Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Keep It As Secret! (Part 23 updated) [Tamat]

Status
Please reply by conversation.
Part 22 : How Far Can We Walk Together?


Aku dikejutkan oleh seorang gadis cantik yg tertidur dengan pulasnya di sampingku. Meski aku tau bahwa sejak semalam kami menghabiskan waktu berdua ditempat ini, namun melihatnya tertidur di dalam satu selimut yg sama denganku masih cukup mengejutkan. Kupandangi tubuh seksinya itu, tubuh yg setiap hari ia jaga bentuknya dengan berolahraga, yg terkadang ku jahili hingg akhirnya kami menjadi "berolahraga" berdua. Bibir manis yg sedikit terbuka itu begitu menggoda, membuatku mengecupnya pelan tanpa izin. Pandanganku kembali menyusuri tubuhnya, setiap titik yg menggoda bagiku akan ku berikan sebuah kecupan. Aku tak peduli telah membuat tidurnya tak tenang, karena tubuh indahnya ini justru membuatku tak tenang.

"Masih pagi tau…" Ariel bersuara saat aku sedang asik mengusap perut datarnya.

Ariel memutar tubuhnya membelakangiku, justru membuatku lebih semangat memeluk perutnya dari belakang. Aku menemukan titik-titik baru yg lebih menggoda. Bibirku menciumi punggung dan pinggangnya yg terbuka.

"Nghh masih ngantuk akuuu" katanya lagi sambil mencoba menggapai kepalaku dan mendorongnya menjauh.

Namun aku tak menghiraukan larangan dari Ariel. Bokong seksinya semakin kunikmati, meremas daging bokongnya yg kenyal sambil mencium dan menggigit pelan.

"Iiih iseng!" Ariel bangun dari tidurnya sambil tertawa karena merasa terganggu.

Aku terpana melihatnya yg menutupi tubuhnya dengan selimut putih, rambut panjang tergerai berantakan karena bangun tidur dan wajah polosnya yg begitu cantik. Sebagian pundak dan pahanya yg terlihat itu membuatku berdesir. Aku yakin Ariel dapat melihat penisku yg telah bangun di antara selangkanganku.

"Aku kan lagi sarapan…" kataku sambil mendekatinya perlahan, memainkan lidahku seperti serigala kelaparan di depannya.
"Iih ada ada aja kamu mah, aku masih ngantuuk" Ariel kembali tertidur setelah menolakku dengan nada yg manja.
"Capek akuuu" kata Ariel membelakangiku.

Aku mendekatinya dengan berjalan menggunakan lutut. Saat tepat di samping Ariel, aku merebahkan tubuhku di sampingnya dan kembali mengusap perutnya yg datar, tanganku yg lain menekan nekan payudara bulatnya dengan lembut. Ariel menoleh ke arahku dengan tatapan yg menurutku begitu menggoda. Bibirku menyapa bibirnya, saling bersinggungan dengan penuh cinta.

"Sshh Danieeeell" Ariel menutup matanya dan seakan terdorong keatas saat penisku mendorong masuk ke vaginanya, kepala penisku sudah memasuki tempat favoritnya.

Dua pasang kekasih yg sedang dimabuk cinta dan dikuasai nafsu ini kembali melakukan hubungan terlarang. Dua orang kakak beradik yg melanggar norma ini saling bertukar cinta di pagi hari yg hangat. Mereka sudah tak peduli dengan apapun, di otak mereka hanya ada cinta yg harus mereka bagikan sepuasnya.

"Niel oohh ohh usshh ohh" gadis yg di gilai oleh remaja ibukota ini tengah mendesah karena kenikmatan yg diberikan kekasihnya.
"Ah Riel, enak ah!" Balasku yg tengah asik menyetubuhi seorang idol yg memiliki aturan anti cinta.

Ariel tak peduli lagi dengan imagenya yg seharusnya terlihat sebagai idola polos dan suci. Membiarkan bagian intimnya dipuaskan oleh kemaluan sepupu yg juga kakak angkatnya. Ariel yg tertidur menyamping dan membelakangiku membuatku tak dapat melihat wajahnya. Pagi hari yg tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Bagaikan tak ada halangan apapun pada status kami berdua.

"Aaahh teruus Nieell ahh" ariel mendesah semakin jadi.

Aku menggoyang pinggulku dengan tempo sedang, menikmati pagi yg indah ini. Ariel mendesah menerima hujaman penisku meskipun semalam kami baru melakukannya juga. Nafsu kami tak pernah berhenti untuk saling memuaskan.

"Ugh aku mau keluar!" Kataku pada Ariel.
"Aaaahhh cepetin dikit yaang" perintah Ariel yg kuturuti dengan senang hati.

Kupercepat goyanganku, tanganku ikut bermain di dadanya. Putingnya yg mengeras kupilin dan kujepit dengan kedua jariku, tanganku yg lain menyusup ke bawah dan mengusap klitorisnya dengan cepat.

"Aaaaahhhh Nieeell sayaaaanggg" Ariel menggelinjang, rangsangan dariku membuatnya bergetar.
"Aaaaahhhh aaahhh aaaahhhhh sshhhh" goyanganku makin cepat, menghujam vaginanya yg begitu menjepit.
"Uughh Riel!" Tubuhku tersentak, kuhunam vaginanya dalam dalam

Penisku menyemprotkan isinya yg tak terlalu banyak, mengisi relung vaginanya. Penisku yg lemas keluar dari vaginanya. Ariel ikut tersentak beberapa kali, orgasmenya juga telah sampai berkat semprotan spermaku yg membanjiri vaginanya, membuat spermaku mengalir keluar membasahi bokongnya yg indah.

"Hhh masih pagi udah dibikin capek aja…" kata Ariel padaku.
"Kalo bisa mah seharian yang" balasku sambil memeluknya.
"Iih otak mesum dasar!" Ledek Ariel padaku.

Kami pun memutuskan untuk membersihkan diri bersama lalu kembali tidur.
__________________________________

*Flashback*

Amel mengirimiku sebuah pesan yg berisi ajakan untuk berlibur di luar kota yg telah disetujui oleh Ariel dan Tasya. Di dalam pesan itu mereka semua berniat membawa pacar masing-masing dan menggoda Ariel yg jomblo. Amel mengirimkan sebuah pesan lain yg mengatakan kalau aku harus ikut dan Ariel pasti mengajakku. Pesan dari Amel ini membuatku harap-harap cemas karena sepertinya tidak mungkin Om Ichwan akan mengizinkan.

"Kalian udah mulai libur?" Tanya Om Ichwan padaku dan Ariel.
"Iya Pi" jawab Ariel.
"Iya om" jawabku juga yg hampir bersamaan.
"Sayang banget ya Eve belum libur jadi kita gak bisa liburan." Kata Om Ichwan yg dibalas dengan wajah sebal dari Eve.
"Aku sih bisa bisa aja libur, cuma papi aja yg gak setuju" balas Eve dengan gaya tengilnya.
"Kamu itu udah mau lulus, gak boleh bolos-bolos" balas Om Ichwan pada Eve.
"Yaelah Pi kan buat berapa hari doang sih" balas Eve lagi.
"Eve." Om Ichwan hanya memanggil nama Eve, namun Eve langsung terdiam terpaku di atas meja makan.
"Maaf Pi" balas Eve pelan, aku dan Ariel hanya berbalas pandangan menahan tawa.

Hubunganku dan Ariel sudah membaik, kami berdua telah kembali cair seperti sebelumnya. Om Ichwan juga tak lagi marah padaku dan aku sudah tak lagi sungkan padanya.

"Pi, aku liburan sama Amel dan Tasya boleh?" Tanya Ariel pada Om Ichwan pelan.
"Kemana?" Om Ichwan balik bertanya pada Ariel.
"Luar kota Pi, ke pantai" balas Ariel lagi, ia terlihat ragu untuk meminta izin.
"Sama siapa aja selain mereka?" Tanya Om Ichwan lagi.
"Sama Tasya dan kakak-kakaknya Pi, sama Amel, trus aku" jawab Ariel, aku tau ia berbohong.
"Gak ada cowoknya kok Pi" tambah Ariel meyakinkan.
" Nanti biar mami tanya lagi ke Amel." Kata Om Ichwan, Ariel terlihat begitu senang karena sudah diizinkan.

Aku tersenyum melihat wajah senangnya itu, namun aku kepikiran bagaimana caranya aku dapat ikut seperti kata Amel. Ruang makan ini kembali hening, seluruh penghuni rumah kembali fokus dengan sarapannya pagi ini. Tante Lita terlihat sedang menelepon seseorang, aku tak dapat mendengar percakapannya karena jarak yg cukup jauh.

"Daniel!" Panggil tante Lita padaku.
"Iya tan?" Balasku dengan cepat.
"Ini kata Amel katanya kamu ikut?" tante Ichwan berbicara padaku sambil menutup speaker handphonenya.

Om Ichwan menoleh ke arahku yg sejujurnya sedang terkejut, namun aku berusaha bersikap santai seperti orang yg sudah tau. Ariel menoleh ke arahku dengan pandangan penuh harapan.

"Kok kamu gak bilang ikut?" Tanya Om Ichwan padaku.
"Sebenarnya aku mau bilang Om, tapi aku ragu om ngizinin aku pergi sama cewek semua…" balasku dengan mengikuti permainan Amel.
"Loh, lu harus ikut!" Potong Ariel tiba-tiba.
"Katanya lo mau jagain gw dan khawatir kalo gw pergi sendirian?" Tambahnya dengan nada meledek.
"Hmmm… boleh, asal kamu tidur di kamar yg berbeda dan bisa jaga diri, om pasti izinin" Om Ichwan berkata kepadaku, wajahnya terlihat begitu tenang yg membuat aku dan Ariel terdiam.
"Om percayakan Ariel ke kamu, tolong jangan kecewakan om lagi" tambah Om Ichwan padaku.

Aku mengangguk dengan wajah yg begitu senang, Ariel terlihat berusaha menyembunyikan kebahagiaannya. Kami menyelesaikan sarapan ini. Ariel yg selesai terlebih dahulu menuju dapur untuk mencuci piring lalu setelahnya naik ke lantai atas. Aku mengikutinya menuju lantai atas.

"Riel…" panggilku di depan kamarnya.
"Masuk" balasnya pelan.

Aku memasuki kamar Ariel dan Eve, kamar yg jarang sekali ku masuki dan masuk dalam kategori terlarang. Ariel memperhatikanku yg perlahan masuk dan duduk di karpet. Ia menatapku dengan pandangan yg tajam.



"Akhirnya aku bisa ikut" kataku padanya.
"aku seneng kamu ikut, aku gak nyangka loh dibolehin" balasnya padaku.
"Sama aku juga kaget banget" Balasku.
"Asik akhirnya bisa pergi dari kesibukan sehari hari dan pasti bisa jadi healing, apalagi perginya sama orang yg disayang…" balasnya tersenyum.
"Aku juga! Semoga liburan nanti bisa nyembuhin hubungan kita juga" balasku dengan begitu senang.
"Semoga" balasnya lagi padaku.

Aku pergi meninggalkan kamarnya dan berlari ke kamarku, mengambil handphoneku untuk berterima kasih pada Amel.
__________________________________

Hari liburan tiba, Amel dan Tasya menjemput kami berdua dengan mobil Tasya. Kami berusaha senatural mungkin agar tidak dicurigai meski sebenarnya kami begitu takut. Tasya dan Amel turun dari mobil dan masuk ke rumah, mereka berbincang sedikit dengan kedua orang tua Ariel dan meminta izin untuk pergi. Aku membantu Ariel memasukkan tas ke dalam bagasi mobil dan barang-barang untuk menginap 3 hari 2 malam.





"Pergi ya Mi, Pi!" Ariel melambaikan tangannya dari jendela mobil.
"Pergi Om, Tante" aku juga melambaikan tangan pada mereka.

Aku dan Ariel berakting agar tidak ketauan Tasya karena hanya Amel yg mengetahui hubungan kami berdua. Kami berdua hanya berdiam dan saling membalas pesan untuk mengobrol.

"Sya, sesuai rencana ya" Amel berkata pada Tasya yg sedang mengendarai mobilnya.
"Oke sip!" Tasya memberikan tanda ok, mobilnya berbelok menuju arah apartemen Amel.
"Loh kok ke apartemen lagi?" Tanya Ariel pada Amel.
"Jadi gini…" Amel menjelaskan.

Amel dan Tasya nanti akan turun dan pindah ke mobil pacar mereka, sedangkan Ariel dan aku akan menggunakan mobil Tasya untuk pergi ke penginapan. Amel dan Tasya membuat rencana itu agar mereka dapat menghabiskan waktu dengan pacar mereka.

"Loh tapi nanti check in dan segala macemnya?" Tanya Ariel yg tak menyangka dengan rencana Amel dan Tasya.
"Tenang, kita sewanya tipe bungalow kok, jadi gak akan saling mengganggu" kata Amel sambil mengedipkan matanya ke arahku.
"Iya, lu berdua mah mau main PS atau ngapain terserah, gak bakal ke ganggu sama suara ngewenya Amel!" Tambah Tasya tertawa.
"Si diem tuh kalo ngewe, padahal teriak-teriaknya gak bisa di kontrol" balas Amel pada Tasya.
"Ya daripada lu suka teriak-teriak minta di kontol" balas Tasya, mereka berdua tertawa begitu geli.

Aku dan Ariel saling lihat-lihatan, kami tak menyangka liburannya akan menjadi se liar ini. Aku dan Ariel tak siap dengan hal ini.
Sesampainya di apartemen, mereka menjalankan sesuai rencana. Kini aku yg mengendarai mobil Tasya dengan Ariel yg duduk di kursi sebelahku. Kami melanjutkan perjalanan menuju ke pantai tujuan kami, sebuah pantai yg indah namun belum terlalu ramai. Bahkan jarak dari penginapan ke pantai itu cukup jauh untuk menjaga keasrian pantai tersebut.

"Kenapa liburannya jadi gini ya" tanyaku pada Ariel berusaha memecah keheningan.
"Emang tujuannya ini…" kata Ariel sambil menghadap keluar kaca mobil.
"Rencana Amel sebenarnya biar kita bisa ngabisin waktu berdua…" tambah Ariel, pipi chubbynya bersemu merah.
"Tapi kamunya mau kan?" Tanyaku pada Ariel menggodanya.
"Aku mah iya iya doang!" Balas Ariel padaku.
"Ooh gituuu… iya iya" balasku lagi menggodanya.
"Iiih kamu mah!" Ariel menatapku dengan gemas.

Kami menghentikan kendaraan di sebuah rest area, aku membangunkan Ariel yg sedang tertidur di kursi depan. Wajahnya begitu gemas saat tertidur, cantik namun sangat lucu. Ku cubit pipi chubbynya itu hingga ia terbangun, Ariel memukul tanganku dengan wajah marah.

"Kamu mah kyak Eve aja!" Kata Ariel sambil memegangi pipinya.
"Yuk jajan" ajakku pada Ariel yg membuat wajahnya tersenyum senang, kami pun turun dari mobil dan bergandengan tangan menuju sebuah supermarket.

Setelah membeli beberapa plastik besar makanan ringan, soda, coklat dan permen. Kami membeli dua gelas kopi di supermarket itu. Ariel menunggu di sampingku sambil terus menggandeng tanganku membuatnya terlihat sangat menggemaskan. Aku semakin jatuh cinta padanya, pada hal hal kecil yg ia lakukan seperti saat ini.

"Beli gak?" Aku bertanya pada Ariel, gadis itu menatapku kebingungan.
"Apa?" Tanyanya padaku.
"Itu…" aku memberikan kode ke arah kondom yg berada di meja kasir.

Ariel bersemu merah, matanya menatapku dengan malu. Ia menggeleng dan tersenyum padaku, membuatku tersenyum senang. Kami melanjutkan perjalanan kami kembali, tak sabar rasanya untuk segera sampai ke penginapan dan menghabiskan malam bersama Ariel.
__________________________________

Benar apa yg Tasya katakan, sesampainya di penginapan aku dan Ariel langsung bermain PS sambil memakan jajanan yg kami beli tadi. Bungalow ini begitu nyaman dan private, aku tak tau berapa harga sewa tempat ini karena semua di tanggung oleh kekasih Amel.

"Enak banget ya liburan…" kata Ariel padaku sambil meletakkan stik PSnya, ia nampaknya sudah kelelahan bermain PS.
"Iya, aku juga… capek belajar terus dan ngurusin bocah ribet setiap hari" balasku padanya.
"Oh jadi aku bocah ribet?!" Kata Ariel sambil memukulku dengan bantal.
"Loh siapa yg bilang kamu?" Tanyaku balik padanya, Ariel semakin kelas oleh kata-kataku.
"Ih kan rese!!" Ariel memukuliku dengan bantal sambil tertawa.

Kami perang bantal sambil tertawa lepas, sesekali aku mencuri untuk menggelitik pinggang Ariel yg mudah kegelian. Gadis itu menyerah saat aku menggelitiknya hingga wajahnya memerah.



"Sayang…" Ariel memanggilku.
"Kenapa?" Tanyaku padanya yg tiba tiba memanggilku.
"Kamu gak mau cerita?" Tanyanya balik padaku, membuat ingatanku kembali teringat pada kejadian beberapa waktu lalu.

Aku menghela nafas, ingin sekali aku melupakan kejadian itu dan tak mengingatnya lagi. Namun, aku teringat akan janjiku untuk bercerita pada Ariel. Sepertinya memang sudah saatnya aku untuk jujur padanya, memberitahu segala hal yg telah terjadi, salah satunya kejadian yg membuatnya kecewa.

"Kamu tau kan soal keluargaku?" Tanyaku pada Ariel.
"Tau, kenapa?" Tanyanya balik padaku.
"Jadi sebenarnya jauh sebelum papaku meninggal, saat aku masih kecil, mamaku sudah dekat dengan pria lain. Tapi demi aku dan adik adikku, papa menutup matanya akan perselingkuhan mama" ceritaku pada Ariel.
"Aku udah tau hal ini dari aku masih SD atau SMP namun saat itu aku belum ngerti, aku pikir dia cuma temen mama aja…" tambahku.

Aku menghela nafas panjang, menyandarkan kepalaku di tepi kasur yg empuk. Ariel memperhatikanku dengan wajah yg sangat penasaran, ia menggenggam tanganku lembut membuatku sedikit tenang.

"Lalu?" Tanya Ariel padaku, ingatan-ingatan menyakitkan kembali muncul di kepalaku.
"Suatu waktu saat aku berumur 14 tahun, aku diajak mamaku ke sebuah tempat di sore hari. Aku dan mamaku berdandan dan berpakaian sangat rapi. Mamaku begitu cantik dengan dress hitam yg ia kenakan, rambutnya bagus, make upnya begitu cantik. Kami pergi berdua tanpa diketahui oleh papaku. Sesampainya disana, aku bertemu pria itu, pria yg menghancurkan keluargaku secara perlahan. Mamaku bertemu di suatu restaurant mewah, dari situ aku sadar bahwa orang tuaku tidak dalam keadaan yg baik…" aku menatap ke langit-langit kamar, pandanganku begitu kosong mengingat kenangan sedih itu.
"Mamaku bertemu dengan seorang pria, Yohanes Richard Siallagan. Pria yg menjadi suaminya setelah papaku meninggal dunia dan aku dititipkan di rumahmu" aku melanjutkan ceritaku, air mataku mulai berlinang.

Ariel merangkul tubuhku, mendekapku dari samping dengan eratnya. Kepalaku ia sandarkan di pundaknya yg mungil, rambutku ia usap agar aku tenang. Di tengah kesedihanku ini, aku senang, senang memiliki seorang kekasih yg begitu menyayangiku seperti ini. Ariel menenangkan hatiku untuk melanjutkan ceritaku.

"Chika…" kataku pelan.
"Kenapa dengan Chika?" Tanya Ariel padaku dengan penasaran.
"Yessica Tamara Siallagan, nama anak yg aku temui saat di restaurant itu, nama dari anak hasil hubungan gelap mamaku dan pria itu." Ariel begitu terkejut dan menatapku tak percaya.

Setelah aku melihat ayah Chika secara langsung, semua memori sedih masa kecilku terpancing keluar dari ruang penyimpanannya. Pria yg menghancurkan duniaku, orang yg merusak keluargaku. Aku mengingat kembali setiap pertengkaran kedua orang tuaku, bahkan di saat ketiga adikku telah lahir. Sindiran-sindiran papaku tentang adikku yg lain, yg saat itu aku belum mengerti maksudnya. Betapa seringnya mama tidak pulang dan aku menghabiskan waktu bersama papa untuk belajar. Ingatan pahit saat melihat papa yg memandangi foto mama di sore hari, memeluk pigura foto sambil menahan tangisannya setiap kali mama tak pulang ke rumah.

"Tapi semua itu nampak telah berakhir, saat mamaku pulang dengan tangisan dan memeluk papaku dengan erat. Keharmonisan yg sementara sampai akhirnya papa bangkrut dan meninggal. Saat itu mama memilih untuk tinggal di rumah, bekerja begitu keras untukku dan ketiga adikku." Aku melanjutkan ceritaku pada Ariel.
"Saat aku mulai kembali merasakan hangatnya keluarga dan cinta dari mama yg justru terjadi saat papa tidak ada, aku begitu menyayangi mama sampai aku memutuskan untuk membantunya bekerja sambil sekolah…" tambahku.
"Aku menggantikan sosok papa bersama dengan mama, bekerja keras bersama demi ketiga adikku yg masih kecil. Aku berpikir mama telah berubah sampai akhirnya ia membawa ketiga adikku pergi, meninggalkanku di rumah sendirian" tanganku mencengkram tangan Ariel begitu kuat karena sedih yg kurasa meski air mata sudah habis dan tak ingin ku keluarkan lagi untuk mamaku.

Aku melihat Ariel mengusap matanya, hatinya tersentuh mendengar cerita sedihku yg mungkin ia tak pernah tau kebenaran dan detailnya.

"Dengan baiknya, Om Ichwan membawaku ke rumah, mengenalkanku pada Tante dan kedua anak-anaknya yg cantik dan baik. Membuatku kembali memiliki rumah dan keluarga, memberiku tempat untuk pulang." Kataku tersenyum pada Ariel, kupeluk gadisku itu dengan erat.

Kulepaskan pelukanku, ceritaku akan mulai pada titik terberatnya. Titik terberat untuk hubungan kami, untuk hati Ariel.

"Sampai ketika aku bertemu Chika lagi sama kamu di lift pas hari ulang tahunmu, dia ngerasa pernah ketemu sebelumnya namun aku lupa. Dari situ dia follow dan DM IG aku, kita akhirnya ngobrol dan dia ngajak aku untuk ngobrol langsung di luar. dia dengan mudahnya bikin aku lupa sama kamu di hari spesialmu…" aku tak berani melihat ke arah Ariel.
"Lalu aku ketemu dia lagi pas pergi sama temen-temen ke Kuncit, pas kamu latihan dan kuliah. Chika dengan mudahnya bilang kalau aku dan dia pacaran, temen-temenku akhirnya ninggalin kita berdua dan…" aku menghentikan kata-kataku, aku sangat takut untuk melanjutkan ceritaku.
"Aku dan Chika… kita… ML." Kataku memberanikan diri meskipun tercekat.
"Aku dan dia udah 3 kali… setelah kuncit, lalu saat aku lupa jemput kamu…" aku semakin menunduk, tersadar akan kebodohan dan kegilaanku.
"Aku gak bisa ngelak dari dia, dia kyak hipnotis aku buat nurut sama dia. Mungkin alasanku aja ya yg gak bisa jaga diriku sendiri, namun jujur dia selalu berhasil mancing aku. Dan yg terakhir beberapa waktu lalu, pas aku pulang sambil nangis. Kamu nenangin aku di kamar…" aku melanjutkan ceritaku.
"Sebenarnya, aku dan Chika belum sampai melakukan ML, namun kami sudah hampir melakukannya. Aku diselamatkan oleh ayahnya yg pulang, membuatku bersembunyi di balik sofanya agar tidak ketahuan dan bisa kabur pulang... Tapi" aku menarik nafas, memberanikan diri untuk mengatakannya.
"liat dia dan ayahnya… Chika dan ayahnya sendiri ML…" aku menghela nafas, mengingat kembali kejadian yg membuatku merinding.

Aku menoleh ke arah Ariel, matanya berlinang air mata namun ia tak menangis. Ia menatapku dengan tajam, aku dapat merasakan begitu banyak kekecewaan di dalam dirinya padaku. Aku tau ia pasti sangat sangat marah padaku saat ini. Aku tak meminta maaf, aku tak memohon padanya, karena aku tau semua itu hanya omong kosong. Aku telah mengkhianati dia, berulang kali bahkan sampai ketika kami telah berbaikan.

"Kamu udah tau kan betapa bajingannya aku? Betapa biadabnya aku?" Tanyaku pada Ariel yg terdiam.
"Aku ML dengan adik kandungku sendiri, aku merusak adik sepupuku sendiri, aku juga pernah, sama sahabatmu, Amel!" Tambahku dengan begitu marah, marah terhadap diriku sendiri, kecewa pada kebodohanku sendiri.
"Riel… silahkan kamu marah sama aku, tampar aku, pukul aku, maki aku. Aku berhak atas itu semua" kataku pada Ariel yg masih berdiam menatapku.
"Gak…" kata Ariel pelan.
"Riel…" aku mengambil tangannya untuk memintanya menamparku.
"Gak Niel!" Ariel membentakku.

Ariel bangkit dari duduknya, aku menyusulnya berdiri. Aku ingin menenangkannya, aku ingin memeluknya, aku ingin mendekap tubuhnya yg bergetar akibat menahan tangisan. Tetapi tubuhku terpaku, tubuhku sadar aku tak layak, tubuhku sadar aku tak pantas melakukannya karena akulah yg menghancurkan hatinya. Ariel kini berdiri tepat di depan wajahku, ia menatap mataku begitu lekat.



"Niel. Kamu sayang sama aku?" Tanya Ariel padaku pelan.
"Sayang, aku sayang ba..." kataku padanya.
"Cukup." Ariel menghentikanku.
"Kamu sayang sama aku sejak kapan?" Tanyanya padaku kembali.
"Sejak kita sering pulang pergi berdua, sejak aku ngerasa harus ngejagain kamu dan nemenin kamu terus" kataku padanya, aku mulai bingung dengan pertanyaannya yg aneh itu, aku ingin dia marah padaku saat ini.
"Kamu yakin?" Tanyanya lagi padaku.
"Yakin." Balasku padanya dengan tegas.
"Kalau kamu yakin, kenapa kamu bisa kegoda sama Amel?" Ariel kembali melemparkan pertanyaan.
"Aku…" aku tak dapat menjawab pertanyaan Ariel yg bagaikan sebuah tinju keras di hatiku.
"Jadi aku tanya lagi, sejak kapan kamu sayang sama aku?" Tanyanya kembali.
"Sejak… sehabis aku ML sama dia, aku gak pernah mau diajak Amel ke kostan nya lagi, gak ngebales kode-kode dari Amel." Balasku mencoba memberikan jawaban.
"Kenapa masih kegoda sama Chika?" Tanya Ariel lagi.

Ariel kini mengajakku duduk di atas kasur, berdampingan dengan wajah masih saling menatap. Wajahnya begitu serius dengan semua pertanyaannya.

"Itu… aku…" aku semakin tak mampu menjawab, suaraku bagaikan tak mau keluar.
"Jawab yg benar, sejak kapan kamu benar-benar sayang aku?" Tanya Ariel kembali, pertanyaan yg sama namun menyakitkan berkali kali.
"Gapapa, jawab aja." Tambah Ariel yg seakan mengetahui apa yg akan menjadi jawabanku.
"Sejak… sejak sadar bahwa Chika adalah adik kandung beda ayah denganku, sejak aku tau bahwa Chika dan ayahnya melakukan hal yg tak terduga." Balasku sambil menunduk, aku benar-benar takut sama Ariel saat ini.
"Bener? Aku pegang ya kata-katamu?" Ariel memberikan jari kelingkingnya padaku.
"Aku kecewa, sangat. Aku ingin tampar, aku ingin pukul, aku ingin marah sama kamu sampai aku puas… tapi buat apa?" Ariel kembali berkata-kata.
"Niel, aku percaya kamu, aku coba untuk percaya sama kamu, berulang kali, berkali kali…" senyuman tipis terbentuk di wajah Ariel.
"Aku tetap mau percaya sama kamu, aku masih mau percaya sama kamu. Tapi aku pastikan ini yg terakhir kali, kalau kamu benar sayang aku, aku percaya kamu berubah…" Ariel menarik jari tanganku, mengaitkan jari kelingking kami berdua.
"Aku sayang kamu Riel, sayang banget. Tolong tetap percaya sama aku." Aku menangis, air mataku tak tertahankan lagi.

Kekasihku amat sangat baik, betapa bodohnya aku telah mengecewakannya berulang kali. Berulang kali aku menghancurkan hatinya, merusak kepercayaannya, namun ia tetap memilih untuk mempertahankannya, mencoba merakitnya kembali. Kata-kata sayangku selama ini semakin terlihat semu, betapa mudahnya aku berkata sayang dan cinta padanya, namun ternyata dia yg benar-benar sayang dan cinta padaku.

"Can we move on?" Tanya Ariel padaku.
"Baik" balasku padanya tersenyum.

Ariel mencium bibirku tiba-tiba. Ciuman kami begitu lembut, penuh cinta. Ariel tersenyum padaku saat ciuman kami terlepas. Tangan kami saling menggenggam lembut, mata kami saling menatap penuh kasih sayang.

"Aku udah tau dari awal liburan pasti bakal gini jadinya" kata Ariel padaku.
"Haha ya nyewa bungalow 3 kamar buat 3 pasangan udah pasti arahnya kesini" kataku padanya.

Kutuntun tubuh mungil Ariel untuk bersandar di tepian kasur, kepalaku kurebahkan di atas perut empuknya.

"Padahal Tasya ngajak kamu buat nemenin aku sebagai sepupu…" ledek Ariel sambil menoel hidungku.
"Sayangnya Tasya gak tau kalo sepupunya Ariel ini yg paling berbahaya buat diundang" balasku menerkam Ariel.

Aku menggelitik Ariel, ia berusaha melepaskan dirinya dariku. Perlahan gelitikanku berubah menjadi usapan lembut di pinggang, bibir kami mulai saling mencari untuk bertemu.

"AARRGHHHH ARRHH!!" Kami berdua terkejut mendengar suara desahan begitu keras dari luar.
"Tasya hahaha" kami tertawa bersamaan.
"Kalo punya pacar cupu gini nih jadinya kecolongan start!" Ledeknya padaku.
"Gapapa keduluan, yg penting selesainya paling pagi!" Balasku padanya.

Ariel kutelanjangi tanpa ampun, lalu aku menyusulnya tak berpakaian. Tubuhnya itu kutindih, membiarkan kulit kami saling menyapa. Ciuman kami penuh nafsu, berkait lidah dan menukar saliva sepuas hati. Malam ini kami kembali memadu kasih yg sudah lama tidak kami lakukan.

"Sshhh" Ariel mendesah pelan saat lidahku menjelajah dadanya.

Payudara besar Ariel memang yg paling nikmat, memuaskanku meski tak sebesar Amel. Seluruh bongkahan payudaranya ku jilati, bergerak perlahan menuju puncaknya yg berwarna merah pucat. Tanpa izin ku hisap dan ku sedot puting itu. Nafsuku tak tertahan, ingin menikmati Ariel sepuas puasnya. Putingnya ku hisap bergantian, payudaranya ku remas tanpa henti. Ariel menggigit bibirnya menikmati rangsanganku.

"Jilat yang…" Ariel sudah tak sabar dan memintaku menjilati vaginanya.
"Ssshhh geliiii… yaaang…" Ariel kegelian saat aku meniup lembut lubang vaginanya.

Aku melakukan apa yg Ariel minta, melakukan salah satu keahlianku yg membuat semua gadis yg merasakannya menyerah. Lidahku bermain di klitorisnya, sesekali menjilat dan menggelitik, sesekali ku sedot. Lidahku menyapu lipatan vaginanya, bibirku mengemut lipatannya sebelum membukanya perlahan. Vagina bersih dan harum itu kubersihkan lebih jauh dengan lidahku. Menusuk dan memainkannya di dalam lubangnya. Ariel menjepit kepalaku dengan pahanya karena tak tahan.

"Aaaaahhhh masukin Nieeel" Ariel yg sudah tak tahan memintaku untuk segera memasukan penisku.

Kuarahkan penisku diantara kedua kakinya yg terbuka lebar, mendorongnya masuk ke dalam vagina yg sudah hapal dengan bentukku. Ku gerakan pinggulku dengan tempo sedang, tubuh Ariel terpental pental begitu seksi.

"Aaahh ahh ahhh ahhh ahhh"
"Sshh aaah ahh Niell aahh"
"Aah sayaang aah teruss ahhh" Ariel mendesah tak karuan.

Tubuh sepupuku ini begitu pasrah menerima perlakuanku. Tubuh mungil namun seksi itu ku genjot semauku. Beberapa menit kami bersetubuh dengan gaya itu, ku angkat tubuh Ariel dan memintanya berdiri. Ku buka jendela bungalow yg menampakan pemandangan malam hari, menghadap ke arah pemandangan yg luas. Ku arahkan tubuh Ariel bersandar di kaca, kuangkat satu kakinya lalu mulai menyetubuhinya kembali.

"Aaahhh kalau ada yg liaat aaahh yaang" Ariel mendesah makin jadi.

Adrenalin kami makin terpacu, goyanganku makin cepat membuat Ariel bergoyang makin hebat. Vaginanya menjepit dan mengurut penisku di dalam dengan otot dindingnya. Ariel begitu menikmati permainan ini.

"Ssshhh sayaaang akuu maluuu aahhh ahhh ahh"
"Aaahh dadakuuu bisa diliat orang lewaaatt"
"Itukuu jugaa ahhh sayanghh aahhh"

Ariel terlihat begitu terangsang melakukan hal ini. Padahal belum lama ia orgasme, namun tubuhnya telah meminta lagi. Ariel kini tengah kuhujam dari belakang, Ariel terhimpit di kaca sambil bergoyang.

"Aaahhh Nieeell aahhh teruuusss"
"Enaak aah enakk ahhg shhh"
"Sshh aahh ahh ahh"

Malam yg panjang itu kami habiskan dengan beberapa macam gaya, saling bergoyang dan menggoyang mengejar kenikmatan yg sudah lama tak kami bagi. Ariel membiarkanku memuaskannya berkali kali, persetubuhan yg begitu nikmat, begitu menyenangkan, dan begitu penuh kasih sayang. Dua pasang kekasih yg tak memikirkan lagi latar belakang mereka demi sebuah kenikmatan diantara mereka berdua.

"Aku mau sampe!" Kataku tanpa menghentikan goyangan pinggulku.
"Aaaah teruss yang keluarin ajaaa aahhh" Ariel melingkarkan kedua kakinya di punggungku, menahan tubuhku agar tak melepaskan dirinya.
"Aaashhhh aahhh ahhh Nieel!!!" Ariel mengerang saat hujamanku semakin cepat dan tak beraturan.
"Arghh" Aku menyemburkan isi kantung kemihku.

Menyembur begitu banyak di dalam vagina Ariel, membuat gadisku tersenyum bangga ke arahku. Kami berciuman mesra beberapa saat sebelum akhirnya tubuhku ambruk di sampingnya. Aku kelelahan dan tertidur.

*Flashback End*
______________________________________

Aku masih terpana dengan kekasihku yg sedang duduk manis di kursi sampingku. Ia menatapku yg sedang menatapnya.

"Gasabar?" Goda Ariel padaku.

Pastinya aku tak sabar, melihat kekasihku yg hanya mengenakan jaket dengan retsleting terbuka. Jaket itu melapisi tubuh berbalut bikini two piece berwarna putih. Aku tak dapat menemukan kegunaan lain jaket itu selain membuat penisku cenat cenut karena keseksiannya. Dengan sengaja gadisku ini tak menyalakan AC mobil dan membiarkan kaca tengah terbuka untuk membuat angin masuk.



"Tengah aja yg di buka biar gak gerah, yg depan tutup biar cuma kamu yg bisa liat aku begini…"

Ariel yg hanya berbalut bikini putih benar-benar sempurna.

"Ssshhh tiap mobil berhenti kamu cium nanti abis bibirku" kata Ariel dengan bibir yg belum menutup setelah kukecup tiba-tiba.
"Disini aja yuk" balasku padanya.
"Iiih yaampun mesum banget otaknya cupu… aku bilangin papi ah kalo adeknya di ajak ML di tengah jalan" Ariel menjulurkan lidah meledekku lagi.
"Aku aduin balik ke papimu kalo anaknya mau diajak ML kakaknya sendiri" balasku meledek.

Beberapa saat kemudian kami telah sampai di pantai tujuan, Ariel sejak tadi ingin sekali berenang dan mencoba bikini barunya. Ia memberanikan diri untuk menggunakannya asalkan hanya aku yg menyaksikan, ia ingin terlihat dewasa di depanku. Cukup lama kami berenang, bermain air, berpelukan, kejar-kejaran. Aku merasa begitu senang dapat berlibur dan refreshing dengannya. Menghabiskan waktu hanya berdua di pantai sepi yg tak ada orang.

"Emmphhh" kami berciuman di bawah teriknya matahari di atas laut.

Ciuman kami berlanjut di bawah air, sensasi asin dari air laut memberikan pengalaman baru untukku. Aku menarik tubuh basahnya ke atas pasir, memangkunya di atas pahaku dan kembali berciuman dengan mesra.

"Nanti malem pulang ya…" kata Ariel dengan wajah sedih.
"Iya…" balasku padanya, hembusan angin laut meniup wajah kami.
"Si kecil nyundul-nyundul aku nih, padahal dari kemarin udah dikasih terus" kata Ariel dengan wajah penuh arti.
"Di sini?" Tanyaku pada Ariel.
"Gila kamu ya!" Kata Ariel padaku.

Ariel mengambil handuk dan menyelimuti tubuhnya dengan handuk. Ia menarikku untuk menuju ke mobil. Dengan tubuh setengah kering karena menggunakan handuk, Ariel mengajakku masuk ke kursi tengah. Pantai yg sepi membuat kami tak terlalu was was. Ariel menaiki tubuhku perlahan, mengincar bibirku untuk ia lahap. Tanganku meraba bokong berlapis bikini basahnya, bikini putih yg basah membuat bokongnya tercetak dan menerawang. Tubuh kami berhimpitan dengan Ariel di atasku.

"Mpphh Niel" Ariel memanggil namaku lembut saat ciuman kami terlepas.
"I love you Ariella" aku memegang wajahnya dengan kedua tanganku, mata kami saling memandang dalam.
"Apa?" Tanya Ariel padaku.
"I love you Ariella" ulangku lagi.
"Apa?" Tanyanya lagi.
"I love you Ariella" kini, kata itu kubisikan langsung ke telinganya membuat nafas gadis itu memburu.

Lagi dan lagi bibir kami saling bertautan, tak ada rasa puas bagiku untuk menikmati bibir kenyal Ariel. Tanganku menyusup masuk ke dalam celana bikininya, bermain dengan bokongnya sepuas hati. Sedangkan tanganku yg lain menarik lepas tali atasan bikini yg menggantung di lehernya membuat bikini putih itu menunjukan buah yg sedari tadi ia tutupi. Tanganku meremas bokong dan payudara Ariel dengan penuh nafsu, seirama dengan ciuman kami yg bagaikan ingin saling melahap. Liur-liur kami tak lagi tertahan mengalir membasahi dagu hingga menetes ke dada kami. Ariel menjulurkan lidahnya yg langsung ku sambar dan ku emut. Puas dengan hal itu, sekarang berganti Ariel yg mengemut lidahku. Bibirnya itu menghisap lidahku dan mensesapi liur dari lidahku, otot lunak itu sesekali ia pelintir dan putar dengan lidahnya. Gadisku mengaitkan lidahnya memaksa pergumulan di luar mulut kami.

"Hehe" Ariel tersenyum diiringi kekehan pelan.
"Kamu masih sering nonton bokep ya?" Tanyaku iseng.
"Sshh masiih… biaar enaaak…" kata Ariel yg menahan nikmatnya rangsangan dari payudara dan bokongnya.
"Pake lagi deh, aku mau ngewe kamu pake bikini" kataku sambil mencubiti putingnya.
"Ssshhh yaudaaah tangannyaaa nghhh" Ariel mendesah desah sambil mendorong tanganku menjauh, ia memakai kembali bikininya.

Pemandangan yg sangat indah saat Ariel menutupi kedua payudaranya perlahan dan mengikat tali bikininya di bagian belakang leher putihnya yg seksi. Putingnya yg sudah mengeras tercetak dari payudaranya. Tanganku kembali iseng menoel putingnya membuatnya bergidik.

"Sekarang kamu!" Kata Ariel sambil turun dari atas tubuhku.

Kakak kandung Eve Antoinette ini berlutut di lantai mobil, membuka celana seorang pria dan tersenyum ketika melihat benda di dalamnya. Ariel melakukan apa yg diimpikan tiap fans padaku. Mencium lubang kencing dan kepala penisku. Kocokan yg lembut namun begitu menggugah birahi ia lakukan pada penisku, jari jari lentiknya memanjakan penisku. Lidahnya menjulur menuju lubang kencingku, menusuk-nusuk dengan ujung lidahnya membuatku mengerang nikmat. Lidah basahnya memandikan penisku, membasuh kepala penisnya berulang ulang lalu meludahinya. Tangannya meratakan ludah itu keseluruh permukaan penisku. Usapan diselingi kocokan ia lakukan tanpa henti, sesekali tangannya mengurut penisku naik turun membuatnya semakin keras dan memerah.

"Nyaamm" Ariel sengaja mengeluarkan suara saat kepala penisku ia masukan ke mulut.

Matanya menatapku, tersenyum. Cinta dan nafsu bergejolak di hati dan kepalaku. Kuselipkan rambut panjangnya ke telinga agar memudahkannya untuk memanjakanku. Ariel tak langsung melakukan apa yg aku harapkan, namun ia membuatku semakin tak karuan. Kepala penisku ia emut seperti permen, lalu ia sedot kuat sampai mengempot. Rasanya kepala penisku seperti mau copot saking nikmatnya. Sepertinya Ariel tau bahwa aku semakin tak berdaya, ia langsung memberikan servisnya pada batang kemaluanku. Kepalanya naik turun menghisap penisku, tangannya ikut mengocok penis bagian bawahku. Sesekali ia menjilati permukaan bawah penisku, menjilat urat dibagian dekat kantung kemih yg membuatku merem melek. Biji kemaluan dan kantung kemihku tak lewat oleh Ariel, dihisap dan dikenyot dengan ahlinya. Wajar saja ia bisa membuatku tak karuan, kami memang sudah sering belajar dan eksplorasi di rumah. Terkadang hanya oral saja, namun tak jarang bila ada kesempatan pasti terjadi peraduan antara kelamin kami.

"Ooghhh oghhh oghhh" suara dari mulut Ariel begitu nikmat di dengar.

Tiba tiba Ariel membuka mulut lebar, memaksakan penisku masuk sangat dalam di mulutnya. Sensasi sangat luar biasa terasa pada penisku yg masuk ¾ di mulutnya. Ujung penisku menyentuh dinding kerongkongannya membuatku tak kuasa menahan kenikmatan. Terlalu nikmat hingga sekuat tenaga ku harus menahan agar penisku tak menyemburkan isinya. Entah berapa lama Ariel menahan penisku dalam posisi deepthroat ini, matanya telah berair dan liurnya menetes keluar saat penisku ia keluarkan dari mulutnya.

"Kamu hebat sayang" kataku memujinya, rambut hitamnya itu kuusap lembut saat ia tersenyum bangga kearahku.

Kuangkat tubuhnya itu dan langsung kupangku menghadapku. Kusingkap bawahan bikini yg seperti celana dalam itu kesamping membuat bagian intimnya terekspos.

"Aaaaahhhh Nieeel" Ariel ikut menggoyang pinggulnya naik turun saat aku mulai menghujam vagina favoritku ini.

Tak peduli dengan mobil yg sepertinya bergoyang-goyang mencurigakan, kami hanya peduli dengan kenikmatan yg terasa. Tak henti-hentinya mulut kami saling mendesah, saling memanggil nama orang yg membuat birahi kami terpuaskan. Tubuh kecil nan seksi milik Ariel berguncang tanpa henti menerima hentakan demi hentakan dari pinggangku, begitupun penisku bagai ditarik dan dihisap oleh vagina Ariel makin dalam di setiap pinggulnya turun dan naik.

"Ssshhh ouuhhhh sayaaang" Ariel makin mendesah saat tubuhnya kudekap erat.

Goyangan pinggulku semakin cepat tanpa tempo, meskipun perih dan terasa begitu panas namun rasa nikmat ini lebih dari rasa sakit yg kurasakan. Ariel yg sudah berkeringat hingga basah kuyup juga terlihat lelah namun tetap menggoyangkan pinggulnya mengikuti iramaku yg sudah berantakan.

"Ariel sayanghh!" Aku mengerang dan menggoyang penisku lebih keras.
"SHHH AAH AHHH IYAAAH" Ariel yg mengertipun juga makin bergerak naik turun dan mengacak-acak rambutnya sendiri menahan rasa nikmat.

Beberapa menit setelahnya kami terus saling menggoyang pinggul, mengadu alat kelamin. Pinggang yg licin oleh keringat itu menjadi peganganku untuk menyetubuhinya, sedangkan tangan mungilnya mencengkram pundakku agar tubuhnya tidak ambruk.

"Aaaarrghh Riel!" Penisku kalah dan menyemburkan isinya yg tak banyak ke dalam vagina kekasihku.
"AAAAAAHHHHH DANIEEELLL!" Ariel ikut mendesah panjang menandakan orgasmenya saat semburan terakhir penisku menghangatkan liang vaginanya.

Ariel ambruk dengan mata terpejam di atas dadaku, penisku yg menyusut telah tercabut dari dalam vaginanya. Tak peduli lagi dengan keadaan sekitar, kami memutuskan untuk tidur di dalam mobil dengan tubuh telanjang bulat di pinggir pantai.
__________________________________

Liburan kami telah berakhir, pukul 7 malam kami ber 6 pulang ke Jakarta. Aku berdua dengan Ariel menggunakan mobil Tasya, dengan tubuh lelah akibat berhubungan intim berkali kali kami berdua kembali ke rumah. Kami berdua diam selama di perjalanan, terhanyut dalam pikiran masing-masing. Aku memfokuskan diriku ke jalan meski sesekali melihat ke arah Ariel yg sibuk dengan handphonenya. Aku melirik kekasihku itu, gadis yg sangat kusayangi dan ingin ku jaga selamanya. Pikiranku melayang kembali ke waktu dimana kami berlibur. Aku menceritakan semuanya pada Ariel, seluruh cerita yg bisa saja membuatnya kecewa dan membenciku. Seluruh kebohonganku dan pengkhianatan yg terjadi di dalam hubungan kami. Tetapi Ariel memilih untuk memaafkan dan percaya padaku.
Aku tak tau sampai kapan dapat menjadi kekasihnya ataupun dapat menghabiskan waktu dengannya. Aku tau hubungan kami adalah kesalahan sejak awal, aku tau tak akan ada akhir yg baik untuk kami berdua. Sebuah cerita tidak menarik dan membosankan, cerita yg akhirnya telah diketahui, Akhir yg mudah ditebak oleh ku.



"Andaikan, kita bisa tinggal jauh berdua, berlibur selamanya dari realita kita…" gumamku dalam hati, aku menoleh padanya.
"I love you Riel, aku ingin selamanya sama kamu" kataku dalam hati saat melihatnya menguap kecil.
"Hmm… kenapa Niel?" Tanya Ariel yg kebingungan karena aku melirik berkali kali ke arahnya.
"Gapapa haha" balasku.

-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Akhirnyaaaaa
Wedew update
Akhirnya stlah sekian lama
Wah wah ini dia yang ditunggu ditunggu
Mantappp. Ditunggu kelanjutannya
udah update 2 kali malah hu haha
Arc nya chika berarti udah selesai ni ya hu... udah mau tamat atau masih ada godaan baru lagi yg harus dihadapi daniel... wkwkwk...
iya selesai, kelanjutannya? tamat hehe.
Asikk udah akur lagi
iya hu saya yg ngetik juga ikutan baper jadinya
 
Chikuy racun emang :marah::marah::marah:
Untung ga jadi lanjut sama daniel

Nice update suhu :jempol::jempol:
bahaya emang chikuy!
Pengen punya pacar kayak Ariella ya Rabb 🥺🙏
sama, baik banget dan perfect :(
Sikat tasya juga dong hu wkwkwk atau di cerita yg satu lagi deh
dipikir dulu deh, tapi sepertinya pun tidak haha
Hu eve udah tamat sekolah tuh
Ayo mari gas kan Daniel exe eve di cerita selanjutnya wkwk mulai sekarang hihihi 😂 gausah nunggu umur 18 kelamaan gaskan udah di cerita selanjutnya
tinggal eve nih
gk deh hu, sorry ya.
 
Jadi ceritanya chika adik tirinya daniel? Incest dong. Stepsister and cousin with benefit. Gak apa2 lah dilanjutin stepsisternya. Hahaha
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd