Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Keluarga, sebuah kebersamaan (TAMAT)

Post 6

(POV Arfan)


“Nah.. sekarang om ambil hadiahnya yah Fan...”

Aku masih diam tanpa berbuat apa-apa saat kudengar om Julian bicara. Seakan pikiranku tengah kosong. Tak ada satupun hal yang terlintas di benakku. Sepertinya aku kalah telak, sampai-sampai isi otakku pun hilang tak bekerja. Pada titik inilah aku seperti kehilangan segalanya.

Entah kenapa pada saat seperti ini mamaku malah tidak ada di rumah. Baru saja aku mendapat chat darinya kalau mama akan pulang paling cepat besok malam. Padahal aku sangat membutuhkannya saat ini. Itulah kenapa aku jadi semakin sering merindukan kehadiran papa lagi.

Tiba-tiba aku tersadar. Seakan duniaku kembali tertata di sekitarku. Aku kini berusaha tenang dan tidak terpengaruh pada kondisi sekitarku. Aku harus bisa berpikir panjang dan se-rasional mungkin. Aku adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga ini, aku harus bisa mengatasi keadaan segawat apapun adanya.

Aku kembali bisa menangkap apa yang tengah terjadi di depanku. Kini kak Amira berdiri, sedangkan om Julian di belakangnya berusaha melepas celana pendek yang dipakainya. Setelah celana pendek itu terlepas, om Julian kini sama-sama telanjang bulat seperti kakak perempuanku. Kemudian om ku itu kembali duduk sambil tangannya memegang pinggang kak Amira dan memberi kode supaya menurunkan badannya.

Aku agak terkesiap saat melihat batang penis om Julian. Warnanya kehitaman dan dihiasi urat-urat menonjol di permukaannya. Kalau untuk ukuran panjangnya kuperkirakan sama dengan punyaku, tapi memang diameternya lebih besar punya dia. Aku tak terlalu merasa rendah diri karena ternyata ukuran penis kami hampir sama.

“Sini Mir.. om entot kamu sekarang..” kata om Julian sambil menarik pinggul kakakku duduk di pangkuannya.

“Ahh.. ja.. jangan dong om..” ucap kak Amira.

“Loh kenapa? kamu kan jadi hadiah taruhannya..” kata om Julian lagi.

“Hhhmm... ada.. ada Arfan..” balas kak Amira tersenyum cantik.

“Fan.. kakak kamu om pinjem dulu yahh.. entar om bikin dia ketagihan sama kontolnya om nih, hahaha..” kata om Julian sambi melihat ke arahku.

“Dekk.. gimana nih? Kakak mau dientotin om Julian nih.. boleh gak?” ujar kak Amira

Aku hanya diam mematung sambil pandanganku tak lepas dari om dan ponakannya yang sama-sama telanjang bulat di depanku. Dari tatapan mata kak Amira aku bisa menduga kalau dia sudah sange berat dan pasti pengen banget vaginanya dikocok lagi. Ahh.. memang binal kakakku ini.

“Gimana Fan? Boleh gak? Kontol om Julian udah nempel nih...” tanya kakakku lagi.

Meski detak jantungku kembali cepat tapi aku berusaha membalas ucapan kak Amira dengan sebuah senyuman. Senyuman yang kugunakan sebagai senjata perang urat syaraf. Aku terus berusaha tenang, setenang mungkun, meski batang penisku sudah berkedut-kedut ingin segera dipuaskan juga.

“Ahh.. om Julian nakal Fan.. aahhh.. udah.. masuk kepalanya nih.. ahhh”

Sebenarnya ucapan kak Amira itu berbanding terbalik dari kenyataan yang ada. Karena kulihat dialah yang menurunkan badan dan bergoyang supaya ujung penis om Julian pas pada celah vaginanya. Bahkan tangannya juga ikut memposisikan penis om ku itu tepat sasarannya. Udah jago ngewe ternyata kakak perempuanku.

“Ooooohhh.. Oo.. Om..” desah kak Amira tak tertahankan lagi saat batang kejantanan om Julian amblas tertelan liang vaginanya.

“Enak Mir? Hehehe..” kata om Julian yang kini kembali meremasi kedua payudara kak Amira.

“Ahhhhh... gilaa... mantab banget omm...” balas gadis cantik itu.

Beberapa detik kemudian kak Amira mulai menggoyangkan pinggulnya dan bergerak memutar perlahan-lahan. Aku hanya bisa menonton dan membayangkan betapa enaknya dipuasi kak Amira dalam posisi seperti itu.

“Aaaahhhh.. aaahh.. o.. ommmm…”

Sambil mendesah dan menjerit-jerit binal, kak Amira mempercepat goyangan pinggulnya. Lalu beberapa menit kemudian tiba-tiba kak Amira mengangkat tubuhnya hingga penis om Julian terlepas dari vaginanya. Berikutnya kak Amira mulai menggosok clitorisnya dengan jari-jari tangannya dalam tempo yang cepat.

“Aaahhh.. aahhh.. hhaaaaaaahhhhhhhh....”

Dari celah vagina kak Amira kembali menyemprot keluar cairan bening banyak sekali. Seakan tak berhenti menyembur dari liang kewanitaannya sampai membuat lantai di sekitar kakinya basah.

“Yaahhh... udah maen muncrat aja kamu Mir.. Hehehe...” ujar om Julian.

Om ku itu kemudian ikut berdiri. Setelah itu dia mendorong punggung kakakku untuk membungkuk ke depan. Dalam posisi itu om Julian kembali menyetubuhi kak Amira dari belakang.

“Aaaaaahhhhh…!!” jerit kak Amira setengah berteriak karena kaget tiba-tiba penis om Julian sudah kembali tenggelam di dalam vaginanya.

“Enak banget memek kamu Mira... legit rasanya” puji om Julian di tengah genjotan pinggulnya.

“Hhhh.. Hhhh… Hhhhh…” suara nafas kakakku terengah-engah. Namun begitu om Julian masih terus mengocok penisnya pada liang senggama kak Amira tanpa ampun.

Kulihat payudara kakakku ikutan berguncang-guncang seirama dengan pompaan penis om Julian. Namun ternyata om Julian kemudian membungkukkan badannya dan mencium punggung kak Amira sambil terus memompa vaginanya, lalu kedua tangannya memilin-milin puting kakakku.

“Aahh... ahh.. ahh.. ahh..” desah kak Amira bersamaan dengan pompaan penis om Julian pada liang kawinnya.

Aku masih terus memperhatikan kedua manusia lawan jenis itu saling membantu menggapai puncak kenikmatan. Rasanya aku sudah horni berat, ingin segera ku keluarkan batang penisku dari balik celana pendek yang mengurungnya. Tapi aku masih bisa menahannya, aku hanya ingin menunjukkan kalau aku tidak gampang terpancing nafsu birahiku sendiri.

“Haaaaahhhhh......” jerit kak Amira lagi diikuti dengan menyemburnya cairan bening dari lobang kemaluannya. Dia orgasme lagi ternyata.

“Gimana Fan.. kakak kamu mantab kan? Awas besok-besok kamu yang gantian puasin dia lohh.. hahahaha..” seloroh om Julian melihatku yang hanya duduk terdiam.

Mungkin karena kakakku tak kuat lagi berdiri, om Julian kini membaringkan tubuh kak Amira di atas lantai. Meski lantai di bawah mereka sudah becek dengan cairan squirt kakakku tapi mereka tak peduli. Kak Amira kulihat nyaman saja berbaring di sana meski tubuhnya mulai ikutan berlumuran cairan orgasmenya. Ahh.. kelakuan mereka semakin membuatku jadi sange berat!!

Om Julian kembali menggenjot liang vagina kak Amira yang terbaring di atas lantai. Kedua kakinya menekuk ke atas membuat batang penis om Julian semakin lancar keluar masuk celah kewanitaannya.

“Dari tadi aku belum nyobain susu kamu yang montok ini Mir.. sini om minum susu kamu..” kata om Julian sambil mengarahkan mulutnya pada puting kakakku.

“Aahhh.. belum ada susunya om..” kata kakakku dengan raut muka keenakan.

“Hahaha.. iya, om tau kok.. ntar om bikin kamu keluar susunya..”

“Hhhh.. Hhmm.. Amira jadi hamil dong om? Hihi....”

“Iya dong.. mau kan kamu hamil anaknya om?”

“Ahhh.. Fan.. om Julian nakal.. mo hamilin kakak... ahhh... boleh deh..” ucap kak Amira menyebut namaku, aku kira dia hanya menggodaku.

Beberapa menit kembali berlalu, om Julian masih terus menggenjot vagina kak Amira dengan cepat. Ditambah lagi jari om Julian kini ikutan menggesek clitoris kakakku sama cepatnya dengan genjotannya di vagina kakak perempuanku itu. Kak Amira semakin meraung-raung dalam nikmatnya persetubuhan mereka. Aku sangat yakin kalau mereka sudah tak lagi mengingat kalau keduanya adalah om dan keponakannya sendiri.

Plok... Plok... Plok... Plok...!! benturan antara pangkal paha om Julian dan pantat kak Amira nyaring terdengar. Aku lihat vagina sudah tak lagi basah, tapi banjir.

“Aahh.. Hhhhmmmmm… Oom…” desah kak Amira, sepertinya dia sebentar lagi akan kembali orgasme.

“Hhh.. Hhh.. Om juga mau keluar nih Mir.. barengan..” kata om Julian.

“Aahh.. Aahh.. di dalam aja om… Aahh.. Aahh.. Aahh..” kata kak Amira ditengah desahannya. Aku ragu kalau kakakku itu beneran ingin hamil, aku rasa itu hanya racauannya saja.

“Iya.. biar kamu punya susu Mir.. Hhh.. Hhh.. Hhh..” balas om Julian semakin cepat memompa vagina kakakku.

“Aaaaa… Oomm.. Aaaaaaaahhhh…” teriak kakakku sambil tubuhnya menggeliat-geliat.

Kedua kakinya pun ikut mengejang dan menendang tak tentu arah. Seluruh badannya terlihat gemetar hebat. Hebat sekali om Julian, dalam waktu hanya beberapa menit saja sudah bisa membuat kak Amira orgasme lagi.

Seperti tidak terganggu dengan apa yang tengah dialami kak Amira, om Julian terus memompa vagina kakakku dengan cepat.

“Aaaahh.. Aaaaahhh.. Aaaaahhh..” desah kak Amira masih terus terdengar.

"Hhh.. Hhhh… Hhhh.. Om keluar Mir.. ooohhhh.....” racau om Julian sambil makin cepat menusukkan batang penisnya.

Tiba-tiba om Julian mengehentak ke depan dengan kuat, lalu tubuhnya memeluk tubuh kak Amira. Mulut mereka juga berciuman dengan erat sambil lidah mereka membelit mesra. Aku tahu saat itulah om Julian melepaskan spermanya pada rahim kak Amira. Sungguh om Julian dan kakak perempuanku memberikan pertunjukan yang sangat luar biasa. Bahkan lebih membuatku horni dari film porno yang pernah kulihat sebelumnya.

"Aaahhh.. Aaahhh.. Aaahhh..." desah nafas kak Amira berbarengan dengan tarikan nafas berat dari om Julian juga.

Kakak permpuanku kini tergeletak tak berdaya di atas kubangan cairan orgasmenya. Aku tak peduli, karena itu yang dia mau dan nikmati. Sedangkan om Julian yang melepaskan penisnya dari celah vagina kakakku kini kembali duduk di sampingku.

“Ahhhh.... lihat Fan.. kakakmu itu memang gadis binal.. nafsunya gede banget... huhh...” ujar om Julian sambil minum air dari gelas yang sedari tadi ada di atas meja.

“O-om... kok tega sih ngentot sama ponakan sendiri?” tanyaku dengan nada bergetar.

“Hahahaha... oke.. mari kita bahas masalah ini Fan..” balas om Julian dengan nada serius.

“Iya om.. siap”

“Kalian bertiga itu keponakan om yang paling om sayangi.. apalagi kamu Fan. Sebagai satu-satunya anak laki-laki di rumah ini kamu harus bisa melindungi semua anggota keluargamu, ingat.. setelah papamu meninggal kamu adalah kepala rumah tangga..” ujar om Julian.

“Iya om...”

“Lalu kenapa om sampai tega ngentot sama kakakmu? Itulah resiko yang harus kamu terima dari ketidak tegasanmu”

“maksudnya om??” tanyaku kurang paham.

“Dari awal om sudah tanya kamu... bahkan kita taruhan.. kamu sadar kan taruhannya pasti sesuatu yang tabu saat kita omongkan?”

“Ahhh... iya om.. aku yang salah..” ucapku tertunduk lesu.

“Ingat Fan... jaga baik-baik kehormatan anggota keluargamu, harusnya dari tadi kamu stop tindakan om... kamu harus bisa mikir cepat” ujar om Julian menohok pikiranku.

Malam itu aku mendapat pelajaran penting dari kejadian yang menimpa kakakku. Harusnya dari awal aku sudah menghentikan kegilaan itu, tapi ternyata aku malah menikmatinya. Kembali aku harus mulai menata keluarga ini, sudah terlalu banyak hal yang tak seharusnya terjadi. Aku harus bisa menguasai kondisi apapun dalam keluarga ini.

“Udah ya Fan.. tolong jagain kakak kamu ini, om mau istirahat, besok ada kerjaan” om Julian meninggalkan kami berdua, berjalan menuju kamar mama dengan menenteng celana pendek miliknya.

Aku masih duduk di kursi melihat kak Amira yang masih terbaring di atas lantai. Semakin lama kulihat semakin horni pula aku dibuatnya. Tubuh bugil kak Amira yang tergeletak tak berdaya setelah mengalami tiga kali orgasme, seakan mengajakku untuk ikut menikmatinya. Duhh... jadi tambah deg-degan jadinya.

Kuturunkan saja celana pendek yang biasa kupakai sampai paha, yang diikuti dengan mencuatnya batang penisku yang sudah tegak sempurna. Aku tak tahan lagi. Kukocok batang penisku dengan cepat. Entah kenapa aku merasa kurang puas, rasanya tubuh telanjang gadis cantik di depanku seakan memanggilku. Akupun mendekati posisi kak Amira yang masih terbaring memejamkan mata. Pada posisi ini aku sudah bugil dengan sempurna meninggalkan celana basketku di atas lantai bawah meja.

“Ahhh.. kaaakkkk....” desahku saat aku onani di atas tubuh kak Amira.

Aku sudah tak peduli pada sekelilingku. Dalam pikiranku hanya ada rasa ingin memuasi birahiku sendiri. Karena kocokanku yang terasa nikmat, sebentar saja aku sudah merasa akan mencapai puncaknya. Segera kuarahakan ujung penisku pada wajah kak Amira yang terlihat acak-acakan namun seksi itu.

“Adeekkkkkk....!!”

Aku kaget setengah mati saat kak Amira membuka mata dan berteriak. Tanganku yang memegang penisku langsung kuangkat, hingga rasa ingin muncrat tadi segera hilang, bahkan batang penisku jadi ikutan lemas juga.

“Kamu ngapain Fan?” tanya kak Amira sambil bangun dan duduk di depanku. Kini batang penisku tepat berada di depan wajahnya.

“Em.. anu.. itu.. emm.. ngocok kak...” jawabku gugup namun terus terang.

“Hehhh... dasar cabul... masak kakak sendiri kamu jadiin bahan coli sik!?”

“Ak.. aku udah ga tahan sih kak...”

“Aduhh... kalo lagi sange bilang aja... kalo kamu buang-buang gini kan mubazir..”

Tanpa kuduga tangan kakakku langsung meraih batang penisku yang sudah mulai lemas tadi. Dikocoknya pelan kejantananku itu sampai mulai menunjukkan ukuran sebenarnya. Kemudian kak Amira mulai melancarkan aksi oralnya. Ahh.. nikmat banget. Kakak perempuanku itu sangat pintar juga ternyata.

“Gimana dek? Enak gak?” tanya kak Amira sambil tersenyum.

“E-enak kak...”

“Hihihi... kalo enak jangan bilang mama yah...” ucapnya centil.

Penisku kembali keluar masuk rongga mulutnya dengan lancar. Aku yakin kak Amira ini pasti sudah pengalaman, meski keluar masuk dengan tempo cepat tapi batang penisku tak sekalipun terkena giginya.

“Diginiin enak gak dek?” tanya kak Amira lagi sambil ngegelitik bijij pelerku.

“Aaahhh… enak... kakak lihai banget..” desahku.

“Slruuup! Slruuup! Hhmmp!” kak Amira terus mengulum kontolku.

Seperti mendapat sebuah keberanian baru, tanganku tak mau tinggal diam, langsung meremas-remas kedua susu kak Amira yang terbuka. Tak lupa kumainkan juga putingnya kiri dan kanan bergantian. Ternyata memang bentuk payudara kakakku lebih besar dari milik Airin, namun tak terlalu jauh bedanya. Nafas kami semakin lama semakin memburu, tanda birahi kami meningkat. Kuakui, kak Amira sangat padai memainkan lidahnya di titik sensitif sekitar kemaluanku.

Beberapa menit kemudian kak Amira menarik tanganku dan memberi tanda supaya aku mendekatinya. Aku tahu maksudnya, pada titik ini aku sudah tak lagi memandang gadis cantik di depanku itu sebagai kakak perempuanku, yang ada hanyalah seorang perempuan binal yang bisa memuasi nafsu birahiku. Aku ikuti permintaannya, langsung saja aku berbaring di atas lantai, meski rasanya dingin di kulit punggung dan pinggangku namun kobaran nafsuku mampu megalahkannya. Benar saja dugaanku, setelah aku berbaring, kak Amira langsung mengangkangi pangkal pahaku kemudian menurunkan tubuhnya pelan-pelan.

“Ooh… aahhh… dekkk… aww!” jerit kak Amira saat batangku mulai menerobos vaginanya.

“Aaaahhh…” akupun ikut mendesah saat penisku amblas masuk dalam liang senggamanya.

Vagina kak Amira ini tak begitu sempit seperti punya adik perempuanku. Namun tetap saja dinding vaginanya menjepit erat batang penisku. Kontolku serasa diremas-remas di dalam sana. Semakin kak Amira menggoyangkan pinggulnya, semakin kuat remasan yang kurasakan. Dengan ayunan konstan, batang penisku mulai mengaduk-aduk liang senggama kak Amira. Desahan dan erangan bersahutan keluar dari mulut kami berdua.

Begitu kak Amira menaik-turunkan pantatnya, bunyi tumbukan kelamin dan beradunya pantat dengan paha membuat suasana semakin panas dan menggairahkan.

Plok… plok… plok... !!

“Dekkk… nikmat... hhaaaaaahhh… aku nyampeee…!!!” teriak kak Amira, ini orgasme pertamanya bersamaku, adik kandungnya.

Terasa memeknya memilin-milin penisku saat orgasmenya itu. Kemudian disusul dengan rasa hangat dan basah pada penisku, aku yakin itu adalan cairan squirt-nya yang tak bisa keluar karena tersumbat kejantananku. Tubuh kakakku mengejang hebat dan ambruk menimpa dadaku. Nafasnya memburu dan kurasakan detak jantungnya berdegub kencang.

Kudiamkan beberapa saat sampe kak Amira tenang kembali. Setelah mereda, kak Amira kemudian beranjak dari atas tubuhku. Dari liang vaginanya langsung mengucur keluar cairan orgasmenya. Lumayan banyak sampai membuat perut dan pangkal pahaku basah. Kuminta kak Amira untuk nungging, posisi Doggy style adalah favoritku. Pantat kak Amira yang putih bersih itu langsung kuciumi, kujilat sampe ke lobang anusnya. Mungkin karena terlalu nafsu aku tak lagi berpikir jijik atau bagaimana, ku ikuti saja keinginanku mengarah kemana.

“Aaahhhh… Dekk.. Aaaahhh… geli.. aduh.. dekk... aahhh…” desah kak Amira.

Kumasukkan kembali penisku ke lubang memek kak Amira. Luar biasa sensansinya. Pada posisi seperti itu liang kawin kakakku serasa semakin menjepit dan meremas kemaluanku. Kupacu cepat tusukan penisku. Bunyi pantat kak Amira yang beradu dengan pahaku dan desahan kami berdua silih berganti bergema di malam itu.

Plok… plok… plok… plok…!!!

”Aaaaahh… ahhh… aaahh… memek kakak manteb banget!” racauku.

“Aaahh… ooohhh… aaahhh… kontol kamu juga enak banget dek..” desah kak Amira tak mau kalah.

Kami mempertahankan posisi ini agak lama. Aku terus menggenjot vagina kak Amira sepuas-puasnya. Rasa ingin klimaks yang awal tadi kurasakan kadang mulai terasa, namun aku masih bisa menahannya.

“Dekkk… kakak mau nyampe lagi… ahhhh… aahhhh…” teriaknya kemudian.

“Aaahhh... keluarin aja kak.. jangan tahan...” balasku. Langsung kupercepat tusukan penisku pada liang vaginanya.

“Dikit lagi dek... aahh... iya...iya.. terusss....” racaunya.

“Ayo kaakkkkk....”

”Deekkkk… aku nyampe!! Aaaaaaaaaaahhhh…” teriak kak Amira kemudian ambruk telungkup.

Perubahan posisi badan kak Amira membuat penisku terlepas dari vaginanya. Langsung saja cairan orgasmenya menyemprot keluar tanpa ada halangan lagi. Aku tak peduli pada kak Amira yang tengah squirt itu, kubalikkan tubuh kakakku yang cantik itu dan kudekatkan penisku ke mukanya sambil kukocok cepat. Kak Amira hanya bisa terpejam kelelahan dengan nafas masih ngos-ngosan.

“Aaaakkkhh… kaaaaaaakkkkk !!!” teriakku.

Crooot… crooot… croot… crooot.. tembakan air maniku tepat mengenai wajahnya.

‘Gila! seksi banget nih kakak gua’, kataku dalam hati. Aku langsung terduduk di lantai karena tubuhku terasa kehilangan banyak tenaga. Kulihat kak Amira malah meratakan maniku ke seluruh wajahnya. Anjriiitt.. kakakku memang binal.

“Kak, maaf yah.. kita jadi keterusan ML gini” kataku. Ada perasaan bersalah kepada kak Amira, yang tak lain adalah kakak kandungku sendiri.

“Kamu nakal dekk.. bikin kakak lemes nikmat gini” kata kak Amira pelan.

“Kakak gak marah kan?” tanyaku.

“Nggak lah Fan.. nikmat banget malah, kapan-kapan lagi ya, hihi...” jawab kak Amira.

Aku kini dudu di lantai sambil bersandar pada kursi. Sedangkan kak Amira masih terbaring menikmati tubuhnya yang lemas tapi nikmat itu. Kami berdua berusaha mengatur nafas dan mengembalikan tenaga yang terkuras tadi.

“Aaaaaaahhhhh..........!!” tiba-tiba terdengar suara jeritan dari arah bawah tangga.

Aku dan kak Amira spontan menoleh ke arah sumber suara. Tak kusangka ternyata ada Airin di situ. Lebih mengejutkan lagi dia sudah telanjang bulat sambil mengangkang kedua kakinya. Rupanya dia baru saja mencapai orgasme dengan masturbasi. Duhh, jadi kasihan sama Airin.

“Dekk... ngapain kamu di situ?” tanyaku.

“Emm.. maaf kak..” ucapnya.

Aku kemudian berdiri dan mendekatinya. Kupapah tubuhnya dan kududukkan pada kursi tempatku tadi. Tak lupa kuangkat juga tubuh kak Amira dan kududukkan pada sofa panjang di seberang Airin berada. Betapa berungtungnya aku malam ini ditemani dua bidadari cantik, telanjang pula.

“Kalian jangan cerita ke mama yah...” ucap kak Amira.

“Iya deh kak..” balasku.

“gak mungkin juga kita mau bilang.. ‘maa.. kak Mira ngentot sama kak Arfan’, hihi..” balas Airin centil.

"Trus.. mama bilang gini dek..’Kurang aja kalian, ngentot kok mama ga diajak’, hahahaha....” ujar kak Amira menirukan mama.

Mungkin kami sudah benar-benar gila. Bagaimana tidak, jelas-jelas kami ini adalah saudara kandung tapi malah jadi pasangan zina. Apalagi mama malah jadi bahan bercanda. Namun aku ikutan tertawa saja mendengar celoteh kedua saudara perempuanku itu.

“Yang penting kita saling terbuka.. apalagi kalau ada masalah..” ucapku.

“Iya kak...” balas Airin.

“Iya, kamu bener Fan.. kita harus lebih terbuka...” kata kak Amira dengan senyum mesumnya.

***

Bersambung lagi ya Gaess... ^_^
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd