[size=+1]III. GUBUK TUA DI TENGAH HUTAN[/size]
Hujan masih saja tak mau redah. Sudah setengah jam lebih aku berada disini, di gubuk reot yang aku sendiri tak tau apakah masih ada penghuninnya atau tidak. Selang beberapa saat seorang pria tua berbadan kekar datang menghampiriku.
"Sedang berteduh iya nak?" Tanya pria tua itu sembari menaruh sebuah benda yang sedang di pikulnya. Ternyata kakek itu adalah pemilik gubuk reot ini.
"Iya kek" jawabku singkat dengan sedikit perasaan was-was menyelimutiku.
"Silahkan masuk nak, berteduh di dalam aja biar hangat" kakek itu mengajakku untuk masuk kedalam gubuknya.
"Makasih kek, gak usah repot-repot. Disini aja sudah cukup" ujarku menanggapi ajakan kakek.
"Ya sudah kalau begitu kakek masuk dulu iya nak" jawab kakek lalu dia pergi meninggalkanku untuk masuk kedalam gubuknya.
Kini aku sendirian di depan gubuk reot ini. Hujan semakin lama semakin deras. Kini tak ada pilihan lagi bagiku, aku harus masuk kedalam gubuk itu kalau tidak pakaianku akan basah kuyup diterjang oleh air hujan.
"Permisi, kek kakek" aku mencoba memanggil kakek.
"Oalah kamu toh anak muda. Ada apa kamu manggil-manggil kakek?" Jawab kakek ketika dia datang menghampiriku dan langsung bertanya apa niatku memanggil dirinya.
"Eh anu kek anu saya boleh masuk gak kek? Soalnya ujannya makin lama makin deras kek" jawabku seadanya.
"Oh... Silahkan" kakek mengangguk-anggukan kepalanya lalu mempersilahkan aku untuk masuk. "Anggap saja ini rumahmu sendiri" lanjut sang kakek.
"Iya kek makasih" jawabku sembari aku masuk kedalam gubuk milik kakek tersebut.
"Silahkan duduk nak, kakek akan membuatkanmu minuman buatmu agar tubuhmu menjadi hangat" kakek mempersilahkanku untuk duduk dan dia langsung berjalan menuju sebuah meja yang jaraknya tak jauh dari tempatku duduk. "Ini nak wedang tehnya silahkan diminum" lanjut kakek dengan menyodorkan segelas teh kepadaku.
"Waduh jadi ngerepotin kakek nih" ujarku berbasa-basi kepada kakek saat menyruput teh yang dihidangkan kakek.
"Maaf hanya ini yang bisa kakek suguhkan" lanjut kakek.
"Tidak apa-apa kek ini aja sudah sekedar cukup kok" ucapku merasa sungkan kepada kakek.
Lama kami mengobrol hingga tak kusadari kini sore berganti menjadi malam. Suasana di gubuk ini semakin gelap, hanya cahaya-cahaya lampu petromaxlah yang meneranginya. Hujan juga tak kunjung redah, semakin malam hujan semakin gelap. Kakek menyuruhku untuk menginap di gubuknya karena tak mungkin aku bisa melewati hutan terlalu gelap kata kakek. Dengan terpaksa aku menerima tawaran kakek untuk bermalam di gubuknya.
"Sudah malam anak muda kamu sebaiknya tidur dulu. Kakek mau keluar sebentar" kakek menyuruhku untuk tidur. Dia pun langsung bangkit dan mengambil sebuah panah yang berada disalah satu sisi dinding gubuknya.
"Kakek mau kemana?" Tanyaku dengan rasa penasaran.
"Kakek mau pergi berburu sebentar" jawab kakek sembari berjalan keluar meninggalkan aku sendirian di dalam gubuk ini.
Tinggal aku sendirian di gubuk ini sekarang. Sebenarnya aku sangat takut sendirian di gubuk ini. Suasana begitu mencengkam kala itu membuat bulu kudukku semakin merinding.
Tiba-tiba "kriiett" suara pintu gubuk seperti ada yang membuka.
Aku terjaga dari tidurku ketika mendengar pintu gubuk ada yang membuka. Seorang wanita setengah baya dengan mengendong bocah yang kira-kira masih berusia 5 tahunan masuk kedalam gubuk ini ketika pintunya terbuka. Wanita ini berparas ayu dengan rambut panjang sebahu, kulitnya kuning tapi sayang sedikit tak terawat dipadu dengan body yang sangat bagus.
Baju wanita itu basah kuyub saat itu mungkin dia sedang menerobos hujan untuk menuju kemari.
"Siapa anda? Apa yang sedang anda lakukan disini?" Tanyaku penasaran kepada wanita itu.
"Saya ningsih mas anak dari kakek yang tinggal digubuk ini dan ini anakku" jawabnya menerangkan kepadaku sembari menurunkan anaknya di salah satu kursi yang ada di dalam gubuk. "Mas ini pasti tamunya kakek iya? Kakek sudah cerita sama saya tadi" lanjutnya.
"Iya mbak. Emang ketemu kakek dimana?" Tanyaku lagi.
"Oalah ditengah hutan saya tadi kebetulan ketemu sama bapak terus bapak cerita kalau dirumah lagi ada tamu" jawabnya menerangkan kepada sembari menganti pakaian anaknya yang basah kuyub.
Kemudian wanita itu meletakan anaknya diranjang kayu tepat di depan tempatku tidur. Gubuk ini mempunyai dua ranjang, satu kupakai dan satu lagi dipakai anak dari wanita itu. Wanita itu kemudian langsung pergi meninggalkan anaknya menuju sebuah lemari tua yang terbuat dari kayu. Kejadian selanjutnya benar-benar membuat aku terperangah, wanita itu tiba-tiba melepaskan seluruh pakaian basahnya di depanku dan mengganti dengan pakaian yang baru saja diambilnya dari lemari.
"Apa wanita ini lupa disini ada aku? Apa memang sudah kebiasaan wanita ini berganti pakaian di depan laki-laki? Atau dia hanya memancingku saja?" Aku bertanya dalam hati dan tetap fokus melihat wanita itu melepas satu-persatu pakaiannya.
Setelah berganti baju wanita itu langsung menyusui anaknya yang sedari tadi menangis mintak di susui ibunya. Terpampang jelas payudara wanita ini di depanku.
(Maaf bila cerita kurang berkenan dihati para pembaca karena nubi masih butuh belajar
)