Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Keep It As Secret! (Part 23 updated) [Tamat]

Status
Please reply by conversation.
Nama saiya Daniel, Alias Kang Daniel cowoknya Jihyo, ya selama itu bisa menghibur tuan tuan semua its oke sih. Tetep lanjut ya karyanya tuan
 
Semalem liat ci eril pake daster di iny jadi kebayang cerita ini.. alias ayo hu lanjutkan !!
 
Part 6: Eve.


*Sinka POV*


"nani?! Mana buku sketsa ku?!" aku mengeluarkan seluruh isi tasku untuk mencari buku sketsaku yang tidak ada satu.

Aku mencoba mencari di dalam tasku, berkali kali ku lihat isi tasku itu dan mengacak-acak isinya berharap menemukan buku sketsa itu terselip. Aku tak bisa membayangkan bagaimana bila buku sketsa itu ditemukan orang lain, meskipun tidak ada tanda yg jelas bahwa aku pemiliknya namun tetap saja ini berbahaya. Aku mencoba mengingat kembali dimana aku mungkin menjatuhkannya.

"Aaah!! Jangan-jangan waktu lari dari parkiran?!" pikirku kembali.
"kalo di temuin Daniel gimana?!" pikirku sambil mendengus, tubuhku lemas.

Apa yg akan Daniel pikirkan kalau sampai dia menemukannya?.
Apakah dia akan menganggapku sebagai orang yg aneh?


Pikiranku menjadi tak menentu membayangkan apa yang akan terjadi bila Daniel menemukan buku sketsaku. Aku merebahkan diri di atas kasur, mataku memandang sudut kamarku. Kamar kos yang tidak terlalu besar yang ku huni sendiri dengan berbagai hiasan khas seorang otaku, mulai dari poster, figure dan segala macam pernak-pernik jejepangan lainnya membuat kamar kost ini semakin terlihat sempit. Kostan ku ini tidak terlalu jauh dari kampus, dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Kamar kostku berada di lantai 2, paling pojok jauh dari tangga, kostanku ini begitu sepi, hanya ada 4 penghuni dari 12 kamar padahal kostanku ini sangat bebas karena pemiliknya tidak tinggal disini, hanya ada 2 orang security yang menjaga kostan ini dengan malas. Daerah kostan ku adalah daerah yg ramai dan terdapat banyak sekali makanan disini sehingga menjadi tempat yang sering di kunjungi orang, terutama anak-anak kampusku. Tapi tidak banyak yang tau soal kostanku ini karena tempatnya cukup terpencil di dalam gang. Kostan ku ini begitu terawat dan bagus, bagaikan sebuah emas di dalam sungai. Beruntung sekali aku menemukan tempat ini.
Aku memang hobby menggambar manga, beberapa kali aku mencoba mempublish manga buatan ku diinternet namun tidak banyak yang menotice dan hanya mendapat sedikit feedback. Berbeda sekali dengan manga H yang kubuat, sangat laku walaupun menurutku ceritanya tidak jelas. Dengan nama Sin-pyon, manga H buatanku cepat sekali terkenal diinternet, meskipun sebenarnya aku sangat membenci manga H yang kubuat ini. Sehingga aku juga jadi terpaksa terus membuatnya. Menjadikan setiap pria yang dekat denganku sebagai plot dan merendahkan diriku sendiri sebagai pemeran utamanya. Aku ingin sekali dikenal sebagai pembuat manga, bukan sebagai pembuat Eromanga.



"Niel lagi apa ya?" Pikirku sambil memejamkan mataku.
"Niel nyium sodaranya sendiri. Aku masih gak percaya kalau itu beneran" pikirku lagi.
"apa dia nanti nyium aku juga ya?" aku menggigit bibir bawahku.
"apa dia sama Ariel udah? Apa dia nanti juga gitu ke aku? Daniel..." aku memejamkan mataku membayangkan.

Tanganku mulai meraba payudaraku sendiri, meremas-remas keduanya sambil membayangkan Daniel yang melakukannya. Putingku yang kecoklatan mulai kupilin pelan, hingga lama kelamaan ia mengeras.

"Niel enaaakk… uuuuuhhh aaaahhhh…" Aku mendesah membayangkan Daniel memainkan payudaraku yg kenyal.
"Iiihhhh gak sabar banget sih… Daniel Ecchi!!" Aku berbicara sendiri sambil membuka mulut vaginaku dengan dua jariku.

Tangan kiriku memilin putingku sendiri sedangkan tangan kananku mulai menggosok klitorisku sendiri. Sensasi yang luar biasa memenuhi otakku, pinggulku mengejang saat kupercepat tanganku memainkan klitorisku sendiri.

"NIEEEELL!!!!!" Aku mendesah saat cairan cinta mulai menyembur keluar.

Kuambil cairanku dengan jari telunjukku lalu kuhisap. Ingin sekali rasanya memberikan cairan ini untuk Daniel nikmati. Tubuh telanjangku yang sudah dipenuhi peluh terlihat begitu seksi di atas ranjangku. Aku harap Daniel datang dan melihatku yang selalu telanjang di dalam kamar ini, menindih tubuhku, menjilatiku, meremas payudaraku dan menusukan penisnya tanpa seizinku. Aku memasukan jariku dan mulai mengocok vaginaku sendiri.

"Danieeeeeel!".

*POV Sinka End*
______________________________

Beberapa minggu berlalu setelah kami berdua resmi memiliki hubungan yang rahasia ini. Aku dan Ariel menjadi begitu dekat, kami berdua sering menghabiskan waktu bersama untuk sekedar menonton, makan, ataupun mengerjakan tugas. Kami tidak pernah sedekat ini sebelumnya. Aku menjadi lebih menikmati hari-hariku yang kini ku habiskan bersama Ariel, pergi kuliah menjadi lebih menyenangkan, diam dirumah pun juga sama menyenangkannya, apalagi bila kami punya kesempatan untuk pergi keluar pasti kami pakai semaksimal mungkin untuk berkencan.
Aku berjalan gontai menuruni anak tangga, bangun siang di weekend adalah hal yg sangat menyenangkan. Lelah ku seminggu ini terbayar seluruhnya hari ini. Sesampainya di lantai bawah, aku mendapati rumah ini begitu sepi tak ada orang. Jarang sekali weekend seperti ini om dan tante tak ada dirumah, biasanya kami sekeluarga pergi keluar saat sore bersama sama. Sekedar melihat-lihat atau makan. Namun hari ini sepertinya semua penghuni sudah pergi dari pagi.

"yah sepi banget" pikirku dalam hati.

Tapi Aku mendengar suara televisi yang menyala di ruang keluarga, aku menuju ruang keluarga untuk mengecek siapa yg masih ada dirumah. Ternyata ada Ariel yang juga sepertinya baru bangun tidur.



"pada kemana Riel?" tanyaku padanya.
"nganterin Eve ke sekolahnya. Ada acara gitu yang harus bawa ortu" balas Ariel sambil memberikanku tempat untuk duduk.
"oh gitu. Kok kita gak diajak?" tanyaku kembali.
"sebenernya diajak, tapi gw gak mau." balasnya.

Aku duduk disebelah Ariel yang sedang menonton TV sambil makan mangga. Ia nampak menonton dengan serius sekali sambil sesekali mengunyah potongan mangganya, pipinya yang tembam begitu lucu saat mengunyah. Aku mendekati Ariel yang masih fokus.

"Riel…" aku memanggil Ariel, ia menoleh kearahku.
"berdua doang kan?" tanyaku padanya, Ariel menatapku lekat lalu mengangguk pelan.
"mmm…." Aku tergagap, Ariel tersenyum kearahku.

Aku memberanikan diri merangkul pinggang Ariel, ia bersandar di bahuku. Entah mengapa tak ada penolakan darinya. Tubuhnya begitu hangat. Ariel pasti dapat merasakan detak jantungku yang tak karuan saat ini. Aku senang sekaligus takut juga tak kuat menahannya, namun melihat Ariel yang nampak nyaman di dalam dekapanku membuat takut itu sirna. Dari cerita-cerita yang kudengar dari temanku, ini yg dinamakan cuddling.

"Niel…" Ariel memanggil namaku, ia menoleh keatas menatap wajahku.
"iya" jawabku, wajah kami begitu dekat.
"kamu gak mau…"

Aku memotong kata-kata Ariel dengan ciuman singkat. Bibirnya begitu lembut dan manis, juga kenyal. Aku menikmati ciumanku di bibirnya, Ariel nampak begitu terkejut. Ciumanku yang tiba-tiba ku layangkan pada Ariel, sepupuku sendiri. Ariel terlihat kebingungan sambil memegangi bibirnya. Kucium kembali bibirnya itu, aku mulai candu. Ariel memejamkan matanya pasrah. Kukunci tubuhnya dalam dekapanku. Kami berciuman dengan lembut. Basah bibirnya membuatku tak ingin berhenti, nafasnya yang begitu dekat, hangatnya. Aku ingin lebih, ini benar-benar nikmat.

"Hhhh…" kami berdua kehabisan nafas.

Aku menyandarkan tubuh Ariel setengah tertidur di sofa, memposisikan tubuhku berada diatasnya. Ariel tak menolak perlakuanku, ia hanya membuang wajahnya malu.

"boleh cium lagi?" tanyaku padanya.
"cium aja kalo berani." ia menantangku bercanda.

Tanpa basa basi kuserang bibirnya itu. Ariel mengangkat kedua tangannya, melingkarkannya di leherku, Ia menikmatinya juga. Kami berciuman cukup lama sampai nafas kami tersengal-sengal. Namun sepertinya cara kami berciuman sangat monoton. Aku tidak mengerti dan tak pernah melakukan lebih dari ini sebelumnya. Ia juga tertawa kecil karenanya.

"cari di google caranya ciuman" Ariel mengatakannya padaku sambil menyerahkan HP.
"Siap!" aku melaksanakan perintah.
"kok jadi kamu yang gak sabar Riel" ledekku.
"diem cupu… yaudah udahan aja deh" ia cemberut.
"iya iya becanda. Nih gini caranya di youtube" aku memperlihatkan sebuah video pada Ariel.

Kami menonton video itu bersama, darahku memanas melihatnya. Ciuman ini begitu panas, aku ingin segera mencobanya. Ariel menatapku seakan ragu namun ada tatapan penasaran yg tersirat. Kuletakan hp itu di meja, ku praktekan apa yang ku tonton barusan. Ariel mengikuti permainanku. Mungkin orang yang melihat akan memandang heran dengan cumbuan asal-asalan kami, namun buat kami berdua ini adalah ciuman paling nikmat yang pernah kami lakukan. Entah sudah berapa puluh kali bibir kami mengecup. Benang saliva terhubung diantara bibir kami berdua, liur kami menetes tak tertahan.

"jangan kelewatan ya..." Ariel menatapku ragu.
"iya iya…" balasku yang masih berada diatas tubuhnya.

Aku menjelajahi seluruh tubuhnya dengan mataku, ia yang hanya mengenakan tanktop hitam dan celana pendek semakin menaikan gairahku. Payudaranya begitu padat. payudaranya yang kencang berisi akibat kebiasaannya berolahraga itu membuatku begitu bernafsu. Ia menatapku sayu namun tergurat rasa takut di wajahnya. Kucoba mencumbu bagian lehernya dan telinganya, mencoba sesuatu yang pernah aku lihat di salah satu film dewasa dari jepang. Ariel mengerang, tubuhnya menggelinjang. Sepertinya belakang telinganya begitu sensitif. Aku menciumi leher putihnya, menjilati leher yg mulai berkeringat itu dan mengigiti kecil daun telinganya. Ariel mendekap tubuhku pasrah menikmati setiap cumbuan dari kekasihnya ini Tanganku mengelus punggungnya, sedangkan tangan yang satunya mulai meraba kedepan. Ia melotot kearahku terkejut saat tanganku memegang payudaranya, aku hanya memeganginya menunggu jawaban darinya. Ariel menggigit bibir bawahnya sambil mengangguk pelan. Aku tak menyangka ia membiarkanku meremasi dadanya.

"Riel buka ya" tanyaku meminta izin.
"toket aja ya" balasnya pelan.

Aku membuka tanktop yang Ariel kenakan. Dadanya yang terbungkus bra berwarna putih itu nampak begitu kencang dan ingin mencuat dari dalam branya. Aku menelan ludah melihat pemandangan didepanku saat ini.

"buruan keburu orang rumah pada pulang" Ariel memberikan lampu hijau padaku.

Tanpa banyak bicara kuremas dadanya itu bergantian. Tanganku tak cukup menampung dadanya, kucoba melepaskan branya namun begitu sulit.

"yaelah gini aja gak bisa kamu." Ariel meledekku lalu melepas branya sendiri.

Aku kembali menelan ludah melihat dadanya yang terpampang didepanku. Tanpa basa basi kuhisap puting merah muda yang mencuat itu, sedangkan tanganku memainkan puting satunya lagi.

"uuughh isep Niel… aaahhh" Ariel menekan kepalaku.
"sluurrpp" aku menuruti perintah Ariel dan menghisap putingnya bergantian.

Ariel sedikit menjambak rambutku sambil mendesah pelan. Dadanya tak henti-hentinya kurangsang seperti film Jav yang biasa ku tonton.

"Niel sssshhhh… puting gueee…. Nggghhhhhhh….." Ariel mendesah menikmati hisapanku pada putingnya.

Tanganku tak puas-puasnya meremasi dada bulatnya, lidahku menggelitik ujung kedua putingnya bergantian, sesekali mulutku menghisapi puting kanan dan kirinya bergantian. Ariel yang telentang di sofa mulai gelisah. Ia menggigit bibirnya sendiri. Ia memegangi kepalaku namun tidak menyuruhku berhenti. Kumainkan putingnya dengan jari-jariku yang membuat Ariel meronta kegelian.

"Aaaaaaaaaahhhhh Nieeeeel akuuuu kenapaaaa…. Uuuuuuhhhhh" Ariel mengejang, pinggulnya sedikit terangkat.
"aduuhhh eeehh…" Ariel memejamkan matanya nampak lelah.
"kenapa kamu?" tanyaku bingung.
"gak tau, enak. Kyak pipis hhhh tapi lengket hhhh… capek tapi enak" jawabnya tak mengerti.
"liat…" pintaku sambil tanganku bergerak turun menuju celananya.
"modus banget lo cupu, gaboleh!" ia memukul tanganku.

Aku memeluk tubuh Ariel dan rebahan di kedua dadanya. Nafsu sekali melihat tubuhnya dengan dada yang tereskpos, ingin sekali aku melakukan lebih, namun aku takut. Ariel mengalungkan tangannya di leherku sambil mengelus kepalaku lembut.

"Riel tapi aku belom puas…" kataku terus terang.
"emang ini gak cukup?" tanyanya padaku.
"belom. Liat nih masih berdiri." aku menunjuk penisku yang mengacung dibalik celana.
"trus gimana?" tanya Ariel bingung.
"aku boleh coli depan kamu? Biasanya cuma bayangin kamu. Sekarang mau langsung" aku memberikan permintaan yang vulgar.
"astaga Daniel kenapa jadi mesum gini sih… emang ya cowok udah dikasih cium minta leher, dikasih leher minta toket. Sekarang ada lagi" ia bergeleng geleng padaku.
"Tapi yaudah deh sekali ini, gak lagi lagi ya" ia mengedip nakal kearahku.

Tanpa membuang waktu, kuturunkan celanaku didepannya. Memperlihatkan kejantananku yang tidak memalukan pada Ariel. Ia terkejut melihat penis untuk pertama kalinya, diperhatikannya penisku dengan seksama setiap bagiannya tak luput dari pengamatannya. Ku mainkan penisku dengan tangan didepannya. Ia nampak begitu penasaran. Ia memperhatikanku yang sedang mengelus penisku tanpa berkedip.

"iiih gitu ya cowok…" ia tertawa kecil, namun terlihat sekali kalau ia penasaran.
"mau coba?" tanyaku sambil terus mengocok, payudaranya yang terpampang serta wajahnya yang memerah dan basah oleh keringat membuat nafsuku sedikit terpenuhi.
"pancing terus!" ledek Ariel.
"siapa tau kan…" balasku nyengir.

Beberapa menit berlalu dengan Ariel yang duduknya menjadi gelisah melihatku yang masturbasi didepan wajahnya. Aku mulai keenakan mengocok penisku sambil di lihat oleh bahan fantasiku. Ingin sesegera mungkin aku menikmati Ariel lebih lagi, namun hari ini setidaknya aku bisa mengotori wajahnya dengan cairan hangatku.

"lama banget deh, itu di kocok terus biar apa?" tanyanya bingung.
"entar hhh ada yang keluar kyak kamu tadi hhhh" balasku sambil mulai mempercepat kocokanku, aku mulai merasakan akan sampai.
"kalo aku yang gituin?" tanya Ariel lagi, hangat nafas Ariel mengenai penisku membuatnya berdesir.
"lebih cepet lagi kalo kamu bantuin." balasku berharap.
"hmmm…" Ariel nampak berfikir.
"Aaaah… Enaaaak!!" aku terlonjak saat tangannya yang lembut memegang penisku.

Kocokan Ariel begitu kaku dan kasar, namun justru membuatku semakin tidak tahan. Aku berusaha sekeras mungkin menahan orgasmeku agar dapat menikmati kocokan Ariel lebih lama. Siapa tau aku tidak dapat merasakannya lagi nanti. 2 menit sudah Ariel mengocok penisku, aku dapat melihatnya tersenyum melihatku keenakan seperti ini. Matanya terus menatapku berharap berhasil memuaskanku.

"Aaaaaahh Rieeeeell!!" aku mendesah memanggil namanya.
"eeeehhh kok nyembur-nyembur?!" Ariel terkejut karena penisku menyemburkan isinya.

Spermaku memuncrat mengenai rambut, dahi, pipi, bibirnya yang sedikit terbuka dan menetes membasahi dadanya. Ia bengong melihat kejadian ini dengan tubuh yang berlumuran cairanku.

"iih lengket. Agak asin nih di bibir, bauuuu. Niel!" Ariel mendengus kearahku.
"aaaah hehe ini keinginanku ngeliat kamu berlumuran spermaku, makasih sayang." balasku sambil mengusap kepalanya.
"oh gitu… berarti aku berhasil? Hehehe" ia nampak begitu bangga.
"bersihinnya gimana?" tanyanya bingung.
"mandi aja sayang" jawabku sambil merapikan celanaku dan mengelap cairanku yang menetes di lantai.
"yaudah aku mandi dulu deh. Inget ini dirumah jangan panggil aku sayang, nanti papa mama curiga" ia menyerocos mengingatkanku.
"iya sayang aku ngerti…"
"aku ikut mandi boleh gak?" tanyaku, mencoba itu bolehkan.
"Gak! Yang ada aku makin kotor, ahelah gimana sih!" ia mencubit pinggangku dan menuju kamarnya lalu bersiap mandi.
__________________________

Aku menunggu Ariel selesai mandi di ruang tamu. Setelah bergantian mandi setelah Ariel selesai, kami berdua memutuskan untuk makan. Tak lama kemudian kedua orang tua Ariel pulang bersama dengan Eve, muka mereka berdua tampak kesal sambil berjalan masuk. Kami berdua melirik dengan curiga.

"Pasti Eve bikin masalah lagi nih" Kata Ariel berbisik padaku.
"Ya dia selalu masalah dengan sikap, padahal nilainya bagus-bagus" Balasku juga berbisik.

Ariel mencoba menguping dari balik tembok dapur. Namun sepertinya usahanya percuma karena suara Ibunya yang setengah berteriak terdengar jelas dari dapur.

"Eve!! Kamu itu yang sopan kalau sama guru!!" Tante Clarissa memarahi Eve.
"Loh salah dia kenapa ngegas. Guru kok marah-marah terus!!" Eve membalas ibunya.
"Dia marahin kamu karena dia ngerti yang terbaik buat muridnya!!" Tante Clarissa menatap Eve tajam.
"Aku juga tau soal yang dia marahin itu, aku udah gede Ma!!" Balas Eve dengan nada keras.

Aku yang jadi ikut mengintip bersama Ariel dapat melihat Om Ichwan bangkit dari duduknya. Ia berdiri sambil menatap Eve tajam. Aku dan Ariel sama-sama ketakutan melihat Eve dimarahi seperti itu.

"Siapa yang ajarin kamu bentak Mama?" Om Ichwan berbicara pada Eve dengan tegas, namun aku tau ia saat ini sedang marah besar.
"A… aku… aku gak bentak Mama." Eve nampak ketakutan dan bicara terbata-bata.
"Eve. Kamu bener rangkul-rangkulan sama Yunus?" Om Ichwan bertanya lagi.
"Gak Pa, itu gossip doang beneran!" Eve menjelaskan pada ayahnya.

Aku dan Ariel saling tatap, kami mengerti apa yang menjadi masalah diantara mereka. Sepertinya beredar gossip kalo Eve sedang dekat dengan cowok di sekolahnya. Sebenarnya wajar untuk anak umur 15 tahun mulai tertarik dengan lawan jenis. Apalagi Eve cantik seperti kakaknya, pasti banyak laki-laki yang mulai mencoba mendekatinya.

"tapi Eve gak bohong loh" Kata Ariel tiba-tiba.
"eh?" aku terkejut mendengar kata-kata Ariel.
"dia kalo bohong itu ketauan, lagipula Eve itu orangnya jujur." Ariel menjelaskan padaku.

Kalau dipikir pikir, benar juga. Eve itu tidak pernah berbohong besar, biasanya hanya bohong untuk bercanda. Dia anaknya sangat jujur, bahkan ketika ia mengambil uang tanpa bilang-bilang pun dia akan ngaku sendiri nantinya.

"yaudah Papa percaya. Sekolah dulu yang bener, cowok itu dateng sendiri kalau kamu pintar dan cantik. Kamu jangan salah pilih cowok." Om Ichwan mengusap kepala Eve, anak itu tersenyum pada ayahnya.
"loh kok Papa belain?" Tante Clarissa menatap keheranan.
"karena dia jujur Ma. Udahlah gak usah di bahas lagi, nilainya Eve juga bagus-bagus loh" Om Ichwan memegang rapot Eve ditangannya, "Ariel, Daniel, sini. Dari tadi kalian ngintip?"

Kami berdua terkejut dan keluar dari balik tembok dapur. Berjalan pelan kearah ruang tamu seperti maling yang ketangkap basah. Kami berdua duduk di samping Eve yang menatap kami tajam, sepertinya ia marah karena kami menguping dan tidak membantunya.

"kalian udah makan? Ini nilai Eve kalian liat deh" Om Ichwan bertanya pada kami.
"Udah Om, wah iya bagus nilainya!" Kataku sambil melihat nilai Eve yang memiliki kepala rata 9.
"pinter juga lo Ip" Ariel melirik Eve yang hanya di balas dengusan oleh Eve.
"iyalah, gw kan belajar terus sama Koh Daniel. Emangnya lo malah gandeng-gandengan!" Eve mencibir Ariel.

Aku dan Ariel sama-sama terkejut mendengar kata-kata Eve. Kami berdua saling tatap tak percaya dan melempar tatapan itu ke arah Eve. Kami berdua melirik kearah kedua orang tua Ariel yang melihat kebingungan.

"kamu gandeng-gandengan sama siapa Riel?" Tante Clarissa bertanya pada Ariel.
"eeh.. Itu ngh…" Ariel gugup dan terbata-bata tak bisa menjawab.
"kamu punya pacar? Siapa?" tanya Om Ichwan padanya lagi.
"gak… itu… papa jangan dengerin Ip!" kata Ariel yang mulai keringat dingin.
"Loh kamu gapapa kok punya pacar, asal gak ganggu kuliahmu. Kamu kan udah gede" kata Om Ichwan pada Ariel.
"tapi kan pa, jeketinya…" ia menatap ayahnya tak percaya, karena ia pikir ayahnya akan marah.

Aku hanya menonton mereka sekeluarga, aku takut salah ngomong dan kena tanya juga. Eve menatapku tajam seperti berkata bahwa aku lah yang menjadi sumber masalah Ariel disini. Aku tersenyum tipis membalas Eve agar dia tutup mulut. Ariel yang masih tegang karena disidang melirik kearahku.

"Ariel gapunya pacar kok om. Dia masih pulang pergi sama saya" aku mencoba membantu Ariel, Ariel tersenyum seakan berterima kasih padaku.
"oh bener Niel?" Om Ichwan balas menatapku, sepertinya ia percaya padaku.
"iya bener kok" Aku meyakinkannya sekali lagi.
"yaudah kalo gitu. kalian ganti baju ya, kita pergi makan Pizza ngerayain nilai Eve yang bagus" kata Om Ichwan.

Om Ichwan dan Tante Clarissa bangkit dari duduknya, mereka akan menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian. Aku pun bangkit dari sofa ini juga untuk menuju kamar mengganti pakaian. Ariel menyusul ku meninggalkan Eve yang masih duduk di sofa memperhatikan kami pergi satu persatu. Aku sempat melirik kearah Eve yang sedang tersenyum aneh. Namun aku menghiraukannya dan menaiki tangga. Saat dipertengahan tangga aku mendengar Eve berteriak yang mengejutkan kami semua.



"WAKTU ITU DI FAMILY MART KOH DANIEL SAMA CI ARIEL GANDENGAN, TRUS PELUK-PELUKAN, KOH DANIEL JUGA MAININ RAMBUT CI ARIEL!." Eve tiba-tiba berteriak yang membuat kami semua langsung melihat kearah ruang tamu kembali.
"CI ARIEL SAMA KOH DANIEL PACARAN. AKU DENGER CI ARIEL MANGGIL KOH DANIEL SAYANG WAKTU MEREKA DI LORONG!" Eve kembali berteriak.

Jantungku serasa mau copot. Aku melihat Ariel yang berubah pucat menatapku tak percaya. Kami berdua saling melempar tatap mencoba mencari cara keluar dari masalah ini. Kami tak percaya Eve memergoki kami berdua yang sudah sangat hati-hati menutupi rahasia ini. Ariel menghampiriku dengan, wajah yang hampir menangis, ia terlihat sangat ketakutan saat ini.

"Daniel, Ariel, turun" Om Ichwan memanggil kami berdua.

Kami berdua saling tatap, sepertinya hidup kami akan berakhir.

-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd