Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Joni Kroco™: Revolution

kemana nich kang joni .... :((
udah mau tahun baru nich .... :baris:
 
wah tak kiro wes tamat bang joni,ng nyatane ijeh lanjut.......mantepundefinedijin moco bang
 
Cak Jon ngendhi iki? Sik ngeden kethoke...mengko metu sisan langsong nganti tamat
 
Yang sebelah uda tamat, kayanya bentar lagi si Oom bisa fokus di sini..

Semangaat Joonn !! 🍺
 
Lanjut terus jon ente memang freeman valing varokah seneraka
 
Lanjutin dong suhu . . sayang cerita nya mandek . . Semoga RL baik2 saja
 
Goro goro joni gak metungul metungul sandal swalowku ngasi di colong wong, sidane tuku meneh tapi new era wae, siapa tahu joni ganti sandal jadi new era . Ndang di up dong
 
Bimabet
2. Joni Kroco dan Darah Sang Penjagal

"LAMBAT!!!" tabokan segede karung beras raskin melayang ke arah gw.

Sigap, gw menghindar ke belakang. Sarung tinju yang bisa bikin Teletabis goler itu lewat di depan muka gw.

Jab kanan menyusul masuk diikuti hook kiri yang melayang tanpa jeda, memaksa gw mengangkat kedua tangan demi melindungi muka. Tenaga bukan manusia yang berasal lawan sparring gw membuat kuda-kuda gw goyah. Lengah, body shot masuk pada tulang rusuk.

─Keras.

Gw meringis menahan nyeri yang menyebar dari otot-otot abdomen.

Pukulan jab menusuk cepat sebagai penutup. Menghujam tepat ke arah kepala gw.

Backstep cepat adalah satu-satunya jalan. Gw harus menjauh dari serangan Ondel-ondel baru lepas yang cuma senyum-senyum najong karena dari tadi gw cuma menghindari serangannya.

"Kenapa, Jon? Elu kagak seperti biasanya?"

Namanya Wagimin alias Macan. Mantan anggota Pasukan Khusus cum anggota Geng Motor yang sekarang jadi mertua gw. Pendekar Sakti. Mukanya serem kaya Mad Dog . Rambutnya gondrong kaya bulu bulu idungnya. Hobby ngebacokin polisi tidur di jalan. Satu-satunya sisi lembut si Wagimin adalah dia masih ikutin Bona dan Rong-rong, dan sedih banget waktu Rong-rong menghilang diculik Ratu Kidul.

Satu hari di Malem Senin Wage biasanya kami Sparring di Dojo keluarga. Sebuah Ring Tinju yang biasa gw pake sehari-hari udah menjadi saksi gimana gw digebukin selama satu tahun terakhir ini.

Macan dengan sarung tangan merah dan celana hitam. Gw dengan sarung tangan biru dan celana Hello Kity.

Tersenyum najong, Macan memasang kuda-kuda. Sepasang matanya bergerak mengintai setiap pergerakan gw bak Harimau Pemburu yang mengintai buruannya.

Satu kelebatan cepat. Dalam satu sentakan kaki Macan memperpendek jarak. Refleks gw melepas pukulan cepat yang dengan mudah ditepis dengan sarung tinju.

Hook kiri melesat dari bawah. Cepat. Gw nggak sempat menghindar.

Kepalan sarung tinju itu bersarang pada rahang gw.

Muka gw kerasa kebas. Gw masih bisa berdiri. Tapi Macan sepertinya sedang tak ingin berbaik hati. Satu jab dan dua hook full contact membuat gw terpaksa memblok dengan lengan, tapi ketika uppercut-nya mendarat di dagu, kepala gw keliyengan.


|XII|

"Payah," desis Macan, waktu gw membasahi wajah gw yang bonyok-bonyok digebukin ma preman. "Setahun kagak dibikin sekuel, cuma segini perkembangan lu?"

"Entahlah, Bang...."

"Panggil gua Babe, bangsat!" gw dikemplangnya.

Kadang gw lupa Mamang-mamang yang dulu sering gw ajak ngerampok Indomaret ini sekarang jadi Mertua gw.

"Elu kehilangan tujuan, Jon?"

Macan mengayunkan kepalannya.

"Gua kasih lu tujuan hidup, Jon...." mukanya mengeluarkan ekspresi greget.

"Kalahin gua dan Sahal," ia memasang kuda-kuda. "Jadi Pembunuh Nomor Satu di Dunia!!!"

Kali ini Macan tak berniat mengurangi kekuatan. Mengerahkan Ilmu Kanuragan, Prana tenaga dalam yang memenuhi otot-otot kekarnya membuat Pendekar Sakti itu melesat dalam kecepatan yang tak sanggup ditangkap oleh mata telanjang

─ serangan datang.

Adrenalin yang membanjiri pembuluh darah membuat otak gw bekerja ribuan kali lebih cepat dan mempersepsikan tinju Macan dalam gerak lambat. Gw berhasil menghindari serangan pertama, tapi Macan ibarat predator apeks yang tidak kehilangan buruan. Matanya melotot gahar. Kaki-kakinya memijak cepat, mengimbangi footwork gw dan nggak menyisakan ruang buat gw melarikan diri.

Terpojok, serangan kedua mendarat tepat di wajah.

─gelap. Tinju ketiga dan keempat bergerak menghantam membuat gw nggak bisa melakukan apa-apa selain bertahan dengan kedua lengan yang diangkat di depan kepala. Kekuatan Ilmu Kanuragan Macan yang bisa merobohkan seekor badut Oppo itu membuat kepala gw terasa ringan.

Serangan terakhir.

─gw merasakan hawa pembunuh.

Macan nggak berniat mengurangi tenaga!


|XII|

Hening.

Telinga gw nggak bisa mendengarkan apapun.

Bahkan detak jantung gw sendiri seolah nggak terdengar lagi.

Dari persepsi gw, waktu seperti berhenti total.

Lapang pandang gw melebar.

Dan kelima Indera dan refleks gw bereaksi lebih cepat dari biasa.

─sudah lama sekali gw nggak merasakan sensasi ini.

Near death experience....

Sensasi yang justru membuat seringai dingin di bibir gw melebar.


|XII|

Tepisan tipis ditambah sentakan kaki, gw mengelak dalam liukan cepat ke samping. Gw bisa merasakan serangan fatal itu berkelebat disamping kepala. Tenang. Gw tunggu saat Macan menarik lengannya untuk melayangkan jab cepat ke arah rahang.

Sekejap mata, Macan menahan dengan kepalan. Reputasi sebagai Pembunuh Terbaik ABRI membuat pendekar itu menyambut serangan gw sambil menyeringai greget. Tapi gw tahu gw belum selesai.

Ada amarah yang mendadak muncul bersama ayunan tinju gw yang kedua. Amarah yang membuat tenaga dalam gw dipompa pada otot-otot lengan yang membuatnya membesar dan terasa membara. Gw bahkan bisa melihat uap panas ketika serangan gw mengayun tepat di ke arah muka.

─Nafsu membunuh yang primal.

Tak berniat menghindar. Macan menyarangkan tinju berkekuatan setara.

Gw tersenyum.

Menyambut dengan pukulan.

Sarung tinju yang mendarat di muka gw adalah yang terakhir gw lihat sebelum kepala gw keliyengan.


|XII|

Kepala gw pusing macam habis ngisel Lem Aibon. Tapi gw bisa mendengar suara kekehan Macan yang mencoba bangkit, sambil mengusap bibirnya yang bonyok.

Tangannya mengulur, menarik gw bangun.

"Elu nggak bisa ngebohongin diri lu sendiri...., Jon," kekeh Macan bangga.

Gw menuang sebotol Kangen Water untuk membersihkan darah di mata gw.

"Elu memang bisa memilih buat hidup normal, cari bini dan beranak... tapi apa yang ada di sini, Jon," Macan menepuk dada gw. "Tapi apa yang ada di sini.... Sampe kapanpun elu nggak bakal bisa ngebohongin apa mengalir dalam darah lu."

"Alkohol... Micin... residu lem kayu...," sahut gw asal.

Macan ketawa kecil.

"Darah Sang Penjagal....."


|XII|

Sang Penjagal adalah julukan bokap kandung gw. Mantan Anggota Pasukan Khusus ABRI, Detasemen Black Ops Kirikumi, Babe Sahal nggak pernah gagal mencabut nyawa buruannya. Pasukan Khusus Israel, Pemberontak Fretilin, semua berhasil dibuatnya menghadap Malaikat Kubur.

1999. Setahun pasca reformasi. Bokap gw dikhianati oleh atasannya. Dia difitnah. Keluarganya dihancurkan. Istrinya diembat. Bahkan gw, anak satu-satunya diperintahkan untuk disingkirkan.

Macan adalah orang yang ditugaskan untuk menghabisi keturunan Sang Penjagal. Nggak tega membunuh darah daging sahabatnya, Macan desersi dan menitipkan gw pada Saipul Mualim, teman seperguruan sekaligus tokoh Masyarakat Betawi untuk melindungi gw dari masa lalu bokap gw.


Masa kecil gw keras. 21 tahun gw dibesarkan sama Ipul, tokoh Ormas garis keras. Gw luntang lantung. Jadi anggota geng motor dan begal. Sampe akhirnya satu tahun lalu, gw berhasil membuktikan jati diri gw. Bagai Herakles yang menyelesaikan 12 tugas dan diangkat ke Olympus. Gw merangkak dari Preman kelas Kroco sampe posisi gw sekarang. Gw mendapatkan kembali apa yang seharusnya menjadi hak gw.

and here I am.



|XII|


Air hangat yang mengucur dari shower meninggalkan jejak basah di guratan-guratan otot gw. Latihan fisik ditambah stat VIT dan STR yang dinaikin ampe mentok membuat tubuh gw yang dulu cungkring sekarang dipenuhi bundel-bundel otot padat dan perut sixpek kek Jojo Suherman.

Habis latihan jam 10 malem. Mudah-mudahan gw masih sempet nonton Liga Dangdut di Indosiar, batin gw waktu ngelihat bayangan di depan Dojo. Macan? perasaan dia udah balik duluan setelah kami mandi bareng sambil memamerkan bentuk otot perut dan panjang titit masing-masing.

Siapa? Masih handukan, gw keluar.

Ternyata Beatrix. Bodyguard gw itu menunggu di luar Dojo.

Hujan gerimis. Matanya berkaca-kaca. Kenapa? tanya gw.

"Bos Joni. Ada kabar duka."

"Kabar duka nape sob? Arsenal kalah lagi? udah biasa mah."

"Ayah anda. Tuan Sahal. Meninggal dunia."

"Innalillahi. Meninggal kenapa?"

"Keracunan coki-coki kadaluarsa."



To Be Contijon!!!
Izin matok hu, biar ga ketinggalan updatean
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd