Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Keep It As Secret! (Part 23 updated) [Tamat]

Status
Please reply by conversation.
Part 15 : Kejadian.

Aku memarkirkan kendaraanku di depan kos-kosan Sinka, kos-kosannya nampak begitu sepi seperti tak ada orang. Kunaiki tangga menuju kamar Sinka yg berada di lantai 2.

"Sinka ngantuk banget apa ya kok lampu depan sama pintu gak di kunci?" Pikirku bingung.
"Sin…" panggilku pada Sinka.
"Sinka?" Panggilku di depan pintunya.

Aku ingin masuk karena pintunya tidak tertutup rapat, namun aku tidak ingin dicap tidak sopan oleh Sinka. Kuketuk pintu kamar Sinka beberapa kali sambil memanggil namanya. Tak ada jawaban dari Sinka sama sekali.

"Wah masa pergi lupa nutup pintu? Bahaya banget!" Pikirku lagi.
"Sinka…" aku mencoba memanggil kembali sambil mengetuk pintunya.

Ketukanku sepertinya terlalu kencang karena membuat pintu kamarnya terbuka lebih lebar, cahaya matahari menerangi kamarnya yg gelap dari luar. Aneh rasanya ia menyalakan lampu depan namun ingat untuk mematikan lampu kamarnya, apakah ia begitu mengantuk semalam.

"Sin, sorry pintunya kebuka sendiri, gw masuk ya…" kataku sambil membuka sepatuku, perlahan memasuki kamarnya karena segan.

Tubuhku limbung dan terjatuh duduk di atas lantai. Wajahku membeku dan mulutku menganga tak percaya, aku begitu terkejut dengan pemandangan yg ada di hadapanku saat ini.
__________________________________

*Author POV*

Ariel sedang membaca dan mencatat materi kuis untuk besok, Amel yg berada di seberang meja tempat dia duduk sedang memainkan pulpennya karena bosan. Ariel sebenarnya dapat mendengar Amel yg mengeluh karena mereka hanya belajar sedari tadi. Ariel tak menghiraukan temannya itu sama sekali dan hanya fokus mempelajari materi untuk besok, dosennya terkenal begitu killer dan selalu memberikan kuis yg sulit.



"Riel… udahan yuk, udah 2 jam loh…" kata Amel mencoba mengalihkan Ariel.
"Kan yg ngajak belajar lo." Balas Ariel.
"Riel, ayolah, 2 jam loh. Waktunya istirahat yuk." Amel kembali merengek.
"Kalo kita istirahat, lu bakal ngajak makan dan ngemall. Balik-balik udah gelap dan Niel udah jemput gw. Percuma…" balas Ariel sambil memperbaiki kacamata bacanya.
"Huft…" Amel mendengus sebal.

Ia bangkit dari duduknya dan pergi menuju dapur, Ariel hanya melirik sedikit padanya dan terus melanjutkan belajar. Amel mengambil camilan dan minuman, ia meregangkan tubuhnya yg sejak tadi hanya duduk. Ia mengambil sebuah stik coklat dan duduk di sofa sebelah Ariel yg duduk di lantai sambil belajar.

"Yaudah lu belajar aja, tapi jangan cuekin gw." Kata Amel pada Ariel yg tak menolehnya sedikitpun.
"Hmmm" ariel hanya membalas dengan deheman pelan.
"Ariel!!" Amel kesal dengan Ariel dan mengeluarkan wajah cemberut.
"Iya…" balas Ariel pelan.
"Huh!" Amel kembali mendengus.

Keheningan kembali memenuhi ruang tengah apartement amel, Ariel masih fokus dengan pelajarannya sedangkan Amel menonton youtube di TVnya. Namun video yg ada di youtube tetap membuat Amel bosan.

"Riel…" panggil Amel lagi.
"Iya." Balas Ariel sekenanya.
"Gimana malam pertama? Enakkan?" Tanya Amel penasaran.

Ariel terkejut dengan wajah memerah, ia menoleh cepat kepada Amel yg sekarang sedang tersenyum meledek padanya.

"Ehh itu… eh biasa aja…" balas Ariel kelabakan.
"Ah masa? Tapi muka lu merah gitu" balas Amel meledek.
"Ih biasa aja! Beneran! Gw gak mau lagi kok… dia juga gak bisa… sama sama baru!" Sekali aja gak lagi!" Ariel menjelaskan dengan gugup yg membuat Amel tertawa.
"Enak pas tete lu diremes, atau pas tititnya masuk ke itu lo?" Amel terus mencerca Ariel.
"Ih gak! Mmm…" wajah Ariel merah padam.
Pasti pas puting lu di sedot ya? Biasanya yg tetenya gede kyak kita emang sensitif di bagian itu." Amel mendekati Ariel yg menatapnya dengan wajah panik.
"Enakkan?" Bisik Amel sambil menghembuskan nafas di telinga Ariel.



Entah bagaimana sekarang Amel dan Ariel duduk di sofa bersebelahan, namun tangan Amel meremasi kedua payudara Ariel. Kedua sahabat itu saling melumat dan beradu lidah dengan liarnya. Liur kedua gadis itu saling bercampur jadi satu, Ariel memejamkan matanya meresapi rangsangan Amel.

"Nieeel.. hhhh" Ariel membayangkan rangsangan yg diberikan Amel datang dari Daniel.
"Mas Danieeel… sshhh" Amel pun membayangkan bibirnya sedang berpagutan dengan Daniel.

Mereka melepaskan kecupan yg amat basah itu, entah sejak kapan baju Ariel telah terlepas menyisakan bra putih. Amel yg memulai ini semua telah telanjang bulat menanggalkan seluruh pakaiannya sendiri.

"Ariel tolong puasin temen lo yg single ini… lo enak punya pacar…" amel terlentang pasrah.
"Ah gw juga gak kyak lu kali maniak" balas Ariel meledek.
"Belom aja lu ketagihan sampe gampang gatel kyak gw.
"Gak lah lu kan bisa ml tiap hari saking maniaknya" balas Ariel, sebenarnya ia tak mau jujur kalau ia ingin bisa bersetubuh dengan Daniel setiap hari.

Kedua gadis itu saling remas, tubuh bawah mereka terus bergesekan untuk merangsang selangkangan masing-masing. Ariel memberikan payudaranya ke mulut Amel yg dengan senang hati menikmatinya, jari Ariel menerobos tanpa permisi mengocok vagina Amel.

"Aaaahhh aaaahhh ssshhh" Amel mendesah saat kocokan Ariel menjadi cepat.
"Nggghhhh iaaaah ooohhhhh" Ariel tak mau kalah kencang mendesah ketika gigi Amel menggigiti kecil putingnya.

Ariel memutar tubuh Amel untuk membelakangi tubuhnya, Amel duduk di atas pangkuan Ariel pasrah. Ariel menelusupkan kedua jari tangan kanan ke dalam vagina amel, sedangkan tangan kirinya memainkan klitoris Amel. Sesekali tangan kirinya memilin dan mencubiti payudara Amel.

"Teruuuussssss aaahh" Amel mendesah desah.
"Uuuuh uhhh aah ah"
"Ah ah ah ah"
"Ssshhhhh mas… ahhhhhh mas Danieeeeeeeell!!" Amel mengerang panjang dalam hati.

Cairan Amel menyembur deras di jari Ariel, Amel langsung menarik jari Ariel dan mengemutinya hingga bersih. Pinggulnya yg masih mengejan kembali di masuki jari Ariel yg ia arahkan, mengocoknya sebentar dan kembali mengorek cairannya. Ariel mengemuti jarinya sendiri menikmati cairan kewanitaan Amel. Amel turun dan berlutut ke lantai, ia menarik selangkangan Ariel agar lebih dekat dengan wajahnya. Ariel menggit bibir bersiap menerima lidah Amel di vaginanya. Nafas hangat Amel amat menggelitik di selangkangannya.

"Aaaahhhh…" Ariel mendesah saat lidah Amel mulai menyapu vaginanya.
"Ameeeel….." tanpa ampun Amel melebarkan lubang vagina Ariel dan menjilati dalamnya.

Lidah itu menyapu dinding-dinding vagina Ariel, menusuk nusuk dan menggelitiknya. Basahnya lidah Amel memberikan sensai yg amat nikmat. Ariel menggigiti jarinya sambil mengangkang di tahan oleh tangan Amel. Amel memainkan klitoris Ariel dengan jarinya sambil terus menjilati dan menyedot lubang vagina Ariel.

"Aaahh ahhh ahhh Ameeeeel….." Ariel mendesah keenakan.

Amel meningkatkan intensitas rangsangannya, Ariel bergerak kesana kemari tak tahan menerima perlakuan Amel. Vagina Ariel mulai berkedut karena orgasmenya sudah dekat.

"Sssshhhhh AHHHHHH!!!!" Ariel mendesah dengan kencang.
"AAAAAAAHHHHHHHHH!!" Desahan Ariel terus berlanjut bersama dengan cairan vaginanya yg menyembur keluar dari vaginanya.

Amel menjilati dan menelan cairan orgasme Ariel hingga bersih. Mereka berdua merebahkan tubuhnya di atas sofa, nafas mereka memburu tak karuan akibat permainan mereka. Mata mereka terpejam dan tanpa sadar terlelap.
__________________________________

Amel membuka matanya setelah terlelap karena kelelahan, ia melihat Ariel yg duduk di sofa dengan tubuh harum. Ariel nampaknya sudah bangun dan mandi lebih dulu darinya. Ariel melemparkan handuk pada Amel dan menyuruhnya mandi. Amel mengambil pakaiannya yg berserakan dan menuju kamar mandi.

"Kemana ya dia? Kok gak bales-bales…" Ariel khawatir karena Daniel tak bisa di hubungi sejak berpisah dengannya tadi pagi.

Ariel masih mencoba memberikan pesan dan menelepon Daniel berkali kali. Namun tak kunjung ada jawaban, ia mempertanyakan keberadaan Daniel kekasihnya saat ini.

"Ketemu Sinka, gak bales bales, ngapain sih?!" Pikiran Ariel mulai memikirkan hal yg tidak-tidak.
"Aah gak mungkin Daniel begitu!" Ariel berusaha tetap positif.

Namun sebuah pikiran kembali terlintas. Daniel pergi ke kos-kosan Sinka yg tinggal seorang diri dan tidak bisa di hubungi sejak pagi. Saat ini sudah pukul 7 dan masih tak ada jawaban dari Daniel, bahkan seharusnya Daniel sudah menjemputnya sekarang namun ia tidak menghubungi Ariel sama sekali.

"Apakah Daniel dan Sinka sedang…" Ariel mencoba menenangkan kepalanya.
"Sinka cantik… badannya bagus… punya hobby yg sama dengan Daniel… pasti mereka udah…" Ariel kembali membayangkan apa yg sedang terjadi di kos-kosan Sinka.
"AAAAAAH!!" Ariel tanpa sadar berteriak kesal.

Amel yg sudah selesai mandi dan hanya dibalut anduk terkejut karena teriakkan Ariel.

"Woy kenapa lu? Ngagetin aja" kata Amel pada Ariel.
"Ini Daniel sudah banget dihubungin!" Balas Ariel sambil meremasi bantal di pangkuannya.
"Yaelah cowok ini, mungkin dia lagi deket sama cewek kali, lagi jalan. Sabar dikit aja entar juga di jemput." Balas Amel pada Ariel.
"Mas Daniel mah gak mungkin gak jemput, tenang aja sih lu kan tuan putrinya Daniel hahahaha" ledek Amel pada Ariel.
"Iyasih tapi biasanya dia selalu bisa di hubungi, paling lama setengah jam dia baru bales. Ini dari pagi!" Tambah Ariel.
"Posesif banget sih. Mas Daniel mungkin lagi ada keperluan atau lagi sibuk ngerjain sesuatu…" balas Amel mencoba menenangkan sahabatnya.
"Iyasih…" balas Ariel pelan.

Amel dan Ariel memutuskan untuk membeli makan malam dengan aplikasi ojek online, mereka berdua makan sambil bercerita sedikit. Mengenai Ariel dan pacarnya, Amel sesekali meledek Ariel karena mereka berdua pasangan yg sangat menggemaskan buat Amel.

"Iri gw sama lu Riel, dapet pacar yg sama-sama polos dan baik gitu. Gemes banget kyak novel!" Kata Amel pada Ariel.
"Ah gak kok!" Balas Ariel tersipu.
"Gw selalu dapet cowok gaul, anak jaksel, kerjaannya ngebandel mulu. Kadang sampe capek ngurusin cowok yg malah jadi nyusahin." Keluh Amel.
"Kebanyakan mau MLnya doang, ya walaupun gw juga, tapi sesekali gw juga mau romantis dan gemes-gemes kyak gitu juga kan!" Amel terlihat seperti seorang jomblo yg penuh masalah.
"Hahaha nanti juga dapet kok, tenang aja…" Ariel mencoba menghibur temannya itu.
"Hmmm mas Daniel gemes kyak gitu gak ya? Mas Daniel baik, perhatian, pasti romantis dan gemes juga… mau!" Amel merengek di depan Ariel.
"Riel… mas Daniel mau gak ya sama gw? Hehe lu gapapa kan kalo gw bilang gw suka sama mas Daniel?" Amel mencerca Ariel yg bengong dengan pertanyaan.

Ariel tak menjawab Amel, pikirannya membeku mendengar pengakuan Amel. Tak mungkin ia bilang kalau kekasihnya adalah Daniel, namun ia juga tak mungkin bisa menjawab tidak pada sahabatnya itu. Ariel gundah akibat pengakuan Amel ini.

"Ah… iya haha" Ariel mencoba menjawab Amel.
"Ih kok gitu?!" Balas Amel pada Ariel.
"Yah itu mah urusan Daniel, gw juga gak ngerti" balas Ariel berusaha tetap tenang.
"Ih lu bukannya bantuin temen lu… lu mau gak bantuin gw deket sama mas Daniel?" Amel meminta tolong pada Ariel.
"Duh gak tau ya, terserah Daniel aja kalo itu mah…" Ariel memalingkan wajahnya dari Amel, kepalanya begitu penuh dengan pikiran berkecamuk.

Siapakah yang membuat kita berdua bertemu?
Semuanya berkata itu adalah takdir


Suara dering handphone Ariel berbunyi. Ariel menyambar hpnya dengan cepat dan mengangkatnya setelah melihat nama Daniel di layar HPnya.

“lo kemana aja kok susah banget di telepon, di chat juga gak bales!!” Ariel langsung mencerca Daniel.
Sorry, kamu bisa pulang sendiri kan? Aku ada urusan mendadak, tolong bilang Om dan Tante kyaknya aku gak pulang cepet” kata Daniel dengan suara pelan.
“Niel? Hallo? lo kenapa sih?! lo mau nginep di kosan Sinka?! Gila lo ya!” balas Ariel terkejut mendengar perkataan Daniel.
Sorry, sebentar…” Daniel mengalihkan teleponnya.

Ariel kebingungan akibat tingkah Daniel yg amat aneh, amarahnya tak bisa terbendung karena kelakuan Daniel yg seenaknya itu.
__________________________________

*Flashback, POV Daniel*



Aku masih menatap tak percaya, aku tak tau apa yang harus ku lakukan saat ini. Tubuh Sinka setengah duduk di pinggiran kasurnya. Tubuhnya basah oleh peluh dan juga cairan sperma, beberapa cairan itu bahkan tampak mulai mengering di tubuhnya, namun bukan itu yg paling mengejutkan buatku. Sinka terbujur kaku dengan tangan berlumuran darah dan sebuah pisau dapur yg tergeletak di sampingnya, pisau itu juga dipenuhi darah yg kuduga berasal dari tangannya. Darah itu membasahi pergelangan tangan sinka dan mengalir di karpet menuju lantai. aku terpaku dengan wajah panik, namun bergegas mencari kain atau apapun yg bisa digunakan untuk menghambat darah Sinka. Akhirnya aku memutuskan untuk merobek pakaian Sinka yang berceceran di lantai kamarnya, sobekan kaos miliki Sinka kugunakan untuk mengikat kencang lengan tangan kanannya agar darahnya tak mengalir lagi.
Aku bergegas keluar dan menelepon ambulan. Aku juga memanggil pemilik kos-kosan untuk menanyakan perihal nomor keluarga Sinka. Aku mencoba menelepon ibu Sinka, tak berapa lama ibunya mengangkat telepon dariku dengan bingung. Ku jelaskan apa yg terjadi padanya. Tangisan dari ibu Sinka membuatku tak tega, air mataku ikut menangis dan mencoba menenangkan ibu Sinka. Aku menunggu di luar kamar sambil sesekali mengecek kedalam untuk melihat keadaan Sinka. 15 menit kemudian sebuah ambulan dari rumah sakit terdekat datang dan langsung bergegas memberikan pertolongan pada Sinka. Polisi yg juga sudah datang meminta keterangan dariku, mereka membawaku untuk ikut ke rumah sakit sebagai saksi juga sebagai penjamin sementara untuk Sinka. Polisi menanyaiku cukup lama dan berhenti saat aku harus mengurus administrasi di rumah sakit. Aku mengikuti setiap prosedur kepolisian dan rumah sakit sebelum akhirnya polisi meninggalkanku, mereka menganggap kejadian itu sebagai usaha bunuh diri dan tak perlu penanganan lanjutan sebelum Sinka bisa memberikan keterangan.
__________________________________

Tanpa sadar waktu sudah mulai malam, aku mengecek HPku. begitu banyak panggilan masuk dan pesan masuk dari kekasihku Ariel. Aku menghela nafas panjang sambil membuka minuman kalengku, rasa haus dan lapar baru terasa setelah semua urusanku selesai. Tak berapa lama aku dapat mendengar suara marah kekasihku itu, suaranya membuat semangatku sedikit kembali dan senyuman tipis tersimpul di wajahku.

lo kemana aja kok susah banget di telepon, di chat juga gak bales!!” Ariel langsung mencerca ku dengan amarah yg tak terbendung.
“Sorry, kamu bisa pulang sendiri kan? Aku ada urusan mendadak, tolong bilang Om dan Tante kyaknya aku gak pulang cepet” balasku pelan.
Niel? Hallo? lo kenapa sih?! lo mau nginep di kosan Sinka?! Gila lo ya!” balasnya dengan berbagai pertanyaan.

Aku melihat seorang suster mendekatiku, ia mendekatiku sambil membawa sesuatu seperti sebuah file. Suster itu mengajakku untuk mengikutinya menemui keluarga Sinka. Suster itu juga berkata kalau segala administrasi dan jaminan Sinka akan dipindahkan pada keluarganya setelah berkas yg dibawanya itu ku penuhi.

“Sorry, sebentar…” Aku berkata pada Ariel yg masih memanggil-manggil namaku.
“Pak, kalau berkas kuasa pasiennya sudah diisi, bisa langsung mengikuti saya bertemu keluarga dari ibu Sinka. Tadi kepolisian juga berpesan kalau pak Daniel harus berada di rumah sakit ini dulu karena besok pagi akan ada penyelidikan lagi bila ibu Sinka sudah sadar.” kata suster itu padaku.
“Oh iya baik mbak, saya juga udah hubungi keluarga saya kalau gak bisa pulang. Jadi saya tinggal isi ini kan? Makasih ya mbak.” kataku pada suster itu sambil menerima berkas darinya.
Halo?! Kamu dimana?! Pasien?! Kamu masuk rumah sakit?! Niel jawab aku!” Ariel masih berbicara dari balik telepon.
Aku kesana! Kamu share location sekarang atau aku bakal datengin semua rumah sakit!” tambah Ariel.

Aku menghela nafas, saudaraku ini memang sulit untuk dibantah. Namun hal ini juga membuatku senang karena Ariel begitu memperhatikanku, aku kembali menempelkan handphoneku ke telinga.

“Aku di rumah sakit XX” balasku padanya.
“Kalau kamu udah sampe baru aku jelasin, maaf ya” balasku sambil mematikan panggilan telepon dari Ariel.

Setengah jam berlalu, Ariel dan Amel telah sampai ke rumah sakit ini dengan keluarga Ariel. Ariel berlari dan memelukku karena khawatir, Eve juga memelukku setelah aku melepaskan pelukan Ariel. Om dan Tante nampak begitu khawatir terlihat di wajah mereka. Aku menjelaskan kalau aku tak apa-apa pada mereka dan merekapun dapat bernafas lega. Aku menjelaskan apa yang terjadi dan mengajak mereka bertemu keluarga Sinka. Ariel mengajakku sedikit menjauh dari tempat ini, kami berdua bersembunyi di balik lorong yg tak jauh dari sini.

“Aku kira kamu kenapa-napa!” Ariel memeluk tubuhku begitu erat, kubalas pelukannya sambil mengelus rambutnya agar ia tenang.
“Kamu jangan gitu lagi ya, tolong kabari aku…” Ariel menatapku dengan wajah cemberut yg begitu lucu.
“Iya, maaf sayang aku juga khawatir lihat Sinka begitu. Maaf kamu sampai khawatir gini…” aku mengelus puncak kepalanya sambil memegang tangannya.
“Aku bersyukur kamu gapapa…” Ariel kembali memelukku.

Kami berpelukan beberapa saat hingga kini bibir kami telah bertemu. Ciuman lembut itu berlangsung singkat sampai sebuah suara mengejutkan kami berdua.

-Bersambung-

Sekalinya comeback langsung update yang sedih sedihan 😭
 
Part 16 : Kejutan.

"Kaget ya?" Suara Eve mengejutkan kami berdua.

Kami melepaskan pelukan diantara kami berdua, keringat dingin mulai mengucur dari dahiku. Eve tertawa kecil melihat kami berdua lalu menoleh sekeliling, ia berjalan perlahan ke arah kami berdua lalu menarik tangan kami.

"Krib… kalo ada papi sama mami tolong tahan sedikit." Eve menoleh ke arah Ariel.
"alo tadi aku gak ikutan peluk koh Niel, aku gak tau deh papi, mami sama kak Amel bakal mikir apa." Eve menghela nafas pelan.
"Koh Niel… jangan ngilang kyak gitu, semua orang kepikiran sama kokoh. Terutama ini nih si krib nanyain mulu… berisik tau" Eve terus menarik tangan kami kembali ke depan ruang perawatan.

Di tempat itu sudah terdapat keluarga Sinka yg nampak sedih, mereka berterima kasih padaku dan menanyakan tentang kejadian ini. Aku menceritakan semuanya sebanyak yg aku tau pada mereka, tentang seluruh kejadian di kampus dan di kostan. Keluarga Sinka terlihat amat terpukul, ibunya jatuh tersungkur ke tanah sambil menangis tersedu-sedu. Tante Lita mencoba menenangkan ibu Sinka yg tak kuasa menahan tangisannya.
__________________________________

*dua hari kemudian*

Kami mendapat kabar bahwa Sinka telah siuman. Kami sekeluarga bergegas menuju rumah sakit untuk menjenguk Sinka, namun Ariel dan Eve tidak bisa ikut karena sedang ada jadwal theater. Aku pergi ke rumah sakit itu sendirian. Hanya setengah jam perjalanan aku telah sampai di rumah sakit dan bertemu keluarga Sinka. Mereka mengatakan bahwa Sinka masih harus berada di rumah sakit paling sebentar 1 minggu karena ia harus melakukan pemulihan kembali. Sinka masih belum mengatakan apapun dan menceritakan apapun pada keluarganya, Sinka selalu berkata mengapa ia harus diselamatkan.
Aku meminta izin untuk menemui Sinka kepada orang tuanya. Aku memasuki kamar yg berlampu redup dan dingin karena AC itu, aku dapat melihat Sinka yg sedang duduk di atas kasurnya. Kabel kabel penunjang kesehatan menancap di tubuhnya. Aku dapat melihat perban yg melilit di dahi, bahu, lengan dan juga beberapa plester yg menempel di pipi dan pahanya. Sinka terlihat sedang menatapi pergelangan tangannya, matanya begitu kosong dan wajahnya sangat pucat. Kudekati tubuh yg nampak tak bernyawa itu pelan, aku tak ingin membuatnya terkejut. Tubuhnya yg semakin kurus nampak sangat kontras dengan saat kami berdua pertama bertemu.

"Niel…" Sinka tiba-tiba menyebut namaku, aku menghentikan langkahku yg mendekatinya.
"Niel…" ia menoleh ke arahku dengan tatapan kosong, senyumnya merekah sedikit namun nampak tidak ada kecerahan di matanya.
"Kenapa kamu nyelametin aku?" Tanyanya padaku tiba tiba.
"Karena kamu temenku, aku gak mau kamu kenapa kenapa" jawabku padanya.
"Apa aku pernah minta tolong?" Tanyanya kembali.

Aku terdiam tak mampu menjawab, seketika tubuhku dingin dan membatu. Perlahan tanganku bergetar akibat kata-kata Sinka. Aku dapat merasakan auranya yg terasa amat marah, sedih, dan putus asa.

"kamu tau itukan? Kamu tau kan apa yg sudah mereka lakukan?" Sinka berkata dengan tatapan kosong padaku.
"KAMU GAK USAH SOK PAHLAWAN DAN DATANG NOLONGIN AKU!!" Kata Sinka membentakku.
"Kamu tau gimana rasanya? Kamu tau gimana? Kamu pernah gak membenci sesuatu sampai kamu memimpikan apa yg kamu benci itu berulang-ulang setiap malam, setiap hari." Sinka tersenyum padaku, aku tak dapat membalas satupun perkataannya.
"Aku pernah minta tolong sama kamu, malam itu aku telepon kamu berkali kali, aku berharap kamu akan datang menolongku… aku cuma berharap kamu mau dengerin kata-kataku" Sinka kini menatap mataku tajam, aku teringat kembali saat malam ketika aku dan Ariel sedang di hotel untuk bercinta dan Sinka menelepon ku berkali-kali.
"Tapi ternyata kamu gak menjawab sama sekali hahaha" Sinka tiba-tiba tertawa, aku kebingungan melihat tingkahnya itu.
"Jadi aku telepon kamu, biar kamu bisa liat aku untuk terakhir kalinya… sendirian, basah, oleh keringat, oleh cairan, oleh darah hahahahahaha" Sinka kembali tertawa.
"AAAAARGGHH" Sinka berteriak seperti orang kesakitan, teriakannya begitu keras hingga membuat keluarganya menghampiri kamarnya.
"AAARGHH Aku pelacur!! Siapa yg mau pakai aku?! Silahkan!! Hahaha" Sinka tiba-tiba berkata tidak jelas.
"Ajak teman temanmu, gapapa… ayo Daniel pakai aku sepuasnya beramai-ramai!! Kamu belum pernah ngerasain vaginaku kan, mau kan?! Hahahaha" kakak Sinka memanggil suster di ruang jaga sementara ibunya berusaha menenangkan Sinka.

Suster itu memberikan anestesi pada Sinka agar kembali tenang, ibu Sinka nampak begitu terkejut dan air matanya mengalir. Kakak Sinka tak beda jauhnya dengan sang ibu, ia mencoba menenangkan ibunya namun tangisannya juga ikut pecah. Aku keluar dari kamar perawatan Sinka dan duduk di kursi yg berada di luar. Tak berapa lama kemudian ibu dan kakak Sinka mendekatiku yg duduk menunduk. Aku dapat mengerti bahwa mereka ingin penjelasan dariku, aku mengajak mereka berdua untuk menuju ke kantin. Kami mengambil tempat agak di pojok agar dapat berbicara lebih personal.

"Tante, Kak Sinta, aku mau minta maaf sebelum menceritakan semua yg aku tau dan tante juga kak Sinta bebas untuk percaya atau gak sama ceritaku." Kataku membuka obrolan.
"Tapi sebelumnya, mungkin beberapa hari ini tante dan kakak bertanya-tanya aku ini siapa. Aku ini temennya Sinka, seperti yg aku ceritain waktu kita pertama keremu di sini. Aku di telepon Sinka untuk datang, dia cuma bilang aku untuk datang dan besoknya pas aku datang aku sudah menemukan Sinka seperti itu. Ini real tanpa ada pengurangan dan penambahan sedikit pun" kataku menjelaskan.
"Hubunganku dengan Sinka itu tidak ada apa-apa, aku sama dia baru bertemu sekitar 1 atau 2 bulan yg lalu, tidak sengaja di kampus karena kami beda fakultas. Kami teman yg kebetulan punya hobby yg sama" tambahku.

Aku pun menceritakan semua yg aku tau dari awal, tentang Sin-pyon, tentang apa yg pernah kulihat ketika aku memergoki kelakuan bejat Tommy, ketika Sinka mencoba mengajakku untuk melakukan hubungan badan, dan ketika akhirnya Sinka meneleponku. Aku menceritakan sedetailnya dan juga menceritakan siapa Tommy. Ibu dan kakak Sinka nampak sangat terpukul dengan kejadian itu, mereka kembali menangis tersedu-sedu membuat hatiku juga terasa seperti teriris. Tiba-tiba mereka berterima kasih padaku karena sudah menjadi teman dan membantu Sinka bagaimanapun juga. Mereka berkata bahwa mereka menyesal karena tidak bisa mengerti dan tidak terlalu dekat dengan Sinka. Aku mendengarkan cerita mereka dengan seksama dan mulai mengerti keadaan Sinka, aku pun meminta maaf karena tidak benar-benar menjadi teman Sinka yg baik. Kami memutuskan untuk makan lalu kembali ke kamar Sinka.
Satu minggu telah berlalu semenjak kejadian Sinka siuman itu, kini Sinka telah di bawa ke kota asalnya oleh keluarganya. Di sana Sinka dirawat di rumah sakit jiwa di kotanya juga semenjak saat itu aku sudah kehilangan kontak dengan keluarganya. Mereka hanya mengucapkan terima kasih dan meminta untuk tidak menghubungi Sinka lagi agar traumanya tidak kembali. Aku menghargai keputusan keluarganya dan mendoakan agar Sinka cepat kembali seperti sedia kala.
__________________________________

"Sayaaang!!" Aku mengerang keenakan.
"Aaahhh sshhhh terusss ahhh" kekasihku juga mendesah keenakan.

Entah apa yg ada dipikiran kami saat ini karena saat ini kami bersetubuh di dalam mobil milik Om Ichwan yg terparkir di basement lantai 3 yg sepi. Sebenarnya tujuan kami ke mobil hanyalah mengambil hp yg ketinggalan, namun entah kenapa tiba-tiba kami memanfaatkan kesempatan berduaan ini semaksimal mungkin. Ariel berkilah pada Om Ichwan bahwa HPnya tertinggal di rumah dan kami mengambilnya menggunakan mobil.

"Kangen sssshhh Niel aaah" Ariel mendesah-desah ketika tubuh mungilnya yg padat itu kusetubuhi sambil duduk.

Pinggangku bergerak maju mundur mengikuti kendali dari pinggul Ariel yg bergoyang di atas selangkanganku. Kami berpelukan erat sambil terus bergoyang untuk memenuhi kepuasaan masing-masing. Kepalaku tak tinggal diam mulai mengendus dan menjilati bagian belakang telinga Ariel, Ariel memberikan ruang bagiku agar lebih leluasa dengan cacatan untuk tidak meninggalkan bekas karena nanti malam adalah pertunjukan ulang tahunnya. Peluh kami bercucuran, tubuh telanjang kami sama-sama mengkilap oleh keringat cinta yg kami keluarkan. Ariel mendesah sejadi jadinya di dalam mobil ini, suara desahannya begitu menggairahkan membuatku semakin intens menggoyang pinggulku.

"Ganti…" bisikku di telinganya.

Ia menatapku dengan mata sayu, menuruti setiap arahan yg kuberikan. Aku menyuruhnya untuk tidak mendesah keras-keras kali ini, karena sekarang aku sudah berada di luar mobil dengan pintu terbuka sedangkan Ariel berada di atas menunggingkan pantatnya ke arah luar. Ku usap penisku di lubang vagina Ariel yg membuatnya mendesis pelan lalu kembali memasukan penisku. Ku genjot vagina Ariel dengan tempo sedang. Ariel menoleh ke arahku dengan mulut menganga dan liur menetes karena kenikmatan persetubuhan kami.

"Aaaahhh ahh ahh ah ah ah" desahan Ariel yg tak mampu ia tahan seirama dengan goyangan pinggulku.
"Pantat kamu kenyal banget sayang nghh…" kataku sambil meremasi pantatnya.
"Aah ngh ahh ah Niel ah ah sayang ah ah" Ariel tak mampu menyelesaikan kalimatnya karena desahannya.

Ku remas pantat dan payudaranya sambil menggoyang pinggulku cepat. Aku mulai merasa kedutan pada penisku berbarengan dengan vagina Ariel yg makin merapat menjepit penisku. Tanda-tanda orgasme kami akan sampai. Ku setubuhi Ariel makin kencang saat spermakusudah berada di ujung.

"Aaaaaaahhhh!!" Kami mendesah bersamaan.

Penisku menembakan sperma beberapa kali membasahi pantat kenyalnya dan menyemprot hingga ke punggung mulus kekasihku. Sedangkan Ariel yg menungging memperlihatkan cairan putih yg mengalir keluar dari vaginanya. Ku ambil tissue di dashboard dan membersihkan sisa persetubuhan kami, setelahnya kami saling memeluk dan berciuman lembut. Bertukar saliva sepuasnya sampai nafas kami habis. Wajah kami berdua memerah dan sayu, rasanya ingin sekali kembali bersetubuh namun Ariel harus kembali sekarang.

"Love you Riel." Kataku sambil mencium keningnya.
"Love you too Niel" balasnya padaku.

Setelah berpakaian, kami kembali ke atas menuju tempat orang tua Ariel berada. Aku dan Ariel berjalan agak berjauhan.

"Kak!" Seseorang nampaknya memanggil kami berdua.

Ternyata Dhea yg sedang bersama seorang temannya memanggil kami berdua. Dhea dan temannya nampak mengobrol sedikit dengan Ariel sebelum beralih padaku.

"Hai kak Daniel." Sapa Dhea padaku.
"Hai." Balasku padanya.
"Kenalin kak ini Chika." Dhea mengenalkan temannya padaku.

Kami berdua berjabat tangan, aku memperhatikannya dari atas sampai bawah. Chika adalah gadis yg begitu cantik dengan rambut hitam tergerai, ia tergolong tinggi untuk ukuran wanita dan juga kulitnya begitu putih. Chika tersenyum lembut padaku sambil memperkenalkan dirinya. Ariel berdehem pelan membuatku tersadar dari lamunanku. Akhirnya kami berempat menunggu lift bersama, Ariel menatapku tajam karena beberapa kali ia mendapatiku sedang memperhatikan Chika. Tiba-tiba Chika menoleh ke arahku dan tersenyum.

"Kak Daniel…" panggil Chika padaku.
"Iya?" Balasku pada panggilannya.
"Aku penasaran, kita pernah ketemu gak sebelumnya?" Tanyanya padaku tiba-tiba.

-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd