Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kampung Kolor (KK)

Status
Please reply by conversation.
Terimakasih banyak atas responnya Om...
Maaf gak bisa balas satu persatu Om, tapi saya sangat berterimakasih atas responnya yang luar biasa untuk pemula seperti saya.
Kalau gak ada halangan saya update setiap hari, di pagi hari.
Mohon kerjasamanya untuk selalu mendukung cerita ini, n saran2 yg positif tanpa menjatuhkan penulis.
Untuk foto pemerannya, silakan kalian bayangkan sendiri, dengan imaginasi kalian.
Seharusnya kampung kkk nih suhu wkkwkw :Peace:

Btw kapan nih dimulai dari kemarin kentang goreng melulu tapi kl demi alur bagus kaha apa deh ikut aja am suhu xd

And kl bisa 3 serangkai bajai di masuki juga suhu :ampun::ampun:
Untuk 3 serangkai itu, bisa saja saya masukan om, tapi saya bingung karakternya, n ceritanya mau d Bawak kemana, kalau ada ide silakan PM saya. Kalau karakternya menarik n tidak bentrok dengan karakter lainnya, akan saya masukan.
 
Ceritanya makin smooth, mengalir seperti sebuah kisah nyata.
Pertahankan suhu, boleh menyerempet ke SARA tapi hanya menyerempet jangan kelewatan. Kalau ustadz atau ustadzah rada bitchy gak masalah.
Jangan keterlaluan kayak ML di atas sajadah, terkesan gak real dan memaksakan.
Kalau cerita ini udah bagus, keep update aja. Udah ditungguin tuh...
 
Ceritanya makin smooth, mengalir seperti sebuah kisah nyata.
Pertahankan suhu, boleh menyerempet ke SARA tapi hanya menyerempet jangan kelewatan. Kalau ustadz atau ustadzah rada bitchy gak masalah.
Jangan keterlaluan kayak ML di atas sajadah, terkesan gak real dan memaksakan.
Kalau cerita ini udah bagus, keep update aja. Udah ditungguin tuh...
Pasti Om, gak akan sampai sejauh itu...
Kalaupun nanti agak menyerempet, silakan tegur saya melalui PM, jangan d kolom komentar, karena itu akan memancing para haters untuk menghakimi penulis.
Belajar dari pengalaman.
Hehehe...
 
Pasti Om, gak akan sampai sejauh itu...
Kalaupun nanti agak menyerempet, silakan tegur saya melalui PM, jangan d kolom komentar, karena itu akan memancing para haters untuk menghakimi penulis.
Belajar dari pengalaman.
Hehehe...

Kalau ceritanya begini udah bagus, gak ada yang diperlu dihakimi apalagi di-hate-in.
Forum seperti ini masih ada haters juga ya, padahal cuma mau cari senang aja di sini.
Dulu ane banyak buat subtitle di subscene, gara2 direcokin mulu jd malas buat lg.
Makanya para haters di sini, jgn reseh tar para penulis malas buat cerita lagi.
Lanjut update suhu...
 
Moga semua2nya lancar jaya ya om....heee semangat om ente emang super dah
 
Met pagi suhu..
Segera di jemur kolor nya suhu..:D
:Peace:
 
Terakhir diubah:
Sudah beberapa hari ini Rayhan merasa tidak tenang, ia takut bertemu dengan Mbak Dwi, takut kalau nanti Mbak Dwi mengungkit kejadian kemarin, dan mengadukannya kepada orang tuanya. Bisa-bisa kedua orang tuanya akan sangat marah besar.

Sementara Dwi sendiri memang sengaja mendiamkan majikannya tersebut. Ia ingin melihat seberapa berani majikannya.

Di hari Minggu, di akhir bulan. Sebagian orang banyak menghabiskan waktu untuk berlibur. Begitu juga dengan keluarga Rayhan, rencananya mereka ingin menghabiskan akhir pekan bersama.

Ia melihat pembantunya sedang mengelap meja ruang tamu.

"Mbak Dwi." Sapa Rayhan.

Mbak Dwi mengangkat wajahnya. "Iya Den!" Jawab Mbak Dwi tanpa ekspresi.

"Aku mau minta maaf Mbak!" Ujar Ray memberanikan diri. "Aku tau kemarin aku salah, aku berharap Mbak Dwi mau memaafkan aku." Sambung Rayhan.

"Mbak akan aduhkan kamu ke Ibu!"

Mendengar jawaban Nurul, wajah Rayhan mendadak pucat pasi, ia sangat ketakutan, hingga tanpa sadar ia berlutut di bawah kaki pembantunya. Ia sungguh sangat ketakutan.

Mbak Dwi, tersenyum penuh arti melihat tuan mudanya ketakutan.

"Mbak, maafin aku, aku janji tidak akan mengulanginya lagi dan aku akan melakukan apapun yang Mbak suruh." Mohon Rayhan.

"Apapun?"

"Iya Mbak, apapun."

Mbak Dwi kembali tersenyum. "Jangan pergi!" Katanya.

"Eh..."

"Temani Mbak di rumah!" Sambung Mbak Dwi.

Rayhan mengerti apa yang di minta Mbak Dwi, sehingga ia tidak membantah lagi.

Segera Rayhan menemui orang Tuanya, dan menyampaikan kepada orang tuanya kalau dia tidak bisa ikut bersama mereka, awalnya orang tuanya tidak setuju, tapi setelah di jelaskan akhirnya mereka membiarkan Rayhan tetap di rumah.

-------KK-------

"Sayur... sayur..."

Seperti biasanya setiap pagi Mang Ju Eng mendorong gerobak sayurnya sembari menjajakan jualannya kepada ibu-ibu kampung Kolor. Ketika ia mendekati rumah Bahar, sepintas ia melihat Bahar yang tengah berlari mengendap-endap.

Ju Eng yang melihat buronannya kabur hanya tersenyum kecil.

"Pergi yang jauh!" Gumam Ju Eng tidak perduli.

Setibanya di rumah Bahar, Ju Eng menghentikan gerobaknya, lalu ia menghampiri anak Bahar yang paling besar.

"Ra... Bapakmu ada?" Tanya Ju Eng.

Clara tidak langsung menjawab. "Aku tanya Ibu dulu ya Mang!" Jawab Clara.

"Iya, tapi jangan lama-lama ya."

"Iya Mang."

Clara segera masuk kedalam rumahnya, sementara Ju Eng duduk di bale-bale di depan rumah Bahar. Ia tadi sempat melihat putri Bahar yang kini tumbuh menjadi anak remaja. Harus di akui Ju Eng kalau anak perempuan Bahar kini tumbuh menjadi gadis yang cantik.

Tapi sayang, Clara hidup di dalam keluarga miskin, sehingga penampilannya kurang mendukung kecantikannya.

Tidak lama kemudian Mira keluar dari dalam rumahnya. Kalau dilihat dari penampilannya yang hanya mengenakan kain dalam keadaan rambut yang basah, sepertinya Mira baru saja selesai mandi.

"Mang Ju Eng." Sapa Mira gugup.

Sementara Mang Ju Eng terpaku memandangi kemolekan Istri Bahar. "Suamimu mana Mira?" Tanya Mang Ju Eng.

"Anu Mang..."

"Kabur lagi?" Tembak Mang Ju Eng.

Mira tak berani menjawab, karena kenyataannya memang Suaminya kabur dari tanggung jawab untuk membayar hutang.

Mang Ju Eng pura-pura terlihat kecewa, padahal ia memang sudah tidak perduli lagi dengan hutang Bahar, yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana cara mendapatkan Mira, Istri Bahar yang terlihat lugu itu.

Pria berumur lima puluh tahun lebih itu membayangkan geliat tubuh Mira di bawah tindihannya.

"Apa saya boleh masuk?" Tanya Mang Ju Eng

"Boleh Mang, silakan masuk." Ujar Mira memberi izin Mang Ju Eng masuk kedalam gubuknya.

Lalu ia mengambil segelas air putih untuk Mang Ju Eng yang sedang duduk di lantai beralaskan tikar lusuh. Mang Ju Eng tanpa ekspresi meminum minuman tersebut.

Kemudian Mira duduk di depan Mang Ju Eng, dengan raut wajah ketakutan.

"Maaf Mang, cuman ada itu." Ujar Mira.

Mang Ju Eng mengangguk. "Iya tidak apa-apa Mira!" Jawab Mang Ju Eng, sembari menatap nanar kearah payudara Mira yang berukuran 34B.

"Soal hutang..."

"Begini Mira." Mang Ju Eng memotong ucapan Mira. "Suamimu sudah sangat keterlaluan, sudah satu bulan lebih ia tidak banyar hutang." Ujar Mang Ju Eng kepada Mira.

"Saya benar-benar minta maaf Mang."

"Kamu tidak salah, yang salah Suamimu." Ujar Mang Ju Eng. "Saya berencana ingin melaporkan masalah ini ke polisi." Lanjut Mang Ju Eng, membuat wajah Mira menjadi tegang.

"Polisi?"

"Iya."

"Mang... Tolong jangan laporkan Suami saya ke polisi. Saya janji akan segera melunasi hutang-hutang kami." Ujar Mira.

"Caranya bagaimana?" Tanya Mang Ju Eng dengan suara serak.

"Akan saya usahakan."

"Sebenarnya saya bisa saja meringankan hutang Suamimu! Cuman ada satu syarat." Ujar Mang Ju Eng kepada Mira.

"Syarat apa?"

Mang Ju Eng menjilat bibirnya. "Mira... Kamu kan tau, kalau Mamang sudah lama menduda... Mamang kesepian Mira." Kata Mang Ju Eng.

"Mira gak ngerti maksud Mamang."

Ju Eng tersenyum lebar, lalu ia pindah duduk di samping Mira. "Maukah Mira melayani Mamang sekali saja." Pinta Mang Ju Eng. "Setelah itu hutang Mira akan Mamang anggap lunas." Lanjut Mang Ju Eng.

"Istighfar Mang." Jawab Mira agak takut.

"Mira gak maukan Suami Mira masuk penjara?" Bisik Mang Ju Eng." Kemudian ia memberanikan diri merangkul pundak Mira.

"Jangan Mang." Tolak Mira halus.

"Baiklah, kalau kamu menolak, saya akan benar-benar melaporkan Suamimu ke polisi, biar di hukum seumur hidup." Ancam Mang Ju Eng.

"Seumur hidup?"

"Iya..."

"Jangan Mang... Bagaimana dengan nasib anak-anak saya." Melas Mira, raut wajahnya terlihat sangat ketakutan.

"Hanya satu kali, dan Suamimu akan bebas."

Mira terdiam sejenak, ia memikirkan tawaran Mang Ju Eng. Membayangkan Suaminya yang akan di hukum seumur hidup, tentu saja sangat menakutkan bagi Mira.

Tapi Mira juga tidak ingin berselingkuh di belakang Suaminya, karena Mira sangat mencintai Suaminya.

"Bagaimana?" Tanya Mang Ju Eng lagi.

Walaupun ada keraguan, akhirnya Mira menganggukkan kepalanya. "Iya Mang... Tapi hanya satu kali." Ujar Mira.

Mang Ju Eng mengangguk sembari tersenyum lebar, ia sangat senang mendengarnya.

-------KK-------

Setelah mobil yang membawa kedua orang tuanya meninggalkan halaman rumahnya. Rayhan kembali masuk kedalam rumahnya, ia bergegas mencari Mbak Dwi, tapi ia tidak menemukan sosok wanita yang selama ini selalu membuat kepala atas bawahnya pusing.

Hampir seluruh ruangan ia cari, bahkan sampai ke kamar pembantunya, tapi tetap saja ia tidak melihat keberadaan Mbak Dwi.

Tentu saja hal tersebut membuatnya agak frustasi. Karena tetap tidak bisa menemukan pembantunya, akhirnya Rayhan menyerah, dan memutuskan untuk tidur seharian demi menenangkan pikirannya yang saat ini sedang berkecamuk.

Tapi setibanya di kamar, ia dikejutkan dengan sosok Mbak Dwi yang ternyata berada didalam kamarnya.

"Mbak Dwi?" Sapa Rayhan kaget.

Wanita super seksi itu sedang mengobrak abrik lemari rahasianya. Dan tentu saja Rayhan menjadi sangat panik, karena ia menyimpan benda terlarang di dalam lemarinya tersebut.

Buru-buru Rayhan masuk dan melihat apa yang sudah di temukan pembantunya. Setelah tau apa yang didapatkan pembantunya, wajah Rayhan mendadak pucat pasi, rasanya saat ini juga ia ingin menghilang dari dunia ini.

"Mbak!" Lirih Rayhan.

Mbak Dwi menoleh kearah Rayhan, sembari tersenyum, sebuah senyuman yang terlihat sangat menakutkan bagi Rayhan. "Apa ini?" Mbak Dwi mengangkat sebuah kain segitiga berwarna hitam di hadapan Rayhan.

"I... Itu." Rayhan kehabisan kata-kata.

Kali ini ia sangat yakin sekali kalau hidupnya akan berakhir sampai di sini.

Dengan cueknya Mbak Dwi berjalan melewati Rayhan yang masih membatu, menandakan kalau saat ini ia sangat ketakutan, dan itu bisa di liat dari kakinya yang gemetaran.

Ingin sekali Rayhan bersujud dan memohon maaf kepada Mbak Dwi, tapi ia terlalu takut untuk menghadapi amarah Mbak Dwi.

-------KK-------

Setelah mendapat lampu hijau dari Mira, Mang Ju Eng semakin berani. Ia memeluk tubuh Mira, sembari mencium pipi dan leher jenjang Mira yang beraroma kan sabun, membuat Mang Ju Eng makin terangsang.

Sementara Mira berusaha mati-matian bertahan dari setiap rangsangan yang di lakukan Mang Ju Eng, menghilangkan rasa jijiknya terhadap pria tua tersebut.

Saat Mang Ju Eng ingin mencium bibirnya, Mira sempat memalingkan wajahnya. "Jangan Mang!" Mohon Mira.

"Ingat Suamimu Mira." Bisik Mang Ju Eng.

Mendengar nama Suaminya di sebut, membuat Mira kembali pasrah. Ia memejamkan matanya ketika Mang Ju Eng mulai melumat bibir manis Mira dengan rakus. Ia memaksa Mira membuka mulutnya, lalu dia masukan lidahnya kedalam mulut Mira, menjilati rongga mulut Mira, dan membelitnya dengan rakus.

Sementara itu tangannya turun membelai payudara Mira yang masih kencang, walaupun sudah melahirkan banyak anak.

"Ughkk..." Tubuh Mira menggeliat nikmat.

Remasan Mang Ju Eng yang terbilang kasar, ternyata mampu membangkitkan birahi Mira. Walaupun masih ada sedikit kesadaran yang tertanam di benak Mira.

Dengan perlahan Mang Ju Eng menarik lepas kain yang dikenakan Mira, hingga melorot sebatas pinggangnya.

"Auw..." Pekik Mira kaget ketika kainnya di tarik.

"Kenapa Mira sayang?" Goda Mang Ju Eng, sembari memandangi payudara Mira, dan perutnya yang sedikit berlemak.

"Sudah Mang... Saya gak mau." Tolak Mira.

Tapi Mang Ju Eng tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depan matanya, sehingga dengan pengalamannya yang segudang, ia terus merayu Mira dengan ucapan dan sentuhan yang membangkitkan birahi.

Ju Eng kembali menyentuh payudara Mira, dia membelai payudara Mira dengan lembut, membuat tubuh Mira tersentak geli.

"Nikmatin aja Mira! Enak kok?" Bujuk Mang Ju Eng.

Mira tetap berusaha menolak, walaupun tubuhnya berkata lain. "Aahkk... Mang, cukup Mang! Mira gak mau Mang." Mohon Mira.

Jemari Mang Ju Eng yang telah keriput memilin puting Mira, membuat tubuh indahnya tersentak-sentak bagaikan tersengat aliran listrik ribuan volt.

Mang Ju Eng menarik tubuh Mira kedalam pelukannya, sehingga ia makin leluasa bermain dengan payudara Mira, sementara bibirnya menciumi wajah cantik Mira, dan sesekali mengecup bibir Mira.

Setelah Ibu dari empat anak itu mulai tenang, Mang Ju Eng melanjutkan aksinya, jemari keriputnya turun kebawah, keselangkangan Mira.

"Oughkk..." Desah Mira.

Jemari Mang Ju Eng menyentuh rambut kemaluan Mira yang cukup lebat, lalu terus turun menuju lembah becek yang ada di bawah sana.

Tubuh Mira kembali menggelinjang patah-patah, pantatnya sedikit terangkat, ketika jari telunjuk Mang Ju Eng menyentuh clitorisnya. Dan sengatan rasa nikmat itu kian bertambah ketika mulut tuanya mengecup payudara Mira.

"Sudah... Mira gak sanggup Mang, aahkk..." Mata Mira tampak merem melek.

Dengan rakusnya, secara bergantian Mang Ju Eng menghisap puting Mira, membuat tubuh Mira gelajotan, kedua tangannya mencengkram erat pundak Mang Ju Eng.

Sementara itu di bawah sana, vagina Mira makin deras mengeluarkan cairan cintanya.

Sloookss..
Jari telunjuk Mang Ju Eng masuk kedalam liang senggama Mira yang telah basah. Lalu jemarinya berputar, mengorek-ngorek liang vagina Mira yang telah mengeluarkan keempat anaknya dengan selamat.

"Aaaaaaarrrttt...." Teriakan Mira terdengar makin keras.

Tubuh Mira tersentak-sentak seiring dengan datangnya gelombang birahi yang kian besar menerjang dirinya. Membuat pertahannya semakin melemah.

Tubuh Mira rebah kebalakang dengan posisi terlentang, lalu Mang Ju Eng ikut merebahkan tubuhnya di atas tubuh Mira.

Dia kembali menciumi sekujur tubuh Mira, dari wajah, leher, payudara, perut dan terakhir ia membuka kedua kaki Mira hingga mengangkang lebar dan memperlihatkan belahan merah yang telah basah kuyup, menandakan kalau ia sudah berada ambang batas pertahanannya.

"Jangaaaaan Mang! Auw... Aahkk..." Histeris Mira.

Selain jilatan Mang Ju Eng di vaginanya yang sangat nikmat, kumis Mang Ju Eng yang menggesek bibir vaginanya ikut andil membuat vagina makin terasa geli dan nikmat.

Sluuuppsss.... Sluuuppsss... Sluuuppsss.... Sluuuppsss... Sluuuppsss....

Jilatan dan hisapan di clitorisnya, membuat Mira akhirnya menyerah. Gelombang birahi yang kian membesar, membuatnya menjadi tsunami yang memporak porandakan pondasi pertahanannya.

Seeeeeeeeeerrrr....

Pantat Mira terangkat, dan vaginanyanberkedut-kedut selama beberapa detik, seiring dengan semburan cairan cintanya yang menyirami wajah Mang Ju Eng.

Mang Ju Eng mengangkat wajahnya yang tampak belepotan lendir kewanitaan Mira.

"Enakkan Mir? Hehehe..."

Mira menggigit bibirnya, sembari menutup kedua paha mulusnya. "Sudah ya Mang!" Mohon Mira, ia sudah tidak tahan lagi.

"Sedikit lagi Mir."

"Tapi Mang!"

Mang Ju Eng tidak memperdulikan protes Mira, ia menanggalkan pakaiannya, dan celananya. Hingga tampak batang kemaluannya yang ternyata juga keriput, tapi tetap keras.

Ukuran penis Mang Ju Eng ternyata tidak sebesar milik Suaminya, tapi anehnya di mata Mira, penis Mang Ju Eng lebih menarik ketimbang milik Suainya.

"Hisap kontol Mamang Mir!" Suruh Mang Ju Eng.

"Mang..."

"Ayo Mir, di emut, enak kok." Ujar Mang Ju Eng.

Karena penasaran Mira menurutinya, ia mulai mengocok penis Mang Ju Eng dengan jemari lentiknya. Lalu dia menjulurkan lidahnya untuk merasakan kepala penis Mang Ju Eng, dan anehnya ia merasa penis Mang Ju Eng sangat enak, dan membuatnya ketagihan.

Walaupun masih malu-malu, tapi akhirnya Nurul melahap penis Mang Ju Eng dengan utuh.

"Ooohkkk..." Desah Mang Ju Eng.

Sluuuppsss... Sluuuppsss.... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss....

Kepala Mira maju mundur, menghisap dan menjilati batang kemaluan Mang Ju Eng selama beberapa menit, hingga akhirnya Mang Ju Eng menyerah, dan ingin segera merasakan hisapan vagina Mira yang di yakininya masih menjanjikan.

Mang Ju Eng memposisikan Istri dari Bahar itu untuk mengangkang. Sementara ia menindihnya dari atas, sembari memposisikan penisnya.

"Aahkk... Jangan!" Tolak Mira untuk terakhir kalinya.

Jleeebss...
Dengan satu sentakan, penis kurus Mang Ju Eng menembus liang senggamanya yang telah sangat basah itu.

Lalu dengan gerakan perlahan Mang Ju Eng memaju mundurkan pinggulnya, menusuk kian dalam ke dalam vagina gemuk Mira yang sangat menggoda, dan ternyata masih menjepit.

"Oughkk... Aaahkk... Aaahkk..." Lenguhan dari kedua insan yang di mabuk birahi itu saling sahut menyahut, menandakan kalau keduanya telah menyatu.

Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss.... Ploookkss.... Ploookkss... Ploookkss....

Benturan antar kedua kelamin terdengar begitu nyaring, bagaikan alunan musik erotis yang mengantarkan mereka kepuncak kenikmatan.

Walaupun kini tubuh keduanya telah bermandikan peluh, tapi tak ada satupun dari mereka yang ingin menghentikan permainan gila ini.

"Mang... Aaahkk..." Rengek Mira.

"Sempit sekali memekmu Mira... Aahkk... Nikmat Mira... Ooohkkk..." Desah Mang Ju Eng.

Matanya tuanya tidak lepas dari payudara Mira yang turun naik mengikuti irama sentakannya. Karena gemas, Mang Ju Eng memilin puting Mirah dan meremas payudaranya, hingga Mira menjadi tersiksa oleh rasa nikmat yang seakan tidak ada habisnya.

Walaupun penis Mang Ju Eng tidak sebesar milik Suaminya, tapi sensasi perselingkuhan yang di lakukan Mira, membuat birahi wanita dengan empat anak itu menggelinjang keenakan.

Dalam hitungan menit, Mira kembali mencapai puncaknya dengan di iringi erangan panjang.

Mira yang sudah benar-benar di mabuk birahi, hanya pasrah ketika Mang Ju Eng memintanya untuk menungging. Dan dari belakang Mang Ju Eng menghujami kembali vagina Mira.

Tangan Mang Ju Eng mencengkram pantat mulus Mira, sembari membelai anus Mira dengan jarinya.

Ploookkss.... Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss....

"Mang Aahkk... Aaahkk..." Rintih Mira.

Sementara itu Mang Ju Eng makin cepat menyidiknya dari belakang. "Ooohkkk... Mamang mau keluar!" Racau Mang Ju Eng.

"Bareng Mang...."

Tubuh keduanya bergetar hebat, gelajotan seperti orang yang tersengat oleh aliran listrik ribuan volt.

Hingga akhirnya mereka berdua sama-sama mengeram panjang. Menandakan berakhirnya pergumulan hari ini. Dan harus di akui Mira kalau ia juga sangat menikmatinya. Begitu juga dengan Mang Ju Eng yang merasa sangat puas.

-------KK-------
 
Bimabet
tnk updetnya suhu..
mantap..
:adek: sory' dobol post
;)
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd