Tanyaku.
Iya pak, maaf. Bapak capek banget. Maklum sudah tua harus menyetir mobil dalam jarak yang jauh. Kata pak hadi.
Aku kasian melihat pak hadi. Dan tentu saja demi keselamatan kami bertiga juga akhirnya aku putuskan aku yang menyetir mobil.
Pak hadi duduk di sampingku, istriku tetap di jok belakang mobil.
Bapak ke belakang aja pak tidur, gapapa. Kataku.
Iya pak, terimakasih. Kata pak hadi.
Mobilku menepi, kini pak hadi pindah ke jok belakang bersama istriku.
Sini pak, kata istriku dengan ramah.
Terima kasih bu. Pak hadi masuk dengan malu-malu.
Perjalanan kami berlanjut. Aku lihat dari spion sepertinya pak hadi sangat lelah. Sampai-sampai dia tertidur dengan pulas. Istriku menepi ke samping, melihat keluar kaca mobil pemandangan yang kami lewati.
Hampir 5 jam perjalan kami. Dengan ngetem beberapa kali ke rumah makan untuk sholat dan makan.
Sekarang pak hadi menggantikanku menyetir, kondisinya sudah mulai membaik. Di perjalanan mobil kita mogok. Kebetulan sekarang kita berada di jalanan yang kanan kirinya adalah hutan.
Pak hadi turun dari mobil. Aku membantu sebisanya membantu sebisanya. Sudah setengah jam mesin tidak kunjung menyala.
Istirirahat dulu pak, nanti dilanjut lagi kataku.
Aku kasian melihat pak hadi yang sudah uzur ngos-ngosan memperbaiki mobilku.
Istriku menghampiriku, gak bisa diperbaiki ya bi?
Belum bisa nyala mi, kataku.
Istriku menyeka keringatnya dikeningnya, disibakkan cadarnya untuk meminum air mineral di botol.
Panas banget ya bi, kata istriku.
Dia mengibas-ibaskan ujung hijabnya menjadi kipas untuk meredakan udara yang panas.
Hutannya gundul sih mi, kataku.
Pak hadi datang nimbrung dengan kami mengobrol.
Udaranya panas banget pak, aku membuka obrolan.
Iya pak, mungkin karena hutan disini gundul pak. Jawab pak hadi.
Zahra masih mengibas-ibaskan ujung hijabnya.
Udah waktunya sholat pak, tayamum aja. Kataku.
Istriku mulai tayamum menggunakan debu di dalam mobil. Begitu juga aku dan pak hadi.
Setelah sholat pak hadi mencoba memperbaiki mobil lagi. Tidak ada perubahan, mobil tetap mogok sampai larut malam.
Kami berencana pergi mencari bantuan ke perkampungan. Paling tidak jaraknya sekitar 2 km dari sini.
Hati-hati dijalan pak, kata istriku.
Iya bu, sama-sama. Saya jalan dulu pak. Kata pak hadi.
Iya pak, hati-hati. Kataku.
Di hutan ini jarang sekali kendaraan lewat jadi sangat sepi sekali. Sekarang sudah mulai memasuki malam. Aku dan istriku tertidur.
Pak, pak bangun. Aku terbangun. Aku lihat ada mobil diparkir di sebelah mobilku. Ternyata pak hadi sudah menemukan bantuan.
Tak beberapa lama mobilku diperbaiki, dicoba distarter oleh tukang service. Mobilku menyala.
Lega sekali rasanya, akhirnya kita bisa melanjutkan lagi perjalanan.
Terima kasih pak. Kataku ke tukang service mobil.
Sama-sama pak, kata tukang service.
Mobil tukang service mulai menjauh. Kini tinggal kita bertiga saja.
Bagaimana pak, lanjut perjalanan sekarang? Tanya pak hadi.
Boleh pak, kataku.
Pak hadi sepertinya masih lelah bi, abi saja yang menggantikan menyetir mobil sebentar. Saran istriku.
Ah enggak bu, enggak capek. Kata pak hadi.
Yauda gapapa pak, bapak duduk di jok belakang saja. Biar leluasa tidur. Kataku.
Akhirnya pak hadi menurut. Dia turun, sekarang duduk di depan jok istriku.
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, melewati hutan, perkampungan dan hutan lagi.
Sekarang kita memasuki hutan yang lebih panjang. Suasana sangat sepi dan gelap.
Aku lihat dari kaca spion istriku sudah tertidur di belakang.
Pak hadi juga tertidur di depan jok istriku. Karena aku capek mengemudi akhirnya aku menepi di pinggir hutan untuk istirahat.
Aku tidur dengan menyandarkan kepalaku ke dashboard. Belum beberapa menit aku tertidur aku dikejutkan dengan desahan.
Kocoba pura-pura tidur dan melirik di jok belakang. Pak hadi menindih istriku. Mereka saling berciuman, dengan sedikit membuka cadar istriku. Tangan pak hadi tidak henti-hentinya meremas dada istriku.
Elm Elm, Elm Elm, paaakkk ahhh asssshhh.
Gamis istriku juga tersingkap ke pinggang. Astaghfirullah. Aku lihat kemaluan pak hadi keluar masuk ke dalam kemaluan istriku.
Clok, clok, clok.
Aku marah melihat apa yang aku lihat. Tapi desiran di dadaku bercampur antara cemburu dan nafsu.
Aahhhhh, tubuh istriku melengking. Sepertinya itu orgasme istriku yang pertama. Tapi aku tidak tau juga kalo sebelumnya istriku sudah orgasme.
Tidak beberapa lama pak hadi pun menyusul, dia ejakulasi diluar. Dengan mengurut penisnya agar spermanya terkuras dari dalam buah zakarnya. Lalu pak hadi ambruk dengan memeluk istriku.
Terima kasih aisyah, pak hadi mencium kening istriku.
Aisyah pun mengangguk, lalu menoleh kesamping menahan malu.
Mereka berdua merapikan pakaiannya lalu tidur.
Perasaanku saat itu meledak-ledak, tapi aku sangat bernafsu. Dan anehnya aku ingin melihat adegan seperti itu lagi.
Kukocok penisku sampai muncrat, aku pun tertidur.
Pagi harinya seperti tidak terjadi apa-apa. Terlihat normal-normal saja. Mobilku sudah aku parkirkan ke masjid di perkampungan. Aku mandi junub sebelum menjalankan sholat subuh.
Aku lihat istriku juga memasuki kamar mandi perempuan untuk mandi. Tapi aku enggan menanyakan macam-macam.
Setelah sholat subuh perjalanan ke kampung istriku dilanjutkan kembali. Sekarang pak hadi yang menyetir.
Kami bertiga tidak ada yang berbicara, istriku pun terlihat diam saja. Hanya melihat pemandangan dari kaca mobil.
Mobil kami memasuki halaman masjid, kami istirahat sejenak di masjid. Sekarang sekitar jam 08.00.
Setelah kita mampir sebentar di masjid, istirahat dan sholat dhuha. Perjalanan dilanjutkan dengan aku yang menyetir. Kata istriku kasian dengan pak hadi harus menyetir sendirian sampai ke kampung istriku.
Ntah sudah berapa masjid yang menjadi tempat transit kami. Pak hadi dan istriku terlihat normal-normal saja. Tidak ada gelagat aneh yang mencerminkan kalo sempat terjadi perselingkuhan.
Mobil kami memasuki hutan lagi, ada banyak pepohonan rimbun yang lebat. Saat memasuki hutan malam-malam seperti ini, sangat mengerikan. Sekarang aku menemani zahra di jok belakang, sedangkan pak hadi yang menyetir mobil.
Berkali-kali zahra memelukku, dia ketakutan melihat pohon besar seperti beringin di pinggir jalan. Jalanan sangat sepi. Hanya ada beberapa mobil, bus, truk yang bisa dihitung dengan jari.
Aku lihat pak hadi melirik kami. Sepertinya dia cemburu zahra yang selalu dia panggil aisyah memelukku. Lagian aku suami sahnya. Dan perbuatan istriku memang dosa besar. Tapi mau bagaimana lagi, aku terlalu cinta sama zahra. Tidak mungkin aku menceraikannya.
Mobil kami berhenti sebentar, sekarang giliran aku yang menyetir. Di tengah jalan yang gelap lagi-lagi istriku ketakutan.
Abi aku takut, rengek istriku.
Itu kan udah ada pak hadi di belakang mi, hiburku.
Huh, masak umi.... Istriku tidak melanjutkan kata-katanya.
Aku terdiam, fokus menyetir. Jalanan yang sekarang aku lewati butuh fokus yang tinggi. Jadi aku hanya sesekali bisa melirik ke arah spion.
Kulihat pak hadi memeluk istriku, dengan kepala istriku disandarkan ke dadanya. Dielus-elus kepala istriku, dikecup juga kepalanya.
Istriku menoleh ke belakang, disingkapkannya cadar yang dia pakai. Mereka berciuman.
Jantungku seketika berdegup kencang, tetapi aku harus fokus melihat ke arah depan. Kelokan-kelokan tajam sangat berbahaya. Dan di kanan kiriku jurang-jurang yang dalam.
Kulihat lagi ke arah spion, sekarang zahra
berada di pangkuan pak hadi. Tangan pak hadi sudah masuk ke bawah hijab lebar istriku. Terlihat tangannya menyembul seperti sedang meremas-remas dada istriku.
Dan yang membuat aku makin tegang lagi zahra bergerak naik turun di pangkuan pak hadi. Badanku mulai panas dingin.
Ada pom bensin di depanku, aku berencana mengisi bensin dulu. Zahra dan pak hadi mulai bersikap normal lagi. Zahra merapikan pakaiannya. Duduk di atas jok seakan tidak terjadi apa-apa.
Saat aku keluar dari mobil, zahra dan pak hadi ikut keluar. Istriku izin ke kamar mandi padaku. Kulihat pak hadi juga berjalan ke arah kamar mandi.
Mataku melirik mereka, aku cepat-cepat membayar uang ke pegawai pom bensin. Lalu aku berjalan mengikuti mereka.
Aku mengendap-endap dibalik tembok, kuintip mereka.
Pak hadi mencium kening istriku, dan istriku berdiri merapat ke tembok. Matanya terpejam. Lalu pak hadi menggandeng tangan istriku, mengajaknya ke samping pom bensin. Ada pohon-pohon besar, semak-semak belukar disitu.
Pak hadi menggelar tikar lebar di atas tanah. Melepas semua pakaiannnya. Aku kaget melihat kemaluan pak hadi, ternyata besar. Dengan urat-urat mengelilingi batangnya. Istriku aku lihat masih malu-malu.
Tapi dia akhirnya melepas cadarnya, mereka berciuman sambil duduk berhadapan.
Muah, muah, cup, cup..
Hijab kamu aku lepas ya sayang? Kata pak hadi.
Lepas aja pak, istriku menunduk malu sambil tangannya meremas-remas kemaluan pak hadi.
Gemas aku sama kamu aisyah, kata pak hadi sambil melepas hijab istriku secara perlahan. Kini terlihat rambut panjang aisyah tergerai panjang.
Mereka kembali berciuman, saling lumat. Istriku berada di bawah dan pak hadi berada di atas. Celana dalam istriku sudah terlepas. Gamis istriku tersingkap sampai ke panggul.
Pak hadi yang sudah telanjang bulat mulai penetrasi.
Aw, ahhhh sakit pak. Pe lan pelan. Mata aisyah mendelik.
Pak hadi membelai wajah istriku dan mencium kening istriku.
Bles, seperempat kemaluan pak hadi sudah mulai masuk.
Ahhhh, paakkkkkk. Tangan aisyah mencengkeram pundak pak hadi.
Cplok, cplok, cplok, pak hadi mulai menggenjot.
Tahan ya aisyah, sebentar lagi enak. Kata pak hadi.
Aisyah hanya mengangguk. Ah ah ah, enak pak enak pak.
Tangan pak hadi pun meremas payudara istriku dibalik gamis dan BH yang masih menutupi payudara mungilnya.
Aku yang melihat dari jauh sudah tidak sabar. Rasa amarahku seperti mau meledak. Kuhampiri mereka dengan tangan terkepal.
Kalian ngapain?, aku sedikit membentak.
A a bi? Istriku bangun terduduk lemas sambil menunduk.
Pa pak. Pak hadi terlihat ketakutan setelah kedatanganku.
Pak hadi langsung memakai pakaiannya kembali. Dan istriku kembali memakai hijab dan cadarnya.
Istriku berlutut memohon ampun padaku. Tetapi aku tidak bisa memaafkannya. Aku tanyakan sejak kapan dia selingkuh dengan pak hadi. Kata istriku sudah lama mereka menjalin kasih sejak setahun yang lalu saat aku dinas ke luar kota.
Istriku menangis sejadi-jadinya. Tetapi aku tidak bisa memaafkannya.
Aku berjalan menuju mobilku. Mereka berdua mengikuti dari belakang.
Saat aku masuk ke dalam mobil, istriku dan pak hadi ikut masuk ke dalam mobil. Perjalanan ke rumah orang tua istriku tetap berlanjut. Aku tidak mau melibatkan permasalahan rumah tanggaku pada mertuaku. Ntah bagaimana nanti jadinya.
Dua jam lebih dari pom bensin akhirnya kita sampai ke rumah mertuaku. Mereka menyambutku dengan hangat. Mencium anak perempuannya dan menyalami pak hadi.
Kami berbincang-bincang panjang lebar hingga tengah malam. Minum kopi di emper rumah sambil main catur.
Setelah malam tiba, saat aku dan istriku memasuki kamar. Kita tidak saling sapa. Istriku hanya menunduk, dengan wajah muramnya.
Kita tidur juga saling memunggungi. Sesekali istriku mengajakku bicara, tetapi aku tetap diam saja.
Istriku keluar dari kamar ntah dia mau kemana. Aku ikuti dia, sambil sembunyi-sembunyi. Dia berjalan ke arah kamar tamu yang ditempati pak hadi.
Pak, buka pak, ini aisyah. Kata istriku.
Pak hadi membukakan pintu, lalu pak hadi memeluk istriku. Membawanya masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya.
Aku mencari cara bagaimana aku bisa mengintip, tetapi sayangnya tidak ada lubang apa pun yang bisa aku buat mengintip. Hanya terdengar desahan-desahan manja dari istriku.
Saking frustasinya aku kembali ke kamar, onani lalu tertidur.
Pagi harinya aku dan istriku tetap seperti semula. Aku tetap mengacuhkannya. Kulihat wajah istriku terlihat bahagia. Wajahnya ceria, matanya juga berbinar-binar.
Dia sudah tidak lagi berusaha untuk berbicara padaku.
Umi, maafin papa ya.
Iya, istriku membalas perkataanku dengan sikap dingin.
Di dalam kamar, istriku giliran yang acuh padaku. Dia menolak aku sentuh. Aku hanya diam saja menurutinya.
7 hari di rumah mertua sama sekali aku tidak menyentuh istriku sama sekali. Bahkan saat kepulangan kita.
Di perjalanan pulang, yang menyetir mobil tetap bergiliran.
Saat memasuki hutan, kulihat di kaca spion. Sudah tidak lagi malu-malu aisyah dan pak hadi berciuman. Aisyah masih memakai cadarnya. Bibir pak hadi menyentuh bibir istriku.
Mereka saling berhadapan dengan tangan istriku berada di pundaknya.
Kupinggirkan mobilku ke tepi jalan yang ditumbuhi pepohonan besar di tepi hutan.
Umi, umi apa-apaan? Bentakku.
Istriku diam saja hanya melirik ke arahku.
Pak hadi tersenyum licik ke arahku lalu mencium kembali bibir aisyah yang terhalang cadar.
Istriku dipangku oleh pak hadi, mereka saling berhadapan. Dengan istriku membelakangiku.
Tangan pak hadi meremas pantat istriku. Digulunglah gamis istriku ke atas sampai ke pusar. Disampingkan celana dalam istriku dan turun ke bawah.
Kemaluan pak hadi yang sudah tegang ambles membelah kemaluan istriku.
Naik turun, naik turun, kepala istriku mendongak ke atas menahan rasa nikmat.
Saking tidak kuatnya aku melepas celanaku, celana dalamku juga. Aku mengocok kemaluanku sendiri.
Pak hadi berbisik ke telinga istriku yang tertutup hijab. Sepertinya istriku tertawa kecil. Lalu menoleh padaku.
Abi suka melihat umi digenjot pak hadi? Istriku bicara dengan nada manja.
A a abi, aku tetap mengocok kemaluanku.
Sebentar ya pak, muah. istriku mencium bibir pak hadi lalu menghampiriku.
Istriku jongkok sambil mengocok kemaluanku.
Duh kasian suami aku. Enak bi? Tanya istriku.
Enak mi, enak. Tangan lembut istriku yang lembut membuatku tidak tahan akhirnya muncrat di tangan istriku.
Huh segini aja muncrat bi. Lelaki lemah.
Yauda sekarang umi mau lanjut digenjot pak hadi dulu ya. Abi gak boleh protes.
Tanpa perasaan tersinggung sedikit pun dengan kata-kata lelaki lemah aku menjawab dengan terbata-bata, i iya mi.
Istriku menghampiri pak hadi. Mereka berciuman lagi seperti tadi. Gamis istriku tersingkap sampai ke perut. Lalu tangan istriku menggenggam kemaluan pak hadi dan mengarahkannya membelah kemaluannya.
Istriku menoleh, abi kok tegang lagi sih itunya? Istriku tertawa manja.
I iya mi, a abi gak tahan. kugenggam kemaluanku yang kembali tegang.
Cplok cplok, bunyi pertemuan kelamin mereka membahana memenuhi ruangan mobilku.
Ciuman mereka pun juga semakin hot saja, muah, muah, Elm Elm.
Tangan pak hadi juga tidak mau ketinggalan meremas payudara istriku dengan memasukkan tangannya dibalik hijab panjangnya. Istriku merogoh gamisnya dan melepaskan BHnya. Sekarang payudara istriku tidak terhalang oleh BHnya.
Pak hadi meremas-remas kembali payudara istriku. Istriku mendesah, memegang kepala pak hadi dan kembali berciuman panas dengan tetap memakai cadarnya.
Istriku menegang, sedikit mengangkat tubuhnya. Ahhhh, ah crrrrt crrrttt crrrrtt. Zahra mengalami orgasme yang pertama.
Kemaluan pak hadi masih berdiri tegang. Kembali ambles ke kemaluan istriku.
Istriku yang mengalami orgasme pertama terkulai lemas, ambruk memeluk pak hadi. Dengan kepala istriku di samping kepala pak hadi.
Lagi-lagi istriku mengalami orgasme yang kedua kali. Pantatnya dia angkat, bergetar maju mundur, crrrrt crrrttt crrrrtt.
Enak aisyah? Tanya pak hadi.
Iya pak, enak banget. Aisyah lemas pak.
Lalu pak hadi mengangkat tubuh aisyah, ditidurkannya ke jok. Pak hadi membuka hijab panjang aisyah. Lalu membuka gamis aisyah hingga aisyah telanjang bulat.
Tatapan zahra sayu, istriku menoleh kepadaku.
Abi, istriku menoleh padaku sambil menggigit kukunya. Payudaranya naik turun dengan nafas tersengal-sengal.
Pak hadi yang di atas istriku sudah ancang-ancang memasukkan kembali rudal beratnya ke sarangnya. Bles...
Ahhhhh, pakkkk. Kaki istriku melingkar ke tubuh pak hadi.
Tubuhnya melonjak-lonjak, berayun-ayun bersamaan dengan genjotan kuat pak hadi.
Mobilku pun juga ikut bergoyang. Pemandangan yang membuatku panas dingin.
Ntah dengan onani begini aku jadi lama keluarnya. Staminaku jadi semakin kuat.
Aahhhh pak aku keluar lagi, istriku sudah tidak malu-malu lagi berteriak. Crrrt crrrrt. Tetapi pak hadi belum ada tanda-tanda keluar.
Aku sudah diujung tanduk, ternyata aku tidak sekuat pak hadi. Spermaku keluar setelah melihat istriku orgasme.
Abi abi, gitu aja udah keluar sih. Ah ah pak, jangan keras-keras. Pelan, pelan.
Sedikit rendah diri mendengar perkataan istriku. Sekarang aku hanya mengelus-elus kemaluanku sendiri yang terkulai lemas.
Pak hadi mencium bibir istriku lagi. Mereka saling lumat, sampai ludah mereka berbunyi seperti decakan. Lalu pak hadi menjilati pipi, telinga dan tangan pak hadi tak henti-hentinya meremas payudara istriku.
Pkemaluan pak hadi ditancapkan kuat-kuat, hhhgnk hhhgnk,
Pakkkk, istriku mencengkeram punggung pak hadi.
Keluar dimana aisyah sayang? Tanya pak hadi.
Di dalam pak, ahhhhhh. Aku juga pak.
Setelah kemaluan pak hadi keluar dari kemaluan istriku terlihat kemaluan istriku menganga lebar. Cairan cinta pak hadi meluber keluar bercampur dengan cairan cinta istriku.
Aku mendekati istriku, membasuh keringatnya dengan handuk. Kemaluannya juga aku bersihkan. Kupakaikan kembali pakaiannya.
Pak hadi pun juga memakai pakaiannya kembali.
Kami melanjutkan perjalanan. Suasana kami bertiga sudah berbeda. Sudah lima kali pak hadi menggenjot istriku sampai istriku tergolek lemah. Tetapi ada senyuman puas di wajahnya.
Hampir setengah hari perjalanan, akhirnya kita sampai di rumah.
Istriku hamil, dia tersenyum bahagia. Meski hatiku sakit, janin di dalam rahim istriku adalah anak istriku. Mau tidak mau aku harus menerimanya. Dan berjanji merawat, mendidiknya sampai dewasa.
Di dalam rumah, istriku seperti memiliki dua suami. Dari mata tetangga, istriku tetap istri sholehah yang taat dengan suaminya dan tentu saja hanya memiliki satu suami. Kenyataannya, kemaluan istriku tidak lagi menjadi milikku.
Saat ini aku sedang duduk di sofa, istriku keluar memakai longdress berwarna putih tulang dengan bunga-bunga berwarna biru. Dipadu hijab lebar berwarna serupa dan juga cadarnya.
Abiii, istriku menggelendot manja memelukku.
Dan kulihat pak hadi menghampiri kami, memegang pantat zahra. Meremas-remasnya. Ahhhh, pak hadi. Istriku melenguh manja.
Terakhir diubah: