Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
PART 10



Pagi hari di pasar tradisional dekat kecamatan, dua orang pemuda berseragam sekolah sedang asik menghisap rokoknya diatas motor ditemani seorang gadis yang tampak lebih dewasa usianya dari kedua pemuda itu. Mereka sedang membicarakan sesuatu, tampaknya kedua pemuda itu bolos sekolah dan memilih nongkrong di emperan toko pakaian.
“Jod, mana tadi katanya ada teman Ian yang ke sini”
“ Nggak tau Nji tadi Ada kok, masa iya mereka sudah pulang sepagi ini. “
“ Huuh! Bosan juga ya nunggu orang. Mending kita tunggu di jembatan panjang ajalah Jod, Yan kamu mau ikut ngga? “
Tanya si pemuda pada gadis di sebelahnya.
“Ikut lah ngapain sendirian disini he he... “
“Ya sudah ayok berangkat. “ kata Jodi pada kedua orang itu.
Lalu mereka bertiga berangkat menuju jembatan yang dimaksud. Memang jembatan itu kalau sore atau hari libur menjadi ajang nongkrong untuk kawula muda di wilayah sekitar jembatan. Lama mereka menunggu akhirnya orang yang mereka tunggu terlihat juga, segera Jodi menghentikan perjalanan kedua orang itu.
“ Hoy! Bay... kesini bentar. “
Kedua orang itu tak lain adalah Bayu dan Aris teman Iantono, entah apa yang akan di rencanakan oleh Jodi cs kepada mereka, Bayu segera menepi dan menghentikan laju kendaraannya.
“ Kenapa Jod. “ kata Bayu,
“ Turun dululah Ndes, “ tak menunggu dipinta kedua kalinya Bayu dan Aris pun segera turun dari motor dan menghampiri Jodi dan kedua temannya,
“ ada apa tumben ketemu manggil kita, “ kata Bayu.
“ asyu’. Kalian tak kasih kerjaan mau nggak? Gampang kok” Timpal Jodi.
“ Kerjaan opo Jod, “ lalu Jodi mendekati Bayu dan membisikkan sesuatu ke Bayu,
“ Gimana? Mau ngga, belum pernah kan. Gratis Cuma nyampein itu aja, ngga masalah juga kan Ndes” kata Jodi sambil senyum-senyum melihat ke arah teman wanitanya, lalu Bayu melihat ke Aris seolah meminta persetujuannya, yang memang apa yang dikatakan Jodi terdengar juga oleh Aris, lalu Aris mengangguk setuju.
“ Siip. Tapi jangan bilang ke Ian kalo aku yang nyuruh bilang aja dari Panji. Oke?!” kata Jodi, dan mengacungkan jempolnya ke arah Bayu dan Aris.
“Oke.” Jawab mereka bersamaan. Lalu mereka pun bubar, tersisa Jodi dan kedua temannya yang masih diam di tempat.
“Sukses Nji, jangan bawa namaku yak, males aku ujung ujungnya di gebukin mas Jaenal lagi ntar. “
“Siip lah Jod. Gimana Yan kamu siap to? “
“Siap lah. Kan udah di omongin kemarin mas. Tapi aku kok penasaran sama yang namanya Ian ya? “
“ Haiiis.... Coba aja Yan, yang jelas Ian itu pacarnya dua, akur lagi Yan. Kamu mau jadi yang ketiga? “ kata Jodi menimpali ucapan Yanti.
“iih makin penasaran aku mas Jod” jawab Yanti dengan senyum genit nya,
“ halah, mending nyari tempat buat ngentot kita bertiga yuk, ngaceng aku lihat gayamu Yan, “ timpal Panji kemudian,
“Iih ngacengan kamu mas Nji, Ayuk hi hi“ jawab Yanti.
lalu mereka bertiga pun pergi ke arah hutan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


IANTONO


Gelisah, marah, dendam. Itulah yang ku rasakan walaupun kekasihku sudah memberikan penjelasan padaku tapi tetap tak mampu meluluhkan niatku, tak kan kubiarkan terjadi. Aku lebih rela dipenjara dari pada melihat Kekasihku bersanding dengan orang yang tak di cintainya. Mungkin aku bisa terima kalau Indriani ada rasa dengan lelaki itu, tapi ini apa? Paksaan dengan ancaman yang ada. Lalu haruskah aku berdiam diri melihatnya, lagi pula aku ngga yakin kekasihku bisa melepaskan diri dari sebuah ikatan perkawinan itu.
Walaupun akhir-akhir ini dia bersamaku, tetapi hal itu sama sekali tak membuatku tenang. Yang ada kegelisahanku semakin menjadi. Takut untuk berpisah, takut untuk kehilangan dia, yang memang saat itu sudah didepan mata. Seperti saat ini, dia bersamaku. Di sisi lain aku bahagia, di sisi lainnya aku merasa ini suatu proses menuju akhir perjalanan kebersamaanku dengannya. Aku tau dia begitu mencintaiku seperti halnya denganku. Kini setiap malam dia di sini menemani tidur malamku. Bahkan sejak mahkotanya diberikannya padaku, kami seolah sudah tak lagi mengenal dosa. Memang senyumnya selalu mengembang saat bersamaku tapi aku tau dia menahan getir hatinya.
Hari terus berlalu, kabar tentang pertunangan kekasihku mulai santer terdengar di lingkungan kampung. Jelas membuatku semakin gelisah dibuatnya. Kabar ini pun kudapat dari kedua sahabatku Bayu dan Aris yang tadi siang datang berkunjung. Konyolnya lagi mereka datang hanya menyampaikan undangan duel dari seseorang yang bernama Panji, teman Jodi katanya, anak desa seberang hutan. Siapa dia? Kenapa teman-temanku mengenalnya? Lalu kenapa dia menantangku? Bukannya masalahku dengan Jodi sudah selesai? ‘Aaargh’ baiklah mumpung suasana hatiku lagi kacau mungkin anak itu bisa menjadi pelampiasanku saat ini.
Sore hari pun tiba.
Saatnya meladeni Panji di ujung hutan sana. Sengaja aku berangkat sendiri. Masa bodo kalah atau menang nantinya.
Kulewati jalan setapak sisi selatan kampung. Sepi memang, karena langsung melewati pinggiran hutan, tapi itu jalan yang paling dekat dengan tujuanku. Tak sampai lima belas menit aku sudah sampai di tempat yang ku tuju.
Dua orang muda mudi sedang duduk berdua di pos polisi hutan, yang mana tempat itulah yang ditunjuk oleh kedua temanku sebagai tempat pertemuanku dengan Panji. Degh! Perhatianku tertuju ke sosok sang perempuan, Indriani kah itu? Dari belakang mirip. Sangat mirip. Bentuk tubuh bahkan rambutnya. Pelan ku hampiri mereka. Dan benar saja, saat pemuda itu menoleh kearahku. Yaps! Dia si Panji, sedangkan yang wanitanya belum juga menoleh ke arahku.
Entahlah emosiku seketika memanas,
“ Woy!! Masih penasaran kamu Ndes! “
Teriakanku membuat Panji seketika berdiri dan langsung menerjang tubuhku.
Buugh! Blaaam!
Terjangan yang keras membuatku terjengkang ke belakang. Belum juga sempat berdiri kaki Panji kembali mengayun tepat di pahaku dan untuk antisipasi tendangan berikutnya kumiringkan tubuhku dan ternyata itu kesalahan fatal buatku sendiri. Karna posisi miringku malah membelakanginya.
Lagi, Buugh! Buugh!!
“ Aaargh!! “ Tubuhku sukses menjadi amukan kaki Panji yang membabi buta, dan terus menendangku tanpa ampun.
Sial aku benar-benar sial, bukannya dia yang menjadi bahan pelampiasanku malah sebaliknya. Nggak bisa dibiarkan. Bisa remuk kalo terus menerus seperti ini. Pura-pura diam cara terbaikku saat ini, benar saja tendangannya terhenti saat aku diam tak bergerak, disusul teriakan wanita yang sedari tadi duduk di bale kayu pos jaga itu.
Tentu keuntunganku untuk menyiapkan diri dan wanita itu bukanlah Indriani, lega memang wanita itu yang tadi membuatku lengah. Kini aku telah fokus dengan kondisiku yang lumayan pegal namun tak ada cedera yang berarti di tubuhku. Entahlah bagaimana posisi Panji dia diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun, lalu kudengar dia melangkah menjauhiku. Yap! Ini waktunya pikirku.
Segera aku bangkit dan langsung ku terjang pahanya dari samping dengan kakiku.
Buugh!!
Lagi! Tinjuku sukses mendarat di telinga kanannya.
Buugh!
Buugh! Lagi tendanganku sukses membuat Panji terjungkal.
Ngga asyik rasanya kalau hanya aku balas dengan tendangan tanpa perlawanan, maka kutunggu dia berdiri terlebih dahulu.
“Tangi syu! Maksudmu apa nantang duel, mau jadi jagoan di depan cewek kamu hah!! “ sial bentakanku hanya ditanggapi seringai sinis darinya, lalu dia bangun.
“ Hiiat”
Buugh!!
“Aaaargh!!” Yap! Teriakan berubah menjadi erangan kesakitan buatnya. Kakiku berhasil mendarat di pahanya, ngilu pasti.
Lagi.
Buugh!!
Sebelum dia sempat berdiri tegak, tinjuku mendarat di ulu hatinya.
Plak!!
Pipinya tak luput dari tamparanku lalu
Bugh!!
Buugh!!
Pukulan yang paling kusukai adalah area telinga dan sukses kedua telinga Panji kubuat memerah. Sudah pasti pening dan naik emosinya. Lalu dia berniat meninju mukaku. Lemah. Fokusnya sudah buyar ternyata. Dengan mudahnya kudorong pukulannya. Lagi-lagi tinjuku berhasil mengenai ketiak sebelah kanannya. Dan,
“Aaaaargh!! “ Lunglai sudah tangan kanan Panji, dan dia menjatuhkan diri dengan posisi kaki ditekuk dan menundukkan badannya lalu tangannya diangkat ke atas, namun percuma saja, aku terlanjur kalap.
Buugh!!
Tendanganku berhasil membuat Panji terjengkang ke belakang. Saat aku ingin merangsek maju tiba-tiba lenganku ditarik oleh cewek yang entah sejak kapan menangis sesenggukan, walau bagaimana pun tenagaku lebih kuat dari cewek itu sehingga bukan aku yang tertarik ke belakang malah dia yang tertarik ke depan dan menubruk tubuhku.
Buugh!
“Auuu!” Dia menjerit, entah kesakitan atau apa yang jelas buah dadanya menempel ketat di tubuhku.
“Asyu!” Pikirku.
Dia memelukku dari belakang. Semakin aku merangsek ke depan semakin erat dia memelukku.
“Sudah Mas. Sudah cukup. Hiiks. ” cewek itu memintaku menyudahi tindakanku dengan isakan tangisnya, aaargh mana tega kalau sudah begini.
“Apa maksud jagoanmu itu mbak? Cepat ngomong atau bener-bener ku buat dia ngga bisa lihat matahari lagi dan lepasin pelukanmu! Cepat!!”
Buru-buru cewek itu melepaskan pelukannya. Fiuuuh lega rasanya.
“A... anu mas sebenarnya mas Panji cu... Cuma itu....” Cewek itu menatap ke arah Panji seolah meminta persetujuan darinya.
Dengan sigap kupasang kewaspadaan karna Panji mulai berdiri. Walau dengan susah payah dia berusaha berdiri, tapi akhirnya dia bisa bangun juga, lalu mengulurkan tangannya.
Amarahku masih memuncak melihat dia dan kudiamkan saja uluran tangannya.
“Kurang kamu Ndes!! Mau kubikin lumpuh sekalian kamu haah??!!” Kubentak Panji tapi lagi-lagi dia tersenyum menanggapi bentakanku.
‘haiiis bener-bener ni anak sudah sempoyongan masih saja sok-sok an’ pikirku.
Saat aku merangsek ingin memukul Panji, dengan cepat cewek di belakangku menarik lenganku dan bilang, “Dia Cuma penasaran sama sampean Mas, udah ya? “ ucap cewek yang tampak masih khawatir itu.
“ Lho maksudnya itu gimana? Kalo kebeneran aku kalah pasti diinjak-injak kan? Terus siapa yang rugi, aku kan? “ jawabku.
“ Iya maaf broo. “ jawab si Panji yang masih berlagak tengil, ah mungkin memang gayanya begitu kayaknya.
“ Sekarang maumu gimana? Nggak usah cengar cengir kayak gitu kamu Ndes!! “ jawabku geram dengan tingkah tengilnya itu.
Lama kutunggu Panji masih saja diam, aargh percuma. Lebih baik aku pulang, lagi pula urusanku sudah selesai juga.
Langkah kakiku terhenti saat mendengar teriakan Panji
“Woy! An, temanku pengen kenalan oy... “ Ku lihat Panji tangannya menunjuk ke arah cewek itu, haiiis nambah masalah aja. Cuek terus melangkah dan hanya melambaikan tangan itulah yang kulakukan.
Sore berlalu dan berganti malam, kedua temanku kembali datang menemuiku dan menanyakan keadaanku, hadeeh... aku yakin mereka di iming-imingi sesuatu sama si Panji,
“Piye An jadi ndak tadi nemuin Panji?“ tanya si Aris dengan gaya cengar cengirnya seolah merasa tak bersalah sudah ikut andil ngadu teman nya dengan Panji.
“Modyar orangnya puas kalian, kalian dikasih apa sama kunyuk itu?“ jawabku pura-pura kesel.
Mereka hanya menunduk tak ada yang mau menjawab pertanyaanku, lalu ku sodorkan sebungkus rokok sukun kesukaanku.
“Udah.... Nih ngudut. Pucet amat ditanyai gitu aja, he he... “
“ Ngeri ah, ada tukang gelut he he.” Jawab Aris sedangkan Bayu Cuma nyengir saja,
Plak!
Kulempar kepala Bayu dengan bungkus korek kayu dan tepat sasaran, kami pun tertawa bersama.
“ Bay tadi temannya Panji katanya pengen kenalan sama aku. Kamu kenal ngga sama dia? Sekitar dua puluh tahunan sih umurnya. Kalau dilihat dari belakang body nya kayak Indriani. Sempat bikin kaget tadi pas aku datang.“ tanyaku pada Bayu.
“Oh yang kemarin ikut kumpul itu An? Namanya Yanti. Kenapa? Mau? “
Wasyu ni bocah dia tanyai malah nawarin. “Buat kamu aja Bay, he he...” jawabku.
“Lah memang buat kita kalau kamu jadi datang kesana. Uupst! “ nah keceplosan si Bayu.
“wo lha wedus! “ kataku dan kutinju lengan Bayu, bener dugaanku mereka di iming-imingi sesuatu sama si Panji. Ah sudahlah urusan mereka ini. Ketika aku sedang asik bercanda dengan kedua temanku, tiba-tiba kekasihku datang bersama Asti. Eem, senyum yang indah dari kedua gadis itu membuat candaan kami terhenti sesaat.
“ Bay pulang yuk, sepertinya kita bakalan jadi obat nyamuk buat mereka bertiga nih he he.”
“siap ah! Ayuk! “
Asyu! Kompak bener mereka berdua dan yang konyolnya lagi kedua gadisku, eh gadis itu malah mengacungkan jempol ke arah Aris dan Bayu.
“ Jadi ngopi rak dul....“ panggilku
“Oraaak.” Lah kompak lagi nyautnya, lalu Indriani dan Asti menghampiriku sambil senyum-senyum.
“ Eheeem... kok kalian mencurigakan ya? Kenapa sih, “ tanyaku ke mereka.
Lalu Indriani menghampiriku dan membisikiku
“Mas besok jalan-jalan bertiga yuk. “ dan ‘cup’ hais kenapa pake nyium di depan Asti sih.
Asti sendiri membuang muka melihat temannya yang nggak malu lagi melakukan itu di depannya.
“ Memangnya mau jalan kemana sih? “ tanyaku ke mereka. Sengaja juga pertanyaanku nggak ku tujukan ke satu orang.
“Wana.” Jawab mereka berbarengan.
“Oh.... Jadi kita pacaran bertiga dong ya he he.” Jawabku ngasal dan sukses membuat mereka melotot ke arahku.
Sekitar jam sembilan Asti pamit pulang sedangkan Indriani seperti biasa, tetap ngga mau ikut pulang bersama Asti.
Kini kekasihku bergelayut manja di tubuhku. Ada binar bahagia dimatanya. Ingin aku menanyakan tentang maraknya kabar pertunangan dia dan anak pak Carik, tapi urung kulakukan. Aku tak ingin merusak senyum indahnya. Biarlah seperti ini sampai keadaan yang menentukan kapan senyum itu akan memudar, yang jelas saat ini dia bersamaku bermanja ria di dalam kamarku, bercumbu. Memadu kasih sudah menjadi rutinitas yang tak pernah terlewatkan meskipun waktu sudah lewat tengah malam. Disaat yang lain tidur pulas aku masih saja bergumul dengan kekasihku, saling menuruti kemauan pasangan menjadi hal yang sangat indah malam ini.
Apa yang kumau selalu saja dituruti begitu pun sebaliknya. Cumbuan demi cumbuan dan racau kenikmatan tak jarang terlontar baik dariku atau pun kekasihku.
Suara derit dipan seolah ikut serta memberi irama asik masyuk didalam kamar yang sederhana milikku ini, hingga ayam jantan berkokok barulah kami menyudahi pergumulan syahwat itu dan lelah dalam kepuasanlah yang didapat.


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Malam yang sama di tempat berbeda.



Malam ini Marni pulang terlebih dahulu sedangkan suaminya masih sibuk di toko, duduk termenung di bangku dengan sebatang rokok yang terselip di antara jemarinya. Asap pun mengepul dari bibir seolah asap itu mewakili kegundahan hatinya malam ini. Dia tahu istrinya itu sudah janjian dengan Jono yang notabene teman ngobrol sekaligus selingkuhan istrinya. Gelisah sendiri memikirkan rumah tangga yang sudah tidak lazim itu. Bagaimana tidak posisinya yang serba salah membuat dia harus rela sang istri dengan sesuka hati bercinta dengan pasangan mesumnya.
Demi kepuasan birahi sang istri, lelaki itu harus menanggung beban yang berat,
Sementara didalam kamar tanpa terpikirkan sedikit pun kepada sang suami yang sedang menjaga toko, Marni meminta Jono untuk segera menggagahi dirinya.
Sembari menggenggam kontol Jono Marni terus saja merajuk agar Jono segera memasukkan batang pejal yang sudah tegang ke dalam memek tembem yang sudah mulai basah itu.
Tapi Jono masih saja asik dengan kedua buah dada Marni. Kadang diremas, kadang digigit gigit kecil putingnya. Jelas membuat kesabaran Marni mulai habis. Didorong tubuh Jono lalu dia kangkangkan pahanya selebar mungkin.
Bahkan untuk menggoda Jono, kedua jari Mari, ia gesek-gesekkan sendiri ke belahan memeknya, lalu kedua jari itu perlahan membuka belahan memek tembem nan basah itu,
Terpampanglah lubang kenikmatan dan itil yang sudah terlihat menyembul menandakan sang empunya lubang sudah siap untuk dijejali batang pejal milik Jono.
Mata genit dan senyum menggoda itu tak ayal membuat Jono tergoda dengan tingkah Marni yang begitu menggoda kelelakiannya, lalu ditariknya tubuh polos Marni ke pinggiran ranjang ujung batangnya digesekkan ke lubang yang sedari tadi sudah siap untuk disodok.
Bleees.....
“Uuugh” lenguh keduanya mengawali persenggamaan mereka.
Jono mendiamkan sesaat batang pejal miliknya di dalam liang basah Marni, tapi rupanya tindakannya membuat Marni tak sabar hingga Marni menggerakkan-gerakkan sendiri pinggulnya ke atas dan ke bawah. Maka dengan sendirinya batang pejal itu keluar masuk di memeknya. Sungguh liar gerakan wanita itu. Memutar dan naik turun dengan sangat binal, keduanya melenguh dan mendesis bersahutan.
Kini Jono mulai siap menggempur memek tembem Marni. Sodokan yang awalnya pelan kini menjadi sodokan yang kencang dan bertenaga. Hasilnya Marni menjadi semakin binal dan menjerit-jerit keenakan di bawah Jono, lalu posisi pun berubah kini Marni berada diatas Jono bergerak liar menaik turunkan pantatnya dan keringat mulai membasahi tubuh mereka berdua, desahan dan erangan nikmat menambah semangat Jono.
Lalu mereka merubah posisi. Kini Marni menungging dengan batang kontol yang aktif memompa memeknya dari belakang, semakin cepat rojokan kontol Jono semakin membuat Marni meracau ingin lebih dan lebih.
“Eeegh eeegh.... Iyaaah terus kaangh yaang kenceng kaangh... Iyaaah.... Aaaach aaach... “ Orgasme pertama telah didapatkan oleh Marni. Kini tubuh yang basah oleh keringat itu ambruk ke ranjang. Cepat-cepat Jono menarik Marni ke pinggir ranjang.
Dengan posisi Marni yang berada di pinggiran ranjang dan kedua kaki mengangkang yang ditekuk merapat ke gundukan payudaranya. Terlihatlah belahan memeknya yang basah mengkilap. Benda itu sudah siap disodok oleh batang hitam yang juga basah karena lendir kenikmatan dari Marni.
Dengan kecepatan tinggi dan sesekali bergerak pelan lalu dilanjutkan lagi dengan sodokan berkecepatan tinggi dan pelan lagi begitu seterusnya. Sodokan kontol Jono baru berhenti saat Marni mengejan dan mengaduh nikmat karna orgasme keduanya.
Tapi tak berlangsung lama, getaran memek Marni yang sedang dilanda orgasme hebat pun belum juga berakhir, pinggulnya pun masih bergetar tapi tak dipedulikan oleh Jono. Disodok lagi dengan tempo yang berubah-ubah dan efeknya Marni semakin kelojotan dibuatnya.
Getaran yang belum tuntas disusul lagi dengan getaran berikutnya dan matanya mendelik ke atas hingga hanya terlihat putihnya saja. Sedangkan bibirnya mengatup rapat dan sekalinya terbuka langsung meracau dalam kenikmatannya.
“Aaaaaagh..... Punyamu kaangh aaach.. Lagiih.. Kontolin kaangh.... Jangan berhenti kaangh.... Iyaah... buat akuuh hamil kaangh aaaach.... “
Sedangkan Jono sendiri masih tak berkurang sodokannya. Tampaknya dia benar-benar ingin membuat Marni terkapar karna kenikmatannya. Malah kini tubuh Marni ditunggingkan dengan kaki menapak dilantai sedangkan kedua tangannya bertumpu ke pinggiran ranjang.
Dengan posisi berdiri Jono siap menghajar Marni dari belakang.
Bleees....
“aaaaaagh.... “
Masuklah batang Jono dengan sekali tusuk. Mereka mendesah bersamaan. Lagi-lagi Jono menggunakan metode sodokan yang berbeda beda, kadang cepat dan disodok sampai mentok ke dalam liang memek Marni, kadang hanya masuk setengahnya dan terus begitu.
Hal itu jelas membuat Marni tak kuat bertahan lama. Pinggulnya kembali bergetar dan mengejat dengan erangan binalnya yang semakin menjadi, membuat Jono juga ikut menyemburkan lahar panasnya di luar tepatnya diperut Marni.
Setelah beristirahat sejenak batang kontol Jono kembali menjadi mainan Marni tak butuh waktu lama kontol itu kembali berdiri tegak dan siap merojok lubang memek Marni. Dan lagi-lagi berbagai gaya mereka lakukan, dan akhirnya mereka orgasme hampir bersamaan, Marni orgasme duluan sampai mengejat ngejat begitu kuatnya membuat batang kontol Jono terasa ketarik oleh sedotan memek Marni, saking keenakannya lahar panas Jono kembali menyembur kali ini di dalam memek dan sebagian tumpah di jembut Marni yang rimbun itu.
Hingga tengah malam entah berapa kali mereka meraih kepuasan, dan aktivitas mesum pun berakhir dengan lelehan sperma yang meluber keluar dari memek Marni.
Raut puas jelas terlihat dari keduanya.
Sedangkan di ruang tamu, setelah menutup toko, sang suami tampaknya semakin tak kuat mendengar racauan nikmat dari istrinya. Maka saat itu juga si suami keluar dari rumahnya.
Karena sangat kecewa dia dengan kelakuan istri tercintanya, seketika itu juga dia mengambil keputusan, biarlah istri tercintanya menikmati hidupnya sendiri dengan caranya yang jelas-jelas tak mampu dia berikan kepada istrinya. Dan perpisahanlah jalan yang terbaik menurutnya. Setelah agak lama di luar si suami lantas bergegas masuk lagi ke rumahnya. Sudah tak ada lagi suara-suara liar dari sang istri.
Lalu dia berjalan menuju kamar menghampiri sang istri. Alangkah kagetnya si suami mendapati orang yang sangat dicintainya terkapar kelelahan dengan kondisi payudara yang penuh cupangan ditambah lelehan sperma di memek, perut dan payudaranya. Semakin menambah keyakinannya bahwa memang rumah tangganya sudah tak bisa lagi di teruskan. Tak perlu menunggu besok saat itu juga suami Marni langsung membangunkan Marni dari tidurnya.
“ Dek bangun dulu.”
Seolah sudah enggan menyentuh tubuh sang istri dia hanya memanggil saja, namun ucapannya keras, membuat Marni langsung bangun dari tidurnya. Memang sebenarnya pun dia belumlah tertidur hanya memejamkan Mata saja karna kelelahan.
“Ehhmm Mas? Kok manggilnya pake teriak sih? “
Terlihat sang suami menatap istrinya dengan tatapan dingin dan nada bicaranya pun sangat datar.
“Besok aku urus perceraian kita. “
Ucapan sang suami sontak membuat Marni menangis karenanya, tapi sang suami hanya diam.
“Mas kok begitu ngomongnya? Bukankah mas mengizinkan Marni melakukan semua ini Mas?”
“Kata siapa? Mentang-mentang aku diam. Iya?!Aku diam karna ngga mau ribut dek, bukan karna setuju atau mengizinkan. Sudah besok kita urus semuanya. Titik!! “ Ucap suaminya yang tentu membuat Marni heran. Selama ini belum pernah suaminya berbicara keras kepadanya. Lalu suami Marni pergi meninggalkan rumah malam itu juga.


~~~~~~ ~~~~~~~~~~



IANTONO



Uugh pagi yang indah dia membangunkan tidurku dengan caranya yang lucu menurutku memainkan hidungku sampai aku terbangun dari tidur lelapku.
Senyum manis dan tatapan mesranya lah yang pertama kali ku lihat setiap kubuka mata di pagi hari, ‘aaah’ sesuatu yang mungkin takkan pernah kulupakan seumur hidupku.
Pagi setelah membersihkan diri Indriani langsung pergi ke tempat Asti entahlah mungkin menjemput temannya itu atau bisa juga sekalian bersolek disana.
Di belakang juga kulihat paklik Bambang juga sudah rapi dan berjalan ke arahku mungkin dia akan berangkat lagi ke kota S sudah lumayan lama juga sih dia berada disini,
“ An, kamu mau bareng sekalian apa nanti saja berangkat ke kotanya, apa mau sekalian sama Indriani saja berangkatnya”
Bener dugaanku paklik mau berangkat hari ini.
“Nanti sajalah Paklik, masih ada yang mesti di beresin disini he he” Jawabku.
“ Ya sudah alamat jangan ilang ya? Itu si Indriani juga sudah tak kasih alamat sana jadi kalau nanti kalian berangkatnya ngga bareng kan ngga jadi masalah,
Oh iya An. Itu urusan sama Carik udahlah biarin saja, kecuali mereka bikin ulah itu terserah kamu, paklik tau kamu masih dendam tapi ya sudahlah yang penting bukan kamu yang mulai duluan saja. “
“Njih Paklik” Jawabku.
“ Ya sudah begitu aja Paklik berangkat dulu ya An, “
“Njih Paklik”
Setelah pamitan dengan Kakek dan Nenek, Paklik berangkat ke kota bersama istrinya.
Tak lama setelah itu Indriani dan Asti pun datang dengan dandanan yang membuatku melongo karnanya,
“ Eheeem, ngga pernah lihat cewek ya mas? “ Ledek Asti sambil geleng kepala melihat tingkahku.
“ Udah ah, mas paklik mau kemana kok pagi-pagi sudah pergi berdua sama bulik, mau berangkat ke kota ya mas, “ Tanya Indriani kepadaku sedikit kecewa entah kenapa.
“ Hu um dek, kenapa? “
“ Yaaah, katanya mau ngajak bareng adek nanti kalau ke kota kok adek di tinggal siih, “ Jawabnya kecewa.
“ He he he, ngga mungkin to dek, nanti aja kita kesana ya? “ Jawabku dibalas anggukan kepala kekasihku.
“ Udah ah, ayo berangkat “ Timpal Asti kemudian.
Akhirnya kami bertiga berangkat ke area wisata.
Tempat wisata itu hanya berupa waduk yang lumayan luas dan dikelilingi hutan wisata yang lumayan asri dan sebuah warung apung di tengah danau dengan sajian khas ikan bakarnya.
Setelah satu jam perjalanan sampailah di tempat tujuan senyum sumringah langsung terlihat dari kedua gadis itu, maklum tak sekalipun mereka ku ajak bepergian baru kali ini saja, itu pun karna mereka yang mengajak.
Tak banyak yang di lakukan disini, hanya momen kebersamaanlah yang membuat kami bertiga betah bertahan lama disini.
Tak terasa lima jam sudah berlalu di tempat ini waktunya untuk pulang ke rumah, lagi pula mereka sudah mulai terlihat lelah juga, terbukti dengan mudahnya mereka ku ajak pulang lalu cus kita pun berangkat pulang.
Sampai dijembatan panjang kulihat empat orang pemuda bersama satu orang wanita sedang duduk di pinggiran jembatan dan sebagian duduk di motor.
Tak asing menurutku aku mengenal mereka, yah mereka Bayu, Aris, Jodi, Panji dan yang wanita si Yanti, Yaps! ngapain mereka kumpul disini, lagi pula tumben temanku bisa akur dengan si Jodi yang biasanya ngga ada ramah ramahnya dengan anak kampungku.
Sepertinya mereka menyadari kehadiranku dan benar saja Panji menghampiri dan memintaku untuk menepi.
“ Weiits! Mampir dulu lah Bro, nongkrong dulu sebentar lah, “ Kata si Panji, Lalu kedua temanku juga menghampiriku dan memintaku untuk mampir,
Aku mengiyakan saja ajakan temanku tapi ngga turun dari kendaraan begitu juga kedua gadis dibelakanku,
“ Ada apa memangnya Bay, “ Tanyaku datar.
Jujur Aku masih agak dongkol dengan temannya yang namanya Panji.
“ Nanti malam ada acara ngga An, kalo ngga ada nanti tak samperin ke rumahmu ya An. “ Jawab Bayu.
Belum sempat ku jawab di pinggangku sudah mendarat cubitan dari kekasihku, Bayu yang melihat kejadian itu pun malah cengar cengir kepadaku,
“ Tuh Bay... Lihat sendiri kan belum lagi yang satunya, yo wes lihat nanti aja lah jam piro kira kiranya ntar kalau bisa tak nyusul aja ngga usah nyamperin ke rumah.”
“Jam delapan An, siip lah tak tunggu di pos jaga yo, “
Jawab Bayu dengan semangatnya.
“Siip, ya sudah aku jalan lagi yo? Monggo semuanya”
Kulihat mereka semua dan mereka pun tersenyum, degh! Itu cewek ngliatin aku makjleb banget pake senyum segala, pantas aja Indriani kaya orang ngga senang gitu, itu toh masalahnya.
Heuuuh bakalan susah keluar kalau begini, ah... sudahlah.
Akhirnya lanjut lagi pulang sambil mendengarkan nyanyian dari kedua gadis di belakangku yang membuat lumayan panas kuping.
Sore hari setelah berdebat lumayan alot dengan Indriani akhirnya aku diperbolehkan menemui temanku, dan Indriani memilih menungguku di rumah Asti.
Jam tujuh aku berangkat dan mampir ke toko mbak Mar dan tumben toko malam ini sepi tak seperti biasanya, saat kupanggil pun mbak Mar terlihat lesu.
Ledekin aaah,
“ mbak? Kok lesu toh mbak, nopo kurang kasih sayang to panjenengan he he he, “
Dan ajaib bukan menjawab malah langsung di ambilin rokok sukun isi enam belas kesukaanku, weleh lagi suntuk beneran ini modelnya, gagal deh ngledekin si Mbakyu.
Mending cepetan pergi ajalah, langsung ku bayar dan mumpung sepi sedikit iseng kutowel dagunya,
“ Cantik kalo cemberut mbakyu, jadi pengen nagih yang dulu he he, “
Dan sukses membuat dia tersenyum dan menjawab
,
“ayuk kapan? “
“Kapan-kapan aja kalo Mbakyu udah ngga Ada yang punya he he,” Jawabku asal.
“ Bentar lagi juga ngga ada yang punya kok masku, piye? Jadi ngga? “
Wasyu nekat si Mbakyu beneran mesti kabur ini,
“ Jadi, tapi ngga sekarang he he, dah ah aku lagi ada urusan ini mbakyu “
Tanpa menunggu jawaban aku langsung jalan saja, edan niat becandain malah akunya yang ditantang asem bener.
Di perjalanan yang menanjak menuju hutan ku dengar suara motor menuju ke arahku apa mungkin dia Bayu dan Aris, ah biarin lah sekalian saja bonceng kalau memang mereka.
Setelah dekat ku tengok ternyata pengendaranya Cuma sendirian, dan sorot lampu dari motor itu tepat mengarah ke arahku, cukup silau membuatku tak bisa mengenali siapa pengendaranya.
Semakin dekat motor itu dan persis disampingku, ‘ buuugh!! Blaaam!’ Serangan mendadak itu sukses membuatku terjengkang ke belakang karna posisiku berdiri tepat menghadap ke arah orang itu,
Asuuu!!
Aku diserang mendadak, belum sempat aku berdiri orang itu sudah turun dari motornya dan tanpa ampun lagi dia menyerangku membabi buta,
Selesai kalau aku tetap bertahan seperti ini, kuikuti alur serangannya karna otomatis kakinya saja yang aktif menyerang, tendang lagi dan lagi membuatku terseret mengikuti tendangannya dan ‘ buuugh!! ‘ tubuhku mentok ke pohon yang lumayan besar, sempat ku amati orang itu dan yaaps!.
Dia Iwan anak pak Carik, bagus adrenalinku langsung naik seketika tendangan terakhirnya berhasil kutangkap dan kutarik sekuat tenaga sehingga membuat Iwan terjatuh menyamping, tak akan lagi kuberi ampun orang satu ini, matahari esoklah yang akan menentukan siapa yang masih layak hidup.
Percuma juga aku selamat dari jerat hukum kalau harus terpisah dengan Indriani. Maka pilihanku hanya satu, kematian.
Segera aku beranjak dan kuserang dia, tapi sayang dia juga sudah berdiri tegak, mentah semua seranganku semuanya mampu dihalau olehnya.
Selanjutnya adu pukul dan tendangan terjadi dan sayang aku kalah langkah, lagi-lagi pukulan telaknya berhasil membuatku merasakan rasa asin dimulutku,
Yaps dia sukses menghantam mulutku, asyuu! Perih dan nyeri.
Belum lagi aku siap pukulan berikutnya tepat mengenai pelipisku darah segar pun keluar dari pelipisku, edan bisa-bisa aku yang modar kalau begini.
Lagi pukulan susulan mampu ku halau dan ‘buugh!!’ Yap dapat satu di mukanya ‘ buuuugh!! ‘ kuping kesukaanku berhasil kudapat dan ‘buuuugh!!! ‘ hooek!! Dia membalas,
Pukulannya telak mengenai uluhati ku, tak hanya sekali di ulang lagi dan lagi walaupun tidak semua mengenai uluhati tetap saja membuatku terkapar kesakitan.
“ Ha ha ha... Modar koe nyuk!!
Tawa kemenangan jelas ku dengar, tapi apa daya rasa sesak karna pukulannya membuatku tak mampu membalas untuk sementara ini sampai rasa sesak itu berkurang, biarlah kudiamkan dan ku dengar celotehnya.
“ Kamu pikir kamu itu jagoan hah!! Dan asal kamu tau satu minggu lagi Indriani akan kunikahi, jadi jauhi dia dan jangan pernah lagi kamu dekati dia... Tak sabar rasanya ingin cepat-cepat kugagahi pacarmu itu nyuk! Akan kujadikan dia lonteku biar dia bisa lupa denganmu ha ha ha... “
Asuuu!! Ucapannya sudah kelewatan persis seperti bapaknya.
Merasa aku sudah tak mampu melawan dia hendak pergi setelah membuatku terkapar, tapi salah aku hanya mengumpulkan tenaga dan menetralisir sesak didadaku saja, dan ini kesempatan buatku.
Tanpa dia sadari aku sudah berdiri dan ku ambil sebuah batu yang cukup membuat dia terkapar jika ku hajarkan di kepalanya, kuikuti dia agar jarakku tepat jika kuhantamkan batu ditanganku ini.
Dan “hoy!!! “ Teriakku.
Seketika dia menengok ke arahku, ‘buugh!! Aaargh!! Buugh!! ‘
Yaps! Dua kali batu ditanganku sukses mengenai mulut dan hidungnya, tak kusia siakan kesempatan kutendang dia sampai terjungkal dengan darah bercucuran di mulut dan hidungnya, langsung kuserang tanpa ampun.
Kini posisiku benar-benar di atas angin, semua anggota tubuhnya tak ada Satu pun yang luput dari kakiku bahkan mukanya cedera sangat parah bukan kutendang lagi tapi ku injak -injak sesuka hatiku, lemas tinggal kepalanya saja yang bergerak dan dia meminta ampun,
“Aaampuuunh... Aagh... Ampuuunh.... “
Dengan nafas yang sudah tersenggal senggal dia meminta ampun, percuma saja bahkan aku berniat menghabisinya malam ini.
“ Apa kamu bilang! Ampun? Bukannya tadi kamu mau menggagahi Iin? Mau kamu jadikan lontemu hah! Lalu mau pakai apa kamu menggagahi dia hah!!”
Kuambil batu yang tadi kupakai untuk menghajar mulutnya, kini manusia yang sudah tak berdaya itu harus bertanggung jawab dengan ucapannya sendiri, dan ‘ bruuugh! Bruuugh! Bruuugh! Aaghhhh........! ‘



Bersambung
Ngga sabar nunggu kelanjutannya....

Mantap suhu
 
hallo om @qthi mon maap baru mampir di mari :ampun:
si iwan jngan lngsung matiin om kasian ,siksa dulu aja pelan ,ancurin dulu titit nya ,buar rontok semua gigi nya ,patahin tangan kaki ama colok2 dikit lah itu biji mata :pandajahat: :pandaketawa:
trus berkarya om semangat update nya :pandaketawa::pandapeace:
 
hallo om @qthi mon maap baru mampir di mari :ampun:
si iwan jngan lngsung matiin om kasian ,siksa dulu aja pelan ,ancurin dulu titit nya ,buar rontok semua gigi nya ,patahin tangan kaki ama colok2 dikit lah itu biji mata :pandajahat: :pandaketawa:
trus berkarya om semangat update nya :pandaketawa::pandapeace:
Suadise reeek.... tapi boleh juga om he he.. Sumonggo om cuma alakadarnya kok om:beer:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd