Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
Ijin gelar tenda di lapaknya ya Hu, ceritanya bagus dan bikin penaasaran
 
PART 11

SUASANA BARU


IAN TONO



Jelas aku ngga terima kekasihku akan diperlakukan seperti itu sama calon suaminya sendiri,
Ntah maksudnya apa.
Sengaja memancing emosiku atau apa yang jelas dia sukses membuatku kalap.
Sebenarnya targetku dia mati mengenaskan, tapi mendengar ucapannya membuatku ingin memberikan sedikit Kenang kenangan disisa hidupnya.
Dengan keadaannya yang sudah tak sadarkan diri atau mungkin juga ajalnya sudah di tenggorokan tak membuat niatku surut.
Percuma saja, rasa sakit hatiku karna ucapannya lebih besar dari pada rasa ibaku terhadap sesama.
Dengan batu ku tumbuk alat kelaminnya entahlah seperti apa bentuknya setelah itu, menurutku harus sepadan dengan ucapannya yang ingin menjadikan Indriani sebagai lontenya.
Dan itu artinya orang ini hanya menginginkan tubuh kekasihku sebagai pelampiasan sexnya semata, dan menurutku ini pilihan yang tepat untuknya.
Tubuh yang pasrah itu masih saja membuatku geram dan apakah tindakanku ini sudah layak tau belum, untuk memastikan dia benar-benar cidera permanen maka kuseret tubuh yang sudah lemas itu menuju bebatuan yang lumayan besar dipinggir jalan, susah payah kuseret ke tempat yang sekiranya cukup buat eksekusi berikutnya. Masih tak ada pergerakan juga, yaps!!
Dia benar-benar pingsan atau mati aku juga tak peduli kuambil batu yang lumayan besar untuk landasan dan satu lagi untuk menghantamnya craack! Craack!! “ Aaaaauuugh...... “ Tiba-tiba dia melolong dan matanya memandangku dengan tatapan mendelik, kubalas dengan tatapan dingin seolah yang sedang kuhadapi ini bukanlah seorang manusia “masih kuat hidup kamu hah! Baiklah “ Lalu kuseret lagi agak menjauh dari jalanan dan “ Buuugh!!buuugh!! Cuiih!”
Dua kali tendangan telak ke mukanya yang telah bersimbah darah dan kuludahkan darah yang ada di mulutku tepat di mukanya.
Lalu kutuntun motornya yang masih terparkir di pinggir jalan dan kuletakkan dekat dengan pemiliknya.
Akhirnya rencanaku menyusul Bayu dan Aris gagal, aku pulang dengan keadaan kacau balau.
Pelipis berdarah darah dan mulut juga lumayan berdarah bagusnya tak ada gigi yang patah karna pukulannya.
Sampai dirumah aku segera membersihkan diri dan pamit ke kakek dan nenek, lalu kuceritakan yang terjadi walaupun kakek dan nenek kecewa dengan yang kulakukan tapi apa boleh buat aku harus meninggalkan kedua orang tua itu,
Segera kuambil tas dan ku masukan beberapa pakaian, yah hanya beberapa lembar pakaian saja tak perlu terlalu banyak dan kuingat lagi apa-apa yang tertinggal.
Indriani! Aaaargh!!... Kenapa ngga ke pikiran dia? Segera ku bergegas ke tempat Asti, aku yakin mereka masih melek.
Benar saja mereka masih duduk berdua di bale depan rumah Asti.
“ Dek? “ Kusapa kekasihku yang sedang asik bergurau dengan Asti lalu mereka berdua menoleh kearahku bersamaan.
Sekilas kedua gadis itu tersenyum, namun senyum mereka pudar saat melihat keadaanku yang banyak lebam dan luka robek di wajahku.
“Maas? Koq, “ Sebelum mereka nanya yang aneh-aneh jari telunjukku langsung ku tempelkan di bibir kekasihku tanda bahwa ucapannya ngga perlu di lanjutkan, lalu kutarik tangan kekasihku dan Asti.
Mereka ku ajak pulang ke rumahku, sampai di rumah barulah kuceritakan apa yang terjadi kepadaku, tapi aku hanya bilang kalau aku berkelahi selebihnya aku tidak ceritakan.
Rasa tak tega melihat kekasihku matanya sudah memerah dari tadi begitu juga Asti, bagaimana nanti setelah mereka tau kalau yang kulakukan sudah diluar batas.
Tapi semua sudah terjadi mumpung belum malam aku harus segera pergi dari sini entahlah mau berapa lama aku pergi, aku yakin masalah ini pasti panjang.

“ Deek Mas minta maaf ya? Mas harus pergi malam ini juga, adek jaga diri baik-baik ya dek?, “
Bibir kekasihku bergetar seolah ingin bicara tapi entahlah hanya air mata yang kini sudah tak mampu ia bendung lagi, hanya Isak tangis yang keluar dari bibirnya.
Sakit memang karna aku pun juga merasakan sesak yang tak terkira, tapi aku harus kuat aku tak ingin pasrah dan berdiam diri disini.
Lalu kulihat Asti, dia tak jauh beda dengan kekasihku, raut sedih dan kaget bercampur jadi satu,

“Mbul aku pamit ya? Jagain Iin ya Mbul? “
Tak ada jawaban juga dari Asti, mata yang memerah kini menjadi isakan tangis.

‘plaak!! ‘ tiba-tiba Asti menamparku,
“Apa yang mas lakukan! Ngga mungkin cuma berantem mas Ian sampai kayak gini mas? Kenapa juga mas ngomongnya begitu! “
Kebiasaan yang ngga pernah hilang dari temanku yang satu ini, aku tau tamparannya hanya sebuah bentuk ke tidak setujuannya kalau aku akan pergi dari sini, yah karna memang dia tak tau apa yang sebenarnya terjadi, enggan sebenarnya mau cerita ke mereka berdua tapi harus kuceritakan agar mereka tak kecewa dengan kepergianku nanti.
Kuceritakan semuanya, dari pertama aku diserang dan ucapan Iwan yang membuatku tega melakukan sesuatu yang mungkin juga bisa merenggut nyawanya malam ini, dan kenapa aku meminta Asti untuk menjaga Indriani semua sudah kujelaskan.
Indriani sendiri langsung masuk kekamar entahlah yang jelas dia sangat terpukul dengan kejadian ini, dan tak lama setelah Indriani masuk Asti pun menyusul kekamar untuk menemui Indriani entah apa yang mereka bicarakan disana,
Sedangkan aku sendiri hanya terduduk lesu memikirkan bagaimana caraku sampai ke tujuanku, sedangkan kota S cukup jauh ngga mungkin juga kutempuh dengan angkutan umum di malam hari seperti ini, satu-satunya jalan harus menggunakan kendaraan sendiri.
Heuuh, terus berpikir dan berpikir siapa yang bisa membantuku,
Aiiih... mas Zaenal. Iya dia bisa mengantarkan aku sampai ke tempat paklik Bambang, lagi pula hanya mas Zaenal yang tau tempatnya paklik, mumpung belum terlalu malam aku harus segera berangkat.
Aku pun bergegas ke kamar dan pamit lagi Kepada kedua gadis yang masih saja dikamarku itu, melihat kedatanganku Indriani malah semakin menangis segera kurengkuh tubuhnya, sesak yang sedari tadi kutahan akhirnya tak sanggup lagi kutahan
Air mataku bukanlah penyesalan atas perbuatanku tapi kekasihku lah yang membuatku lemah seperti ini aku tau walaupun tak ada kata terucap darinya, dia benar-benar tak mau terpisahkan dariku.
Tak lama setelah itu Asti pamit pulang terlebih dahulu, aku dan Indriani hanya menganggukkan kepala saat Asti pamit pulang.

“ Mas adek ikut ya? Adek ngga mau sendirian disini mas? “

“Deek? Nanti setelah semua beres mas jemput adek kok, tapi sekarang jangan dulu ya dek, “

“Tapi mas, adek takut? “

“Takut apa sih dek? Ngga apa-apa kok, daripada ikut mas, mas kan belum tau mau kemana dek?”
Tak ada jawaban dari kekasihku dan pelukannya pun semakin erat ke tubuhku,

“Tapi cepat pulang ya mas? “

“Iya? Mas harus cepat berangkat lho dek ngga boleh sedih terus lho ya, “

Sebuah ciuman perpisahan yang panjang pun tak ter elakkan enggan sekali rasanya meninggalkan Kekasihku sendirian disini, tapi apa mau dikata nasi sudah menjadi bubur aku tak boleh lemah begitu juga Kekasihku.
Dan perjalanan yang panjang sudah menantiku, segera ku berangkat setelah mengantar Kekasihku ke rumahnya Asti, lagi-lagi air mata kedua gadis itu mengiringi kepergianku sesak memang tapi ini suatu keharusan buatku.
Berjalan gontai menuju rumah mas Zaenal di malam hari lumayan tenang tak satu pun orang yang kutemui sampai kampung sebelah, amaan pikirku.
Untunglah orang yang kucari ada dirumah dan lumayan membuat mas Zaenal kaget melihat kedatanganku malam-malam dengan membawa tas.

“ Loh, kamu ngapain bawa tas malam begini An? “
Tanya mas Zaenal bingung melihatku.

“ Mas bisa anterin aku ke kota S ngga, kasus nih mas. “
“ Heeuuh! Kasus opo neeh... “
Kata mas Zaenal sambil menghela nafasnya.

“Nggasak Iwan mas. Tau hidup apa mati dia, Manakane mending kabur aku mas”
Mas Zaenal hanya geleng-geleng kepala lalu kuceritakan detail kejadiannya.

“Begini An, sebenarnya aku butuh bantuanmu tapi itu pun kalau kamu mau lho ya? Yang jelas masalahmu ini bisa jadi merembet bukan saja di keluarga Iwan atau pun di hukumnya, ada informasi kalau Iwan itu ikut gabung dengan kelompok utara tapi semua tergantung posisi Iwan disana ada pengaruhnya atau sekedar kroco aja, takutnya kelompok utara ngga terima anggotanya ada yang teraniaya seperti itu, jelas kalau mereka ngga terima bakalan menyerbu ke kampung kamu An. “

“ Ooh... Terus gimana ini mas. “
Jawabku cemas, walau bagaimana pun kampungku ngga akan siap kalau di serang, tapi kan sama aja Iwan kan sekampung sama aku, eem... ada maksud ini si mas Zaenal,

“ Begini An, kamu mau gabung sama kelompok selatan ngga’ kalo mau kamu nanti tak tarik seandainya terjadi sesuatu dikampung atau terjadi bentrok antar kelompok, si Panji sama Jodi udah gabung bahkan Panji kalau ngga salah di suruh cari masa yang masih muda buat persiapan nanti kalo terjadi bentrokan, gimana? “
Nah kan terjadi yang baru saja kupikirkan.
“ Lho aku kan mau kabur mas piye? Lagian apa itu kelompok selatan dan kelompok utara baru tau aku mas. “

“ Ehe he he nanti tak jelasin sekalian aku mau kasih tau Bambang soal ini, dan bisa diatur itu nanti kamu tak tarik lagi kalau sudah waktunya oke! Sekarang kita berangkat dulu aja, “

“Siap... Terus lewat mana kita mas, “ Jawabku
“Gampang kita potong jalan aja lewat barat lebih cepat sampai kota S, ngga apa-apa toh lewat jalan hutan he he he”
“Siip”
Lalu kami pun bersiap melewati jalan hutan yang lumayan jauh, dengan sepeda motor kami menyusuri jalan yang amat teramat terjal dan seandainya turun hujan dapat dipastikan motor yang kami naiki tak kan mampu melewati jalanan ini, semoga malam ini cuaca masih berpihak padaku.
Huuuf.... Entah kapan sampainya perjalanan ini.


~~~~~~~~~~~~~~


Malam yang sama di pos polisi hutan



YANTI

Di pinggiran hutan sebelah utara tampak dua orang pemuda dan seorang wanita sedang asik berbincang lumayan serius.
Yah mereka adalah Panji, Jodi dan Yanti, mereka sedang membahas rencana yang melibatkan orang yang mereka tunggu sedari tadi,

“Jod gimana udah dapet sepak terjang si Ian belum, “
“Aman Nji. Baru tadi siang aku ketemu mas Zaenal dia banyak cerita tentang Ian Nji, “

Tampak Panji sedikit berpikir mendengarkan ucapan Jodi barusan,

“ Bentar Jod, mas Zaenal bukan yang dulu nolongin Ian itu ya. “
“Iya Nji, kenapa? “

“ Loh kok dia bisa tau banyak soal Ian”
“Paklik Ian itu ternyata teman baik mas Zaenal Nji, “

“Oalah terus gimana? Cerita gimana itu mas Zaenal sama kamu, “
“ Arogan kelewatan ternyata si Ian Nji, masa Carik sama anaknya di sikat semua sampe babak belur, apalagi Carik giginya dulu yang satu di patahin sama Pakliknya nah sekarang di patahin juga sama Ian, “

“Ho ho ho masalah apa itu Jod. “
“ Lihat yang di bonceng Ian tadi kan? Nah itu yang tengah pacarnya, dan yang belakang dulu yang pernah tak deketin itu Nji? Nah cewek nya Ian itu ternyata mau di jodohin sama anaknya Carik itu, Ian ngga terima begitulah kira-kira nya Nji. “

“Bhua ha ha... Kamu kalah telak ternyata ya Jod. “
“Wasyu lah, ha ha ha.. Ngga masalah, nih sebelah kita kapan pun siap kita ituin kok, ya ngga Yan. Nurut lagi diapain juga He he he”

Ucap Jodi sambil menowel dagu cewek di sampingnya,
Sedangkan yang di towel Cuma senyum- senyum genit.

“Oke Jod, nanti kita deketin Ian ya, Gento kidul lagi butuh bala bantuan soalnya mereka lagi cari yang berani dan nekat, gimana anak-anak dilingkunganmu ada yang bisa di ajak ngga Jod. “
“Ada beberapa Nji, tenang aja mas Zaenal juga udah kasih tembusan kok, kan dia lumayan dekat juga sama gento kidul Nji, “

“Wokelah, eh anak Carik yang dihajar Ian namanya siapa Jod, “
“ Sik sik, Kalau ngga salah eeem.... Iwan kayaknya Nji, “

“ Asuuu! Pas banget Jod, anak itu ada di kelompok utara, yah walaupun disana dia Cuma jadi bahan suruhan saja tapi kan tetap dia kelompok musuh kita, aku yakin Ian bakalan setuju gabung dengan gento kidul, “
“ Siip ah, eh tapi Ian sama yang lain kok belum datang yah. “

“Kita tunggu aja lah Jod, eh Yan. piye kok cemberut gitu sih, “
“ Aulah mas aku di cuekin kok, “ Jawab Yanti sambil memanyunkan bibirnya, kedua pemuda itu malah tertawa melihat tingkah Yanti yang memanyunkan bibirnya.
Mereka tau Yanti sudah tak sabar, padahal belum lama ini dia digarap oleh kedua pemuda itu.
Tak lama setelah itu dari arah utara dua orang pemuda berjalan mendekati mereka bertiga.
Cuaca yang cerah dengan sinar rembulan yang mampu menerangi gelapnya jalan di hutan memudahkan pandangan ketiga muda mudi itu untuk melihat sekeliling mereka,
Walaupun dengan jarak pandang yang terbatas tapi cukuplah bagi mereka untuk sekedar mengenali siapa yang datang menghampirinya.
Kini Di pos jaga polisi hutan itu semakin ramai dengan bertambahnya Bayu dan Aris mereka berkumpul berlima dalam keremangan malam yang cerah.

“Bay mana Ian kok ngga bareng kesininya, “ Ucap Panji antusias tentu karna rencananya untuk mengajak Ian bergabung dengan kelompoknya sudah semakin menunjukkan hasil .

“Lupakan lah Nji, mana bisa dia lepas dari kedua wanitanya, memangnya ada apa toh kok kayaknya ngebet banget mepet Ian, biar nanti tak sampaikan saja”
Jawab Bayu yang mulai curiga ke Panji.

“ Begini Bay kamu kenal sama gento utara ngga, “
“Ngga lah Nji, aku ngga pernah ada urusan sama begituan, “

“Bagus! Gini aku mau ajak Ian sih sebenarnya? Tapi kalo kalian mau gabung ya silahkan asal kalian berani tempur aja kalau suatu saat terjadi gesekan sama musuh kita, piyeee”
“ Pikir-pikir dulu Nji aku sama Aris belum pernah gelut soale he he he, “
Jawab Bayu sambil cengar cengir.

“Hadeeeh.... Yo wis! Tapi iso ngicrik tho? Mue he he he... Tuh Yanti udah gatal pengen di sodok dari tadi, tapi ingat bujuk Ian ya? “
“ Siap bos. Ehe he he”

Setelah pembahasan selesai mereka berdua bergabung dengan kedua temannya yang ternyata tangan Jodi dan Aris sudah memulai aksi mereka, satu bagian selangkangan sedangkan satu lagi bagian payudara Yanti, tak mau terlalu jauh tertinggal Panji dan Bayu segera ikut bergabung.
Dengan cekatan mereka berdua melucuti pakaian yang dikenakan Yanti dan dengan waktu singkat tubuh Yanti sudah polos tanpa penutup lagi bahkan CD Yanti pun sudah tersangkut di pinggiran bale tempat mereka berlima mengerjai Yanti.
Bale kayu yang memanjang menjadi tempat yang nyaman untuk tempat rebahan si wanita, sedangkan ke empat pemuda itu bergantian meraba area-area sensitif milik Yanti membuat sang empunya selangkangan dan payudara melenguh kegelian.
Kini keempat pemuda itu mulai menanggalkan pakaian masing-masing, Yanti sendiri sudah sangat siap menerima serangan lanjutan dari keempat pemuda yang sedari tadi bergantian menjamah selangkangannya itu,
Air birahi sudah membanjiri selangkangan tapi belum satu pun batang yang memasuki lubang kenikmatannya,
Rasa tak sabar membuat Yanti ambil alih dengan mata terpejam digenggam salah satu batang pemuda itu dan ditarik agar cepat-cepat memasuki lubang nikmatnya.

Mujur buat Bayu dia dapat giliran pertama merasakan jepitan memeknya sekali dua kali penis Bayu gagal memasuki lubang nikmatnya dan yang ketiga kalinya barulah penis itu sukses menjebol lubang legit yang sedari tadi mengharapkan dirojok oleh batang dari salah satu pria yang mengelilinginya,
“Aaaach.... “
Yanti pun membuka kedua matanya dipandang siapa lelaki yang sedang menancapkan penis ke dalam lubang memeknya, lalu dia tersenyum genit ke pemuda yang tak lain adalah Bayu itu, lalu Yanti meraih pinggang Bayu dan merengek agar Bayu mempercepat sodokan penisnya,
“ Eeeegh... eeeegh... Ayo mas sodokin yang kencengh... Aaaach... “
Sementara yang lain menyingkir seolah memberi ruang kepada temannya untuk menyelesaikan hasrat mereka. Belum sempat merubah posisi dan tak kurang sepuluh menit Bayu sudah mencapai puncaknya sedangkan Yanti belum apa-apa, posisi masih sama kaki Yanti masih mengangkang memamerkan belahan memek yang penuh lelehan sperma Bayu.
Kini giliran Aris yang telah siap untuk menggantikan posisi Bayu tak butuh waktu lama dan hanya sekali meleset penis Aris sukses tenggelam didalam memek yang masih basah oleh sperma temannya, Aris langsung merojok memek Yanti dengan cepat membuat Yanti mengerang nikmat.
Kini Yanti juga ikut mengegolkan pantatnya kedua insan itu seperti sudah kehilangan kendali yang satu menggoyang kanan dan kiri sedangkan yang satunya lagi menyodok maju mundur, membuat Yanti kembali mengerang tak jelas.
“ Eeegh.. Eeegh... Aiih... Iyaaah terus aaaaaagh.. Iiih iyaaah dikit Lagiih... Aaaach..... “
“Creet creeet, haash haash haash, “
Dengan nafas yang memburu Aris pun mengejat dan melesakkan penisnya dalam-dalam di lubang memek Yanti,
“ Iiiih... Tanggung jangan cabuut Riiish... Kocokin lagi aaach.... Iiiih... Ayoo Ris aaah... “
Percuma saja rengekan Yanti tak ada artinya Aris sudah mengeluarkan penisnya dari memek Yanti,
Rupanya Yanti agak kecewa namun tak butuh waktu lama untuk menghilangkan rasa kecewanya, kini batang penis Jodi sudah bersarang di memeknya dan Yanti pun kembali mengerang nikmat sodokan Jodi pun lebih teratur di bandingkan kedua pemuda sebelumnya, setelah tiga penis memasuki lubang memeknya barulah mereka mengganti posisi.
Kini Yanti merangkak diatas bale Kaya itu dan Jodi menyodok dari belakang, dengan posisi doggy menguntungkan Panji untuk ikut bergabung dia mengarahkan batangnya ke mulut mungil Yanti yang telah siap untuk melahap penis Panji, kini kedua lubang Yanti dijejali dua batang keras.
Tak butuh waktu lama untuk orgasme tiba-tiba Yanti mengejat dan tak bisa bersuara karna mulutnya sedang mengulum penis Panji,
“ Cloop cloop cloop ....heegh.... “
Dan mulutnya semakin kuat menyedot batang di mulutnya.
Tapi tak berlangsung lama Jodi tak memberi ampun kepada Yanti, sodokannya semakin cepat membuat batang penis dimulut Yanti terlepas begitu saja,
“Aaaaaach... “ Yanti mengerang dengan bebas dan kepalanya mendongak ke atas menikmati sodokan membabi buta dari Jodi,
“ Uuuuh..... Jooood.... Aaaaaach.... Aaaaaach “
“Heeeegh... Creet creet. “
Dengan sentakan terakhirnya Jodi menyemburkan laharnya didalam memek Yanti,
Bersamaan dengan itu lagi-lagi Yanti mengejat berulang kali menandakan kalau dia sedang mendapatkan Multi orgasme, belum selesai getarannya Jodi telah mencabut batangnya, tampak lelehan sperma keluar menetes sari memeknya, dan bleees...
Giliran batang Panji sukses memasuki memek Yanti, sama seperti Jodi memek yang sudah sangat Becek itu langsung digenjot dengan cepat.
Suara kecipak kelamin pun semakin nyaring ‘ plak plek plak plek’ bahkan Yanti sudah tak mampu lagi menahan berat badannya kini posisinya semakin menungging dadanya ambruk menempel di bale.
Tiba-tiba Panji mencabut batangnya dan menggesek gesekkan di area lubang matahari Yanti yang masih rapat lalu di basahi lubang itu dengan cairan yang membanjiri memek Yanti.
Pelan-pelan di arahkan batang pejal Panji ke lubang matahari itu, membuat si empunya menggeliat dan menoleh ke belakang sedang satu tangannya meraih paha Panji tapi tak ada penolakan sedikit pun darinya, Panji mengerti yang di inginkan wanita itu.
Panji pun tersenyum lalu menusukkan batang penisnya perlahan lahan tapi baru setengahnya batang itu masuk Yanti sudah menjerit kesakitan, tapi lagi-lagi tak ada penolakan darinya.
Panji hanya mendiamkan sesaat batang penisnya setelah Yanti tenang barulah dimasukkan lagi sisa batang yang masih setengah itu, pelan-pelan hingga semua batangnya amblas di dalam lubang matahari Yanti, lengkingan jerit kesakitan pun hanya sesaat setelah itu berganti dengan lenguhan-lenguhan kenikmatan.
Sementara itu Bayu dan Aris sudah mulai ikut bergabung dengan Panji sedangkan Jodi masih duduk santai sambil menghisap sebatang rokok, lenguhan Yanti yang semakin lama semakin membangkitkan gairah ketiga pemuda itu sekarang berubah posisi.
Panji di bawah dan Yanti berada di atasnya dia membelakangi Panji dengan batang yang menancap di lubang mataharinya.
Dengan gerakan maju mundurnya membuat pemuda yang di bawah merasakan kenikmatan luar biasa, sedangkan kedua tangan gadis itu sibuk mengocok batang penis Bayu dan Aris.
Merasa ada lubang yang menganggur Aris mengambil inisiatif diarahkan batang penisnya ke memek basah Yanti,
‘ bleees’ “aaaach.... “
Sekarang giliran kedua pemuda itu mengerjai lubang Yanti sedangkan empunya lubang semakin mendesah tak karuan sampai-sampai batang yang di genggam olehnya terlepas, tak habis akal Bayu menyodorkan batang penisnya ke mulut Yanti.
Sekarang ketiga lubang Yanti tak ada yang menganggur, bahkan Jodi pun sudah ikut bergabung dengan ketiga temannya mereka bergantian menggarap gadis itu sedangkan sang gadis dengan suka rela melayani keempat pemuda yang staminanya masihlah sangat kuat.
Cuaca yang cerah di malam hari seolah mendukung kegiatan kelima anak manusia yang sedang mengumbar birahinya, cahaya rembulan yang bersinar terang di pinggiran hutan dan sudah dipastikan tak akan ada satu pun warga yang akan melintas di area itu sehingga membuat mereka leluasa berbugil ria di dalam pos jaga yang hanya di pagari papan setengah badan itu.
Lenguhan berganti erangan, erangan pun berganti dengan jeritan-jeritan nikmat gadis muda yang haus sex itu, suaranya meramaikan pesta nikmat dihutan malam ini, begitu panas dan bergairah.
Yanti tersenyum puas mendapat pengakuan dari Bayu dan Aris yang ternyata masih perjaka itu.
Tubuh polos mengkilap karna keringat bercampur lelehan-lelehan sperma itu mengakhiri pesta nikmatnya. Sampai tengah malam mereka baru berpisah dan pulang ke rumah masing-masing.

~~~~~~~~~~~~~~


Pagi dalam pelarian


Suasana baru yang sangat asing untung lah ada paklik Bambang dan mas Zaenal yang menemaniku, terpaksa mereka tak melakukan aktivitas harian mereka, yah di kota S untuk yang pertama kalinya untuk ku tentu sangat menyulitkan bagiku, apalagi ditambah pikiran yang kacau saat ini.
Aku yakin seandainya ada sesuatu dikampung sana sudah dapat dipastikan mereka mencariku kesini karna hanya disini satu-satunya kerabatku, ‘aaargh... ‘ aku ngga boleh terlalu lama disini aku harus secepatnya pergi. Secangkir kopi dan sepiring gorengan menemani obrolan kami bertiga pagi ini.
Ku utarakan maksud hati Kepada paklik Bambang dan mas Zaenal, yah aku perlu tempat yang tak bisa dilacak orang dari kampungku.
Dan akhirnya paklik Bambang menawariku untuk tinggal sementara di tempat temannya di barat kota S, setelah menghabiskan kopi aku segera di ajak ke tujuan hanya berdua dengan paklik saja, sedangkan mas Zaenal pulang ke kampung sekalian memantau keadaan disana katanya.
Didalam perjalanan pagi ini suasana jalan raya tampak ramai oleh kendaraan yang lalu lalang, hingga akhirnya kendaraan roda dua yang di belakang kami menyalip ketat membuat laju kendaraan paklik oleng dan hampir saja terjatuh, untung paklik sudah lihai mengendarai kendaraan roda dua miliknya tapi tetap saja kendaraan yang tadi menyalip tertabrak juga oleh paklik, membuat pengendara tersebut menghentikan kendaraannya dan sempat meneriaki kami dengan ucapan yang lumayan membuat emosi paklik maupun aku sendiri naik, segera kendaraan di pinggirkan oleh paklik.
“ Woy!!! Matamu picek po cooeg!!! “
Teriak pengendara itu, kebetulan kami sama-sama boncengan kupikir dari pada paklik yang turun lebih baik aku yang turun.
Sebisa mungkin kutahan emosiku, jelas-jelas mereka yang salah malah dianya yang lebih galak,
“ Maaf mas bukannya sampean yang jalannya ngga bener ya” Kataku,
“Alah malah kakean mbacot koe coooeg!! “
Wuuzz... Buuugh!! Tiba-tiba orang itu memukul tepat mengenai pipiku sontak membuat ku terhuyung, kulihat paklik menghampiri kami tapi kutahan terlebih dahulu, aku merasa masih bisa menghadapi mereka.
Sekalian saja buat olah raga pikirku, lalu ku hampiri mereka berdua.
“Ho ho ho atermanmu marai gatel tok ndes! “ Pancingku ke kedua orang yang sudah merasa di atas angin itu, sedikit banyak aku merasa tenang karna di belakangku ada paklik Bambang yang kuyakin bisa dengan mudah melumpuhkan dua orang di depanku ini.
Mendengar ocehanku membuat ke dua orang itu semakin kesal saja, lalu orang tadi memukulku kembali menyerang dengan pukulan yang sama, jelas dengan mudah kuhalau serangannya menggunakan tangan kiriku.
Cukup sedikit menghindar dan mendorong lengannya, pukulan itu pun hanya mengenai angin dan “buuuugh!!” kuhadiahi dengan satu pukulan keras tepat di telinganya
Dia terhuyung ke samping sambil memegang telinganya yang memerah, kulihat temannya pun maju cepat-cepat ku tendang perutnya “buuugh!! “ Tendanganku Sukses membuat orang itu mundur beberapa langkah saat aku merangsek maju ingin menghajarnya, dari arah belakangku dia maju lagi ingin menyerang tapi na as aku menyadari pergerakannya, seketika kakiku menendang ke belakang,
“ Buuugh!! Blaaam!!” pas juga tendanganku di perutnya dan dia jatuh terjengkang.
Kembali ku serang yang satunya dan sempat adu pukul denganku, “buuugh!!” Aaargh... dan “ blaaam!! “ Dia jatuh terjengkang setelah kepalan tanganku memaksa dagunya mendongak keatas dan dia merintih kesakitan. Satu lagi pikirku, memang benar yang tadi terjatuh kini sudah berdiri tegak dan langsung menendangku membuatku terhuyung ke depan, untungnya aku tak tersungkur segera ku tegakkan badan dan berbalik menghadapinya dia sudah siap dengan serangannya, “ Buuugh!! Buuugh! Buuugh!!! “
Kembali jual beli pukulan pun terjadi cukup kuat memang orang satu ini, hingga satu pukulannya hanya mengenai angin dan ku manfaatkan keadaan
“ Buuugh!! “ Aaaargh!!
Yap tinju kerasku sukses mengenai ketiaknya dan lagi-lagi dia membalas dengan tangan yang satunya wuuzz... Lolos lagi dan “ Buuugh” Kini kedua ketiaknya sudah kudapatkan.
Orang itu pun meringis kesakitan dan masih mencoba menyerangku, tapi percuma saja pukulannya sudah tak bertenaga lagi bahkan dengan sedikit halauanku saja pukulannya menjadi sia-sia, ku akhiri pertarungan dengan tendangan kerasku tepat di atas perutnya dan selesai.
Dia jatuh bergulingan sambil memegangi dada, disaat satu temannya mencoba menyerangku tiba-tiba paklik menghadiahi orang itu dengan sekali pukulan dan dia jatuh terjengkang.
Aku tak sadar ternyata banyak yang menyaksikan perkelahian kami, lalu paklik mengajakku pergi meninggalkan lokasi dan melanjutkan perjalanan.
Paklik hanya tersenyum melihat aksiku, entahlah sepertinya dia memang menginginkanku seperti itu, Heeuuh.
Sampai di depan rumah yang lumayan besar dan asri paklik berhenti dan turun, setelah itu membuka kaitan pagar dan masuk ke dalam pekarangan rumah.
Belum sempat paklik mengetuk pintu tiba-tiba pintu terbuka dan muncullah wanita dewasa sepertinya seumuran dengan mbak Mar, Yaah sekitar dua puluh tujuh tahun lebihlah kira-kira.
Bedanya wanita ini lebih terawat dari pada mbak Mar, lalu paklik berbasa basi dengan wanita itu.
“ Eh mbak Dara, mas Yanto ada mbak? “
Ucap paklik pada wanita itu,
“Ada mas, sebentar tak panggil dulu, “
Jawabnya sambil tersenyum ramah ke paklik lalu dia berjalan masuk ke rumah nya,
“ Ooh njih mbak “ Dan paklik pun memanggilku sekalian menyuruhku memasukkan motornya.


BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd