Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Jendela Kenangan

Bimabet
Keren banget cerita nya suhu WD..
Andai ada epilog khusus buat POV Shina mungkin lebih lengkap dech..

Sampai² pingin bikin akun buat ngomentari thread ini..
Salam semprot suhu..
:jempol:
 
Membaca sebuah mahakarya itu sesuatu yang gak bikin bosan.. Makasih suhu sudah memberikan bacaan yg sangat berkualitas buat ane :hore:
 
Keren ceritanya suhu!
Tipe cerita yg ane demen nih, story with ss sebagai bumbu, soalnya kebanyakan cerita disini ss bumbu cerita
 
Ajibbb banget Suhu Will..
Thx atas semua karya karya yg mengagumkan...sukses selalu buat Suhu..
 
Seneng bener sama cerita om willdick gak terlalu banyak adegan sexs nya.
Tapi yang aku seneng karna sesama onepiece lovers
 
Seneng banget pas lagi nyari cerita bagus selama beberapa hari akhirnya ketemu juga cerita ini.
  • Sedikit unsur sex,
  • Alur cerita yang membawa pembaca,
  • Cerita yg diselingin dengan makna", dan
  • Pembawaannya yg gak terlalu buru".
Puas dah abis selesai baca nih cerita. Bukan cerita drama biasa yang cuma ngandelin drama sex aja, tapi ada pelajarannya juga. Satu kata terakhir

MANTAP
 
Jendela Kenangan

BAB X( Remember Me )



Malam menjelang pergantian tahun, aku dan Via sepakat untuk pergi bersama. Dan sesuai yang dia bilang, malam ini ada kejutan untukku. Berhubung masih ada sisa jet lag di kepalaku, jadi diputuskan Via yang menjemput dan menyetir mobil kali ini. Baru kali ini dia menjemputku lho, bener-bener spesial sepertinya nih.

Tepat pukul 7 malam, klakson mobil Via sudah bergema di depan rumahku. Ah dia sudah datang rupanya. Segera kubergegas menghampirinya lalu memasuki mobilnya, dan setelah masuk Via langsung menutup mataku dengan kain.

" Apa-apaan sih Vi " protesku

" Kan mau buat kejutan " ucapnya, lalu memasangkan headphone di telingaku, mana kenceng banget suaranya.

" Vi maksudnya apa sih ? " protesku kembali, entah dia jawab atau tidak karna aku sama sekali gak bisa dengar suara yang ada disekitarku, hanya suara musik yang sangat keras yang hampir merobek gendang telingaku. Aku hanya bisa pasrah saja menerima perlakuan yang gak biasa dari seorang Via.

Sekitar setengah jam aku berada dalam mobil, hingga Via menuntunku keluar dari mobil. Entah mau kemana ia membawaku, aku hanya bisa menunggu kejutan yang sedang dia siapkan. Tak lama dia mendudukkanku disebuah kursi, masih belum dibuka iketan pada mataku dan juga headphone yang menggema ditelingaku.

Hingga beberapa menit aku tunggu, akhirnya perlahan ia lepas headphone yang melingkar di kepala dan menutup telingaku. Terdengar suara-suara gemuruh orang-orang, sepertinya ini tempat ramai sekali. Dan ketika Via membuka ikatan yang menutup mataku, benar-benar membuatku terkejut hingga seluruh tubuhku bergetar hebat, tak mampu berbicara.

" Kamu masih inget gak kejutan pertamamu untukku, dihari ulang tahunku " ucap Via sangat gembira " Saat itu kamu mengajakku ke konser Shina lho, dan sekarang aku memberikan kejutan yang sama seperti yang dulu kamu berikan. Kejutan pertamaku untukmu " Via benar-benar riang, dan aku hanya bisa terpaku mematung menatap Shina mulai memainkan tuts piano oleh jemari lentiknya, sangat-sangat anggun dengan balutan gaun putih.

" Setelah dia sadar dari koma 3 tahun yang lalu, dia berlatih keras mengembalikan kemampuannya yang sudah 2 tahun gak digunakan. Hingga dia lupa dengan pertunangannya, hebat ya tunangannya bisa sabar nunggu Shina, dan kini setelah 3 tahun ia berlatih, ia mengadakan konser perdana setelah ia sadar, dan dikonsernya ini sekaligus sebagai launching album baru yang juga menandakan come backnya " ucap Via penuh semangat.

" Dan aku juga denger kabar, kalo di akhir konser akan ada pengumuman hari pernikahaan Shina dan tunangannya lho. Tapi sebelum pengumuman itu akan ada acara untuk penggemarnya yang memegang tiket patinum, Cuma 2 tiket lho " ucap Via kembali seraya menunjukkan 2 robekan tiket palatinum.

" Tadinya aku beli untuk aku tonton berdua dengan temanku, tapi berhubung kamu udah kembali, aku jadi berfikir bagaimana kalo tiket ini buat kamu aja sebagai kejutan. Tentunya setelah aku coba merayu temanku itu. He he he kejam ya aku " Via terus-terusan mengoceh, sedangkan aku masih sibuk dalam diamku menyaksikan pertunjukan Shina.

Rindu sekali rasanya melihat dia kini, perasaan hebat yang sudah terkubur selama 3 tahun ini muncul kembali, dan yang membuat aku terkejut adalah perasaan itu masih sama seperti dulu. Hingga sudah tak kupedulikan Via yang masih saja berbicara disampingku.

Sosok Via seperti meredup, kalah terang dengan sosok Shina yang asik dengan pianonya di atas panggung. Sesekali ia melemparkan pandangan kearah penonton yang mengelu-elukan namanya, dan sesekali pula ia melihatku tapi gak ada ekspresi seperti orang yang saling kenal. Sepertinya dia memang benar-benar gak mengenaliku.

Hah, tadi aku dengar mereka akan mengumumkan tanggal pernikahan. Ah tiba-tiba saja hatiku terasa sakit sekali, aku teringat kembali memori-memoriku bersama Shina dulu, walaupun memori itu diragukan oleh seorang psikiater. Tapi memori itu sangat jelas menari-nari di kepalaku kini.

Lagu demi lagu ia mainkan, semua lagu barunya gak ada yang tertinggal dan juga lagu-lagu lamanya yang dulu menjadi hits tak luput dari permainan jemari lentingnya. Kuhitung sudah 4 gaun ia gunakan, dari warna putih, hitam, hijau dan kini ia menggunakan gaun biru. Sangat-sangat anggun dimataku.

Tibalah saatnya acara bagi penonton pemegang tiket platinum, aku dan Via diminta menaiki panggung oleh Shina. Via menggandeng tanganku lalu bersama-sama naik keatas panggung.

" Heiii, wah kalian berdua pasangan yang serasi ya " sapa Shina ketika aku dan Via sampai diatas panggung, lalu menyalami kami dan menanyakan nama kami.

" Sam witcwiky " ucapku setengah bercanda, tersenyum kecut.

" Wow, bahaya donk, megatron bisa datang ke konserku nih " ucap Shina meladeni candaanku, ternyata sifat maniak filmnya gak pernah berubah.

" Tenang, aku kemari bersama bumblebe, tuh lagi parkir di laur " ucapku.

" wah, kenapa bukan optimus prime ? " ucapnya, senyum menyeringai di bibirnya, senyumnya masih sama seperti dulu, caranya berbicara, gerak tubuhnyapun sama, Cuma satu yang berbeda. Tatapan matanya, dari situ aku tahu kalo dia gak kenal sama aku.

" Aku gak tega dengan tukang parkir bila harus bawa kontainer " ucapku tertawa garing. Dan Shinapun juga ikut tertawa lebar.

" Oke sekarang saatnya kalian untuk meminta sesuatu dariku, tapi jangan aneh-aneh ya " ucap Shina.

Aku menatap Via " kamu aja duluan, kan ini kejutan buat kamu " ucap Via.

Aku berfikir sejenak lalu aku pandang wajah Shina, wajah yang dulu menghiasi hari-hariku " boleh aku memainkan lagu untukmu " ucapku.

" Oh ya, sangat boleh. Silahkan " ucap Shina bersemangat. Kemudian aku duduk di bangku depan piano yang tadi shina mainkan. Sebentar aku menoleh ke arah Shina, benar-benar bukan ekspresi dari wajah orang yang mengenalku, dia sudah lupa padaku, atau memang tak pernah kenal.

" Ini lagu untukmu, bukan lagumu tapi lagu orang lain, tapi yang jelas ini adalah lagu gembira, lagu kebebasan di atas samudra luas. Lagu ini seperti membawaku ke sebuah samudra, dimana aku bisa menemukan kebebasan, aku dapat mendengar suara paus biru di atas permukaan dan ikut menari bersamaku " Aku tatap tiap tuts-tuts piano itu, lalu kemudian jemariku mulai memainkan piano.

[video=youtube;T2zv1a9ltLk]

Bait demi bait aku mainkan, air mataku seperti mau keluar saat memori tentangnya berputar kembali diotakku. Dimana dulu dia menari disampingku saat mendengarkan lagu yang aku mainkan, dimana dulu dia dengan tingkah pecicilannya ketika nonton film, selalu membuatku emosi. Dimana dulu aku sering dengan mata yang masih setengah terbuka bela-belain nemenin dia naik ke atap rumah untuk menunggu bintang jatuh.

Aku pandang langit-langit gedung untuk menahan air mataku yang sudah menggedor-gedor kelopak mataku. Sebisa mungkin aku tahan agar gak meleleh mata ini, aku pejamkan mata sebagai upaya terakhirku menahan laju air mataku yang sudah mengumpul banyak dibalik kelopak mataku.

Tapi semakin dalam aku memejamkan mata, ingatanku tentang Shina semakin menusuk-nusuk menghujam jantungku. Perih semakin perih, seperti ada angin puyuh romel yang mencabik-cabik hatiku.

Semakin mendekati akhir dari bait-bait lagu, semakin perih jarum cinta yang menusuk kesegala penjuru hati. Dan aku akhiri lagu ini dengan hentakan keras pada tuts piano. Aku tertunduk diam untuk sementara, lalu berdiri dan berjalan tertunduk menuju Shina.

" tuk " aku sentuh kening Shina dengan kedua jariku lalu berjalan kembali melewatinya. Entah seperti apa ekspresi dan apa yang dipikirkan oleh Shina, Via dan juga orang-orang yang ada disini. Aku hanya melangkah pergi, menuju keluar dari gedung itu. Setelah sampai luar, aku stop taxi dan kembali kerumahku.

Ini lebih sakit dari sakit-sakitku sebelumnya, karna rasa ini lebih besar dari rasa-rasaku sebelumnya. Aku benar-benar mencintai Shina, mencintai sosok khayalan yang ada di dunia nyata, aku sudah gak bisa menahan laju deras air mataku, wajahku sudah basah dengan air mata. Nafasku sudah sangat sesak menahan semua ini, jantungku seperti melemah hingga aku gak yakin kalo sekarang masih ada detaknya.

Sesampainya dirumah, terdengar sayup-sayup suara TVku menyala, perasaan tadi aku gak nyalain TV deh sebelum berangkat. Aku buka pintu rumahku, aku terkejut melihat Shina sedang asik nonton film, duduk manis di sofaku.

" Hei Sam, kok udah pulang, kan malem tahun baru " ucapnya menyapa kedatanganku.

" Iya, lagi males " jawabku asal dari balik pintu.

" Ya sudah sini nonton sama aku aja, bete nih sendirian nonton " ucapnya menepuk-nepuk sofa.

Aku berjalan menuju sofa menghampirinya, tapi sebelum sempat aku duduk, sosok Shina tiba-tiba menghilang, dan TVku ternyata gak menyala. Ternyata hanya sebuah bayangan saja, berarti benar yang aku alami selama ini hanya sebuah hayalan semata.

" AAAAkkkkkhhhhh " teriakku sekuat tenaga, aku melaju menuju TVku

" bruak...bruak...bruaak...prang...prang...prang " berkali-kali aku layangkan tinjuku ke layar kaca hingga pecah berkeping-keping. Gak terasa darah mulai bercucuran keluar dari kepalan tanganku, kaca-kaca tertancap di tanganku.

Setelah puas meluapkan segala rasa perihku, dengan nafas tersengal perlahan aku mundur, sampai tubuhku terhempas bersandar dikursi. Nafasku masih berat memandang layar kaca yang sudah hancur berantakan. Kacanya berhamburan ke lantai. Aku tertunduk lemas, air mataku masih saja terus menetes tak terbendung lagi.

" Ada yang seishin bisa bantu " terdengar suara yang gak asing dari arah pintu rumah. Aku arahkan pandanganku menuju pintu, ah bayangan Shina kembali muncul, tersenyum manis kearahku.

Aku sudah gak peduli dengan bayangan itu, hanya menimbulkan rasa sakit yang tak terkira saja bila membiarkan hayalan itu terus merasuki hidupku. Kini bayangan itu pergi berlalu menuju ruang tengah, entahlah. Tak lama kemudian bayangan itu kembali dengan membawa baskom berisi air, handuk kecil dan juga peralatan P3K.

Lalu duduk di sebelahku, diraihnya tanganku perlahan, kemudian membersihkan luka ditanganku serta memcabut beling-beling yang menancam di tanganku, dengan sangat perlahan. Setelah itu tanganku dibasuh oleh handuk yang telah direndam air hangat, lalu dikeringkan. Setelah kering tanganku dibalut oleh perban. Setelah selesai bayangan itu menatapku dan tersenyum padaku. Ekspresi yang sudah lama aku rindukan, tapi cepatlah hilang dari hadapanku, hanya membuat sakitku semakin perih saja.

" Sam " lantunan suaranya menggetarkan jantungku yang tadi sempat berhenti. Bayangan itu menoleh ke arah layaran TV dihadapanku, dia nampak terkejut lalu kembali menatapku dengan pandangan yang bengis. Matanya melotot tajam kearahku, aku coba mengacuhkan semua hayalan ini.

" Ckrekkk " tiba-tiba bayangan itu mencengkram erat tanganku yang terluka. Sakit...kenapa aku merasa sakit.

" Kenapa kamu hancurkan TV itu, kamu tau kan kalo TV itu sangat bersejarah buat kita Sam, dan kini kamu dengan mudahnya menghancurkan TV bersejarah itu " ucap bayangan itu agak keras.

Nafasnya terdengar berat, dia nampak berdengus kasar " kamu itu SANGAT....SANGAT...SANGAT SANGAT...SANGAT...SANGAT SANGAT...SANGAT...SANGAT SANGAT...SANGAT...SANGAT " suaranya makin meninggi, begitu pula cengkraman tangannya dilukaku makin kencang.

" Sangat...sangat...sangat " kini volume suaranya menurun, begitu pula cengkramannya makin melemah hingga terasa lembut.

" Sangat....sangat...sangat kucintai " langsung ia memelukku sangat erat, terasa sekali kelembutannya.

" Maaf Sam aku telah melupakanmu " ucapnya diselingi tangis yang langsung pecah, diiringi getaran hebat pundaknya " Selama 3 tahun aku merasa ada sesuatu yang menari-nari diatas kepalaku, aku sangat ingin tau apa itu, aku sangat yakin kalo itu adalah hal yang indah. Makanya aku menunda-nunda pernikahaanku sampai aku tau sesuatu itu apa " ucap Shina, suaranya semakin terdengar lirih.

" Dan tadi saat kamu mainkan lagu itu...lagu yang dulu sering kamu mainkan untukku, sesuatu yang selama ini melayang-layang masuk ke dalam kepalaku. Terlebih saat kamu menyentuh keningku dengan kedua jarimu, seperti yang dulu sering kamu lakukan padaku " Shina terdiam sejenak mengatur nafasnya yang tersengal " Sekarang aku tau sesuatu itu adalah semua memoriku tentangmu, semua perasaanku untukmu, dan semua perasaanmu untukku " sambungnya.

Aku lepaskan pelukannya, aku geser posisi dudukku agak menjauhinya " Kamu itu Cuma hayalan aku, kamu gak nyata, kamu Cuma imaginasi aku saja. Ahhh sindrom ini semakin parah saja " ucapku kesal

" Aku nyata Sam, ini aku dapat menyentuh apapun yang aku mau " ucap Shina seraya menyentuh semua benda yang ada disekitar kami.

" Gak.. kamu gak nyata. Kata psikiater itu aku terkena sindrom dream women " ucapku masih gak percaya.

" Psikiater ? "

" Iya, psikiater "

" Pasti kamu pergi ke dukun Sam "

" Gak.. aku pergi ke psikiater satu hari setelah hari kesadaranmu " ucapku mulai meninggi

" Jadi sekarang kamu lebih percaya dukun itu daripada aku " ucap Shina tak kalah keras. " Kalo kamu masih gak percaya, aku akan edo tensei Sauron dan menyuruhnya untuk mengutukmu menjadi gollum " ancamnya. Aku menatapnya tajam, terlihat sinar wajahnya yang begitu menyilaukan, apa benar ini nyata.

" Shina..." ucapku pelan seraya tanganku ulurkan ke wajahnya. kusentuh wajahnya pelan, sangat lembut.

" Iya aku Shina, yang sering kamu panggil seishin. Aku benar-benar nyata Sam, kamu harus percaya padaku Sam " ucap Shina. Ya ini benar-benar nyata, hatiku bisa merasakannya.

Aku raih pundaknya dan kupeluk erat tubuhnya. Hangat, kehangatan yang dulu ia berikan padaku, kini kembali lagi. Aku yakin ini adalah Shina, dia nyata dan yang selama ini aku alami adalah kenyataan. Air matakupun kembali mengalir, bukan air mata kesedihan tapi air mata kebahagiaan.

" Shina " ucapku melepas pelukan kami " Apa kamu mencintaiku ? " tanyaku

" Banget " jawabnya " Kamu ? " tanyanya balik.

" Lebih dari banget " jawabku

" Kok banyakan kamu sih " protesnya.

" Iya donk, nama aku kan Samudra, jadi apa yang aku rasakan seluas Samudra " ucapku

Shina terseyum manis seraya menyeka air mataku dan juga air matanya " Sam, seharusnya para pujangga menciptakan satu kata baru..satu kata diatas kata cinta....diatas kata sayang. Satu kata yang artinya lebih, karna kata cinta saja, gak cukup untuk mengungkapkan perasaanku ke kamu. Dan kata sayang saja, sudah terlalu mainstream untuk diucapkan pada orang yang sangat berharga bagiku " ucap Shina.

" Shina, kamu tuh hal terindah untukku " ucapku

" kamu masih ingat tentang soal-soal kehidupan ? " tanyaku, Shina hanya mengangguk " Kamu tau gak saat kamu sadar dan gak ingat denganku sama sekali, aku menemukan soal nomor dua " sambungku.

" Apa itu Sam ? "

" Apa yang kita lakukan jika Tuhan mengambil hal terindah darimu " ucapku menjelaskan.

" Lalu, apa kamu mendapatkan jawabannya ? " aku menggeleng pelan

" Selama 3 tahun aku mencari jawabannya tapi gak mendapatkannya juga. Karna gak ada kamu disisiku, bukannya kita udah sepakat untuk mencari 10 soal dan 10 jawaban bersama " aku menghela nafas sejenak, menatap indah binar matanya " selama 3 tahun aku merasa berjalan sendirian, melalui badai dan gelap yang sangat menusuk dihatiku " sambungku.

Sontak saja Shina langsung memelukku kembali, kali ini lebih erat dari sebelumnya " Kamu gak akan berjalan sendirian lagi Sam, aku akan selalu menemani langkah-langkahmu menerjang badai dan awan gelap. Yakin Sam pada akhir badai akan ada langit emas, serta lagu perak manis yang kuciptakan untukmu " ucap Shina diselingi isak tangis.

" Aku akan berhenti dari duniaku saat ini, aku tetap akan berkarya. Aku hanya berhenti mempersembahkan karyaku untuk orang-orang. Aku hanya ingin mempersembahkannya untukmu Sam " ucap Shina kembali.

" Sekarang aku sudah menemukan jawaban soal kedua bersamamu Shin " ucapku seraya melepas pelukan kami

" Apa itu Sam ? "

" Apa yang aku lakukan saat hal terindah dalam hidupku di ambil oleh Tuhan ? " aku ulangi soal itu " Aku hanya perlu bersabar, karna Tuhan mengambil hanya untuk memperindah, setelah jauh lebih indah maka akan dikembalikan padaku " ucapku.

" Dan sekarang dapat aku lihat, kamu yang jauh lebih indah dari yang dulu. Kamu bukan lagi sesosok gadis bayangan, bukan lagi arwah pecicilan, bukan lagi sebangsa lelembut, bukan lagi sejenis mahkluk astral " terlihat wajah Shina yang sedikit kesal mendengar berbagai macam julukannya dariku. " Tapi sekarang kamu adalah Shina seutuhnya, yang sangat anggun dan mempesona, yang begitu indah jauh lebih indah dari yang dulu pernah aku lihat " ucapku, kini wajahnya bersemu merah.

" Masih ada 8 soal lagi yang mesti kita dapatkan dan jawab " ucap Shina

" Ya, 8 soal lagi akan kita dapatkan saat kita menikah " ucapku.

" Kok gitu Sam ? "

" Karna pernikahan adalah sesuatu yang kompleks " ucapku meniru ucapan Shina dulu.

"Emang kamu mau nikah denganku Sam ? "

" Aku pengen sih nikahin kamu, tapi kamu mau gak nikah denganku ? " tanyaku balik

Shina langsung memelukku erat " Mau banget sam " isak tangis mulai terdengar kembali

" segel aku kan udah rusak " ucapku

" Gak guna, gak ngaruh, gak ngefek " ucapnya.


Dan akhirnya kami putuskan menikah 3 bulan setelah pertemuanku kembali dengan Shina. Kami sepakat untuk tidak menceritakan kisah kami, karna kami gak yakin kalo orang-orang mempercayai kisah kami. Biarlah mereka berspekulasi dengan perkiraan-perkiraan mereka sendiri. Untuk masalah janjiku pada Via, ah itukan bunga palsu jadi aku gak terlalu memikirkannya, dan aku juga gak yakin dengan hatiku dan hatinya saat ini. Lagi pula ia bisa menerima keputusanku dan sangat mengerti, walaupun terlihat dia sedikit kecewa saat aku dan Shina menjelaskan. Tapi hubungan kami tetap baik kok, aku dan Shina suka berkunjung ke rumahnya sekedar bersilahturami.

Untuk Marshal, dia juga bisa menerima walaupun dengan sejuta pertanyaan melanda otaknya dan sedikit ada rasa marah pada aku dan juga Shina. So, Shina juga gak terlalu yakin padanya, seperti yang dulu pernah diutarakannya padaku.

************************************************** ***

Hari yang kami tunggupun tiba...hari pernikahan aku dan Shina. Pesta dilaksanakan dirumahku, karna takut banyak wartawan yang hadir bila pesta dilaksanakan dirumah Shina. Tidak terlalu mewah dan undanganpun tidak terlalu banyak. Hanya keluarga, kerabat, tentangga serta teman-teman dekat kami saja yang diundang.

" Shinaaaa, selamet yaaa " ucap seorang wanita lalu memeluk Shina.

" Lo kesini sendirian Vik, katanya sama cowok lo ? " tanya Shina pada wania itu

" Gak kok, nih sama coooooww.... " ucap wanita itu tertahan, celingak celinguk sepertinya mencari pria yang datang bersamanya. Dan wajahnya terlihat geram ketika melihat seorang lelaki sedang asik menyendok makanan kepiring yang ada di tangannya.

"Woooiii Dra udah ngetem aja sih lo di tempat makanan, sini salaman dulu sama penganten " teriak Wanita itu kepada sang pria. Dan pria menoleh lalu tersenyum tengil, kemudian berjalan menuju pelaminan tempat kami berada.

" Selamet ya " ucap pria itu menyalami aku dan Shina.

" Taruh dulu napa tuh makanannya " protes si wanita.

" Nanti diambil orang " ucap si pria mengeles.

" Masih banyak lagi stoknya " wanita itu mulai berang.

" udah-udah jangan berantem. Kapan nih kalian nyusul ? " tanya Shina kepada mereka

" Heh ditanyain tuh Dra, kapan kita nyusul " ucap si Wanita seraya menyenggol lengan pria itu.

" Nyusul kemana ? " tanya pria itu sedikit bloon.

" Nyusul mereka ke pelaminan gini nih " ucap si wanita itu.

" Nah nih kita udah nyusul kan " bener-bener bloon tuh pria.

" Lo gak peka banget sih, maksudnya tuh kapan kita merit " ucap si Wanita emosi tingkat tinggi.

" udah ah banyak yang ngantir tuh mau salaman " ucap pria itu dengan mudahnya, lalu menuntun si wanita turun dari pelaminan.

Nampak seorang gadis datang menghampiri kami " Selamet ya kak Shina " ucap gadis itu.

" Makasih lho Ve udah jauh-jauh dari luar negri untuk dateng ke acaraku " ucap Shina mencium pipi gadis itu. " Eh kayaknya kamu tadi dateng sam cowok deh " sambung Shina.

Padangan gadis itu nampak berkeliling sekitar area pesta " Hei Barraaaaa, mau sampai kapan kamu mengintrogasi orang-orang yang ada disini, sini salaman dengan penganten dulu " ucap gadis itu kesal saat melihat sang lelaki sedang menodongkan pistol serta menanyakan sesuatu ke para tamu, entah apa itu yang ditanyakannya.

Tak lama si lelaki itu menghampiri kami, tapi bukannya salaman, lelaki itu justru mengutak-ngatik karangan bunga di pelaminan kami. Terlihat wajah dari si gadis emosi level akut. " baguslah gak ada hal yang membahayakan " ucap si lelaki.

" Memang gak ada yang membahayakan Barrraaaaa " ucap si gadis setengah mendengus kasar.

" Keamanan disini sangat lemah, hanya dijaga oleh 3 orang amatir "

" Ini bukan di negara kita Barra " masih emosi

" Kamu terlalu paranoid Ve "

" Kamu yang paranoid bodooohhhh jebrat...jebrettt...jebrooott " hantaman tinjupun tak dapat dihindari lagi.

Kenapa tamu-tamuku aneh begini sih, huufftt. Dan kini saatnya untuk melempar karangan bunga. Shina sudah bersiap membelakangi para tamu, dan para tamu sudah berkumpul dibelakang Shina siap memperebutkan karangan bunga itu.

" 1...2...3 " karangan bungapun dilempar kearah belakang, tinggi lumayan tinggi dan turun setelah mencapai ketinggian maksimal

" duarr...duar...duar " rentetan peluru menembus karangan bunga hingga hancur berantakan, semua tamu kecewa kecuali.

" Huh ternyata bukan bomb "

" Baarrrraaaaaa jebrat...jebrettt...jebrooott.. jemprang... jemprungg...jeduarrrrrr "

" Dasar cowok gak peka banget sih "

" Huft untung gw gak ikut main rebutan, mending juga makan disini "

************************************************** ***************

Setelah pesta seharian yang melelahkan, tibalah saatnya kami melakukan apa yang biasanya para penganten baru lakukan. Malam pertama, walaupun hehehehe

" Aku grogi nih Shin " ucapku

" Halah udah main sama 2 janda aja belaga grogi " ledek Shina

" Yang 1 belum janda lho " protesku.

" Terserah, sini donkkk sayang " rengek Shina

Akupun menghampiri Shina yang duduk dipinggir ranjang, aku belai rambutnya lalu aku kecup keningnya. Wangi tubuhnya merasuk dan bercampur dengan darahku. Kukecup pipinya, dagunya lalu bibirnya. Lembut sekali dan sangat harum, seperti melayangkanku ke langit 7 bidadari.

Kubelai mesra tubuhnya, perlahan aku baringkan tubuh indahnya diatas ranjang. Aku terobos bibir tipisnya dengan lidahku, dan disana disambut dengan geliat mesra lidahnya. Kami saling pagut, saling bersilat lidah.

Sedikit demi sedikit aku buka gaun yang membungkus tubuhnya, terlihat wajahnya nampak merah merona, dipalingkan wajahnya ketika aku menatapnya, huh dasar perawan. Oohh indah sekali ketika seluruh kain yang menutup tubuhnya terlepas, lebih indah dari 2 wanita yang pernah kujamah.

" Curang " ucap Shina pelan, aku mengerti maksudnya. Langsung aku buka seluruh pakaian yang menutupi tubuhku. Diliriknya sebentar tubuhku lalu memalingkan muka dengan wajah yang sangat merah merona.

Aku jelajahi seluruh tubuhnya dengan lidahku, mulai dari leher jenjangnya yang membuat seluruh bulu ditubuhnya berdiri. Lalu menuju payudara indah nan kencang dengan puting yang masih berwarna merah mudah dan mungil. Terdengar desahan ketika lidahku bermain-main diputingnya serta jemarimu meremasi payudaranya.

" Ouugghh enak banget Sam " erang Shina, jemarinya mulai menjambaki rambutku.

Aku turunkan jilatanku menuju pusarnya, Shina menggelinjang pelan. Setelah itu aku turunkan kembali menuju Vagina yang tak ditumbuhi bulu, berwarna pink merekah.

" Ooouuggghhhhh " erang Shina kembali, tubuhnya menggelinjang saat lidahku menyapu bibir vagina indahnya. Jemariku mulai merayap menuju bongkahan indah di dadanya. Makin membuatnya menggelinjang tak karuan.

Setelah puas bermain-main di vaginanya, aku naikkan tubuhku dan memposisikan penisku tepat di bibir vagina Shina. Perlahan aku coba masukkan penisku, Shina nampak memejamkan matanya berusaha menahan perih yang akan terasa. Butuh tenaga ekstra untuk melakukan penetrasi pada vagina perawan yang satu ini, upaya pertama gagal, kedua gagal dan barulah yang ketiga berhasil diiringi jeritan pelan tertahan dari Shina.

Setelah masuk semua, aku biarkan diam sementara agar vaginanya dapat beradaptasi dengan penisku. Terasa vaginanya meremas-remas penisku walau belum ada gerakan dari penisku. Saat aku lihat sudah tidak ada ekspresi kesakitan dari Shina, barulah aku maju mundurkan penisku dengan perlahan.

Kembali Shina meringis pelan, tapi aku tetap maju mundurkan dengan sangat hati-hati. Dari jeritan kesakitan kini berubah menjadi erangan kenikmatan, Shina mulai ikut menggoyangkan pinggulnya, mengikuti ritme penisku.

Aku lumat kembali bibir manisnya, dan Shinapun membalas tak kalah lihai. Shina sudah mulai dapat mengikuti permainanku, gerakan pinggul kami semakin lama semakin kencang hingga tak terkendali lagi.

Erangan-erangan erotis keluar dari mulut kami hingga menggema keseluruh ruangan. Shina lebih liar sekalinya kenal dengan yang namanya seks, cakaran serta jambakan tangannya mulai berhamburan menahan desiran nikmat yang kami rasakan.

Hingga terasa vaginanya berkedut lebih hebat, dan peniskupun juga mulai berdenyut. Hentakan-hentakan kelamin kami semakin kencang hingga menimbulkan efek suara yang makin membuat kami terangsang " Ooooouuuggggggghhhhhhhhh sssssshhhhh aaaaaaaaakkkhhh " erang kami berbarengan ketika lendir-lendir kenikmatan berhamburan keluar kelamin kami.

Aku pandangi wajah cantiknya, kami saling pandang. Terlihat nafas Shina yang tersengal, hingga deru nafasnya terasa lembut menyentuh wajahku, saat penisku mengecil dan keluar dengan sendirinya dari vaginanya saat itu aku baringkan tubuhku disampingnya lalu memeluknya erat.

************************************************

Dan sampai sekarang aku gak tau definisi sesungguhnya dari kesetiaan. Apa yang aku alami selama ini gak bisa aku bilang sebagai penghianatan ataupun kesetiaan. Tapi buat aku kesetiaan hanyalah sebuah efek dari tulusnya cinta. Cinta yang tulus gak akan ada yang bisa memisahkan, bahkan kematian sekalipun, justru kematianlah yang akan menyatukan cinta yang tulus dalam keabadian.

--------------SELESAI--------------​
Satu kata......Keren banget nih cerita
 
Meskipun udah tahunan lalu membacanya dan kembali dibaca lagi pun tetep istimewa ceritanya..memang sebuah mahakarya
 
Ijinkan saya komen di cerbung yg menarik ini. Dgn minimnya adult scene, terbuktilah ternyata pembaca terbawa alur cerita.
Trm kasih buat suhu. Semoga sehat selalu
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd