R4z4K0095
Kakak Semprot
Kuamati sesosok tubuh yg terbaring telentang dengan daster tersingkap hingga menunjukkan paha montoknya disampingku.
Alunan suara nafasnya yg teratur semakin membuatku terpaku pada sepasang bukit kembar yg bergerak pelan, bulat sempurna dengan puting yg terlihat menonjol menandakan sang empunya tidak memakai daleman.
Perlahan tananku menjulur, menyentuh tonjolan sebesar kelereng dengan telunjukku.
"EHHMMMMM........." desahanya pelan.
Segera kutarik tanganku, dengan dada berdebar campuran antara takut dan birahi.
Namun setelah beberapa detik ku menunggu, tak ada sedikitpun gerakan yang berarti selain memimndahkan posisi tangannya dan menutupi matanya yang mungkin silau akibat cahaya lampu.
Kembali ku ulur tanganku ke arah pahanya yg sedari tadi menggoda imanku.
Kuelus dan kuraba perlahan pahanya bolak balik hingga tanganku menyentuh sesuatu yg lembab di pangkal pahanya.
"Dia tidak memakai celana dalam....!" Sorakku dalam hati.
Kusingkap semakin tinggi daster bunga bunga yg menutupinya untuk memastikan.
"Benar benar tanpa celana" semakin hatiku bersorak ketika mataku melihat lembah berbulu dengan biji sebesar kacang tanah yg terlihat mengkilap diterpa cahaya sinar lampu LED.
Mendapati kenyataan bahwa tubuh yg terbaring di depanku memang telanjang bulat di balik daster sepaha di depanku membuat birahiku kiar bergelora.
Segera ku berdiri dan menanggalkan celana boxer yg menjadi pernghalan satu satu bagi si otong yg telah berdiri mengacung tanda siap tempur.
Setelah boxerku terlepas dan ku lempar entah kemana kembali ku duduk di samping tubuhnya yg masih tertidur pulas, dan secara perlahan kubuka kancing dasternya yang berjumlah 5 buah sambil mataku mengawasi pergerakan si empunya daster.
*clik* kancing terakhir telah terlepas dan terlihatlah pinggiran payudara yg montok nan kenyal yg selama ini hanya mampu ku hayalkan.
Perlahan kusingkap semakin luas daster itu hingga puting kecoklatan dengan aerolanya yg sebesar uang koin seratusan terlihat mengacung seolah menantangku untuk segera mengulumnya dengan bibirku.
Nafasku kian memburu seolah aku habis berlari berpuluh puluh kilometer menyaksikan hasil karya tuhan di depanku.
Perlahan kutundukkan kepalaku dan kujulurkan lidahku hingga ujung lidahku menyentuh puting kecoklatan itu.
"Ya... tuhan, alangkah indahnya ciptaanmu ini." Ucapku dalam hati dengan penuh kekaguman.
Lidahku bermain di puting tersebut sambil tangan kiriku meremas dada kirinya pelan.
"Tuhan... kenyalnya" kembali ku memujinya dalam hatiku.
Birahiku semakin membakar ketika puting kecoklatan itu masuk dengan sempurna ke dalam mulutku.
"Ughh...."desahnya pelan yg membuatku seketika menghentikan aksi bejatku.
Namun sepersekian detik kutunggu namun si empunya suara tak bergeming selain deru nafasnya yg juga terdengar memburu.
Kupandangi wajahnya yg cantik, dengan bibir seksi, dan hidungnya yg mancung yg terlihat berkeringat.
Kualihkan tatapanku ke arah pangkal pahanya yg tadi telah kusingkap.
Terlihat lembah berbulu itu semakin mengkilat seiring cairan pelumas yg keluar dari lubang peranakannya.
Perlahan kudekati lembah berbulunya dan ku coba menggeser kakinya perlahan agar aku mempunyai ruang yg pas untuk menikmatinya hingga lembah berbulu tersebut merekah ketika kaki sang pemilik lembah semakin melebar.
Sekilas kupastikan kembali, apakah dia masih tertidur atau tidak, namun seolah dewi fortuna berpihak padaku, matanya masih tertutup rapat di balik lengan yg menutupinya.
Aku semakin bersorak dalam hati melihat kenyataan tersebut.
Kembali ku dekatkan wajahku pada lembah berbulu yg telah merekah di depanku.
Aroma khas kembali menerpa hidungku hingga membuat si otong semakin mengeras, namun aku tidak akan terburu buru untuk memasukkannya ke dalam lembah itu, sebelum sebelum lidahku puas menjelajahi tiap sudut dari lembah itu.
Puas ku menghirup aromanya, kujulurkan kembali lidahku untuk menikmati area lbah tersebut. Lidahku kemudian menggelitik biji sebesar kacang itu dengan pelan sambil sesekali lidahku mengjillat lendir kenikmatan yg tak henti keluar dari lubang peranakan gadis manis di depanku ini.
Alunan suara nafasnya yg teratur semakin membuatku terpaku pada sepasang bukit kembar yg bergerak pelan, bulat sempurna dengan puting yg terlihat menonjol menandakan sang empunya tidak memakai daleman.
Perlahan tananku menjulur, menyentuh tonjolan sebesar kelereng dengan telunjukku.
"EHHMMMMM........." desahanya pelan.
Segera kutarik tanganku, dengan dada berdebar campuran antara takut dan birahi.
Namun setelah beberapa detik ku menunggu, tak ada sedikitpun gerakan yang berarti selain memimndahkan posisi tangannya dan menutupi matanya yang mungkin silau akibat cahaya lampu.
Kembali ku ulur tanganku ke arah pahanya yg sedari tadi menggoda imanku.
Kuelus dan kuraba perlahan pahanya bolak balik hingga tanganku menyentuh sesuatu yg lembab di pangkal pahanya.
"Dia tidak memakai celana dalam....!" Sorakku dalam hati.
Kusingkap semakin tinggi daster bunga bunga yg menutupinya untuk memastikan.
"Benar benar tanpa celana" semakin hatiku bersorak ketika mataku melihat lembah berbulu dengan biji sebesar kacang tanah yg terlihat mengkilap diterpa cahaya sinar lampu LED.
Mendapati kenyataan bahwa tubuh yg terbaring di depanku memang telanjang bulat di balik daster sepaha di depanku membuat birahiku kiar bergelora.
Segera ku berdiri dan menanggalkan celana boxer yg menjadi pernghalan satu satu bagi si otong yg telah berdiri mengacung tanda siap tempur.
Setelah boxerku terlepas dan ku lempar entah kemana kembali ku duduk di samping tubuhnya yg masih tertidur pulas, dan secara perlahan kubuka kancing dasternya yang berjumlah 5 buah sambil mataku mengawasi pergerakan si empunya daster.
*clik* kancing terakhir telah terlepas dan terlihatlah pinggiran payudara yg montok nan kenyal yg selama ini hanya mampu ku hayalkan.
Perlahan kusingkap semakin luas daster itu hingga puting kecoklatan dengan aerolanya yg sebesar uang koin seratusan terlihat mengacung seolah menantangku untuk segera mengulumnya dengan bibirku.
Nafasku kian memburu seolah aku habis berlari berpuluh puluh kilometer menyaksikan hasil karya tuhan di depanku.
Perlahan kutundukkan kepalaku dan kujulurkan lidahku hingga ujung lidahku menyentuh puting kecoklatan itu.
"Ya... tuhan, alangkah indahnya ciptaanmu ini." Ucapku dalam hati dengan penuh kekaguman.
Lidahku bermain di puting tersebut sambil tangan kiriku meremas dada kirinya pelan.
"Tuhan... kenyalnya" kembali ku memujinya dalam hatiku.
Birahiku semakin membakar ketika puting kecoklatan itu masuk dengan sempurna ke dalam mulutku.
"Ughh...."desahnya pelan yg membuatku seketika menghentikan aksi bejatku.
Namun sepersekian detik kutunggu namun si empunya suara tak bergeming selain deru nafasnya yg juga terdengar memburu.
Kupandangi wajahnya yg cantik, dengan bibir seksi, dan hidungnya yg mancung yg terlihat berkeringat.
Kualihkan tatapanku ke arah pangkal pahanya yg tadi telah kusingkap.
Terlihat lembah berbulu itu semakin mengkilat seiring cairan pelumas yg keluar dari lubang peranakannya.
Perlahan kudekati lembah berbulunya dan ku coba menggeser kakinya perlahan agar aku mempunyai ruang yg pas untuk menikmatinya hingga lembah berbulu tersebut merekah ketika kaki sang pemilik lembah semakin melebar.
Sekilas kupastikan kembali, apakah dia masih tertidur atau tidak, namun seolah dewi fortuna berpihak padaku, matanya masih tertutup rapat di balik lengan yg menutupinya.
Aku semakin bersorak dalam hati melihat kenyataan tersebut.
Kembali ku dekatkan wajahku pada lembah berbulu yg telah merekah di depanku.
Aroma khas kembali menerpa hidungku hingga membuat si otong semakin mengeras, namun aku tidak akan terburu buru untuk memasukkannya ke dalam lembah itu, sebelum sebelum lidahku puas menjelajahi tiap sudut dari lembah itu.
Puas ku menghirup aromanya, kujulurkan kembali lidahku untuk menikmati area lbah tersebut. Lidahku kemudian menggelitik biji sebesar kacang itu dengan pelan sambil sesekali lidahku mengjillat lendir kenikmatan yg tak henti keluar dari lubang peranakan gadis manis di depanku ini.