Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Izinkan Aku Memilih

Karakter Wanita Favorit

  • Winda

    Votes: 248 41,2%
  • Zahra

    Votes: 64 10,6%
  • Hani

    Votes: 34 5,6%
  • Zakiyah

    Votes: 37 6,1%
  • Devi

    Votes: 2 0,3%
  • Mira

    Votes: 20 3,3%
  • Yanti

    Votes: 8 1,3%
  • Kintan

    Votes: 31 5,1%
  • Nayla

    Votes: 58 9,6%
  • Rina

    Votes: 46 7,6%
  • Sandra

    Votes: 15 2,5%
  • Novi

    Votes: 9 1,5%
  • Fatma

    Votes: 14 2,3%
  • Angel

    Votes: 16 2,7%

  • Total voters
    602
  • Poll closed .
Duuh maaf sekali karena sebenrnya tadi malam mau update cuman gatau kenapa ane tiba tiba ketiduran haha. Jadi nanti malem ya hu updatenya biar rame juga. Kalo pagi pagi kan ada yg kerja dll takutnya menganggu kinerja nantinya hahaha.

Maaf hu sekali lagi
Update nanti ada kintan kah..?
 
Met mlm suhu..
Lewat depan rumah pak hasan kok msh sepi yahh..
Nayla sama kintan lgi di kos kosan kali yah..
Hehee..
 
PART 8
Yanti:
Diyanti_Rabbah_1.jpg


Nayla:
Nayla_Putri_Aribah_1.jpg


Zakiyah:
Nur_Zakiyah_1.jpg

Keesokan harinya.

Kami semua bangun dari tidur yang cukup nyenyak setelah kejadian semalam yang penuh dengan baku hantam.

Aku sedikit terkejut karena saat terbangun, aku melihat Yanti tertidur di pahaku namun segera setelah aku bangun, aku membangunkannya.

Kini semua sudah dalam keadaan segar dan bersiap-siap untuk kembali ke kosan masing-masing.

“mas, aku pulang naik angkot aja deh” Ujarku saat kami berjalan menuju mobil.

“laah kok gitu? semalem sebenernya kami sepakat kalo Jodi yang naik angkot” Jordi mengeluarkan kunci mobilnya dari saku lalu menekan salah satu tombolnya.

“eehh jangan mas. gue kan gabanyak kontribusi semalem. Gapapa gue aja. Lagipula emang lagi kepengen naik angkot”

“itukan karena lo belum sembuh bener za. Ditendang sekali aja langsung kleyengan” Jodi menimpali. Dimas, Tama dan Yanti hanya menyimak.

“engga mas, beneran gapapa gue aja naik angkot yaa?” tanpa menunggu lama aku mengambil jalan memutar dan selagi mereka semua masuk ke dalam mobil.

“yaudah deh. hati-hati yak” Jordi mulai menyalakan mesin mobilnya.

Aku hanya melambaikan tangan dan berjalan melewati rumah yang kami singgahi lagi.

Aku dikejutkan oleh motor yang terparkir di halaman depan rumah yang berada di seberang rumah yang kami singgahi. Aku memperhatikan pintu yang terbuka selagi aku berjalan melewatinya.

“EEHH ZAAA. NGAPAIN KAMU DISINI” Suara perempuan yang aku kenali muncul dari dalam rumah.

Perempuan tersebut kemudian keluar dari rumah dan segera menghampiriku.

“Loh mba sendiri ngapain disini? semalem abis nangkep Toni mba” Aku menunjuk rumah seberang.

“buseett. Berapa orang za? Oiya, omong-omong ini rumahku hehehe”

“lah kok ngekos?”

“takut aku za ternyata kalo sendirian. Kintan aku ajak nginep bareng disini gamau. Kejauhan katanya. Ehhh kamu belum jawab pertanyaanku. Berapa orang yang nangkep Toni?”

“5 orang mba dan aku sempet pingsan mba hahaha”

“trus yang lain kemana?”

“udah pada pulang, karena mobil gamuat jadi aku deh yang naik angkot ke kosan”

“yaampuun. Tega ya mereka”

“ehh. Engga kok mba. Emang aku yang minta”

“hadeeuuhhh” perempuan itu menutupi wajahnya dengan kepalanya. “yaudah masuk dulu za. Nanti aku anterin” Ia masuk ke dalam rumah itu dan aku mengikutinya.

Aku duduk di ruang tamu mungkin karena letaknya paling depan rumah. Aku melihat Nayla mondar-mandir mengambil barang-barangnya yang aku tidak tahu apa.

“kamu mau gituan sama Kintan gak za? Aku udah cerita ke dia kalo kamu lumayan hahaha” Nayla nampaknya sudah selesai dengan urusannya.

“haah? Enggak lah mbaa. Aku kan udah ada Winda”

“yaa gapapa kali zaa. Kan Winda nya juga lagi gaada disini” Nayla terus menggodaku.

“dia pasti tau kalo aku macem-macem mba”

“berarti dia tau dong kelakuanmu pas kemarin itu?”

“ehh. Itu sih engga” Aku menunduk.

“tuhhkaan. Yaudah gapapa. Aku udah bilang ke Kintan kalo malem ini kamu bakal ke kosan. Jadi siap-siap dari sekarang”

“busettt main bikin jadwal aja seenaknya” Aku melihat Wajah Nayla yang cengengesan. “omong-omong kenapa si mba sama Mba Kintan? Kenapa ga mba ajak aja sama yang mba biasa itu?”

“dia mah mana mau za. Lagipula aku udah enggak jadi perek lagi kokk. Cukup sama beberapa orang aja. Misal sama kamu aja dan aku gak narik uang dari mereka”

Suasana lengang. Aku sebenernya sedikit menyesal mengapa aku berkata demikian.

“lagipula kasian Kintan. Semenjak perawannya ilang, dia udah gak gituan lagi. Pasti tersiksa deh. Apalagi aku pernah gak sengaja buka laptopnya dan ada beberapa video bokep, jadi dia pasti nyari bahan buat nuntasin hasratnya. Makanya, aku minta tolong sama kamu za”

“kenapa ke aku mba?”

“karena aku percaya aja sama kamu. Kamu gaakan minta macem-macem” Pandangan Nayla tajam menatapku.

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Lidahku seakan kelu ingin mengeluarkan kata-kata.

“yaudah deh mba. Tapi sekali ini aja ya mba. Aku gamau lagi”

Nayla hanya tersenyum dan meneruskan pekerjaannya yang tertunda barusan. Aku membuka HP-ku dan membuka aplikasi-aplikasi sosial media selagi menunggu Nayla selesai.

Beberapa saat kemudian, Nayla membawa sebuah kantong plastik besar ke bagian ruang tamu.

“fyyuuhhh. Yuk zaa. Udah. Kamu yang didepan ya?” Nayla melemparkan kunci motor ke padaku.

“banyak amat bawaannya?”

“iyaaa. Orang tuaku tuh kalo ngirim apa-apa ke sini jadinya ya aku harus ke sini kalo mau ngambil barangnya”

“laah kan rumahnya kosong?” Aku membantu Nayla membawa barang-barang dan kami mulai berjalan ke motor.

“engga zaa. Sebenernya ada yang jagain cuman kalo aku ke sini dia pasti ke rumah aslinya”

“tapi semalem kayak kosong ini rumah”

“iyaa karena aku bilang kalo paginya aku ke rumah. Makanya mungkin dari semalem dia udah dirumahnya”

“ooohhhh” Kami sudah sampai ke motor dan mulai mengangkut barang-barang keatas motor.

Setelah semua siap, aku menyalakan mesin motor dan langsung melaju menuju kosan. Tanpa terasa penisku menegang membayangkan malam nanti. Merasakan hangatnya tubuh salah satu primadona kampus. Maafkan aku kelakuan kekasihmu ini Winda. Sekali ini aja ya.

Selama perjalanan kami hanya diam dan aku hanya memperhatikan jalan. Nayla juga mungkin bermain dengan HP-nya karena beberapa kali aku merasakan tangannya ada di punggungku saat aku mengerem dengan cukup dadakan.

“mba, omong-omong Mba Kintan kok udah ga perawan sih mba?” Aku bertanya cukup ragu-ragu.

“emmm, dia diperkosa zaa. Kasian” Nayla menjawab dengan singkat dan cukup lugas.

“mba, jangan marah. Kalo mba awalnya gimana kok bisa jadi……”

“aku juga awalnya diperkosa za. Terus aku di ancem harus ngasilin duit ke orang yang merkosa aku. Jadinya kan mau gak mau aku ikut dia. Kalo di telfon harus dijawab dan tiap kali ngentot harus divideoin. Kalo nolak, video pemerkosaanku bakal di sebar se kampus sama dia. Jadinya gapapalah, toh juga banyak orang yang gak percaya pas diceritain sama orang-orang kecuali kalo dia beneran ngontak aku dan ngentot sama aku.” Suaranya kudengar bergetar.

“maaf ya mba, aku penasaran soalnya. Mba kan kalo daftar jadi model pasti keterima. Cantik gitu, badannya bagus. Siapa juga yang nolak mba”

“apasih zaa hahaha. Bisa aja kamu” Nayla sedikit memukulku di kepala.

“beneran deh mba. Sekarang kan banyak tuh endorse-endorse gitu. coba aja salah satu. Pasti nanti bakalan rame deh”

Dia hanya tertawa dan melanjutkan memainkan HP-nya.

.

.

.

Tak terasa perjalanan berakhir. Aku turun di depan kosanku lalu Nayla melanjutkan perjalanananya sendiri ke kosannya.

Aku membuka pintu kosan dan langsung menuju kamarku. Kubuka kamar yang memang tidak terkunci dan aku sedikit terkejut dengan sesuatu di atas kasurku.

Aku mengambil kertas itu dan akhirnya ku ketahui itu adalah sebuah undangan pernihakahan. Aku melihat nama Resti dan Andi disitu. Aku tebak Winda yang mengirimnya ke sini. Aku membuka HP-ku dan langsung memfoto undangan tersebut, lalu mengirimkan foto itu ke Winda. “beneran diundang ternyata haha” tulisku dalam pesan itu.

Tak lama kemudian pesan itu dibalas dan berisi “iyaa doong. Kesini ya zaaa. Naik kereta ajaa. Jangan naik motor”

“padahal aku pengen pulang besok haha. Yaudah deh abis ke nikahan kakakmu aja pulangnya” Aku balas lagi pesannya.

“yeaaayyyyyy. Aku nanti masakin kamu makanan yang enak”

“emang bisa masak?”

Winda mengirimkan foto dia sedang di dapur dan kulihat sedang memasak sesuatu. “ini aku diajarin sama ibuku hahaha”

“laah kok difoto sih. Kan jadi aku udah tau kamu bakal masak apa hahaha”

“emang kamu tau itu masakan apa?”

“tau laaah. Itu udang di sambel pedas manis kan? ibuku sering bikinin itu. Semoga masakanmu bisa menyamai masakan ibuku yaa hahaha”

“yaaahhhhh. Kok tau sihh. Gak seru doooong. Yaudah nanti selain ini aku masakin yang lain dehh”

“selamat masak sayaaangg. Jangan maksain diri hahaha”

“kamu harus cobain semuanya pokoknya hahaha”

“nanti aku gendut lagi dong hahaha”

“ya jangan sampe gendut lagi. Yaudah deh zaa. Udah dulu. Aku mau lanjutin lagi ini. kayaknya udah mateng”

“okee sayaang. Sampe jumpa besok yaaa” Aku sisipi dengan emoticon peluk.

Winda tidak membalas pesanku lagi. Aku beralih ke kontak Ibuku untuk meminta izin bahwa kepulanganku tertunda karena harus datang ke pernihakanan kakaknya Winda terlebih dahulu. Ibuku mengizinkan karena memang di rumah tidak ada peristiwa penting. Malah ibuku memintaku membawa Winda saat pulang nanti.

Selesai dengan HP-ku, kurasakan kantuk mendera tubuhku dan aku memutuskan untuk tidur.

*****

Aku dibangunkan oleh Tama dan Zakiyah yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarku. Mereka menggerak-gerakan badanku hingga aku terbangun. Risih sekali rasanya.

“zaaa, besok berangkat bareng yaa” Zakiyah masih menggerak-gerakan tubuhku.

“kemana?” Aku masih belum sadar sepenuhnya.

“laaah itu undangaann. Makanya bangun zaaaaa” Suaranya benar-benar memekakkan telingaku.

Kepalaku ku tolehkan ke undangan yang aku letakkan di meja samping kasurku. Aku masih bingung apa yang terjadi (haha).

“ooohh ituu. Iyaa zaaak” Aku menolehkan kepalaku ke Zakiyah. “udah cuman ngasih tau itu doang?” Aku ngomel karena Zakiyah sudah tidak mengatakan apa-apa setelah beberapa saat.

“eheheheh. Tama zaa yang iseng. Katanya bangunin ajaa. Yaudah aku bangunin”

“hhhhhhhheeehhhhhhh. Yaudah sana keluar. Lagi enak-enak tidur juga” Aku kembali menggulung tubuhku di kasur.

“Yanti tadi khawatir zaa lu gak balik-balik tadi” Tama membuka suara.

“kapan?” Aku masih menutup mataku berusaha untuk tidur.

“kok kapan sih -_- tadi pas kita sampe sini. Kita tungguin tapi lo gabalik-balik. Darimana aja lu?”

“tadi gue ketemu sama Mba Nayla, jadinya pulang bareng dia”

“trus kok lama? Jangan-jangan……” Tama menerima lemparan bantalku.

“tadi Mba Nayla beres-beres rumahnya. Ya gue tungguin lah. Orang katanya mau bareng aja baliknya” Aku masih menggulungkan tubuhku di kasur.

“ooohhh. Tapi pasti nyuri-nyuri buat pegang-pegang kan?” Tama kembali menerima lemparan bantalku.

“gila lu tam, bilang aja lu yang pengen”

“enggak laaah hahaha. Zakiyah cukup. Ya gak zak?”

“yakin? Badan kecil gitu emang cukup?” Sekarang giliranku yang dilempar bantal oleh mereka berdua. Dan kudengar pintu kamarku di banting karena mereka kesal.

Akhirnya aku bisa melanjutkan tidurku.

.

.

Aku tidak bisa tidur lagi karena memikirkan perkataan Tama tadi. Buat apa Yanti mengkhawatirkanku? Tidak ada untungnya bukan? Aku mendengar HP-ku berdering bahwa ada notifikasi pesan masuk.

“udah sampe za?” Kulihat nama pengirim pesan itu adalah Yanti.

“udah yan hehe. Kenapa?” Aku mencoba menjawab senatural mungkin.

“gak papa hehe. Tadi kamu lama banget abisan. Kirain kenapa-kenapa”

“iya tadi macet. Makanya lama”

“kamu dikosan?”

*DEGG*

“iyaa dikosan. Baru bangun tidur hehe. Kenapa yaan?”

“ganggu gak kalo aku main? Hehe”

“ehh ngapain? Berantakan juga kamarku”

“yaa pengen main aja zaaa”

“jaangan aah yaan. Ngapain jugaa. Gaenak aku ngajak cewe main dikosan”

“yaaah yaudah deeeh. Kamu lanjutin tidur aja hehe. Maaf ganggu ya zaa”

“laah santai loh yaan haha. Kayak sama siapa aja”

Pesan itu tidak ia balas lagi.

Aku makin kepikiran. Apakah Yanti menaruh perasaan terhadapku. Tapi sejak kapan? Bahkan kami jarang berkomunikasi. Mulai berkomunikasi sejak kejadian aku melihatnya di balai desa tempo waktu lalu. Selain itu tidak ada lagi kesempatan kami berkomunikasi.

Aku mulai memejamkan mataku lagi berusaha untuk melanjutkan tidur. Aku membuang jauh-jauh pikiran itu. Mungkin saja aku hanya ke Ge-eR an. Aku sekali lagi berhasil pergi menuju alam mimpiku.

.

.

.

.

.

Aku terbangun sekali lagi gara-gara Zakiyah membangunkanku.

“apaan lagi si zaakkkk. Lagi enak tiduur jugaa” Aku masih menutup mataku.

“zaaaa banguunn. Aku mau tanya-tanyaaa” Zakiyah terus menggoyang-goyangkan tubuhku.

“hhhhheeemmmmm” Aku akhirnya bangkit namun mataku masih tertutup. “tanya apaaaa?”

“ituuu. Tama sama Mba Nayla dulu sih udah ngapain aja?”

Seketika itu juga mataku terbuka.

“maksudnya?”

“aku jadi kepikiran masalah tadi. Walaupun kamu becanda tapi kan emang bener Mba Nayla mantannya Tama. Dia udah ngapain aja sih sama Mba Nayla trus juga aku denger waktu itu kamu bilang ke Tama kalo dia punya utang. Utang apa sih za?”

“eemmmmm ituuu. Aduh gimana ya zak. Aku bingung ngomongnya gimana”

“yaah zaaa. Cerita siiii. Soalnya Tama tuh gamau cerita kalo soal ginian. Giliran aku aja disuruh cerita semuanya, bahkan dia minta diceritain waktu aku……….” Ucapan Zakiyah aku potong.

“heeehhh. Yaudah yaudah aku cerita. Jadi gini. Aku mulai dari Mba Nayla yaaa”

Aku mulai menceritakan tentang Tama dan Mba Nayla. Aku menceritakan bahkan hingga aku bercinta dengan Nayla saat Tama mengajaknya ke kosan ini. Aku juga menunjukkan beberapa video-video bokep Nayla yang diberikan oleh Tama. Kemudian terkait utang Tama kepadaku. Aku juga ceritakan tentang Tama yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarku saat aku sedang bersetubuh dengan Winda dan sebenernya itu adalah candaanku karena aku masih belum terima saat itu. Zakiyah menutup mulut saat aku menceritakannya semuanya. Raut wajah Zakiyah seketika berubah menjadi pucat karena ceritaku.

“gitu zak ceritanya. Udah tenang aja Tama tuh udah tergila-gila sama kamu. Gaakan dia cari-cari cewek lain. Kalo pas lagi jalan dia ngeliatin cewek yang cantik, percaya sama aku. Semua laki-laki emang gitu hahaha. Jadi jangan khawatir kalo lagi jalan, matanya dia kemana-mana”

“bukan masalah itu zaa. Kalo itu mah aku udah tau. Ya walaupun udah aku marahin kayak apa juga ya pasti gitu terus”

“terus kenapa mukamu kayak gitu deh?”

“itu tadi yang utangnya dia. Aku gak nyangka Winda. Kamu juga za. Kenapa harus kyk gitu sama Winda”

“dulu aku khilaf zak. Lagipula kamu sama Tama juga gitu kan? Pacarannya gara-gara hal gituan”

Zakiyah kini diam. Suasana kamarku lengang beberapa saat.

“oiya zaak, kok kamu masih disini? Tama kemana?”

“eeemmm. Tadi Tama bilang mau beli tiket buat pulang dulu, tapi gabalik-balik makanya aku kepikiran jangan-jangan dia ke Mba Nayla gara-gara kamu bilang gitu”

“apaan sih zaak hahahaha. Gak mungkin laaah. Udah ditelfon?”

“abisan, tadi aku mau ikut aja gaboleh sama dia. Udah ditelfon cuman tadi bilang lagi ngantri banyak banget. Tapi suaranya gak rame kayak di stasiun”

“waduh. Itu tuh. Hati-hati tuh. Jangan-jangan beneran lagi” Aku mulai memanas-manasinya.

“iiihhhh jangan gituuu” dia memukulku.

Aku menangkap tangannya dan kupasang wajah semesum mungkin untuk menakuti Zakiyah.

“fazaaaaa. Iiihhhhhhh. Lepaaassss” Ia berusaha melepaskan tangannya yang aku tangkap.

Karena tangannya yang kecil aku bisa menggenggam kedua tangannya dengan kedua tanganku. Dengan satu tanganku yang bebas, aku mulai menggerakkan tanganku menuju dadanya yang mungil itu.

“fazaaaa, aaahhhh. Lepasiiinn plisssss. Aku gamau selain sama Tamaa aaahhhhhhmmm”

Aku terus meremas dadanya itu. Kanan kiri bergantian. Ukurannya ku taksir lebih besar dari Winda. Tapi aku tidak tau. Mungkin saja itu efek bra yang digunakan oleh Zakiyah.

Zakiyah terus mengerang dan kakinya mulai menendang-nendang tubuhku namun hal itu sia-sia karena tendangannya nampak tidak bertenaga.

“kayaknya hari ini utangnya Tama bakal lunas deeh”

Seketika itu juga raut wajah Zakiyah berubah menjadi ketakutan.

“zaaaa, pliissss jangaannn. Aaahhhhhhhh” Zakiyah makin meronta.

Aku melepaskan kedua tangannya tapi dengan cepat aku memeluk tubuhku, menenggelamkan kepalaku ke dadanya. Ia meronta, memukul-mukul kepalaku.

Dengan sekali hentakan, Zakiyah kini sudah berada di bawahku. Raut wajah Zakiyah makin ketakutan dan kini selain tangannya yang memukuliku, kakinya juga mulai menendangiku, namun sekali lagi kurasakan itu tidak bertenaga.

Setelah rontaannya melemah, tangan kiriku menangkap kedua tangannya dan tangan kananku mulai bergerak menuju selangkangannya dan masuk ke dalam celananya dan menyusup ke celana dalamnya. Aku menyentuh sebuah gundukan daging yang di tengah-tengahnya kurasakan ada sela-sela. Aku mencari-cari dimana “biji” itu berada. Selagi mencari “biji” itu, tubuh Zakiyah kian kelonjotan dan ia mengerang dengan cukup keras.

“zaaaa, nanti Tama pulaangggg. Kasian diaaaa aaahhhhhmmmmmmmmmm”

“kenapa emang kalo Tama pulang? Hahaha” Aku masih mengkobel-kobel vaginanya.

“zaaaaa, pliisssss aaahhhhhhmmmmm ssshhhhhhhh ahhhhhhhh zaaaaaa. Udaaaahhhhhhhhssssshhhhh” Zakiyah makin kelonjotan saat aku menemukan “biji” nya itu.

Klitorisnya aku cubit-cubit kecil membuat tubuh Zakiyah makin kelonjotan. Kakinya menendang-nendang entah kemana. Jari tengahku, aku masukan ke dalam lubang vaginanya dan aku kocok vagina itu dan hal itu membuat mulut Zakiyah terbuka tanpa mengeluarkan suara apapun.

“bukannya udah sering sama Tama ya zak kayak gini?” Aku menghentikan kocokanku terhadap vagina Zakiyah karena aku merasa kasian.

Beberapa saat kemudian, tubuh Zakiyah bergetar dan akhirnya aku merasakan tangan kananku seperti di siram oleh air yang sangat hangat. Perutnya kelonjotan setelah aku merasa siramannya terhenti.


“aaaahhhhhh aaaaaaahhhhhhh hhhhhmmmmmmmm hhhhhhmmmmmmmm” Zakiyah kembali mengeluarkan suara desahan.

Aku kemudian mencabut tangan kananku dari celananya dan bangkit meninggalkan tubuh Zakiyah yang masih kelonjotan di kasurku.

“cepet banget zaak, belum juga lima menit hahaha”

“eeeegggghhhh. Jahat kamu za aaahhhhhhhmmmmm”

“mau lanjut?”

“gak mauuu” Zakiyah berusaha bangkit namun ia terlihat sangat lemas.

“laah zak, jadi kalo tiap kali gituan sama Tama sih kamu gimana? Capek banget berarti?”

“iyaaa emaaanggg hhhmmmm. Makanya aku mintanya jarang sama diaa” Zakiyah sudah berhasil duduk di kasurku. “seringnya aku jilat-jilatin tititnya aja kalo Tama lagi kepengen”

“yaampun kasian amat hahaha. Yaudah sana pergi dari kamarku. Daripada nanti aku lanjutin”

“iiissshhhh jahat emang. Kasian Tama ini. Niatnya kan abis dia beli tiket mau itu” Ia mulai berdiri dan mulai berjalan menuju luar kamarku.

“yaudah nanti aku minta maaf ke dia hahaha”

“tapi utangnya Tama udah lunas kan?” tubuhnya berbalik melihatku yang masih berada di kamar.

“belum lah, aku kan belum masukin punyaku ke kamu hahhaha”

“yaampuuunnn. Yaudah nanti aku nyoba lunasin deh abis ini”

“ehhh? Beneran zaak? Asik asik hahaha. Bisa nyusu susunya Zakiyah”

Aku ditampar oleh Zakiyah.

Zakiyah lalu berbalik dan langsung menuju kamar Tama. Aku kemudian beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.

.

.

.

Setelah selesai mandi. Aku membuka HP-ku sambil rebahan di kasurku. Tak lama setelah aku membuka HP-ku, ada pesan masuk ke dalam HP-ku. Pesan itu dari salah satu primadona kampus.

“jangan lupa nanti ke kosan” isi pesan itu.

“ehhh? Ngapain mba?”

“laah lupa? -_-“

“ehhh? Ngapain sih mba? Aku lupa hehe”

“yaudah pokoknya nanti malem kesini. Kalo bisa sih sekarang biar lebih cepet lebih baik haha”

“ehhhh beneran mbaa. Ngapain aku ke kosan Mba Nayla?”

“yaaampuun. Udahh deehh gausah banyak tanya. Udah kesini aja cepetan. Aku tunggu”

“-___-“

Pesan itu tidak ia balas lagi.

Aku lalu bersiap-siap menuju kosan Mba Nayla. Karena aku mengira jika ingin diajak hang-out oleh Mba Nayla, maka aku menggunakan pakaian yang sangat rapi dan bagus. Seperti jika aku bepergian dengan Winda.

Aku lalu keluar dari kamarku dan langsung menuju motorku.

Saat aku mengeluarkan motorku, aku berpapasan dengan Tama.

“woyy dari mana ajalu. Pacarlu tadi nyariin” Ujarku sambil mengeluarkan motorku.

“gue nyari barang-barang buat Zakiyah. Bulan depan dia ulang tahun”

“laah katanya mau beli tiket?”

“iyaa beli tiket. Cuman abis beli tiket gue nyari-nyari barang. Nyariinnya gimana deh?”

“tadi dia sampe bangunin gue lagi coba hahaha”

“hahaha sabar yak. Trus lu mau kemana nih?”

“gue ke Hani. minta maaf. Gila kali gue sama Winda dicuekin abis-abisan” aku berbohong ke Tama.

“makanya lu sih main-main sama cewek. Yaudah gue masuk yak. Good luck deh”

“oiya tam, maaf-maaf nih haha. Tadi gue bikin Zakiyah keluar”

“hah? Maksudnya?”

“abisan dia bangunin gue. Ya gue bales aja. Gue kobel hahaha. Sorry yaakk”

“aahhh kurang ajar emang lo hahah” Tama menggeplak kepalaku. “yaudah gapapa. Tapi lunas kan?”

“iyaa tenang ajaa haha. Sorry yaakk”

“yoooooo” Tama masuk ke dalam kosan

Aku langsung menaiki motorku dan langusng melaju menuju kosan Mba Nayla.


Bersambung​
 
Terakhir diubah:
sudah update ya para pembaca dan para suhu suhu dimaari hahaha. semoga tidak mengecewakan hehe

Oiya ane butuh kritik dan saran biar tulisan ane lebih bagus dan lebih mendalami cerita hahah.

coret coret dibawah yaa hehe.

ENJOYY!!
 
sudah update ya para pembaca dan para suhu suhu dimaari hahaha. semoga tidak mengecewakan hehe

Oiya ane butuh kritik dan saran biar tulisan ane lebih bagus dan lebih mendalami cerita hahah.

coret coret dibawah yaa hehe.

ENJOYY!!
Jahatttt... Bangke sialan neh Si Suhu drago..
Kintan cuman di jadiin php doang buat para penggemarnya...


Hahahaa...

Tetep makasih updatenya suhu...
Next Kapan kapan di bikin 3s kintan, nayla vs pak hasan dong... hahahaa
 
Kritiknya.. jgn sering sering kentang dong suhu drago.. hahahaha.. tulisannya dah mantab kok.. enak di bacanya.. alurnya juga nyantai.. apalagi jalan ceritanya keren lahh...
 
Thx updatenya om
Faza ngomong ke Tama utangnya sudah lunas tapi ke Zakiyah masih belum, ini yang bener yang mana?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd