Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Izinkan Aku Memilih

Karakter Wanita Favorit

  • Winda

    Votes: 248 41,2%
  • Zahra

    Votes: 64 10,6%
  • Hani

    Votes: 34 5,6%
  • Zakiyah

    Votes: 37 6,1%
  • Devi

    Votes: 2 0,3%
  • Mira

    Votes: 20 3,3%
  • Yanti

    Votes: 8 1,3%
  • Kintan

    Votes: 31 5,1%
  • Nayla

    Votes: 58 9,6%
  • Rina

    Votes: 46 7,6%
  • Sandra

    Votes: 15 2,5%
  • Novi

    Votes: 9 1,5%
  • Fatma

    Votes: 14 2,3%
  • Angel

    Votes: 16 2,7%

  • Total voters
    602
  • Poll closed .
Part 27
Rina:
Putri_Oktarina_2.jpg

Beberapa bulan kemudian, aku sedang melanjutkan pekerjaan untuk menyelesaikan proyek tugas akhirku bersama Mira di salah satu laboratorium di kampusku. Proyek ini sudah berada di tahap akhir sehingga tinggal beberapa hari lagi jika pekerjaan ku lancar maka kami sudah menyelesaikan pekerjaan kami.

Agenda-agenda organiasasi dan hampir semua program kerja yang dirancang oleh kepungurusanku sudah selesai dilaksanakan dan mendapatkan hasil yang baik. Para anggota juga semakin sering ikut kepanitiaan jika ada sebuah acara yang membutuhkan panitia dari anggota.

Aku sudah tidak melakukan komunikasi lagi dengan Zahra dan Hani. Komunikasiku terakhir yaitu saat mereka pesan yang tidak aku balas dari Zahra maupun Hani karena jujur aku sangat bingung mengapa mereka berpikiran seperti itu. Aku melewatkan pindahan Hani ke kosan barunya. Aku sengaja menghubungi Satya saat itu untuk membantunya pindahan. Satya awalnya tidak tahu apa-apa tentang kepindahan Hani namun aku jelaskan secara singkat dan akhirnya ia mengerti. Aku memberi Satya pesan bahwa jaga Hani baik-baik. Jangan membuat Hani menangis dan jika memang dia menangis, maka cukup ada untuknya saja. Ada untuk menyenderkan kepala. Ada untuk Hani berkeluh kesah. Sedangkan untuk Zahra aku masih belum menemukan sosok penggantiku di hidup Zahra. Mungkin aku yang memang terlalu percaya diri namun itu kewajiban dan konsekuensiku karena tidak memilih dia.

“mir, minggu depan kayaknya selese deh… kemana yuk abis ini hahaha”

“heeehh kamu ada Rina hahaha”

“yeee bukaaan. Sama temen-temen yang lain maksudnya…. Kemarin Zakiyah malah udah selese. Tinggal nulis skripsi aja dia”

“Virzha juga udah selese zaa, yuk yuk yuk main kitaa ahaha”

“cieee tau ajaa hahahah”

“ihhh apaaan sih zaa. Kamu juga udah tau kaaannnn”

“yaa tauu laah. Dia kan wakil gue masa gue gatau haha. Yaudah kita kumpul yuk abis ini selese haha”

“okee aku hubungin Virzha zaaa”

“eheemm”

“apaaaaa sihhhhh”

Aku juga menyempatkan membuka HP-ku dan memeriksa apakah ada pesan yang masuk ke HP-ku karena sudah sekitar 2 jam aku melakukan kegiatan di laboratorium ini dan sama sekali tidak membuka HP-ku.

“zaa, aku mau pulang ke Semarang malem ini. tolong anterin yaa ke stasiun hehe” tulis Rina di sebuah pesan.

“lohh ada apa rin?” balasku.

Kemudian aku mencari beberapa nama diantaranya Yanti, Zakiyah, Devi dan Anton di kontak HP-ku. Aku lalu menulis sebuah pesan “siang ini bisa kumpul ga? aku sama Mira mau ngerencanain sesuatu”. Aku tekan tombol kirim dan semua pesan itu sudah masuk ke HP mereka semua. Hanya tinggal menunggu dibaca.

“virzha siang bisa zaa katanya” ucap Mira.

“ohh okedeeh. Aku juga udah ngasih tau yang lain”

Aku lalu melanjutkan pekerjaanku dan tak berapa lama pesan ku dibalas oleh Rina yang mengatakan bahwa ia disuruh pulang oleh orang tuanya karena memang Rina sudah selesai dalam mengerjakkan skripsinya dan hanya tinggal wisuda saja. Aku lalu menyanggupi untuk mengantarnya ke stasiun nanti malam.

Satu jam kemudian, aku dan Mira sudah selesai mengerjakan pekerjaannku dan hanya tinggal merapihkan bekas pekerjaan kami.

“semoga minggu depan selese ya za haha” ucap Mira.

“iyaa mir amiiin haha”

Yanti mengagetkan kami karena menyusul kami ke tempat ini.

“hei yaantiiii ngapain kamu kesini? Kamu sudah selese kan ya?” ucap Mira sambil membawa sebuah baki yang berisi sampah-sampah pekerjaan kami.

“iyaaa mirr aku udah selese haha. Tinggal nulis doang ini males banget hahaha”

“jangan males doong haha” ucap Mira sambil membuang sampah.

Aku juga melakukan hal yang sama seperti Mira. Aku bahkan menyapu lantai karena memang pekerjaan kami kotor sekali.

“zaaa, aku ada sesuatu buat kamu” ucap Yanti mengeluarkan HP-nya dan menunjukan sebuah pesan kepadaku.

Aku terkejut dengan tulisan di pesan itu. Toni mengirimkan pesan kepada Yanti untuk segera bertemu karena ada beberapa hal yang ingin dia jelaskan.

“kapan itu yan?” ucapku sambil masih membaca rangkaian kata yang ditulis oleh Toni.

“barusan banget zaa. aku langsung lari ke sini”

“kenapa za?” ucap Mira penasaran.

“ini mir” aku menyerahkan HP Yanti ke Mira.

“yaudah yan, sama aku yaa ketemu Toninya. Aku juga ada beberapa hal yang pengen aku tanyain. Jam berapa dia minta ketemu kamu?”

“belum dikasih tau, yaudah aku kasih tau dia kalo ketemu nya sama kamu ya za”

Mira memberikan HP-nya lagi ke Yanti dan ia mengetik beberapa kalimat.

“kamu yakin za?” ucap Mira.

Aku hanya mengangguk sambil terus memandangi mata Mira. Kulihat ada yang berbeda dengan pandangannya.

“kenapa liatin aku nya gitu sih za?” ucap Mira mengalihkan pandangan dan mengerjakan sesuatu lagi.

Aku hanya terus mengamati gerak-gerik nya. Aku sebenarnya ingin mengusir Yanti karena ingin berbicara berdua saja dengan Mira. Aku masih penasaran dengan pandangan Mira barusan.

“zaa, kata dia oke aja. ketemu di…” ucap Yanti terpotong.

“yan! Kasih HP-nya aja ke aku”

Yanti terkejut dengan hentakanku dan ia langsung memberikan HP-nya kepadaku. Aku melirik ke Mira yang juga melirik ke arahku namun saat aku mendapati dirinya, ia langsung mengalihkan pandangannya lagi.

“bisa yan, Aku ada informasi juga buat Faza. Ketemu di rumah dimana kamu ditangkep sama aku dan Mamat dulu jam 5 sore” tulis pesan itu.

Aku menyalin nomor yang telah mengirim pesan itu ke HP-ku dan aku menghapus pesan tersebut lalu mengembalikan HP itu ke Yanti. Aku segera keluar dari ruangan itu dan segera pergi sedikit menjauh dari ruangan itu. Aku langsung menelfon nomor tersebut dan tak disangka telefon itu langsung diangkat.

“halo ini siapa?” ucap saura diseberang.

“ini Faza. gue cuman pengen tau garis besar informasi apa yang bakal lu kasih ke gue”

“ohh Faza, sorry za. Gue gabisa ngomong sekarang. gue tulis di sms aja”

“lu lagi dimana sekarang? kalo sekarng bisa?”

“gabisa za, gue lagi berusaha keluar dari masalah”

“okedeh. Yang jelas kalo emang dugaan gue bener. Gue minta maaf gara-gara kejadian kemarin. tapi lo juga bersalah gara-gara nyeret Yanti”

“hahahahaha. Duh ketua gue minta maaf sama gue. Jadi terharu. Nanti gue jelasin kenapa dulu gue kyak gitu”

*TUUTTUUTUUT*

Telefon langsung ditutup segera oleh orang yang ada di seberang telefon.

Aku berpura-pura masih terus menelfon sambil aku mengelilingi kampus karena sekilas aku melihat Nayla sedang memperhatikanku saat suara di seberang menghilang. Aku hanya ingin memastikan apakah memang benar aku diawasi.

Aku dikagetkan oleh getaran yang terjadi di HP-ku. Aku langsung berhenti dari perjalananku dan membuka HP-ku.

“za, ke kosan dong” tulis Rina di pesan itu.

“okedehh. Tunggu yaaa” belasku.

Aku juga memeriksa beberapa pesan dari Zakiyah, Devi dan Anton yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa pada siang hari karena sedang mengerjakkan progress tugas akhirnya masing-masing. Khusus Zakiyah dia tidak bisa karena sedang menemani ibunya berbelanja. Maka dari itu aku memutuskan untuk pertemuan bersama teman-temanku dilaksanakan malam hari. Aku juga memberi tahu Mira dan Yanti yang masih berada di laboratorium melalui telefon.

Aku langsung pergi menuju halaman parkir, namun ada sesuatu yang harus aku lakukan sehingga aku berjalan memutar.

“HAI MBA!!” hentaku saat melihat seseorang menyenderkan tubuhnya di sebuah pilar di kampusku.

Benar saja, kulihat dia benar-benar terkejut saat melihatku.

“he….eee..i zaa. ngagetin aja kamu”

“ngapain mba? Bukannya udah selese?”

“emmm ya gapapaa. Mau ngurus dokumen buat wisuda aja za”

“oohh gitu. yaudah dehh. aku pergi dulu ya mba. Mau pacaran”

Sekali lagi Nayla memperlihatkan ekspresi wajah terkejut namun aku tidak melihatnya dengan lama karena aku lnngsung berlalu dari hadapannya.

Ini sebenarnya masih masih dugaanku saja namun karena tingkah Nayla barusan semakin memperjelas sesuatu yang diceritakan Tina tempo hari. Namun aku belum mengerti dengan tingkah Mira tadi. Aku akan mencari tau lebih lanjut. Sekarang aku menuju kosan Rina terlebih dahulu.

Sementara di tempat lain.

“ka Nayla gawat….” Ucap Mira di sebuah saluran telefon.

“kenapa memang?”

“Faza dapet info dari yanti kalo Toni akan ketemuan”

“serius kamu mir?”

“iyaa kaa”

“iyaa tadi aku liat emang faza lagi nelfon. Tapi aku gatau nelfon siapa…”

“ka lagi dikampus berarti?”

“iyaa mir. Di depan lab kamu”

Mira langsung menutup telefon itu. Yanti hanya melihat Mira dengan ekspresi kebingungan karena ia tidak tau apa-apa.

Mira langsung keluar dari ruangan itu untuk menemui Nayla.

“faza curiga ka sama aku” ucap Mira saat sudah berada di depan Nayla.

“curiga gimana maksud kamu?”

“tadi gatau kenapa dia liat aku kayak gimana gitu. apalagi pas Yanti mau ngasih tau lokasi mereka ketemuan, dia langsung teriak dan gamau Yanti nyebutin tempatnya”

“aduh. Gimana dong. Kalo dia sampe ketemuan sama Toni, rusaklah rencana kita”

Mereka berdua hanya berdiam saja. Mereka sibuk menebak dalam benak mereka dimana Toni memilih tempat bertemu dengan Faza. Namun mereka tidak ada bayangan sama sekali. Hingga akhirnya Yanti keluar dan mengangetkan mereka berdua. Mereka berdua melihat Yanti lamat-lamat dan akhirnya menyebutkan sebuah tempat dimana kejadian Yanti terjadi.

Mereka lalu menelfon seseorang untuk menjelaskan situasinya.

Beralih lagi ke tokoh utama kita.

Aku sudah sampai di halaman kosan Rina dan Rina sudah sangat cantik menungguku di depan kamarnya.

“hei cantik. Kok rapi banget?”

“kamu malah kayak gembel ihhh”

Penampilanku memang seperti gembel karena aku hanya menggunakan kaos oblong dan celana training ditambah lagi aku belum mandi (haha). Hal ini kulakukan karena aku memulai pekerjaan ku pagi-pagi sekali dan aku malas untuk mandi terlebih dahulu. Sehingga aku hanya menggunakan pakaian tidurku ditambah jas laboratorium sejak pagi tadi.

“yaaah. Maklum lah sibuk hahah”

“yaudah sana mandi dulu di kamarku. Aku pinjem kunci kamarmu buat ambil baju”

“kenapa ga kita aja yang ke kosanku biar aku mandi disana”

“oh iya bener hahahaha”

“-_-“

Rina langsung menuju tubuhku dan memelukku cukup erat saat aku hendak naik ke atas motor.

“katanya kayak gembel. Malah dipeluk-peluk”

“hehehe. Gapapaaa. Aku bakal lama gak ketemu kamu soalnya aku disuruh pulang sampe wisuda sama papahku”

“seriusan? Waah lama banget dong. 3 bulanan kamu pulang?”

Rina hanya mengangguk masih sambil memelukku.

“maaf yaa zaa. kamu kalo udah selese main yaa ke Semarang nanti aku kenalin sama papah aku”

“heemmm. Yaaa deehh. Bayarin tapi hahaha”

“siap za haha”

“ehh becanda kook haha”

Aku membelai kepalanya dan hal itu membuat Rina kian menenggelamkan kepalanya di dadaku.

“aku sayang kamu za”

“aku juga rin”

“kamu jangan macem-macem pas aku gaada”

“emang aku pernah macem-macem?”

“kan kamu udah pernah gituan sama mantan kamu dan pasti kamu juga udah pernah sama orang lain deh ya kaaan? Aku belum ngasih itu ke kamu. jadi jangan sama orang lain yaa. kamu tau kan alasan kenapa aku kayak gitu?”

“iyaa tau kok”

Aku kian membelai kepalanya dan Rina tersenyum kepadaku. Manis sekali.

“kamu tau dari mana sih za?”

“kenapa ga aku mandi dulu. Dipeluk sama kamu dengan keadaanku kayak gini ga nyaman rin haha”

Rina menggeleng.

“jawab pertanyaanku dulu”

“heemmm. Dari David. Dulu pas kita KKN tiap malem juga gosipin cewe-cewe tapi gossipnya salah semua sampe kamu ngomong pas kita di luar itu”

“iyaa zaa bener. Nanti aku ceritain semua deh yaa”

“kalo belum siap atau emang gamau nyeritain ya gausah gapapa”

Rina hanya mengangguk dan akhirnya Rina melepas pelukannya dan kami menuju kosanku.

.

.

.

Aku baru saja menyelesaikan mandiku dan Rina sedang menonton film yang ada di laptopku. Aku sedang mengeringkan rambutku dengan handuk sambil bertelanjang dada di kamarku.

“kok badan kamu bagus sih za?” ucap Rina yang tiba-tiba menoleh ke arahku.

Sontak aku langsung bergaya menutupi dadaku menggunakan kedua tanganku.

“nakal, liat-liat” ucapku.

“aahahaha apaaassiihh” ucap Rina melanjutkan menonton filmnya.

Aku mengambil pakaian yang sengaja ku seragamkan dengan Rina yang menggunakan pakaian biru tua dengan jilbab biru muda. Untung saja aku memiliki pakaian dengan warna itu.

“iyaa riin. Ini hasil kerja keras winda dulu haha” ucapku persis di telinga Rina yang sedang fokus dengan filmnya.

“iihhh ngagetin aja”

Aku hanya tertawa dan duduk di pinggiran kasurku sambil memperhatikan Rina.

“iihhh ngikutin bajunyaaa huuuu”

“lohh yaa gapapa. Biar semua orang yang liat tau kalo kita pacaran haha”

“ahahaha apaasiihhh”

Rina beranjak dari tempatnya dan mendekatiku.

“naah kalo gini kan ganteng. Pantes jadi pacarku” ucapnya sambil merapikan rambutku menggunakan sisir.

Rina juga merapihkan kerah pakaianku dan lengan bajuku yang panjang ia lipat hingga ke siku.

“NAH MANTAP!” ucap Rina.

Rina duduk di sebelahku dan ia menyenderkan kepalanya di bahuku.

“emmm zaa. aku mau cerita jadi gini….”

Rina bercerita jika memang ia merupakan korban pemerkosaan oleh seorang salesman sebuah produk kecantikan. Bukan hanya Rina, seluruh penghuni kosannya merupakan korban. Setelah tragedi pemerkosaan itu, ia mendapatkan pesan dari orang yang tidak ia kenal yang ingin menikmati tubuhnya. Singkat cerita itu merupakan periode hidup paling mengenaskan yang pernah dialami oleh Rina. Beberapa bulan ia lalui dengan melayani para pria hidung belang. Untungnya para pria langganan Rina bukanlah dari kalangan mahasiswa maupun dosen sehingga fakta bahwa ia merupakan seorang pelacur bisa ditutupi. Namun, ada sebuah kondisi dimana ia sudah tidak mendapatkan panggilan lagi dan akhirnya diketahui bahwa dalang dari semua ini sudah dijebloskan ke penjara oleh seorang wakil rakyat. Rina tidak ambil pusing bagaimana bisa hal itu terjadi yang jelas kehidupannya yang suram itu sudah berakhir.

Rina bercerita hal itu sambil terisak dan menenggelamkan kepalanya di bahuku. Aku hanya bisa membelai seraya mengusap kepala sambil menengankannya.

“gitu zaa. kotor banget kan aku?” ucap Rina masih meneggelamkan kepalanya di bahuku.

“andai saja kau juga tau apa yang telah aku lalui rin. aku juga tidak kalah kotor denganmu” batinku.

“udah-udah. Gapapapaa”

“jangan tinggalin aku ya za”

“iyaaaa”

Aku memutar tubuh Rina hingga kami berpelukan. Aku mengangkat tubuh Rina sehingga dia bisa menduduki pahaku. Rina tidak protes apapun saat kuperlakukan seperti itu.

Aku menggenggam pipinya dan melihat matanya dalam sekali. Aku usap air matanya yang sedikit keluar itu dan hal itu malah membuat Rina semakin menangis dan ia menubrukan kepalanya ke dadaku.

Aku hanya menghela nafas sambil terus membelai kepalanya seraya menenangkannya. Aku lalu bergerak mundur karena menyangga tubuh Rina ditambah dengan menyangga tubuhku sendiri membuat tulang belakangku seperti kelebihan beban dengan menunjukkan rasa pegal. Aku bergerak mundur untuk menyenderkan punggungku ke dinding kamarku. Rina masih saja menangis di dadaku.

Aku sudah tidak tau berkata apa lagi untuk menenangkan Rina sehingga aku bertanya kepadanya untuk apa kami berpakaian rapi jika memang dia hanya curhat. Setelah itu sontak Rina langsung bangkit dari dadaku dan dia hanya tersenyum sambil ber-hehe ria.

“abisan kamu tadi nyinggung masalah itu sih”

“kan aku udah bilang gausah cerita juga gapapa. Toh aku gak peduli sama hal itu”

“tapi kan kamu harus tau”

Aku kembali menghela nafas dan mencubit hidungnya dan Rina sedikit berteriak.

Aku sekali lagi menggenggam kepala Rina namun sekarang kepalaku yang maju mendekati kepalanya. Aku melihat Rina menutup matanya karena mengira aku akan menciumnya. Melihatnya seperti itu aku menghentikan gerakanku dan beberapa detik kemudian ia membuka mata dan ia tersipu malu.

“iiiihhhh jail banget kamu loh. Aku udah merem jugaaa”

Rina misuh-misuh sambil berusaha melepaskan diri dari pelukanku. Aku menarik tubuh Rina saat ia lepas dari pelukanku dan kami benar-benar berciuman siang itu.

*****
Kami memutuskan untuk pergi ke tempat wisata baturaden yang merupakan kawasan pegunungan di daerah itu. Sama seperti kami ke pantai beberapa waktu lalu, kami banyak sekali mengambil foto baik foto kami berdua ataupun hanya dia sendiri dan Rina dengan bangganya membagikan foto-foto itu di akun sosial medianya. Aku hanya membagikan foto-foto pemandangan yang aku abadikan yang juga sebelumnya sudah ada proses editing olehku sehingga hasilnya lebih ciamik. Karena hal itu aku juga akhirnya dihubungi lagi oleh agen yang dulu menghubungiku dan ingin membeli gambarku. Ada juga yang memang ingin gambarnya aku edit dan aku mendapatkan upah dari itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore saat kami sedang beristirahat di kamar kosanku.

“zaa, Azahrantiara Refani sih siapa?” ucap Rina sambil merebahkan diri di kasurku.

“temenku rin. kenapa emang?” Aku sudah berada di depan layar laptopku untuk memulai proses editing gambar yang aku dapatkan tadi.

“oohh dia nanyain ke aku lewat DM kalo kamu baik-baik aja. Soalnya kata dia kamu udah lama gabales chat”

*DEG*

Aku membalikkan badan agar dapat melihat Rina.

“oohh iyaa. hmmm. Dia mantanku rin. maaf ya belum cerita banyak ke kamu soal masa laluku”

“oooh mantan kamu banyak ya za hahaha”

“engga kok cuman dua haha”

“masih berhubungan za?”

“kadang. Soalnya dia nyesel mutusin aku dulu ahahah”

“DIIHH PEDE BANGET KAMU HAHA”

Aku hanya tertawa dan kembali melanjutkan pekerjaan di laptopku. Untung saja Rina tidak bertanya yang aneh-aneh.

1 jam kemudian, aku telah selesai memperindah beberapa hasil potretku tadi bersama Rina. Aku lihat Rina tertidur di kasurku. Lucu sekali melihatnya tertidur. Aku melihat jam dinding dan sudah menunjuk pukul 4.15 dan aku sepertinya harus bersiap mengenai pertemuanku dengan Toni. Aku lalu membangunkan Rina untuk segera kuantarkan ke kosannya. Ia bangun dengan melenguh cukup keras menyebabkan aku mematung melihat tingkahnya.

Aku segera mengantarkan Rina ke kosannya dan dia berpesan bahwa kereta akan berangkat pukul 8 malam. Aku mengiyakan.

Aku segera menuju tempat yang dijanjikan oleh Toni. Aku sengaja tidak mengajak Yanti karena aku belum percaya sepenuhnya kepada Toni. Jika memang terjadi perkelahian, maka lebih baik dilakukan satu lawan satu.

*****
Aku sudah sampai di sebuah tempat yang telah dijanjikan oleh Toni. Terakhir aku ke tempat ini suasana sangat sepi walaupun itu siang hari. Aku menjadi sedikit curiga karena di daerah itu sudah banyak orang yang berlalu lalang. Bahkan beberapa ada yang berdiri di bagian halaman rumah seberang rumah yang dituju. Setelah melihat itu aku menjadi sangat curiga.

Aku dengan santai yang dibuat-buat melewati rumah itu sambil melihat kondisi apakah memang rumah ini diintai oleh orang-orang ini.

Yep sudah kuduga. Walaupun tingkah mereka seperti para warga biasa di daerah itu namun beberapa kali aku mendapati mata mereka selalu melirik kearah rumah itu. Aku memutuskan untuk menghentikan kendaraanku di masjid terdekat yang jaraknya cukup jauh dari rumah yang dituju.

“udah liat kan za?” ucap seseorang persis di telingaku secara tiba-tiba.

Tubuhku sedikit merinding karena hal itu dan tanganku tanpa sadar mengayun menuju asal suara itu.

*BREGG*

Seseorang terpental akibat pukulanku.

“hei tenang zaa” ucap pria itu sambil membelai mulutnya yang sedikit mengeluarkan darah.

“maaf maaf reflek” ucapku sambil meraih tangannya dan mengangkat tubuhnya.

“makin jago za sekarang haha”

“gausah basa-basi apa yang harus dibicarakan?”

“ahh. Kaku seperti para pemimpin pada umumnya”

“maksudnya?”

“kau pasti tau maksudku. Kau pasti sudah mendengar cerita bahwa aku merupakan orang yang membunuh Reza. Pernah dengar kisah itu?” ucapnya

“yaa, aku pernah dengar cerita itu. lalu? Maksudmu datang ke tempat ini?”

“balas dendam…. Balas dendam ke Jordi dan Jodi yang seenaknya memasukanku ke dalam ruangan sempit, lembab dan bau itu”

“kau tetap bersalah”

“ya memang. Tapi yang merencanakan semua ini adalah orang itu. dia juga harus mendapatkan hal yang setimpal. Dan aku dengar dia juga merencanakan hal tidak baik tentang dirimu”

“hei hei apa maksudnya itu?”

“ckckck” Ia menggelengkan kepalanya. “pesanku adalah berhati-hati lah dengan orang yang ada di dekatmu”

“aahhhhh” Aku menjambak rambutku sendiri.

Toni hanya memperhatikan tingkahku yang seperti orang frustasi.

“lalu apa yang akan kau lakukan untuk membalas dendam?”

“kau lihat sekumpulan orang itu? aku tidak bebas dalam melakukan banyak hal. Bahkan tempat dimana aku akan tidur saja diawasi seperti itu. aku belum bisa melakukan apapun saat ini tapi pasti akan kulakukan sesuatu untuk Jordi dan terutama Jodi yang menjanjikanku banyak hal tapi dia melakukan hal berkebalikan”

“lalu untuk apa kau memintaku menemuimu?”

“aku hanya minta bantuan untuk rencanaku. Rencana ini masih mentah dan aku belum bisa menceritakannya kepadamu. Jadi kau siap-siap jika aku membutuhkanmu”

“kenapa harus aku?”

“kau yang pantas. Kau yang mengetahui semua hal ini. Kau merupakan saksi yang cukup berharga dan semakin banyak yang kau tau akan semakin baik”

“baiklah. Oke aku ada pertanyaan lagi. Kenapa kau memilih Yanti? Kenapa bukan yang wanita lain?”

“kau belum tau cerita itu juga?”

“aku ingin alasan itu keluar dari mulut pelaku langsung”

“mungkin ini akan sedikit berbeda dari cerita yang kau dengar. Namun alasan sebenernya adalah aku mencintainya”

Tentu saja aku terkejut mendengar alasan yang sangat tidak masuk akal itu. Bagaimana mungkin dia tega menjadikan orang yang dicintainya menjadi korban pemerkosaan. Bahkan dia memperkosa bersama temannya. Orang macam apa dia itu.

“tentu saja kau terkejut zaa hahaha. semua orang pasti tidak menduga hal itu kan? namun itulah yang sebenarnya. Aku sangat mencintai Yanti seperti kau mencintai pacarmu itu. siapa namanya? Winda? Aku juga turut bersedih tentang yang udah dia alami za”

Aku hanya berdiam diri dan memikirkan semua perkataannya. Terasa tidak masuk akal namun apa yang kuharapkan dari orang gila ini. Dia semakin membingungkanku. Sudahlah aku tinggal mengikuti kemana arus ini akan membawaku dan aku hanya harus berhati-hati ke orang-orang terdekatku.

Aku mengangguk menanggapinya.

“kemana mamat?”

“dia tidak berhasil aku ajak untuk keluar dari tempat itu. dia merasa nyaman disana. Dia memiliki banyak teman disana. Aku tidak bisa berbuat banyak jadi kutinggalkan saja dia di tempat itu”

Sudahlah tidak ada gunanya berbicara dengannya lagi.

Kulihat jam sudah menunjukan pukul 6 petang dan aku harus segera kembali ke kosanku untuk mengantar Rina ke stasiun. Aku membuka HP-ku dan ada pesan dari Rina bahwa aku disuruh datang lebih cepat olehnya. Aku juga mendapatkan kabar bahwa malam ini tidak bisa berkumpul bersama teman-temanku karena ada sesuatu yang harus dikerjakan Mira dan Virzha menemaninya. Zakiyah juga akan berkencan dengan Tama karena mereka sudah lama tidak berkencan karena sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku manut saja dengan mereka.

Aku memutuskan untuk menuju kosan Rina dan meninggalkan Toni yang membingungkanku dengan masalah ini. Satu hal yang pasti adalah aku harus bisa menjatuhkan Jordi ke jurang manapun dan aku juga harus berhati-hati kepada teman-teman terdekatku.

“kenapa kamu za?” ucap Rina saat aku sedang rebahan di atas kasurnya.

“capek aja rin haha”

“tadi kamu ketemu siapa sih?” ucap Rina sedang memakai jilbabnya.

“sama temen, Toni namanya. Dia mau bales dendem sama orang. ngajaknya aku haha”

Aku bangkit dari rebahanku menjadi posisi duduk di pinggir kasur Rina.

“kok bisa kamu?”

“aku jago berantem rin hahah”

“ckckc. Gausahlah za berantem-beranteman. Ngapain sih”

“iyaaa. Aku juga masih mikirin kok mau ikut apa engga. soalnya dia ngelantur tadi ngomongnya. Terlalu mengada-ada haha”

“pokoknya jangan aneh-aneh aja pas aku gaada di deket kamu”

“iyaa tuan putri”

Rina selesai memakai jilbabnya dan ia segera merapikan pakaian yang akan dibawanya pulang ke Semarang. Aku membantunya sedikit karena pengalaman saat KKN, Rina adalah orang paling ceroboh jika masalah merapikan barang-barang atau pakaiannya.

Akhirnya jam sudah menunjukkan waktu Rina akan segera pergi ke kota Semarang. Kota kelahirannya. Mudah-mudahan dengan kepergian Rina ke Semarang, aku tidak kembali teringat dengan Winda. Cukup Winda. Aku tidak kuat jika terus kepikiran tentang kamu.


Bersambung
 
Musuh dari musuhmu adalah kawan terbaik. Kalau kayak gini baru seru, kemarin faza seolah bertarung sendirian. Mira minta di entot dulu baru jinak, kalau nayla mungkin ada rasa sama faza, maka ny sakit hati. Di tunggu next ny gan..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd