“KESEMPATAN KEDUA”
POV 3
"Papa pergi dulu ya" ucap Heru suami Nadien. Jam sudah menunjukkan jam 9 malam. Ya,
shift malam. Profesinya sebagai
security di sebuah perusahaan distributor mengharuskannya bekerja malam setiap 3 hari sekali.
"Iya pah, hati-hati ya."
Nadien mengantarkan suaminya ke luar rumah, setelah motor yang dikendarai Heru tak terlihat, baru dia masuk ke dalam rumah.
"Aman dong
sist" terdengat suara Bianca kakak Nadien yang duduk di sofa ruang tengah ketika Nadien masuk ke dalam rumah.
"Yoa, hahaha, aku amanin dulu si kecil Bi."
Bergegas Nadien masuk ke kamar Aurel anak pertamanya yang berumur 9 tahun sedang tertidur dengan Thania putri bianca, setelah itu dia masuk ke kamarnya dan melihat Bagas, anak ke 2 nya yang berusia 3 tahun pun sudah tertidur pulas.
Saat Nadien berdandan, Bianca menunggu di luar kamar dengan tak sabar menanti sesekali melirik jam tangannya.
"Krek ..." Suara pintu kamar Nadien terbuka.
"Amboi, cantik banget adikku ini. Secantik dulu sebelum dia menikah, hahaha." seloroh Bianca.
Nadien sebenarnya hanya berpakaian biasa saja seperti kebanyakan orang, celana jeans dan blouse berkancing tuanya. Tapi memang sangat berbeda dengan penampilan hariannya. Malam ini Nadien memakai
make up agak tebal dari biasanya. Rambut panjangnya yang biasa terikat rapi, sekarang ia biarkan tergerai sehingga gelombang rambutnya membuatnya terlihat sangat cantik dan seksi. Tidak lupa ia memakai higheels yang sudah lama tidak ia pakai setelah menikah.
"Hahaha, udah lama gak dandan dan pake highells nih, duh perasaan agak kaku!"
"Ntar juga biasa lah Nad, kan sebelum nikah biasa lu pake." Kata Bianca.
"Yu cepetan, genk udah pada nunggu di parkiran mini market di belokan depan." Ucap Bianca lagi.
"Mboook, mbok Yati!" Teriak Bianca.
"Iya bu!" Seorang wanita paruh baya bergegas keluar dari dapur. Mbok Yati adalah asisten rumah tangga Bianca yang memang sengaja Bianca persiapkan untuk malam ini.
"Nitip anak-anak ya, tidur di kamar Nadien aja sama Bagas, tenang aja, bapak Heru pulang jam 9 pagi, kita juga udah pulang kok jam 4." Ujar Bianca
"Iya bu."
Bianca bergegas keluar rumah memasuki mobil di ikuti Nadien.
***
Tak jauh dari sana, sudah menunggu 2 mobil di parkiran sebuah mini market. Mobil sedan yang di naiki Elgi bersama Angga pacarnya, dan 1 mobil sedan abu berisi Dave, Kemal, Bambang dan Putra.
"Lama banget mbak!" Kata Angga.
"Iya nih nunggu Nadien!"
"Hah? Mbak Nadien kut?" Dave di belakang kemudi, setengah terkejut dan berusaha melihat orang yang di sebelah Bianca.
"Napa? Eluh seneng kan Dave? Hahaha?" Goda Bianca.
Semua ikut tertawa mengikuti Bianca, dan Dave seharusnya berterima kasih kepada bulan yang bersembunyi sehingga wajah salah tingkahnya tidak terlalu jelas terlihat.
"Cuzz lah, 1 rombongan ntar ketemuan disana."
"Loh siapa lagi mbak?" Kata Dave.
"Si Andra temen Nadien, sama atasannya, biar aku dapat proyekan" jawab Bianca.
Dan 3 mobil itu langsung keluar dari parkiran dan menuju
cafe "Night Sparks" di bilangan jalan Riau.
"Nad ... Gimana loh ... Dave tuh!"
"Apa sih kak Bianca nih!"
"Kayaknya dia suka sama kamu, tiap kamu ikut aku nongkrong sama brondong2 itu, dia tuh langsung sumringah, beda Nad."
"Cuma baru 5 kali kamu ikut ya, tapi Dave tuh keliatan beda banget!"
"Hah, biarin aja lah Bi. Aku kan udah nikah dan aku gak suka sama brondong, hahaha," Nadien tertawa kecil.
"Sekarang aku ikut cuma karena aku kangen aja sama kehidupan malam dan pengen tau aja gimana sih party kalian.” lanjut Nadien.
“Terus aku gak enak lagi, sama Andra yang bawa atasannya juga. Pasti mereka udah nunggu di sana. Yah mudah mudahan kalo sama temen SMA Andra akan lebih nyaman jadi biar proyek kak Bi sukses. Apalagi Andra kan mantan pacar sobat aku Lyla pas SMA. Kalo Andra merasa nyaman, temen2 nya juga pasti lebih nyaman dan mudah bisa kasih proyek." Ujar Nadien.
"Iya sih Nad, makasih ya udah mau bantuin aku."
"Asal jangan lupa komisi yah Bi, lumayan buar bayar listrik bulan ini, hahaha."
"Hahaha kamu ada ada aja, pulang dari sini aku langsung kasih buat bayar listrik, gak usah nunggu proyekan." jawab Bianca.
"Hahaha, kakak Bianca baik banget." kata Nadien sambil memeluk kakaknya.
"Ish diem lah, aku lagi nyetir Nad. Hahaha."
"Nad, mmmm...kalo gak salah Lutfi sama Andra deket ama kamu waktu sekolah, mereka emang gak ada hati sama kamu?" Tanya Bianca sambil asik mengemudi mobilnya.
"Hah?? Nggak lah kak, kita tuh cuma temenan kak. Apalagi Andra, dia kan mantannya Lyla. Awalnya si Andra deket ama aku biar bisa bantuin dia deketin lagi si Lyla.. Secara aku kan sekelas ama Lyla, yah boleh dibilang andra itu pengen di combalngin lagi sekarang. Jadi gak mungkin Andra punya rasa sama aku, kalo si Lutfi ama yang lainnya cuma temen nongkrong doang sih gak ada apa-apa, dan kalo misalkan Lutfi ada rasa sama aku itu sih urusan dia… aku nganggapnya temen biasa kok ama dia.” jelas Nadien.
"Beneran yakin kamu? Tapi kok aku ngerasa, mereka suka kayak bela-belain buat bisa deket atau ketemu sama kamu ya?"
"Ngga kak, yakin banget!" Ucap Nadien singkat sehingga tidak membuat Bianca berkata lebih banyak lagi untuk menceritakan alasan kecurigaannya.
***
Tak terasa mereka pun sampai di tujuan, setelah memarkirkan mobil, mereka bergegas berjalan menuju pintu masuk
Night Sparks.
Di ujung mata Nadien, terlihat Dave berusaha mengejar langkahnya, dan ini semakin membuat Nadien lebih mempercepat langkahnya.
"Aku gak bisa seperti Bianca dan Elgi, Dave. Aku udah punya suami dan anak2 yang kusayangi" Suara hati Nadien berbicara. Hal itulah yang membuatnya menghindari Dave yang selalu mencoba mendekatinya.
Terus terang perasaan bangga dan senang dalam diri Nadien juga sering kali timbul, ketika dia menyadari kalau setelah dia menikah dan berumur 34th ini justru beberapa pria tertarik padanya. Sementara wanita lain sudah terlihat tua melebihi umurnya, tapi tidak dengan Nadien. Nadien yang cupu ketika SMA, saat ini menjadi Nadien yang matang tapi terlihat lebih muda dari umurnya yang sesungguhnya. Perubahan penampilan Nadien mulai terasa saat kuliah dengan tubuh langsing dan tinggi dengan ukuran dada 34 C membuat tubuh Nadien proposional dimata para lelaki dan itu terbukti Nadien ditawarin beberapa agency untuk menjadi modelnya.
Tak hanya tubuh itu saja yang membuat sosok Nadien disukai para lelaki, sikap loyalnya pada suami, misterius sekaligus open minded, tapi tidak menggoda lawan jenisnya, justru membuat laki2 yang mengenalnya semakin penasaran untuk mendapatkannya.
"Woi sini!" Terlihat seorang pria melambaikan tangannya ke arah mereka.
Andra dengan celana dan kemeja jeans ... entah kenapa Andra terlihat tampan sekali hari ini pikir Nadien. Padahal hampir setiap sebulan sekali mereka bertemu bersama genknya untuk minum kopi, tapi entah kenapa malam ini Nadien melihat Andra seperti melihat sosok yang berbeda.
Selama ini Nadien mengira antara Andra dan Lyla masih ada
feel karena percintaan mereka yang tak tuntas karena perbedaan dalam hidup. Karena itu Nadien merasa sangat nyaman saat dekat dengan Andra, dalam hati, Nadien merasa tidak akan ada perasaan lain yang melebihi perasaan sebagai seorang sahabat.
"Pak Yudha sama pacarnya dan pak Usman, sudah pada nunggu diatas!" Kata Andra lagi.
"Sorry Ndra, Nadien lama nih!" kata Bianca.
"Its ok Bi. Malam Nadien, syukurlah kamu bisa ikut malam ini." Kata Andra menggoda Nadien, dengan wajah Andra yang nampak terlihat memerah akibat sorotan lampu
cafe Night Sparks.
"Aku tadi ajak Lutfi juga, tapi dia gak bisa katanya!" lanjutnya.
"Loh kok ngajak Lutfi, janganlah malu aku Ndra." Cemas Nadien.
.
"Hahaha, kali aja lu mau aku bawa Lutfi juga, kan kalian sering jalan berdua juga.” Andra mulai meledek Nadien.
"Soalnya Lutfi kayaknya suka sama kamu Nad, gak mungkin lah, kalo ga ada rasa sering antar-antar kamu atau beliin kamu barang." lanjutnya.
"Nggak lah Ndra, tau sendiri kita kan cuma sobatan, eh kecuali lu sama Lyla kali ya hahaha!" tawa kecil Nadien yang sudah mulai lepas dengan suasana.
"Apa sih lu Nad, hahaha!" Andra tertawa sambil mengacak-acak rambut atas Nadien.
"Ehem, yo keatas!" Kata Bianca.
Dan mereka mulai bergegas berjalan memasuki
cafe.
Tiba-tiba tangan Nadien di tarik oleh orang di belakangnya,
“Dave?” gumam Nadien saat tau siapa yang menariknya.
Sedikit kebingungan Nadien mengikuti langkah Dave. Sementara Andra yang sudah berjalan duluan dengan Bianca menoleh ke arah Nadien lalu tertawa, seperti sedang menertawakan Nadien.
***
Bartender off duty datang ke meja
private mereka, di susul dengan para
waitress dengan beberapa botol minumannya.
“Hmm 11 orang siap oleng….suasana yang aku inginkan saat ini” ucap Nadien dalam hati.
Minuman pun mulai di tuangkan dalam slot di atas meja.
"Okay, aku cuma coba malam ini saja, dan aku melakukan ini untuk keluargaku. Buat bantu bayar listrik." Janji Nadien dalam hati.
Andra duduk di depan Nadien menyodorkan gelas pertamanya.
"Penasaran, apakah lu sehebat yang di bicarakan kakak lu!" Katanya.
Nadien hanya tersenyum dan meraihnya, sementara Dave yang di sebelahnya nampaknya kecewa ketika Nadien memilih mengambil gelas yang di tawarkan Andra dibanding yang di tawarkannya.
"Glek… glek. glek," 1 sloki mengalir melewati tenggorokannya tanpa berhenti.
"Wow!!" kata Andra sambil bertepuk tangan.
"Hahaha mbak Nadien akhirnya minum juga hahaha," kata Kemal brondongnya Bianca dengan sedikit kaget. Andra kemudian tersenyum melihat Nadien.
"Belum apa-apa Ndra!" Mata Nadien menatap menantang Andra dan meraih gelas yang Dave sodorkan.
"Glek, glek.. glek," kembali 1 sloki lagi habis Nadien minum.
"Wow ... Hahaha!" Kali ini Pak Yudha boss Andra yang kaget.
"Lagi !" Kata Andra sambil menyodorkan gelas lainnya.
"Ok!" Dengan cepat Nadien menghabiskan gelas ke 3 nya.
Sudah lupa rasanya bagaimana mabuk alkohol itu. Semenjak menikah 10 tahun lalu Nadien meninggalkan semua dunia gemerlap ini.
Menikah dengan Heru yang hanya sebagai sekuriti merupakan langkah besar untuk Nadien.
"Maukah kamu menerima aku menjadi imammu?" itu yang Heru ucapkan ketika melamar Nadien.
Seorang gadis rapuh di balik topeng bahagianya langsung berkata "Iya aku mau."
Kelelahannya atas kehidupan hedonisme yang sudah ia jalani selama lebih dari 3 tahun membuatnya berkata itu.
Heru berbeda dengan laki-laki lain, walaupun dia tidak romantis, tapi dalam pikirnya selalu baik dan berkata apa adanya tentang kehidupannya, serta ketidak mampuannya untuk mengikuti kehidupan dan gaya hidup Nadien. Dan Heru tidak pernah membuat Nadien menunggu jika ingin bertemu atau menjemputnya. Dia tidak pernah terlambat dan selalu menepati janjinya, tidak seperti yang lain.
Tak terhitung berapa gelas yang Nadien minum. Matanya sudah memicing setiap ada cahaya yang menyorotnya, kesilauan ditambah dengan musik di lantai bawah membuatnya semakin hanyut dalam kemabukannya.
Setengah sadar dia lihat kakaknya Bianca sudah mulai bercengkrama dengan Kemal berondongnya. Begitu pula Elgi dengan Angga dan teman-teman lain entah dengan siapa, dimana, Nadien malas memikirkannya. Dirinya lebih asyik menikmati suasana yang dia inginkan saat ini.
Terasa sepasang tangan Dave mulai mengerayangi tubuh Nadien. Meraba raba dadanya dibalik pakaiannya yang mulai basah karena keringat. Karena sudah lama nadien tidak minum, sehingga kali ini hanya beberapa gelas saja telah membuat mabuk begitu berat, meski dalam keadaan mabuk Nadien berusaha menepis tangannya Dave, tapi Dave semakin berani dia mulai menghimpitkan tubuh Nadien ke tembok dan berusaha menciumnya. Tiba-tiba sebuah tarikan kuat menarik baju Dave dan kemudian menarik tubuh Nadien berdiri ke pelukannya.
"Dave!" Sebelah tangan Andra sedikit menunjuk mengarah ke Dave sebagai tanda untuk menghentikan semuanya, sedangkan satu tangan Andra memeluk Nadien.
Dave dengan setengah terhuyung, memilih mundur dan menjauh dari Nadien.
"Sini, Nad!" Kata Andra memeluk pinggang Nadien hingga Nadien pun jatuh dalam pelukan Andra.
"
Astaga, kenapa Andra begitu tampan hari ini dan kenapa aku terus mengatakan ini" ujar Nadien dalam hati saat mengadahkan kepalanya dan memandang wajah Andra yang begitu dekat. Meski dalam keadaan mabuk dia masih bisa mencium aroma tubuh Andra yang bercampur dengan keringat yang membuat libido Nadien meninggi. Sekejap waktu mereka saling bertatapan, terlihat wajah tampan dengan dua mata
playboy dan hidung mancung andalannya hingga hampir menyentuh hidung Nadien.
Nadien memalingkan mukanya dan bersandar di bahu Andra.
"Diem disini Nad. Diem sama aku, nanti kamu abis sama Dave!" Bisik Andra ditelinga Nadien, hembusan nafasnya yang terasa ditelinganya membuat Nadin makin tak menentu perasaannya, Nadien hanya mengangguk pelan di pelukan Andra.
"Dua botol lagi habiskan ya, Sayang nih aku udah bayar, semua harus minum, gak mau tau gue!" Kata pak Yudha atasan Andra.
"
Shit!!" gerutu Nadien pelan terdengar di telinga Andra, yang sudah merasa tak sanggup.
"Gapapa, aku yang minum punya elu." kata Andra yang membawanya duduk tanpa melepas pelukannya.
"Hooh." jawab Nadien dengan lemas.
Gelas demi gelas Andra minum untuk menggantikan Nadien, tapi Nadien yang masih penasaran dan terhanyut akan suasana, sesekali ikut minum juga. Nadien pun makin terkulai tubuhnya mulai bersandar di dada Andra dan memeluk lehernya layaknya seorang kekasih, akibatnya Andra pun mulai tidak bisa menahan nafsunya. Sesekali Andra mencium kepala dan mencumbu leher Nadien, sampai akhirnya Andra tidak sanggup lagi untuk minum dan terkulai lemas di samping Nadien.
***
Jam 01.00.
Tidak ada dari mereka yang masih sanggup berdiri.
"
Open room di sebelah, buat yang gak sanggup pulang!" kata pak Yudha.
Entah berapa kamar yang di sewa, yang jelas kamar Andra hanya dengan Nadien.
"Jagain Andra ya Nad!" Kata pak Yudha depan pintu kamar dan meninggalkan Andra yang sudah berbaring diranjang.
Nadien yang berusaha menguasai diri menjawab dengan anggukan layaknya orang mabuk, lalu dengan bersusah payah membuka sepatu Andra.
“Ok sepertinya aman tidur sekasur dengan Andra, toh dia tertidur lelap” pikir Nadien.
Nadien pun melemparkan tubuhnya disamping tubuh Andra. Jantungnnya berdegub melihat wajah Andra yang tertidur lelap. Di satu sisi ia merasa bersalah dan takut karena tidur sekasur dengan pria lain selain Heru suaminya, tapi dia pun merasa harus bertanggung jawab terhadap Andra yang mabuk seperti ini karenanya. Sampai akhirnya Nadien pun tertidur dengan perasaan tak menentu.
Beberapa saat kemudian.
Dalam lelapnya Nadien mulai merasa merasa ada yang mengusik tidurnya, sebuah hangatnya hembusan nafas menerpa wajahnya. Dengan perlahan Nadien pun membuka mata, terlihat wajah sayu Andra yang begitu dekat sedang menatap wajahnya tersenyum padanya. Melihat Nadien yang terbangun, entah apa yang ada dibenaknya, wajah Andra semakin mendekat dan akhirnya sebuah ciuman mendarat di bibir Nadien. Nadien hanya diam tak berusaha menepis, hanya memejamkankan matanya menikmati sentuhan hangat bibir Andra di bibirnya.
"Kamu cantik malam ini Nad" Rayu Andra sambil memeluk tubuh Nadien. Nadien masih terdiam tak menepis tangan Andra yang merengkuhnya, ditempelkannya tubuh Nadien di dada Andra. Melihat Nadien yang tak bereaksi dan menerima perlakuan dirinya, Andra mulai memberanikan diri menengadahkan kepala Nadien dan mencium bibirnya lagi. Kembali Nadien hanya bisa pasrah menerima ciuman Andra. Bibir Nadien yang sedikit tebal menggoda Andra seakan akan ingin dilumat olehnya. Nafas Andra semakin berat saat melumat bibir Nadien, kini ciuman Andra mulai menjalar ke seluruh wajah hingga leher Nadien. Nadien yang sedari tadi pasrah kini mulai menikmati cumbuan-cumbuan Andra, lalu direngkuhnya leher Andra dan mulai membalas melumat bibir Andra. Iringan dengus nafas yang mulai terdengar memburu ditelinga mereka, permainan pun mulai liar, lidah Nadien menelusup ke rongga mulut Andra, seakan menari dan menyapu dalam mulut Andra, Andra pun semakin naik birahinya, lidahnya pun mulai ikut melayani lidah Nadien yang liar didalam mulutnya, Andra mulai mempererat pelukannya.
Sepasang daging kenyal yang menempel terasa hangat di dada Andra, setiap gesekan tubuh satu sama lain membuat cumbuan-cumbuan mereka semakin panas dan liar. Andra menelentangkan tubuh Nadien dan menindihnya. Tanpa melepaskan lumatan bibirnya, tangan kanannya mulai mengelus pipi terus dan terus hingga menjalar turun ke bawah ke arah gumpalan daging di dada Nadien lalu meremasnya perlahan.
"Emmmhh !" Nadien yang hanya bisa melenguh disela bibirnya yang tertutup bibir Andra. Merasa Nadien terangsang oleh remasan pada payudaranya dibalik pakaiannya, tangan Andra mulai menelusup ke balik pakaian Nadien, sentuhan telapak tangan di perut Nadien membuat Nadien menggelinjang, Nadien semakin liar melumat bibir Andra. Saat hangat tangan Andra terasa di kulit payudaranya dan hendak menelusup kedalam Bra, Nadien mulai tersadar, dirinya mulai melepas ciuman Andra dan memalingkan wajahnya lalu berusaha mendorong tubuh Andra dari atas tubuhnya, tapi nampaknya Andra yang sudah dimakan oleh nafsu birahinya malah semakin menekankan tubuhnya. Sementara tangan kirinya menahan tangan Nadien, dengan bibir yang terus mencumbu leher dan melumat cuping telinga Nadien, tangan kanannya mulai berhasil menelusup ke balik bra lalu mulai meremas bongkahan dada Nadien sambil memilin puting payudaranya.
"Mmhhhhh....Ndra..aaahh." Nadien yang tadi meronta ronta untuk mencoba untuk menghentikan aksi Andra pun kembali hilang akal sehatnya, dirinya sudah kembali tenggelam akan birahinya.
Melihat rontaan Nadien berubah jadi gelinjang liar, Andra pun menghentikan cumbuannnya. Andra mengangkat kepalanya dan dipandanginya wajah sayu Nadien yang tengah dilanda birahi, kedua mata mereka saling bertatap seakan saling bicara, tangan Andra pun perlahan mulai membuka kancing baju Nadien. Nadien hanya memandang tangan Andra tanpa menahannya, hingga akhirnya kemeja Nadien terbuka memperlihatkan dua bongkahan daging yang indah dibalik bra berwarna hitam yang kontras dengan kulit putihnya.
Sebuah pemandangan indah bagi Andra, dada Nadien yang cukup besar kenyal yang tak pernah dia lihat apalagi dijamahnya membuat birahi Andra pun semakin naik. Diturunkanya kepalanya dan mulai mencium bagian bawah leher Nadien lalu menyapu kulit bagian atas dada. Perasaan geli pada kulit akibat sapuan lidah membuat Nadien kembali mengelinjang. Kedua tangan Andra menelusup kembali kedalam Bra, dan mulai kembali meremas lembut bongkahan daging kenyal, sesekali tangannya memilin dan mencubit puting payudara Nadien. Sapuan lidahnya mulai turun, kedua tangan Andra menaikan Bra-nya dan mengeluarkan kedua bongkahan dada Nadien. Terpangpanglah payudara Nadien tanpa balutan Bra, sebuah payudara indah berkulit putih dengan puting merah kecoklatan yang telah mengacung keras seakan minta dihisap oleh mulut Andra.
Ciuman pun akhirnya mulai menyisir di bongkahan dada Nadien tanpa melepas remasan di kedua payudaranya.
Terdengar lenguhan kecil Nadien setiap remasan dan hisapan andra di dadanya. Lenguhan Nadien semakin lama semakin keras membuat Andra semakin memainkan liar sapuan lidah dan hisapannya.
"sssttttt Aah. Ndra.. !!!" Desah Nadien.
Dalam hati Andra tersenyum kecil, Nadien wanita yang dia kenal sebagai gadis cupu sombong yang sulit tersentuh selama SMA, sekarang berubah menjadi gadis cantik yang kini berada dibawah tubuhnya dan meminta sesuatu yang mungkin banyak pria inginkan pada tubuhnya.
Tangan Andra pun mulai turun dan mengelus perut Nadien hingga perlahan membuka kancing celana jeans Nadien.
Ciuman nya pun mulai menjalar, sapuan lidah menyapu seluruh kulit perut Nadien, diiringi kedua tangan Andra yang menarik paksa celana jeans Nadien hingga terlepas. Tangannya kini mulai mengelus ngelus vagina berbalut CD berwarna hitam, sesekali pada bagian klit jari andra menekan mempermainkannya. Celana dalam yang tadinya terlihat kering kini mulai terlihat lembab, tercium aroma khas dari vagina di hidung Andra kala dirinya masih menjilati perut bawah pusar. Nadien yang mengelinjang menahan geli, kini kedua tangannya mulai mengelus dan menjambak rambut Andra, ditekannya kepala Andra agar cumbuannya turun pada daerah yang diinginkanya. Seakan mengerti maksud Nadien perlahan Andra pun menurunkan celana dalam Nadien. Nadien pun seakan mengizinkannya dengan merespon mengangkat pinggulnya agar CD nya mudah dilepaskan Andra, kini terpangpanglah Vagina Nadien dengan bulu tercukur rapih berbentuk segitiga diatas belahan vaginanya, tersempil sebuah daging kecil yang telah basah kuyup. Dipandangnya lendir dan labia yang indah diantara belahan vaginanya, dibukanya belahan vagina dengan jari Andra hingga telihat bagian dalam lubang vagina yang merah menggoda, dijulurkan lidahnya dan mulai menyapu klit.
"Sluppp...mmm."
"Aargh aah ... !" Nadien menjerit kecil lalu tersenyum menandakan dia menyukai ini.
Lidah Andra menjilat semua bagian klitoris Nadine, dan menggelitik kebagian klitorisnya. Semakin lama semakin menekan kuat dan memutar lidahnya di dalam bagian vagina Nadien.
Tubuh Nadien semakin menggeliat karena geli dan kenikmatan yang dia rasakan. Sebelah tangannya memegang rambut Andra sementara tangannya yang lain memegang
headboard kasur.
Andra ternyata begitu hebat dengan permainan lidahnya. Gerakan lidah Andra semakin kencang, sehingga tidak terlalu lama akhirnya,
"Aaah aaah!" Tubuh Nadien melenting dengan remasan di sprei. Bibirnya setengah terbuka dan mengejang sesaat, Andra tahu Nadien telah mencapai orgasme pertamanya.
Melihat Nadien terkulai lemas dengan masih menggenakan kemejanya yang acak-acakan tanpa menutup bongkahan dadanya, Andra segera melakukan gilirannya. Andra lalu bangun membuka seluruh pakaian dan celananya, penisnya telah tegang layaknya piston mesin yang bagian kepalanya lebih besar dari pada batangnya. Dibukanya kedua paha Nadien hingga belahan vaginanya merekah menantang, Andra pun memposisikan diri diantara paha Nadien yang mengangkang, digesek gesekannya palkon penisnya ke kelentit merangsang birahi Nadien. Tangan Nadien pun membukakan belahan vaginanya seakan mempersilahkan batang penis Andra untuk memasuki gua kenikmatannya yang telah banjir dengan lendirnya. Andra mengarahkannya penis dengan tangannya dan perlahan lahan ditekan pinggulnya hingga batang penis pun mulai melesak masuk.
"Bleeeesssss…"
“Arrrgghh…” Nadien melenguh mendesah merasakan kenikmatan saat penis Andra masuk ke dalam menjajal lubang vaginanya.
“Euhh” perlahan Andra mengangkat pinggulnya, gesekan dinding rahim mulai menggelitik batang penisnya, kenapa terasa lebih sempit dibanding istrinya, padahal Nadien sama-sama sudah melahirkan 2 anak dalam pikiran andra.
Butiran keringat mulai membasahi wajah cantik Nadien yang sayu membuat Andra tak sabar. Perlahan ditekannya kembali pinggulnya lalu diangkat terus berulang ulang memompa perlahan,
“Ugghhh.. ssttt aaakkkk Ndrraaaa” desah Nadien sambil memejamkan mata menikmati gesekan batang penis pada rahimnya. Wajah Nadien begitu cantik dan menggairahkan, disekanya keringat di wajah Nadien lalu mengelus bibirnya dengan jari, Nadien membuka bibirnya dan lalu melumat jari tangan Andra. Rasa geli saat lidah Nadien memainkan jemari andra membuat Andra menaikkan tempo genjotannya.
"Euuh!" erang Nadien saat penis Andra meyeruak keluar masuk vagina Nadien.
"Plok..plokkk.." seiring bunyi benturan kedua paha mereka, genjotan Andra semakin cepat, Nadien pun makin beringas, pinggulnya mulai mengikuti irama genjotan Andra yang semakin kencang.
“Hmmmppp..hmmmpp..hmmmpp.” desah Nadien yang tertahan dibibirnya, dengan beringas Andra terus melumat bibir Nadien.
Tangan Nadien pun memegang pantat Andra sebagai isyarat, agar Andra melakukan temponya lebih cepat. Terasa jepitan dan pijatan dalam vagina Nadien membuat Andra ingin terus mendesah menikmati pompaannya, sesekali dia berhenti ketika terasa akan mencapai puncaknya dan dipompanya lagi, dan lagi, sampai terasa paha dari Nadien mulai bergetar.
"sssttttt Ndrraaa AAaaku mauuu ….. Ndra...aaaahhhrggg!" Nadien semakin menggelinjang,
“beenttaarrr Naaaaddd aaakkkuuu juugaaaa” erang Andra. Mulai terasa denyutan lubang vagina menjepi batang penisnya sehingga Andra akhirnya tak bisa menahannya lagi.
"Nad..Aaaaah!"
"Crroott.. croott.. sserrrrrrr.."
Lima kali semprotan sperma bercampur dengan lendir orgasme, menambah becek lubang vagina Nadien. Andra pun ambruk menindih tubuh Nadien dengan nafas tersengal sengal. Kedua insan itu telah merengkuh puncak kenikmatan syahwat mereka.
Andra pun mencabut penisnya lalu bergeser kesamping tubuh Nadien, lalu mendekapnya erat seakan tak ingin kehilangan hangatnya tubuh Nadien. Untuk sesaat mereka saling berpandangan dan tersenyum lelah tanpa kata2, hanya usapan dan ciuman di wajah satu sama lain, sehingga akhirnya mereka tertidur dalam dekapan.
***
04.00
Handphone Nadien berbunyi. Nadien yang tertidur mulai terusik. Dengan enggan meraba mancari dan mengambil Hp diatas meja di samping ranjang. Dengan rasa kantuk, diperhatikannya layar hp melihat siapa yang telah menelponnya.
"Bianca" gumamnya.
"Hmm.. Halo kak!" Jawab Nadien.
"Nad, udah jam 04.00 yu pulang. Kakak tunggu di lobi".
"haaah…. Ook kak ..."
Nadien terperanjat dan membuka selimut yang menutup tubuhnya, degggg dengan setengah
shock Nadien terkejut saat tubuhnya kini tak berbalut pakaian. Dengan panik Nadien bangun dan mencari pakaiannya yang tersebar disekitaran ranjang.
"
What have i done..."
Dengan pandangan kosong Nadien menoleh pada Andra yang masih tertidur lelap tanpa pakaian dibalik selimut.
"Aku harus cepat pulang!" pikir Nadien, segera ia berpakaian dan meninggalkan kamar menyusul kakanya yang sedang menunggu dilobi hotel.
Dalam perjalanan pulang sesekali Bianca dibalik kemudinya menoleh kearah Nadien yang melihat jalanan dengan tatapan kosong. Bianca merasa bersalah dengan apa yang baru saja terjadi terhadap Nadien.
"
Sorry Nad!" Kata Bianca
Nadien adiknya yang terkecil merupakan role modelnya untuk figur istri yang hampir sempurna. Dan malam ini Bianca menghancurkannya.
"Gapapa kok kak, r
elax ... Its okay, aku juga ga kontrol." Jawab Nadien menenangkan sambil memegang tangan kakaknya, dia tahu Bianca merasa bersalah.
Dan tanpa banyak obrolan akhirnya mereka sampai di rumah Nadien. Mereka langsung mandi membersihkan tubuhnya dan masuk ke kamar masing-masing untuk melanjutkan tidur yang tertunda.
"Pagi sayang." sebuah kecupan di dahi membangunkan Nadien.
Nadien langsung terperanjat terbangun melihat Heru suaminya telah disampingnya, matanya melihat jam di dinding kamarnya.
"Jam 7.30, loh papa kok udah pulang?" Kata Nadien berusaha menutupi rasa kagetnya.
"Lawan
shift datang lebih pagi, jadi papa ijin pulang cepet, gak tau nih keingetan terus sama yang di rumah. Dan ternyata benar, mama demam. Padahal sebelum aku pergi mama gapapa!" Kata Heru lagi sambil memegang dahi Nadien.
Degg.. Hati Nadien terasa terhantam akan pernyataan insting suaminya yang merasakan sesuatu tengah terjadi pada dirinya semalam tadi. Timbul rasa bersalah pada hatinya telah menghianati suaminya membuat Nadien menjadi gugup tak menentu.
"Iya pa, mungkin masuk angin, gak pake selimut pas malem." jawab Nadien berusaha menutupi gugup dan berusaha menghindari pandangan mata Heru.
"Hmm.. aku beliin bubur dulu ya, nanti dimakan, udah papa mandi nanti papa kerokin."
"Ga.***k usah dikerokin pah, nanti juga sembuh kalo udah makan bubur dan makan obat." Jawab Nadien.
"Tumben gak mau dikerokin, ya udah aku beliin bubur dulu" Heru pun keluar kamar meninggalkan Nadien. Karena sudah terlalu lama tak mabuk akibatnya kini membuat Nadien menjadi demam dan sakit kepala luar biasa.
Untung saja sesampai di rumah ia sempat membersihkan tubuhnya dulu agar tidak tercium bau alkohol, asap rokok dan bau tubuh Andra di tubuhnya.
"Haduh gimana kalo di kerok Heru lihat ada jejak Andra semalam, sambil melihat kearah payudaranya."
"
Harus sembuh, jangan pusing. Haduuh bahaya. Jangan sampai ketahuan." Terus menggumam dan tak bisa diam, gelisah diatas ranjang.
"Tuuuing" terdengar notifikasi di hp Nadien
"
Maaf..." Hanya itu pesan dari Andra.
"
Jangan sekarang, ada suamiku, jangan balas lagi. End chat." ketik Nadien, mengirim pesan dan langsung dia hapus semuanya.
Nadien duduk di kasurnya sambil melihat Bagas anak terkecilnya yang masih terlelap dengan perasaan bersalah.
"
Kenapa aku begitu sembrono dan tidak terkontrol. Kenapa aku bisa berbuat itu dengan Andra? Kenapa Andra berani menjamah ku? Kita berteman, dan Andra adalah mantan pacar Lyla sahabatku. Astaga, apa yang aku lakukan ... Aku menghancurkan semua. Aku seorang istri dari seseorang suami dan ibu dari anak-anakku.. kenapa aku tergoda lagi ke dunia malam, kenapa aku bisa tergoda oleh Andra? Iya aku mabuk tapi kami sudah setengah sadar, dan aku yakin Andra pun sama ketika kami melakukannya, kenapa dia begitu berani, kenapa aku tidak menolaknya? Kita sama2 mantan pemabuk, kita tau mana yang sadar mana yang tidak, seharusnya kita berhenti dan menjauh ... apakah Andra menyukaiku seperti yang Bianca katakan, atau mungkin aku yang menyukai Andra. Kenapa aku membiarkannya, kenapa aku mau dan membalas semua ciumannya, kenapa ... kenapa.." begitu banyak tanya dan penyesalan dalam diri Nadien, terasa sesak di dadanya.
Nadien telah menjadi istri yang baik dan sempurna selama sepuluh tahun ini. Penghasilan Heru yang tidak besar memang sering menggoyahkan rasa ketidak bahagian Nadien atas pernikahannya. Tapi Heru adalah suami yang baik dan setia, ditambah 2 anak yang lucu membuat nya bertahan dalam pernikahan ini. Dengan fisik Nadien yang semakin bertambah umur justru semakin cantik, sebenarnya dengan mudah bisa mendapatkan pria manapun yang dia tunjuk. Tapi Nadien bukan tipe wanita gampangan yang mudah tertarik dan jatuh cinta kepada laki2 lain. Dia hanya fokus untuk keluarganya dan ini sudah cukup, begitu pikirnya.
Tapi godaannya sesekali datang ketika melihat kehidupan orang lain yang lebih berkecukupan dan melihat orang yang masih bebas. Seperti kakaknya Bianca, janda beranak 1 yang lumayan sukses. Bianca merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara. Selain Bianca ada Nuno kakak pertama, Hendrik ketiga, Emilia ke empat, dan Nadine sendiri merupakan paling bontot diantara mereka.
Untuk Bianca sendiri sebenarnya memiliki rumah diseputaran kota Cim***, tapi sesekali sering menginap di rumah kontrakan Nadine bersama Thania anaknya apabila ada urusan yang mengharuskan nya pulang subuh.
Seperti semalam alasan itulah yang Bianca pakai, memang bisnis yang digelutinya ini selalu saja berujung pada kehidupan malam hanya karena untuk entertain kolega bisnisnya. Sebenarnya dirinya tidak tega selalu meninggalkan Thania putrinya bersama pembatu di rumah hanya untuk memperlancar bisnisnya, maka dari itu sesekali mereka dititipkan di rumah Nadien.
Dan untuk kali ini Bianca pun tidak sepenuhnya bohong, dia memang entertain koleganya, tapi dia tidak mengatakan kalau Nadine akan ikut serta, karena dia tahu Heru tidak akan mengizinkannya.
"Makan bubur dulu ya mah, terus makan obat!" Suara Heru membuyarkan semua lamunan Nadien.
"Iya pah, makasih ya sayang!" Jawab Nadien dan langsung memakan bubur yang dibawa Heru.
***
Pov Andra
Deringan alarm Hp membangunkan tidurku
"Plak!" langsung ku menepuk jidat setelah ingat dimana aku sekarang dan apa yang sudah terjadi semalam.
"Kenapa aku menidurinya. Kenapa dia harus cantik sekali tadi malam. Kenapa aku harus begitu mabuk semalam sehingga tidak bisa menahan dan menyembunyikan hasratku pada Nadien. Kenapa Nadien harus mabuk seperi itu, sehingga ketidakberdayaannya membuat otak jahatku mengambil alih”
“Nadien sahabat Lyla tapi mereka sangat jauh berbeda, Lyla populer karena kecantikannya sedangkan Nadien populer karena kecupuannya ketika di SMA. Dulu aku tahu Nadien karena dia sahabat Lyla, itu saja. Tapi pertemuan kami 1 tahun lalu membuatku ingin mengenal jauh. Nadien masih pintar seperti dulu tapi dengan kemasan yang lebih cantik. Ternyata dia banyak berubah selepas SMA. Seperti ulat yang menjadi kupu2. Dia tidak memerlukan
make up tebal dan pakaian bagus yang bermerk untuk membuatnya terlihat cantik, karena gestur tubuhnya, apapun yang dia pakai selalu terlihat bagus dan pantas”.
“Tidak hanya perubahan fisiknya, ternyata pergaulannya pun berubah selepas SMA sehingga dia banyak mengenal tentang dunia malam, sampai dia tahu dimana kita bisa mendapat barang haram dengan mudah. Dan sosok Heru lah orang yang bisa membuat Nadien untuk meninggalkan semuanya”.
"
Maaf..." Hanya itu yang bisa aku tulis dalam pesan WA, lalu kukirim padanya.
"Aku takut hal yang buruk terjadi pada Nadien, dan aku tidak mau Nadien menjauh dariku. Loh!"
Plak…. Sekali lagi ku menepuk dahi.
"Apa yang ku pikirkan ... Aku teringat seseorang pernah mengatakan kepadaku"
"
Laki2 jatuh cinta pada pandangan pertama, dan wanita jatuh cinta pada percakapan pertama".
"Ketika melihat Nadien pertama kali setahun yang lalu tidak bisa membuatku lupa. Dia sangat cantik dan sederhana, membuatku lupa kalau niat awalku adalah menggoda Lyla untuk menjadikannya selingkuhanku buyar. Aku sering sekali menggoda Lyla yang memang jadi pacarku selama 2 tahun di SMA dihadapan teman-teman. Tapi aku selalu cemburu melihat Lutfi si perjaka tua itu selalu mencoba mendekati Nadien. Kami tahu dengan kesederhanaan Nadien setelah menikah, dan aku pikir, hal itu Lutfi jadikan senjata untuk mendekati Nadien. Lutfi sering membelikan barang dan makanan untuk Nadien dan anak-anaknya, begitu juga aku. Karena arah pulang Nadien searah dengan rumahku, aku lebih sering mengantarkan Nadien pulang dibanding Lutfi. Hampir setiap aku antar pulang aku berusaha cari tahu kelemahannya dengan bercerita tentang anak anak, tentang teman-teman dan akhirnya aku tahu celah dimana aku bisa lebih dekat dengan Nadien."
"Kebutuhannya akan materi, kekurangan perhatian dari suaminya dan masa lalu yang kadang dia rindukan. Sampai suatu hari kakaknya Bianca bersama berondongnya ikut
genk kami ketika ngopi bulanan dan membicarakan bisnis. Karena ingin bisa kerja sama dengan tempat aku bekerja, Bianca dengan berondongnya akhirnya sering mengajak aku dan atasanku untuk kumpul ngopi, makan siang dan ke dunia malam sehinga aku semakin tahu tentang Nadien dan semakin membuka peluangku untuk lebih dekat denganya."
"Dan malam tadi akhirnya Nadien ikut terbujuk untuk ikut kami malam tadi."
Aku lihat
handphone, dan sebuah
chat WA yang menyadarkan lamunanku tentang Nadien, ternyata Almira istriku,
"Cepat pulang, jam 10 kan mau ke acara pentas seni sekolah Nova"
"Ok"
Aku jawab singkat pesan istriku dan bergegas mandi.
"Sepanjang jalan pulang pikiranku terus mengingat apa yang terjadi malam tadi. Tidak munafik, itu memang tujuanku, tapi apa yang terjadi malam tadi terlalu cepat, aku takut Nadien menjauh dan akhirnya tidak mau lagi bertemu denganku. Tapi melihatnya begitu dekat dan begitu cantiknya dipelukanku semalam membuatku ingin sekali memilikinya. Aku memang
playboy walau sudah menikah aku sudah pernah beberapa kali punya pacar dan meninggalkannya begitu bosan, tapi Nadien berbeda, dia begitu baik dan kosong. Aku tidak ingin kehilangannya begitu cepat".
"Aargghhh...." Begitu kesal, sehingga ingin rasanya aku menampar pipiku sendiri.
***
POV 3
Siang hari.
"Tante, om pulang dulu ya." Thania mencium tangan Nadien dan Heru berpamitan diikuti mbok Yati dan Bianca yang berpamitan pulang.
"Mana Bagas sama Aurel?" Tanya Bianca.
"Aurel lagi kerja kelompok, Bagas bobo siang kalau jam 2 Bi!" Jawab Nadien.
"Ooh gitu, oke lah gak pamitan sama keponakanku tersayang. Makasih ya, ntar aku nginep lagi!" Ujar Bianca.
"Iya Bi santai aja, kayak ke siapa aja!" Jawab Heru.
"Bantu aku bawa tas Nad!" Ucap Bianca, Nadien mengerti maksudnya. Bianca ingin Nadien mengikutinya ke mobil.
"Maap ya Nad untuk semalam. Lu gapapa kan?" Tanya Bianca.
"Ngga lah Bi, kenapa sih nanya itu melulu!" Jawab Nadien.
"Aku seneng banget kok malem tadi. Udah lama aku gak maen kayak semalem!" lanjutnya.
"Hmmm… baik lah.. Cuma pesen aku cukup kali ini saja dan gak ada ceritanya untuk kedua kalinya dan aku gak mau itu terjadi lagi. Nih buat kamu sama anak anak!" Pesan Bianka sambil menyelipkan beberapa uang merah ke tangan Nadien. Lalu naik kedalam mobilnya.
"Iya.. iya.. Makasih Bi, hati-hati di jalan ya." jawb Nadien lalu melambaikan tangannya dan kearah mobil Bianca mulai pergi meninggalkan rumah Nadien.
"Dua juta!" Mata nadien berbinar, sedikit perasaan bersalahnya berkurang melihat lembaran uang merah di tangannya. Lalu melenggang masuk kedalam rumah menemui suaminya yang telah menunggu didalam.
"Pah, ini dari kak Bianca, dua juta, kayaknya pertemuannya semalam sukses makanya kasih uang lebih. Bisa buat bayar listrik, sama buat cat ya." ujar Nadien sambil menghampiri Heru yang sedang duduk di kursi ruang makan.
"Buat mama aja, bayar listrik nanti aja kalo papa gajian." Jawab Heru sambil melipat koran yang dibacanya dan menarik tubuh istrinya hingga berdiri dihadapannya yang sedang duduk.
"Udah lama kan mama gak ke
mall sama beli barang. Listrik dan cat urusan papa. Papa cuma minta ini sekarang" kata Heru sambil mencium daster bagian selangkangannya.
"Iih papa apa sih, masih siang!" Jawab Nadien manja.
"Mumpung Bagas bobo siang mah!"
Nadien terdiam cemas mendengar permintaan suaminya. Wajahnya memandang wajah Heru dengan perasaan bersalah kembali.
"Andai dia tau apa yang terjadi malam tadi." kata Nadien dalam hati.
Heru mengusap wajah Nadien sambil menghimpitnya ke meja makan dan mulai mencium bibirnya. Dengan perasaan bersalah Nadien membalas ciuman Heru dan menyeimbangi permainannya. Nadien memang ahli berciuman dengan permainan lidah dan bibirnya yang sempurna. Sebenarnya Heru sering kewalahan menghadapi Nadien dengan nafsu sexnya yang cukup besar. Pekerjaannya sebagai
security yang sering harus jaga malam, belum lagi ditambah kuliah malamnya beberapa kali seminggu membuatnya cukup kelelahan.
"Mmhh!" Nadien semakin menikmati ciuman dan sentuhan Heru di tubuhnya.
Dibukanya baju Heru, terlihat kulit bersih yang tegap dan mulai menciumi dada Heru lalu jongkok dan Jemari Nadien mulai menari membuka celana Heru hingga penis yang telah menegang pun telah berdiri didepan mulutnya, Nadien pun mulai menciumi penis Heru, jemari menggelitik biji peler dan meremasnya lembut.
“Ahhh.. maaahh..” erang Heru, saat lidah Nadien mulai menjilati batang penisnya, lalu mengulumnya dengan lahapnya. Sesekali lidahnya menyapu lubang kencingnya membuat Heru menggelinjang geli. Untuk beberapa perempuan oral sex atau
"blow job" ini mungkin menjijikan, tapi tidak untuk Nadien, setiap dia melakukan oral sex, matanya selalu tertuju pada wajah suaminya heru. Melihat ekspresi wajah Heru saat batang penisnya dimainkan dengan mulut dan lidahnya, membuat Nadien tambah bernafsu.
"Mmhh..." merasakan isapan mulut pada palkon penisnya membuat kaki Heru bergetar karena keenakan. Nadien tidak hanya mengulum buah zakar Heru tanpa merasa jijik, hingga lubang anus suaminya pun dia sapu dengan lidahnya sehingga membuat Heru semakin tak kuat menahan rangsangan.
"Tebakan angka yok, ini nomer berapa?"
Dengan lidahnya Nadien menuliskan angka di buah zakarnya, dan kemudian melumat kembali penisnya.
"Mmhhhh... Beeerapa ya mmh...." Heru tidak bisa konsentrasi untuk menjawab pertanyaan Nadien karena setiap hisapan Nadien di penisnya membuat merasa kenikmatan sampai ke ubun ubun. Tangan heru mulai nakal dengan merogoh lewat kerah daster mulai meremas pelan payudaranya.
“Hmmppph..” tangan Heru mulai menggelitik titik sensitifnya pada payudaranya merangsang, Heru memang telah mengetahui titik-titik sensitive Nadien terletak diputing kanan payudaranya selain di kedua ketiaknya, dengan lembut memilin puting payudaranya membuat Nadien menggelinjang tak tahan ransangan tangan suaminya, vaginanya mulai basah dibalik celana dalamnya, membuat hisapan pada penis Heru pun semakin menguat.
Melihat Istrinya mulai terangsang, Heru pun membungkuk dalam duduknya, kedua tangannya meraih ujung Daster yang dikenakan Nadien.
Meski tak kuasa menerima terangsang sebersit ingatan akan kejadian semalam, teringat jejak Andra pada tubuhnya yang masih menempel diketahui suaminya, dengan sigap dan spontan Kedua tangan Nadien menahan tangan Heru yang hendak membuka dasternya, Nadien tak ingin suaminya melakukan penetrasi dengannya kali ini.
"Aku lagi datang bulan pah, aku oral aja yah sampe keluar, lagian mamah kangen manjain penis papah ama mulut mamah, mamah akan buat papah puas deh." bohong Nadien sambil menahan kedua tangan Heru yang hendak membuka dasternya, memperlihatkan tatapan mata yang nakal sambil menjulurkan lidah menyapu lubang kencing penisnya, meski kecewa Heru mau tak mau duduk kembali menerima permainan oral Nadien untuk menuntaskan nafsu syahwatnya yang udah berada di ubun ubun kepala.
Nadien kembali mengulum dan tangannya mulai mengocok batang penis.
Gloookk.. glookk… mulut Nadien berdecak keras saat mengocok batang penis suaminya, air liurnya mulai menetes dari bibirnya membasahi selangkangan Heru.
"Mmhhhh... tteerrusss maahhh.. yaangg kuaattt…" desah heru dalam kekecewaan hatinya Heru mulai menikmati kocokan batang penisnya oleh mulut Nadien.
Nadien pun makin mempercepat kocokannya tangannya agar biasa memuaskan suaminya sesekali tangannya meremas buah jakarnya dan diselingi dengan jemarinya memainkan lubang anal suaminya.
“oohh aaarrr Maaaaahhhh paapaahh moo keluaarrrr” erang Heru tak kuasa menahan dorongan sperma yang memaksa ingin keluar. Kedua tangannya memegang kepala Nadien dan membantu agar kepala Nadien mempercepat kocokan mulutnya, dan hingga pada akhirnya tangan Heru menekan kepala Nadien agar batang penisnya lebih terbenam dalam mulutnya, hingga ujung penisnya menyudul kerongkong, kedua tangan Nadien pun mencoba menahan tekanan tangan suaminya pada kepalanya, tapi tenaga suaminya lebih kuat.
“Maaahhh..”
Crooottt..crrooottt… lubang penis memuntahkan sprema dalam mulut Nadien, 6 kali semburan terasa di melewati kerongkongan Nadien dan langsung tertelan masuk ke perutnya. Seiring akhir semprotan sperma tekanan pada kepalanya mulai melemah, dan Nadien pun langsung melepas batang penis pada mulutnya.
“Hueeekk.. hueekk..” Nadien seakan ingin muntah, akibat kerongkongannya yang tersundul batang ujung penis Heru. Karena tak biasa air mata pun mulai berlinang menahan sakit pada tenggorokannya.
“Hueeekkss.. puuahh.. paapaahh jahat.. hueek..” ujar Nadien yang terus melepehkan ludahnya. Diatas batang penis suaminya yang telah loyo.
“maaf mah papah gak kuasa menahan nya” jawab Heru merasa berdosa telah menyakiti istrinya, sebenernya ini pengalaman pertama bagi Nadien dan Heru melakukan
deeptrouth. Selama berhubungan intim Heru selalu memuntahkan spermanya dalam vagina Nadien tak pernah ditumpahkan dalam mulutnya. Jadi tak heran jika Nadien sekarang merasa kesakitan dan mual saat Heru memuntahkan sperma di mulutnya.
Nadien pun langsung berdiri dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan mulutnya.
Didalam kamar mandi Nadien hanya duduk di kloset dan bersandar pada dinding kamar mandi. Air mata mulai menetes, menangis bukan karena sakit di tenggorokan, tetapi dirinya menangis merasa bersalah, mengapa harus melayani suaminya dengan mulutnya yang jelas jelas Heru memiliki hak sepenuhnya atas tubuhnya. Tapi kali ini dia menolak memberikan apa yang suami inginkan hanya semata mata untuk menutupi jejak kelakuannya semalam.
“Maafkan aku pah…!!” lirih Nadien hanyut akan penyesalan.
***
Pov heru.
Aku duduk sambil menghisap rokokku menunggu Nadien keluar dari kamar mandi, Rasa sesal saat aku terhanyut akan birahiku memperlakukan istriku hingga tersakiti sedemikian rupa hanya karena memuaskan nafsuku. Tak pernah sekalipun aku menyakiti tubuh istriku saat menyetubuhinya, terlebih saat dulu saat aku menyetubuhinya pertama kali, meski tak yakin pada istriku akan keutuhan perawannya, aku pun melakukannya dengan lembut saat berhubungan intim.
Kupandangi figura foto yang terpajang didinding, dimana tercetak jelas foto kebersamaan kita sebagai pengingat awal perjalanan rumah tangga kita yang sengaja diabadikan pada saat melangsungkan pernikahan. Otakku pun melayang jauh 10 tahun kebelakan saat ku melamar dirinya.
Dulu ketika Nadien menjawab "Ya" atas lamaranku, aku sangat terkejut pada saat itu. Bagaimana tidak seorang gadis cantik dengan gaya hidupnya, bersedia menjadi istriku. Ketika pertama kali aku mengenal Nadien, aku kira dia seperti gadis2 agency kebanyakan yang senang party dan gampangan, makin lama aku mengenalnya ternyata dia sama sekali berbeda. Penampilan luarnya memang menipu mata banyak orang, dalamnya hanya jiwa polos yang terjerat dengan kesenangan semu. Nadien melepas semuanya ketika dia menikah denganku, tidak hanya melepas kehidupan gemerlap nya dia ternyata melepaskan keperawanannya kepadaku.
Aku terkejut di pagi pertama pernikahan kami, sebercak darah segar menodai sprei. Sikap salah tingkah dan rona merah wajahnya ketika pagi hari itu masih ku ingat, dan berusaha menutup noda di sprei dengan bantal.
"Nadien.. kamu masih perawan?" Kataku terkejut.
Tak ayal lemparan bantal melayang ke wajahku.
"emang kamu pikir aku bohong selama ini?".
"Hahaha, maaf sayang!" Aku memeluknya dengan bahagia. Keperawanan memang bukanlah segalanya, tapi hal ini yang membuatku tambah yakin kalau pilihanku menikahinya tidak salah, dan aku akan berusaha semampuku menjadikan kalau pilihannya kepadaku pun tidak salah.
"Kenapa senyum sendiri pah?" Ucapan Nadien membuyarkan lamunanku, telah berdiri disampingku dengan tangan memegang handuk. Terlihat senyum manis terulas dibibirnya, namun hati ini merasa bersalah atas perlakuan tadi telah menyakiti istriku tak kala melihat kedua matanya yang sembab dan memerah dibalik senyumannya itu.
“
Maafkan aku Nadien jika aku berlaku kasar tadi” dalam hati.
"Gak mah,
i love you Nadien." Aku memeluk nya dengan erat dan kemudian aku pun bergiliran masuk ke kamar mandi meninggalkannya yang sedang bengong.
***
POV 3
"Nad jagan lupa acara ultahku, kumpul jam 14.00. di
cafe Kemuning, tempat biasa. jangan lupa!"
Chat dari Lyla membuat Nadien menghela nafasnya. Sudah 1 minggu semenjak kejadiannya bersama Andra, Nadien jarang koment di group WA. Andra pun selalu menghubunginya tapi Nadien tidak pernah membalas telepon atau
chat walau sebenarnya Nadien ingin, tapi dia ingin menunjukan kesetiaannya pada suami dan keluarga yang lebih besar dari pada hasratnya.
"WA dari siapa sayang?" Tanya Heru.
"Lyla pah, kumpul ultahnya hari ini jam 14.00!" Jawab Nadien.
"Oh iya, gapapa pergi aja ma, nanti papa antar." Jawab Heru.
"Mmh, gak lah malas!" Jawab Nadien membuat alasan.
"Loh, mumpung lagi
free, anak-anak baru pulang besok dari rumah mbah. Mama kan jarang keluar rumah. Gapapa, papa antar, gak enak sama Lyla kalau mama gak dateng. Cepet siap2".
Nadien mengangguk dan berusaha senormal mungkin, dia takut Heru curiga kalau Nadien terus keukeuh dan membuat alasan untuk tidak pergi.
Beberapa saat kemudian sesampai di
cafe kemuning. Nadien langsung berjalan ke arah tempat biasa mereka berkumpul.
"Naaad!" Lyla melambaikan tangan ke arahnya.
Nafas Nadien tertahan dan menggigit bibir bawahnya. Semua sudah hadir di sini termasuk Andra.
"Maaf telat." Kata Nadien.
"Gapapa, kamu pantas di tunggu kok!" Kata Lutfi menggodanya.
"Wuihh.. Lutfi. Hahhahaa!" Ledek Andra di ikuti gelak tawa teman2 lain.
Pertemuan hari itu serasa sangat lama untuk Nadien. Dia selalu menghindari kontak mata dengan Andra, walaupun dia menyadari sesekali Andra mencuri pandang kepadanya.
"Kalau saja bukan ultah Lyla, dan Heru tidak maksa menyuruh pergi, aku tidak akan datang. Kenapa Andra bisa bersikap senormal itu. Dan kenapa dia terus menggoda Lyla dihadapanku. Dasar
Playboy" kutuk Nadien dalam hati.
Akhirnya Jam sudah menunjukan 18.00, walaupun hujan deras, mereka tetap harus pulang.
"Hmm Nad kamu pulang sama aku aja ya. Kalau sama Lutfi kehujanan kamu." Kata Andra.
"Nyesel pake motor baru, asalnya mau pamer" jawab Lutfi sambil tertawa.
"Hahaha" semua tertawa mendengar lelucon Lutfi.
"Oh iya,
okay" jawab Nadien singkat dan akhirnya mereka pun bubar.
Dada Nadien berdebar saat mereka berdua berjalan ke arah mobil.
Di dalam mobil pun mereka tidak berbicara. Sampai akhirnya Nadien terkejut ketika Andra menepi dan mematikan mobilnya.
"Kita harus bicara Nad!" Kata Andra dingin.
"Mau bicara apa? Kita anggap hari itu tidak terjadi apa-apa! Itu cuma kesalahan, kita sama-sama tidak menginginkan nya. Itu cuma pengaruh alkohol, itu saja!" Jawab Nadien panik.
"Hah? Tidak terjadi apa-apa? Dan jangan bilang kamu juga tidak menginginkannya.
Bullshit Nad!" Kata Andra dengan suara keras.
"Kita memang mabuk, tapi kita cukup sadar untuk berhenti kalau kita tidak menginginkannya!!"
"Apa??" Kata Nadien dalam hati
"kalau kita tidak menginginkanya? berarti Andra menginginkannya? Apa maksud perkataannya tadi?"
"Udah Ndra, aku turun saja!" Jawab Nadien.
Dan membuka
seatbelt yang masih terpasang.
"Buka kuncinya!" Kata Nadien.
"
Nope. Jawab dulu pertanyaan ku Nadien. Kamu menginginkannya juga kan. Kamu lupa kamu yang memintanya?"
Dengan melotot Nadien berusaha meraih kontrol kunci di pintu pengemudi.
Andra hanya diam dan membiarkan Nadien berusaha menarik kontrol di sisi kanannya.
Andra tiba-tiba menarik tubuh Nadien ke arahnya dan mencoba mencium Nadien.
"Plak!!" Tak ayal sebuah tamparan keras dilayangkan Nadien ke pipinya.
"Hahaha!" Sesaat Andra terdiam dan kemudian tertawa. Sementara tangan kirinya memegang tangan kanan Nadien yang sudah menamparnya, tangan kanan Andra membuka seat belt yang masih terpasang di tubuhnya.
"Lepasin!!" Nadien meronta dan melayangkan tangan kirinya untuk tamparan kedua, tapi kali ini Andra sudah siap. Dia memegang tangan kiri Nadien. Dan mendorongnya ke kursi penumpang. Andra menindih tubuh Nadien dan berusaha menciumnya lagi. Nadien meronta berusaha melepaskan diri dari Andra.
"Jangan Andra. Kamu gila! Lepasin!!" Tenaga Andra memang bukan tandingan Nadien. Kedua tangannya tekunci kuat sehingga tidak bisa bergerak.
"Tolooong" Nadien berteriak sebagai usaha terakhirnya.
"Stop Nadien!! kamu ingin orang2 datang kesini memukuliku? Dan aku rasa usaha kamu percuma, hujan deras di luar, tidak mungkin ada yang mendengar, tidak ada orang atau mobil yang lalu lalang. Dan apabila ada orang yang kesini,... aku akan beberkan tentang kejadian hari itu pada Heru.”
Nadien terdiam sambil menggigit bibir bawahnya mendengar ucapan Andra.
"Sstt..." kata Andra yang semakin gemas melihat nadien yang menggigit bibirnya sendiri dan kembali menciumi bibir Nadien. Kali ini ciumannya begitu lembut. Nadien memejamkan matanya. Dan Andra terus melumat bibirnya yang akhirnya berbalas dengan permainan lidah Nadien. Sekian lama mereka berciuman, sekarang nafas Nadien semakin kencang.
"
Gotcha Nadien!" Kata Andra dalam hati. Andra perlahan-lahan melepaskan tangan Nadien dan mulai menggerayangi Nadien yang sudah mulai menikmati pergumulan ini. Mereka kemudian saling melucuti pakaian satu sama lain sampai tidak ada sehelai kain pun yang menempel di tubuh mereka,
Andra membalikkan posisi tubuhnya sehingga sekarang Nadien duduk diatas tubuhnya.
Andra mengarahkan penisnya ke arah vagina Nadien.
"Mmhmmhhh " Nadien bergumam ketika penis Andra memasuki vaginanya.
Dan dimulailah semua goyangan dan gerakan
"WOT". Nadien memang pencumbu hebat. Jika di hari biasa, maka mobil goyang ini pasti sudah dikerubungi banyak orang dan keamanan.
"
Love you Nad!" Kata Andra ketika mereka sudah selesai dan mengenakan pakaiannya, sambil mengusap kepala Nadien
"Sejak kapan?" Tanya Nadien menatap kosong kedepan dengan pakaian yang masih acak acakan.
"Setahun lalu,
first time i saw you di kemuning. Hari itu kamu memakai blouse biru. Kamu tahu Nad, biru itu warna favoritku!" Jawab Andra.
"Bukannya kamu menyukai Lyla?" Tanya Nadien.
"Aku pikir begitu pada awalnya. Tapi setelah beberapa kali kita bertemu, aku menyadari ternyata aku lebih merindukanmu dan mengingatmu dari pada Lyla, bahkan ketika aku sedang bercinta dengan istriku!".
"Terus kenapa kamu selalu menggoda Lyla di depan aku dan teman-teman?".
"Kalau aku menghentikannya, apakah tidak akan menjadi aneh? Dan justru dengan begitu, kamu lebih merasa aman kan setiap kita berduaan?" Andra berbalik bertanya sambil memandang wajah Nadien.
Nadien menunduk dan memalingkan wajahnya k arah jendela.
"Dan semenjak kapan kamu ada rasa kepadaku?" Tanya Andra lagi.
Nadien menggelengkan kepalanya.
"Gak boleh Ndra, Kita sudah menikah, tidak boleh kita punya perasaan ini ndra. Kita sama-sama punya anak, dan aku menyayangi keluargaku !"
"Sejak kapan Nadien?" Andra kembali mengulang pertanyaannya.
Nadien terdiam dan memandang wajah Andra.
"Sejak kamu mengantarkan aku membawa Bagas ke IGD ketika dia terjatuh di tangga dan mengaku sebagai ayahnya!" Jawab Nadien.
Hmmm itu sudah sekitar 7-8 bulan lalu pikir Andra dalam hati. Saat itu aku berlari meninggalkan pekerjaanku ketika mendengar Nadien menangis di ujung telepon, aku bahkan membayar semua tagihannya karena saat itu Nadien sama sekali tidak mempunyai uang.
"Kamu masih ingat, Ndra? Kamu orang pertama yang datang padahal kamu sedang bekerja dan Heru saat itu tidak bisa aku hubungi." Jawab Nadien lagi.
"Bisakah kita pulang sekarang Ndra, aku rasa aku ..." kata Nadien gagap.
"Janji, mulai besok angkatlah teleponku dan balas
chatku.
Its okay..., let it flow Nad! Dan aku akan antarkan kamu pulang sekarang!" Potong Andra.
"Iya Ndra!" Jawab Nadien pendek. Dan Andra mulai menyalakan mobilnya untuk mengantar Nadien pulang.
"Nad,
i love you!" Kata Andra ketika Nadien hendak keluar mobil di depan rumahnya.
Nadien hanya membalas dengan senyuman dan berlalu memasuki rumahnya.
***
"Syukurlah mama sudah pulang, papa khawatir sekali’’ kata Heru begitu Nadien masuk ke dalam rumah. Nadien tersenyum sekaligus sedih melihat wajah cemas Heru yang sudah siap bekerja memakai seragam
security.
“Papa gak tenang dari tadi menunggu mama, soalnya sudah malam dan hujan besar sekali sayang. Tadi diantar siapa pulang? Kok ga masuk dulu?” ujar Heru lagi.
“Hmm, tadi diantar Lyla, Oky dan Andra pake mobil pa, mereka buru-buru soalnya Andra harus antar Lyla dan antar Oky juga.’’ jawab Nadien berbohong sambil membawa minum untuk menutupi kegugupannya.
“Oh bagus lah kalau begitu, Andra ditemani Oky. Soalnya ga baik perempuan diantar malam-malam, hanya sendirian, apalagi sama mantan pacar hahaha." canda Heru. Terlihat wajah lega Heru yang melihat Nadien yang ikut tertawa menanggapi ucapannya.
"Gak habis pikir, kok suami Lyla bolehin istri kumpul-kumpul sama mantan pacar. Kalau papah sih mikir-mikir dulu mah." kata Heru lagi.
"Tapi Lyla sama Andra beda kok sekarang, hanya berteman saja." kata Nadien yang tanpa disadari intonansi suaranya berubah karena cemburu.
“Iya ma, papa bukannya suudzon kalau mereka nanti CLBK, tapi bagaimanapun harus berjaga-jaga sayang. Kalau papa sih ga akan ijinin mama ngumpul rutin sama mantan-mantan mamah." kata Heru sambil menggoda dengan menggesekkan hidung mancungnya sambil menciumi pipi Nadien.
"Iih papa, genit, udah jam berapa sekarang looh nanti telat." kata Nadien sambil mendorong tubuh Heru. Sebenarnya Nadien sangat suka setiap Heru melakukan itu, tapi saat ini Nadien takut apabila aroma tubuh Andra menempel di tubuhnya tercium Heru.
"Hihihi, iya sayang, papa pergi dulu kerja ya, sayang istirahat ya.” Kata Heru lagi.
Sesaat Heru menatap wajah Nadien yang selalu cantik walau dengan
make up tipis dan mengecup dahinya. Dan dengan lega, Heru segera bergegas pergi bekerja.
***
Setelah mengantar Nadien pulang, Andra menyalakan tape di mobilnya dengan kencang.
"Nadien pacar baru Andra” begitu pikirnya. Pernikahan Andra memang hasil dari perjodohan kedua orang tua mereka yang merupakan sahabat lama. Andra terpaksa menuruti kemauan kedua orang tuanya karena saat itu usaha ayahnya mengalami kebangkrutan dan terlilit hutang kepada perusahaan yang dimiliki Ayah Almira. Mereka akan melunaskan semua hutang, asal Andra menikahi Almira, perawan tua yang bahkan punya pacarpun belum pernah. Pernikahan nya dengan Almira akan membereskan semua masalah keluarganya. Hanya beberapa bulan masa perkenalan pacaran mereka dan akhirmya menikah. Walau tidak ada cinta Andra untuk Almira, pernikahan mereka sudah dikaruniai dua anak : Nova yang berumur 4 tahun dan Olivia 2 tahun. Selama pernikahannya selama 8 tahun ini setidaknya sudah 5 wanita yang dia nobatkan menjadi selingkuhannya. Setiap Andra putus dengan pacarnya, dia pun segera mencari pacar baru, bahkan pernah dua perempuan dia pacari di waktu yang sama. Karena ketampanan Andra dengan financial yang baik sehingga banyak wanita jatuh di pelukan Andra. Tapi yang ini berbeda, hanya Nadien yang asalnya menolaknya dan menamparnya. Andra mengelus pipinya sendiri, sambil mengingat tamparan Nadien. “
But its worth it.” pikir Andra sambil tersenyum. Bagaimana tidak, Nadien adalah idola baru sekarang yang selalu jadi bahan perbincangan diantara teman2 pria SMU Andra.
“Lyla memang sudah dikenal cantik ketika SMU, tapi Nadien dikenal sebagai gadis cupu. Dia banyak berubah setelah keluar SMU. Dia berubah menjadi gadis cantik dan pernah menjadi model di beberapa iklan. Rambutnya yang hitam panjang bergelombang, berkulit putih dan Dada besar, senyumnya yang manis yang jarang terkembang, membuat para pria meleleh setiap melihatnya. Dan sekarang gadis cupu itu telah tumbuh menjadi seorang Wanita matang yang sangat menarik dengan balutan kesederhanaan dan kedewasaannya. Dan wanita itu telah aku dapatkan,” kata Andra dalam hati. Senyuman kemenangannya sekarang semakin lebar dan pikirannya terus membayangkan rencana yang biasa dia lakukan bersama pacar-pacar sebelumnya.
Tidak terasa Andra sudah sampai depan rumahnya.
"Malam...Kok belum tidur?" Sapa Andra kepada Almira begitu masuk ke kamar. Nampaknya Almira sedang menunggunya.
"Kan nunggu papa." Jawab Almira pendek.
"Oke, aku kan udah nyampe, sekarang mama bobo ya. Aku mau rebahan sebentar sebelum mandi." Kata Andra sambil merebahkan diri di samping Almira.
Melihat tubuh Andra terbaring di sisinya, Almira menggeser tubuhnya mendekati Andra dan menciumi pipinya.
"Hmm" Andra hanya bergumam sambil terus menutup matanya.
Almira terus menciumi pipi dan bibir Andra dengan setengah menindihnya. Andra membalas ciuman Almira dan tangannya mulai meremas-remas kedua dada Almira. Remasan di kedua dadanya membuat Almira semakin bergairah dan mulai memasukkan tangannya ke dalam celana Andra dan mulai mengocok penisnya.
Dan tiba-tiba semua remasan dan ciuman Andra terhenti dan Andra mundur menjauhi Almira.
"Ma, aku cape banget. Jangan sekarang ya sayang. Aku mau mandi dulu sebelum bobo. Mama bobo aja duluan." Kata Andra sambil menarik tangan Almira keluar celananya dan bangkit dari tidurnya.
"Iya pah, mama bobo duluan." Jawab Almira kecewa.
Almira pun membalikkan tubuhnya membelakangi Andra dan mencoba untuk tidur , sementara Andra bergegas memasuki kamar mandi.
Bukan apa-apa penis Andra sama sekali tidak mau bangun ketika di pegang Almira. Bukan karena dia lelah karena baru bercinta dengan Nadien, tapi pikirannya selalu teringat Nadien dan tak ada sedikitpun hasratnya kepada Almira saat ini.
Keluar kamar mandi andra tidak langsung tidur di samping Almira, dia malah mengambil handphone dan tiduran di sofa ruangan tengahnya yang cukup besar. Sebuah ruang tengah nyaman dengan tv 60 inc dengan sofa coklat dan karpet woll yang hangat semakin mempercantik ruangan ini.
"
Nadien, udah bobo?" Ketiknya.
Sekitar 2 menit andra memegang hp dengan perasaan resah menunggu jawaban.
"
Mungkin Nadien sudah tidur" pikir Andra.
Sementara di rumahnya, Nadien pun tidak bisa tidur karena memikirkan Heru dan Andra.
Dilihatnya pesan dari Andra, yang ternyata sama belum tidur.
"
Belum" Nadien akhirnya membalas pesan Andra.
"Yes!!” hampir Andra melonjak bangun dari sofanya.
"
Kenapa belum bobo?" Ketik Andra lagi.
"
Belum ngantuk Ndra. Kamu kenapa belum tidur?" Balasan Nadien.
"
Gak bisa bobo, kangen kamu Nad" Senyuman Andra mengembang sambil mengetik pesan itu
"
Hehehe gombal lah. Sudah berapa cewek kamu bilang begitu? "
"
Kok kamu nyangka gitu sih Nad" jawab Andra lagi.
"Cowok tipe kamu kan pasti banyak SSI nya "
"Hmm gak juga. Gini Nad ... Wajarlah kalau seseorang bilang begitu sama pacarnya. Kamu juga pasti akan berkata hal yang sama kan?"
"Pacar??” Balas Nadien
"Iya, kamu pacar aku kan sekarang. Terus mau kamu sekarang kita sebagai apa? Kita sudah ML dua kali loh. Teman? Teman kencan doang? Ttm? Teman ngewe?" Ketik Andra sambil mengerutkan dahinya.
Dada Andra berdetak kencang menunggu jawaban dari Nadien. Dia lemparkan hp nya ke sofa di sebelahnya sambil terus melihatnya.
Cukup lama Andra menunggu sampai hampir tertidur.
Tuing...
Hp Andra kembali berbunyi
Pesan dari Nadien... cepat-cepat Andra membuka hpnya ... Segaris senyum kecil tersungging di bibir Andra membaca balasan pendek Nadien
"Iya."
"
Iya apa Nad?" Tanya Andra lagi.
"Iya, kita pacaran!" Jawab Nadien lagi.
“Iyes!!” Kali ini Andra benar-benar loncat dari sofanya karena kegirangan.
"Ndra, aku mau tidur." chat Nadien lagi.
"Yakin kamu bisa bobo Nad? Kita chat dulu saja sampai tertidur. Gimana?" Balas Andra lagi.
"Oke, aku juga ga bisa tidur ndra, mungkin kebanyakan minum kopi!" Balas Nadien.
"Kopi atau inget aku??" Balas Andra.
Nadien tersenyum membaca balasan dari Andra, memang benar apa kata Andra. Setiap mengingat Andra, ingat ciuman, setuhan dan aroma tubuhnya, membuat Nadien merasakan suatu kegelian yang menyenangkan di daerah perutnya, "
butterfly stomach" itu istilahnya. Hal ini yang membuatnya gelisah dan tidak bisa tidur.
"Oke Ndra, sampai kita tertidur ya, hati-hati wa di baca Almira"
"Iya kamu juga ya Nad, hati-hati" balas Andra
Dan akhirnya mereka pun
chat sampai Nadien tertidur.
***
Setelah hari itu Nadien dan Andra kerap bertemu untuk sekedar minum kopi walau seringnya berakhir di kamar hotel. Untuk Andra, Nadien tidak hanya lawan yang sepadan di ranjang, tapi karena kecerdasan Nadien, membantu Andra membantu memecahkan beberapa masalah dalam perkerjaannya. Pemikirannya Nadien yang dewasa membuat Andra pun belajar berlaku lebih lembut dan tidak meletup-letup. Nadien menjadi penasehat tidak hanya untuk pekerjaannya saja bahkan di rumah. Bagaimana dia memperlakukan Almira dan anak2nya.
“Aku juga seorang istri dan ibu.” Nadien sering mengucapkan itu agar Andra tidak melupakan tanggung jawabnya terhadap keluarganya.
Dan untuk Nadien, kehidupannya semakin berwarna. Andra yang ceria tidak hanya mengisi kekosongan hatinya dan memenuhi kebutuhan sex Nadien yang besar, tapi juga membantu Nadien secara finansial dan semua hal yang tidak bisa diberikan Heru. Andra bahkan meminta Nadien untuk memperkerjakan seorang Assisten rumah tangga harian yang tentu saja di bayar Andra agar membantu pekerjaan Nadien dan menjaga Aurel dan Bagas ketika mereka sedang berkencan.
Selain untuk berkumpul rutin seperti biasa, membantu Bianca dengan pekerjaan adminitrasi di kantornya sering menjadi alasan Nadien untuk menutupi semua kebohongannya, dan menjawab pertanyaan Heru tentang semua uang yang Nadien dapatkan. Memang Bianca sedang kerepotan dengan pekerjaannya dan sesekali meminta bantuan Nadien untuk membantunya, tapi kenyataannya tidak sesering itu.
Seperti pagi tadi, sebelum Heru pergi bekerja.
“Ma, apa kak Bianca gak tekor ngasih fee mama segitu?” Tanya Heru.
“Memangnya kenapa pah? Aku ga pernah nentuin dan minta berapa rupiahnya ke kak Bianca. Dia sendiri yang ngasih segitu.” Jawan Nadien dengan nada suara agak tinggi.
“Bukan gitu ma, takutnya tekor, kasian kan kak Bianca.”
“Pa, kalau dia lagi berlebih dia kasih besar, tapi sering jugakan dia hanya ganti ongkos dan jajan anak-anak saja.” Jawab Nadien sewot.
“Iya, okey ma kalau begitu, gak usah marah, Papa kan cuma nanya. Heran papa sekarang, kok mama cepat sekali marah ya.” Kata Heru lagi sambil memakai sepatunya.
“Ngga kok pah, perasaan papa aja, mama biasa-biasa aja.” Jawab Nadien mulai merendahkan suaranya.
Heru menghampiri Nadien dan memandangnya lekat-lekat.
“Maafin papa ya mah. Mungkin kita sama-sama lelah akhir-akhir ini. Mama dengan pekerjaan rumah dan pekerjaan sampingan, sedangkan papa sibuk kerja sambil kuliah malam. Papa sering pulang malam dalam keadaan lelah jadi kurang perhatian sama mama apalagi membantu pekerjaan di rumah” jawab Heru sambil memegang tangan istrinya. Mereka saling menatap dengan perasaan sayangnya.
“Nanti setelah aku selesai kuliah dan mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik, papa akan membayar impas semuanya, membayar semua perhatian, waktu yang kurang dan uang yang terbuang."
"Sabar ya sayang.” Heru mengecup dahi Nadien yang matanya mulai berkaca-kaca.
“Iya pah, papa janji ya. Maap mama udah marah-marah!” Jawab Nadien sambil memeluk Heru sebagai tanda penyesalan karena telah bicara dengan nada tinggi.
Heru tersenyum sambil memandang wajah cantik Nadien sambil mengelus rambutnya.
“Gapapa sayang, papa juga salah, sabar ya, kehidupan kita ke depannya akan lebih baik, papa janji sayang. Dan sekarang papa harus pergi buat kerja, boleh minta dilepas sekarang pelukannya?” Canda Heru.
“Iihh papaaaaaa nyebeliinnnn.”
“Hahahaha” heru tertawa lepas sekaligus lega melihat Nadien sudah tertawa lagi. Diciumnya seluruh wajah Nadien dengan ciuman kecil, Nadien pun tertawa geli karena perlakuan suaminya.
“
Love you Heru Hermawan." Kata Nadien.
“
Love you more Nadien Salsabila.” jawab Heru.
“Oh iya, hari ini kumpul sama temen-teman pah, mama udah bilang sama ceu nonoh buat jagain anak-anak hari ini.” kata Nadien.
“Iya ma, papa juga langsung kuliah malam, mama jangan pulang terlalu malam ya, dan hati-hati dijalan ya sayang”.
“Papa juga ya, sayang.”
“Daah mama sayang.”
Bagaimanapun hubungan Nadien dan Andra, Heru dan anak-anak tetap cinta utamanya. Ya, memang Heru bukan tipe laki-laki romantis yang peka atas kebutuhan dan kemauan istrinya, tapi Nadien tetap mencintai suami dan ayah dari anak-anaknya itu.
Andra dan Heru merupakan dua sosok laki-laki yang memiliki dua sisi kepribadian yang berbeda.
Andra orangnya sangat ekstrofet dan cerdas, seorang
bad boy party maker seperti semboyan “kalau ga ada lo ga rame” kepribadiannya seperti kembang api yang meletup sehingga keberadaannya selalu bisa menjadi pusat perhatian dan menyemarakkan suasana sekaligus romantis dan pemberi solusi yang baik. Sedangkan Heru lebih
introvert dan jarang sekali berbicara apabila dia rasa tidak perlu, lebih sabar dan tenang seperti air yang mengalir dan akan membuat bencana ketika dia marah, begitu dingin dan jauh dari romantis. Seperti itu juga permainan sex mereka, andra lebih agresif dan kasar tapi dia sangat tahu apa yang disukai wanita, sedangkan Heru begitu lembut dan tenang yang menikmati semua proses.
***
POV Nadien
“Kalau kita sudah menikah. Aku ingin kamu berhenti bekerja dan jadi ibu rumah tangga saja. Kamu mau?” Tanya Heru pada suatu hari sebelum kami menikah.
“Mau” jawabku enteng.
“Yakin? Nanti pasti kehidupan kamu akan jauh berbeda dari sekarang”.
“Iya gapapa. Uang bukan segalanya buatku” jawabku lagi. Saat itu memang uang tidak penting untukku, selain aku masih punya tabungan, orang tua dan kakak yang biasa menyokongku, keinginan ku saat itu hanya ingin berhenti dari semua aktifitas dan hingar bingar dunia malam. Pada awalnya semua kehidupan malam itu begitu menyenangkan tapi lama-lama semakin membuatku kehilangan diri tanpa arah dengan kebahagian semu dan kosong.